Anda di halaman 1dari 22

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Biokimia I dengan judul percobaan “Saliva”


yang disusun oleh:
nama : 1. Wiwik Dayanti
2. Sitti Alwiyah Maulani Desi
3. Musdalifah
4. Yuliana
5. Wahyudi
kelompok : IV (Empat)
kelas : Kimia Sains
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka
laporan ini diterima.

Makassar, November 2018


Koordinator Asisten, Asisten,

Arin Dayu S., S.Pd Arin Dayu S., S.Pd

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Prof. Dr. Sudding, M.Si


NIP.19571220 198602 2 001
A. JUDUL PERCOBAAN
Saliva
B. TUJUAN PERCOBAAN
Dalam melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan:
1. Mengetahui tes musin.
2. Mengetahui tes senyawa anorganik saliva.
3. Mengetahui tes tiosianat.
4. Mengetahui tes pengaruh temperatur terhadap aktivitas ptialin.
5. Mengetahui tes estimasi ptialin.
6. Mengetahui tes penentuan pH yang cocok untuk kerja saliva.
7. Mengetahui efek senyawa yang menghambat atau menghancurkan aktivitas
bakteri pada saliva.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Gelas ukur 10 mL 2 buah
b. Gelas ukur 25 mL 1 buah
c. Gelas ukur 100 mL 1 buah
d. Tabung reaksi 15 buah
e. Rak tabung reaksi 3 buah
f. Gelas kimia 100 mL 4 buah
g. Gelas kimia 250 mL 1 buah
h. Gelas kimia 600 mL 1 buah
i. Pembakar spiritus 1 buah
j. Kaki tiga 1 buah
k. Kasa asbes 1 buah
l. Botol semprot 1 buah
m. Termometer 1 buah
n. Corong biasa 1 buah
o. Penjepit tabung 2 buah
p. Stopwatch 1 buah
q. Pipet tetes 10 buah
r. Spatula 1 buah
s. Lap kasar 1 buah
t. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Saliva
b. Larutan besi(II) klorida 0,1 M (FeCl2(aq))
c. Larutan asam klorida pekat (HCl(aq))p
d. Larutan asam nitrat encer (HNO3(aq))e
e. Larutan amonium molibdat ([(NH4)6Mo7O24(aq)])
f. Larutan barium klorida 5 % (BaCl2(aq))
g. Larutan asam oksalat 4 % (H2C2O4(aq))
h. Larutan pati 1 % (C6H10O5(aq))
i. Larutan iod 0,01 M (I2(aq))
j. Larutan natrium klorida 0,1 M (NaCl(aq))
k. Larutan fenol 2 % (C6H6O(aq))
l. Larutan natrium florida (NaF(aq))
m. Larutan asam asetat 0,1 M, 2 N (CH3COOH(aq))
n. Larutan merkuri klorida 1 % (HgCl2(aq))
o. Larutan perak nitrat 0,5 M (AgNO3(aq))
p. Larutan toluena (C6H5CH3(aq))
q. Aquades (H2O(l))
r. Es batu (H2O(s))
s. Pereaksi Benedict (Cu2+ + 5OH-(aq))
t. Pereaksi Mollisch (𝛼-naftol +H2SO4)
u. Pereaksi Millon (HgNO3(aq))
v. Larutan buffer 4, 5, 7 dan 9
w. Kertas saring
x. Tissu
y. Label
D. PROSEDUR KERJA
1. Tes Musin
a. Sebanyak 5 mL saliva encer dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan asam asetat 0,1 M sampai terbentuk endapan.
b. Larutan yang didapatkan dibagi ke dalam 3 tabung reaksi dan ketiga
tabung ditetesi masing-masing 2 tetes pereaksi Millon, pereaksi Benedict
dan pereaksi Molisch.
c. Amati perubahan yang terjadi.
2. Tes Tiosisanat
a. Sebanyak 5 mL saliva encer dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 5 tetes FeCl2 0,1 M dan 1 tetes HCl pekat.
b. Campuran ditambahkan 5 tetes HgCl2 1% dan diamati perubahan
warnanya.
3. Tes Penyusun Senyawa Anorganik Saliva
a. Larutan asam asetat 2 N ditambahkan setetes demi setetes ke dalam 15 mL
saliva sampai campuran keruh dan terbentuk endapan.
b. Larutan dipanaskan sampai suhu 37℃.
c. Larutan dibagi dan dimasukkan ke dala 4 tabung reaksi masing-masing
sebanyak 3 mL.
d. Masing-masing tabung ditambahkan dengan 3 tetes HNO3 encer.
e. Untuk menguji Cl- tabung I ditambahkan dengan 5 tetes AgNO3 0,5 M.
f. Untuk menguji PO43- tabung II ditambahkan dengan 5 tetes amonium
molibdat, kemudian dipanaskan.
g. Untuk menguji SO42- tabung III ditambahkan dengan 5 tetes barium
klorida 5%.
h. Untuk menguji Ca2+ tabung IV ditambahkan dengan 1 mL amonium
oksalat 4%.
4. Tes Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Ptialin
a. Sebanyak 1 mL pati 1% dimasukkan masing-masing ke dalam 4 tabung
reaksi.
b. Masing-masing tabung I, II dan III dimasukkan dengan 2 tetes saliva.
c. Tabung I ditempatkan pada suhu air es, tabung II pada suhu kamar dan
tabung III dipanaskan hingga mencapai suhu 37℃.
d. Sebanyak 2 tetes saliva encer yang telah dipanaskan ditambahkan pada
tabung IV.
e. Masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes larutan iod 0,01 M.
f. Amati apa yang terjadi.
5. Tes Estimasi Ptialin
a. Sebanyak 5 mL larutan pati 1% dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b. Tambahkan 2 mL NaCl 0,1 M, lalu panaskan hingga mencapai suhu 37 ℃.
c. Tambahkan 2 mL saliva encer.
d. Siapkan tabung yang telah berisi 3 tetes larutan iod dalam 3 mL air.
e. Selang 1 menit, tambahkan 2 tetes larutan pati saliva.
f. Amati apa yang terjadi.
6. Tes Penentuan pH yang Cocok untuk Kerja Saliva
a. Sebanyak 3 mL larutan buffer dengan pH 4, 5, 7 dan 9 dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang berbeda-beda.
b. Sebanyak 1 mL larutan pati 1 % ditambahkan ke dalam masing-masing
tabung.
c. Tambahkan 2 mL NaCl 0,1 M dan 2 mL saliva encer pada masing-masing
tabung.
d. Keempat tabung kemudian dipanaskan pada suhu 37℃.
e. Tambahkan beberapa tetes iod 0,01 M pada masing-masing tabung reaksi.
f. Amati perubahan yang terjadi.
7. Efek Senyawa yang Menghambat/Menghancurkan Aktivitas Bakteri Amilase
pada Saliva
a. Sebanyak 1 mL saliva encer dimasukkan ke dalam 6 tabung reaksi yang
berbeda-beda.
b. Tabung I ditambahkan 5 tetes toluen, tabung II 5 tetes fenol 2 %, tabung
III 5 tetes NaF, tabung IV 5 tetes HgCl2 1 %, tabung V 5 tetes pati dan
tabung VI 5 tetes H2O.
c. Tambahkan 1 mL larutan pati 1 % pada masing-masing tabung reaksi.
d. Masing-masing tabung dipanaskan hingga suhu mencapai 38℃.
e. Masing-masing larutan pada tabung dibagi menjadi dua.
f. Bagian pertama, tambahkan 3 tetes Benedict, panaskan hingga terjadi
perubahan warna.
g. Bagian kedua, tambahkan 3 tetes larutan iod 0,01 M.
h. Amati perubahan yang terjadi.
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tes Musin
Aktivitas Pengamatan
5 mL saliva encer + beberapa tetes asam Larutan keruh
oksalat 4 %
 Pereaksi Millon Larutan keruh + endapan
 Pereaksi Molisch Larutan keruh + endapan
 Pereaksi Benedict Larutan berwarna biru

2. Tes Tiosianat
Aktivitas Pengamatan
5 mL saliva encer + 5 tetes FeCl2 0,1 M Larutan keruh
+ 5 tetes HCl pekat Terdapat endapan kuning
+ 5 tetes HgCl2 1 % Larutan keruh kekuningan

3. Tes Penyusun Senyawa Anorganik Saliva


Aktivitas Pengamatan
Uji ion Cl- Keruh dan ada endapan
Uji ion PO43- Bening
Uji ion SO42- Bening
Uji ion Ca2+ Keruh

4. Tes Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Ptialin


Aktivitas Pengamatan
 1 mL pati 1 % + 2 tetes saliva encer Bening kebiruan
didiamkan dalam air es + 5 tetes I2
0,01 M
Aktivitas Pengamatan
1 mL pati 1 % + 2 tetes saliva encer Bening kekuningan
didiamkan pada suhu kamar + 5 tetes I2
0,01 M
1 mL pati 1 % + 2 tetes saliva encer Bening kekuningan
dipanaskan 37℃ + 5 tetes I2 0,01 M

1 mL pati 1 % + 2 tetes saliva encer yang Biru


telah dipanaskan + 5 tetes I2 0,01 M

5. Tes Estimasi Ptialin


Aktivitas Pengamatan
5 mL pati 1 % + 2 mL NaCl 0,1 M
dipanaskan
+ 2 mL saliva encer Tabung I : Bening
+ 1 tabung diisi 3 tetes iod 0,01 M Tabung II : Bening
+ 3 mL aquades + 2 tetes pati saliva Tabung III : Bening
Tabung IV : Bening

6. Tes Penentuan pH yang Cocok Untuk Kerja Saliva


Aktivitas Pengamatan
3 mL buffer pH 4 + 1 mL pati 1 % Bening
+ 2 mL NaCl 0,1 M + 2 mL saliva encer,
dipanaskan
+ 15 tetes larutan iod 0,01 M Ungu Pekat
3 mL buffer pH 5 + 1 mL pati 1 % Bening
+ 2 mL NaCl 0,1 M + 2 mL saliva encer,
dipanaskan
+ 15 tetes iod 0,01 M Coklat
3 mL buffer pH 7 + 1 mL pati 1 % Bening
+ 2 mL NaCl 0,1 M + 2 mL saliva encer
dipanaskan
Aktivitas Pengamatan
3 mL buffer pH 9 + 1 mL pati 1 % Bening
+ 2 mL NaCl 0,1 M + 2 mL saliva encer,
dipanaskan
15 tetes iod 0,01 M Kuning kecoklatan

7. Efek Senyawa yang Menghambat/Menghancurkan Aktivitas Bakteri Amilase


Saliva
Aktivitas Pengamatan
1 mL saliva encer + 5 tetes fenol 2 % Bening kekuningan
+ 5 tetes larutan iod 0,01 M
1 mL saliva encer + 5 tetes NaF Bening kebiruan
+ 5 tetes larutan iod 0,01 M
1 mL saliva encer + 5 tetes toluen Bening
+ 5 tetes larutan iod 0,01 M
1 mL saliva encer + 5 tetes HgCl2 1 % Orange
+ 5 tetes larutan iod 0,01 M
1 mL saliva encer + 5 tetes pati 1 % Bening kekuningan
+ 5 tetes larutan iod 0,01 M
1 mL saliva encer + 5 tetes H2O Bening kebiruan
+ 5 tetes larutan iod 0,01 M
1 mL saliva encer + 5 tetes fenol 2 % Hijau + endapan merah bata
+ 5 tetes pereaksi Benedict, dipanaskan
1 mL saliva encer + 5 tetes NaF Hijau + endapan merah bata
+ 5 tetes pereaksi Benedict, dipanaskan
1 mL saliva encer + 5 tetes toluen Hijau + endapan merah bata
+ 5 tetes pereaksi Benedict, dipanaskan
1 mL saliva encer + 5 tetes HgCl2 1 % Biru
+ 5 tetes pereaksi Benedict, dipanaskan
1 mL saliva encer + 5 tetes pati 1 % Hijau + endapan merah bata
+ 5 tetes pereaksi Benedict, dipanaskan
Aktivitas Pengamatan
1 mL saliva encer + 5 tetes H2O Biru kehijauan + endapan merah
bata
+ 5 tetes pereaksi Benedict, dipanaskan

F. PEMBAHASAN
Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Tiap hari
sekitar 1-1,5 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Saliva terdiri atas
99,24% air dan 0,58 % terdiri atas ion-ion Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-,
SO42- dan zat-zat organik seperti musin dan enzim amilase atau ptialin. Musin
adalah suatu glikoprotein dikeluarkan oleh kelenjar sublingual dan kelenjar
submandibular, sedangkan ptialin dikeluarkan oleh kelenjar parotid. Saliva
mempunyai pH antara 5,75 sampai 7,05. Pada umumnya pH saliva dibawah 7
(Poedjiadi, 2009: 235).
1. Tes Musin
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan adanya musin dalam saliva.
Musin adalah zat organik yang berperan sebagai pelicin rongga mulut untuk
menelan (Sumardjo, 2006: 20). Pada percobaan ini saliva ditambahkan dengan
asam asetat diperoleh dan larutan keruh yang kemudian mengendap menjadi
endapan putih, yang membuktikan didalam saliva terdapat musin. Asam asetat
berfungsi untuk mengendapkan musin. Penambahan asam asetat ini akan
menyebabkan denaturasi atau rusaknya struktur protein sehingga protein akan
mengendap (Triyono, 2010: 3). Kemudian dilakukan pengujian dengan pereaksi
Millon, Benedict dan Molisch.
a. Uji dengan Pereaksi Millon
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui adanya protein yang
berupa tirosin dalam saliva. Pada percobaan ini uji positif membentuk endapan
putih. Hal ini sudah sesuai dengan teori, dimana uji Millon diujikan untuk
mengidentifikasi tirosin yang merupakan asam amino dengan gugus fenol sebagai
rantai sampingnya (Nurlely, 2014: 79). Adapun reaksi yang terjadi:
O 2N
O
HO CH2 CH COOH + HgNO3(aq) HO CH2 CH C
- +
NH2 Pereaksi NH2 O Hg
Millon
Tirosin Endapan Putih
b. Uji dengan Pereaksi Benedict
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui adanya gula-gula
pereduksi misalnya glukosa dalam saliva. Dari hasil percobaan setelah
ditambahkan pereaksi Benedict, menghasilkan larutan berwarna biru. Hal ini tidak
sesuai dengan teori, dimana berdasarkan teori uji positif berupa endapan hijau,
kuning, orange, merah sampai endapan merah bata tergantung jumlah Cu2O yang
terbentuk (Halimah, 2010: 16). Terbentuknya endapan ini disebabkan karena
glukosa dapat mereduksi Cu2+ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian
mengendap menjadi Cu2O. Hasil yang diperoleh pada percobaan ini yang berupa
warna biru menandakan saliva tidak mengandung gula pereduksi. Adapun reaksi
yang terjadi:
CH 2OH CH 2OH

OH OH
OH + Cu 2+
+ 5OH-(aq) OH COO + Cu2O + 3 H2O(l)

OH OH
pereaksi Benedict Endapan
OH OH
merah bata
Glukosa
c. Uji dengan Pereaksi Molisch
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui adanya karbohidrat
dalam saliva. Dari hasil percobaan diperoleh larutan keruh dan terdapat endapan.
Hal ini tidak sesuai dengan teori, berdasarkan teori cincin ungu akan terbentuk
sebagai akibat terjadinya reaksi kondensasi antara furfural dan 𝛼-naftol. Hasil ini
menunjukkan adanya karbohidrat dalam saliva tetapi dalam percobaan tidak
menunjukkan uji positif berupa terbentuknya cincin warna ungu. 𝛼 -naftol
berfungsi sebagai indikator warna untuk memudahkan saja, H2SO4 berfungsi
menghidrolisis glukosa menjadi hidroksimetil furfural (Halimah, 2010: 1,6).
Adapun reaksi yang terjadi:
2. Tes Tiosianat
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan adanya ion tiosianat dalam
saliva. Ion tiosianat dalam jumlah yang sangat kecil ditemukan juga dalam saliva,
yang merupakan hasil reaksi antara sianida sebagai hasil pemecahan protein
dengan senyawa belerang dalam hati. Perubahan ini terjadi kemungkinan proses
perhitungan sifat racun sianida oleh senyawa belerang dalam hati dan membentuk
senyawa tiosianat (Tim Dosen, 2018: 6). Percobaan ini dilakukan dengan
penambahan saliva dengan FeCl2 dan HCl pekat. Larutan FeCl2 berfungsi sebagai
pereaksi yang bereaksi dengan SCN- membentuk Fe(SCN)2. HCl pekat berfungsi
untuk mempercepat reaksi yang terjadi antara SCN- dan FeCl2. Larutan yang
diperoleh ditambahkan dengan HgCl2 1 % dan membentuk [Hg(SCN)4]2- yang
keruh kekuningan. Hal ini tidak sesuai dengan teori. Berdasarkan teori,
penambahan HgCl 1% akan membentuk Hg(II) tiosianat yang tidak berwarna.
Jika warna tetap berarti ada tiosianat (Tim Dosen, 2018: 6), sehingga dalam saliva
terdapat ion tiosianat. Adapun reaksi yang terjadi:
2SCN-(aq) + FeCl2(aq) Fe(SCN)2(aq) + 2Cl-(aq)
4Fe(SCN)2(aq) + 2 Hg+ [Hg(SCN)4]2- + 4Fe2+
Sumber
3. Tes Penyusun Senyawa Anorganik Saliva
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya senyawa
anorganik pada saliva antara lain ion Cl-, PO43-, SO42- dan Ca2+. Pengujian ini
dilakukan dengan cara mereaksikan saliva dengan asam asetat. Penambahan asam
ini akan menyebabkan denaturasi rusaknya struktur protein sehingga protein akan
mengendap sedangkan pemanasan berfungsi untuk mempercepat proses
pengendapan (Triyono, 2013: 3). Kemudian dilakukan penyaringan untuk
memisahkan endapan dari larutannya, filtrat yang diperoleh dilakukan pengujian
ion Cl-, PO43-, SO42- dan Ca2+.
a. Uji klorida (Cl-)
Tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui adanya ion Cl- dalam saliva.
Percobaan ini dilakukan dengan menambahkan HNO3 encer yang berfungsi untuk
membuat suasana menjadi asam. Kemudian ditambahkan AgNO3 yang akan
berikatan dengan Cl- membentuk AgCl. Hasil positif menunjukkan adanya
endapan putih AgCl. Sesuai dengan teori bahwa adanya ion Cl- akan memberikan
uji positif endapan putih AgCl (Svehla, 1979: 204). Sehingga dalam saliva
terdapat ion Cl-. Adapun reaksi yang terjadi:
AgNO3(aq) + Cl-(aq) AgCl + NO3-(aq)
(Endapan Putih)
(Svehla, 1979: 204).
b. Uji fosfat (PO43-)
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui adanya ion PO43-
dalam saliva. Percobaan ini dilakukan dengan menambahkan amonium molibdat
yang akan berikatan dengan ion fosfat dan menghasilkan endapan kuning.
Kemudian dipanaskan untuk mempercepat reaksi yang terjadi antara amonium
molibdat dengan ion fosfat. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh larutan bening,
dimana jika amonium molibdat direaksikan dengan ion fosfat membentuk
endapan berwarna kuning (Svehla, 1979: 355). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam saliva tidak terdapat ion PO43-. Hal ini tidak sesuai dengan teori,
dimana menurut Poedjiadi (2009: 235). Saliva terdiri atas 99,24% air dan 0,58%
terdiri atas ion-ion Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42- dan zat-zat
organik seperti musin dan enzim amilase atau ptialin. Adapun reaksi yang terjadi:
2PO43-(aq) + 3(NH4)6Mo7O24(aq) → (NH4)3[P Mo12O24]↓
(Endapan kuning)
(Svehla, 1979: 355).
c. Uji sulfat (SO42-)
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui adanya ion SO42-
dalam saliva. Percobaan ini dilakukan dengan menambahkan BaCl2 yang akan
membentuk BaSO4 akan menghasilkan larutan bening. Hal ini tidak sesuai dengan
teori, dimana jika dalam larutan terdapat ion SO42- yang direaksikan dengan BaCl2
akan menghasilkan endapan putih BaSO4 (Svehla, 1979: 347). Sehingga dalam
saliva tidak terdapat ion SO42-. Hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana menurut
poedjiadi (2009: 235) saliva terdiri atas 99,24% air dan 0,58% terdiri atas ion-ion
Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42- dan zat-zat organik seperti musin
dan enzim amilase atau ptialin. Adapun reaksi yang terjadi:
SO42-(aq)+ BaCl2(aq) BaSO4 + 2Cl-(aq)
(Endapan Putih)
(Svehla, 1979: 347).
d. Uji Kalsium (Ca2+)
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya ion Ca2+
dalam saliva. Percobaan ini dilakukan dengan menambahkan amonium oksalat
yang berfungsi untuk mengikat Ca2+ membentuk endapan putih CaC2O4.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh larutan keruh yang kemudian mengendap
membentuk endapan putih. Hal ini sudah sesuai dengan teori, adanya ion Ca2+
dalam larutan yang ditandai dengan adanya endapan putih (Febriaty, 2016: 25).
Hal ini menunjukkan bahwa dalam saliva terdapat ion Ca2+ dan sesuai menurut
Poedjiadi (2009: 235) saliva terdiri atas 99,24% air dan 0,58% terdiri atas ion-ion
Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42- dan zat-zat organik seperti musin
dan enzim amilase atau ptialin. Adapun reaksi yang terjadi:
Ca2+(aq) + (NH4)2C2O4(aq) CaC2O4 ↓ + 2 NH4+(aq)
(Endapan Putih)
(Febriaty, 2016: 25).
4. Tes Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Ptialin
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap
aktivitas kerja enzim ptialin (amilase saliva). Enzim ptialin dalam saliva adalah
suatu enzim amilase yang berfungsi untuk memecah molekul amilum maltosa
dengan proses hidrolisis pemecahan molekul (Poedjiadi, 2009: 235). Percobaan
ini dilakukan dengan mereaksikan pati pada berbagai keadaan suhu yaitu pada air
es, suhu kamar, suhu 37℃ dan pada suhu kamar yang dipanaskan terlebih dahulu.
a. Pada air es
Tabung I dilakukan pengujian saliva pada suhu air es (dibawah 10℃).
Hasil ini menunjukkan tidak adanya aktivitas enzim amilase yang ditandai dengan
penambahan iod yang menunjukkan larutan bening kebiruan yang berarti tidak
adanya pati terhidrolisis oleh enzim amilase. Karena jika pati terhidrolisis oleh
saliva maka penambahan iod akan menunjukkan larutan bening. Hasil yang
diperoleh sesuai dengan teori. Berdasarkan teori pada suhu rendah pereaksi kimia
berlangsung dengan lambat. Hal ini disebabkan karena pada suhu tersebut energi
aktivitas yang diperlukan enzim untuk mengkatalisis reaksi hidrolisis belum
maksimal sehingga enzim tidak dapat bekerja secara baik (Sriwahyuni, 2015: 22).
b. Pada suhu kamar
Tabung II dilakukan pengujian aktivitas saliva pada suhu kamar (±28℃).
Hasil ini menunjukkan adanya aktivitas saliva pada amilase yang ditandai dengan
penambahan iod yang menunjukkan larutan bening kekuningan yang berarti
adanya pati yang terhidrolisis oleh enzim amilase. Penambahan iod akan
menunjukkan larutan bening. Akan tetapi, warna bening yang didapatkan pada
kerja enzim amilase pada suhu kamar masih memiliki warna kuning yang berarti
masih terdapat pati didalam larutan. Hal ini disebabkan karena pada suhu kamar
reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu lebih tinggi reaksi
berlangsung dengan lebih cepat (Sriwahyuni, 2015: 22).
c. Pada suhu 37℃
Tabung III dilakukan pengujian aktivitas saliva pada suhu 37℃. Hasil ini
menunjukkan adanya aktivitas enzim amilase yang ditandai pada penambahan iod
menunjukkan larutan bening kekuningan yang berarti pati terhidrolisis oleh enzim
amilase. Akan tetapi, masih terdapat warna kuning yang menunjukkan masih
terdapat pati yang tidak terhidrolisis. Hal ini tidak sesuai dengan teori. Menurut
teori aktivitas enzim meningkat drastis pada suhu 40 ℃ yang merupakan suhu
optimum aktivitas enzim. Dimana suhu optimum yaitu suhu yang menyebabkan
terjadinya reaksi kimia dengan kecepatan paling besar (Sriwahyuni, 2015: 22).
d. Pada suhu tinggi
Tabung IV dilakukan pengujian aktivitas saliva pada suhu tinggi yaitu
saliva dipanaskan terlebih dahulu. Hasil ini menunjukkan tidak adanya aktivitas
enzim amilase yang ditunjukkan dengan penambahan iod menghasilkan larutan
berwarna biru yang berarti tidak terhidrolisisnya pati oleh enzim amilase. Hal ini
sesuai dengan teori, menurut teori kenaikan suhu tinggi dapat menyebabkan
terjadinya denaturasi serta mengurangi kecepatan reaksi (Sriwahyuni, 2015: 22).
5. Tes Estimasi Ptialin
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan enzim
untuk menghidrolisis pati. Percobaan ini dilakukan pada suhu 37℃ karena pada
suhu ini enzim dapat bekerja secara optimal. Percobaan dilakukan dengan
menambahkan NaCl ke dalam saliva dimana NaCl mengandung ion logam Na+
yang bertindak sebagai inhibitor yaitu senyawa atau ion yang dapat menghambat
aktivitas (kerja) enzim dalam hal ini adalah proses penghidrolisasi pati dalam
saliva (Soeka, 2015: 1165). Larutan diuji dengan menggunakan larutan iod yang
berfungsi untuk mengidentifikasi apakah pati telah terhidrolisis sehingga dapat
ditentukan kemampuan enzim ptialin dalam menghidrolisis pati.
Hasil dari percobaan diperoleh larutan bening. Hal ini dapat
membuktikan bahwa enzim amilase dapat bekerja dengan adanya zat inhibitor
yaitu NaCl. Dimana waktu optimum bagi enzim amilase untuk menguraikan
substrat (amilum) menjadi maltosa (produk) adalah 70 menit (Laila, 2007: 123).
Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori bahwa proses konversi pati secara
enzimatik menjadi maltosa melibatkan enzim endoamilase ( 𝛼 -amilase) yang
membelah ikatan pada bagian dalam rantai amilosa dan amilopektin sedangkan
enzim eksoamilase ( 𝛽 -amilase) yang bertindak pada bagian eksternal rantai
amilosa atau amilopektin gula residu yang dihasilkan dari proses enzimatis enzim
endoamilase dimana endoamilase ( 𝛽 -amilase) akan memotong ikatan 𝛼 -1,4
glikosida pada bagian eksternal rantai amilosa atau rantai amilopektin dengan
produk akhir maltosa (Setyahadi, 2017: 17). Adapun reaksi yang terjadi:

6. Tes Penentuan pH yang cocok untuk Kerja Saliva


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap kerja
enzim. Enzim bekerja pada pH tertentu, umumnya pada pH sekitar 6-8. Setiap
enzim mempunyai pH optimum yang khas. Enzim memiliki pH optimum pada
umumnya sekitar pH jaringan dimana enzim berada. Beberapa enzim ada yang
aktivitasnya pada pH tinggi dan ada pula pada suhu rendah. Ketika pH jauh diatas
pH optimum maka enzim akan mengalami denaturasi. pH optimum amilase
berkisar antara pH 5,4-6,2 (Sriwahyuni, 2015: 21).
Percobaan dilakukan dengan menguji kerja enzim pada pH yang
berbeda-beda yaitu pada pH 4, pH 5, pH 7 dan pH 9. Larutan buffer ini
direaksikan dengan pati yang berfungsi sebagai sampel yang akan dihidrolisis
oleh enzim. Kemudian ditambahkan NaCl. Dimana NaCl mengandung ion non
logam Na+ yang bertindak sebagai inhibitor yaitu senyawa atau ion yang dapat
menghambat jalannya aktivitas enzim (Soeka, 2015: 1155). Kemudian dipanaskan
pada suhu 37℃ karena merupakan suhu optimum aktivitas enzim.
Hasil yang diperoleh pada pH 4 membentuk larutan ungu pekat, pH 5
membentuk larutan coklat, pH 7 membentuk larutan kuning kecoklatan dan pH 9
membentuk larutan kuning kecoklatan. Hasil yang diperoleh menunjukkan telah
rusaknya (terdenaturasi) enzim karena proses pemanasan yang melebihi suhu
optimum dimana uji positif berupa larutan berwarna bening yang menandakan
bahwa telah terjadi reaksi hidrolisis pati menjadi maltosa oleh enzim amilase
sedangkan warna biru menandakan tidak terjadi reaksi hidrolisis. Hal ini tidak
sesuai dengan teori, dimana aktivitas spesifik amilase meningkat drastis pada pH
5 dan menurun diatas pH 7 (Sriwahyuni, 2015: 21). Berdasarkan hasil yang
diperoleh, dari ke-4 pengujian pH berbeda, dapat disimpulkan bahwa tidak
menunjukkan uji positif. Dimana pada pH 7 adalah suhu optimum kerja enzim
amilase, pada pH 4 dan Ph 5 aktivitas enzim berlangsung lambat dan pada pH 9
enzim akan rusak.
7. Tes Senyawa yang Menghambat/Menghancurkan Aktivitas Bakteri Pada
Amilase Saliva
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui senyawa atau zat yang dapat
menghambat aktivitas bakteri pada amilase saliva. Senyawa atau ion yang dapat
menghambat aktivitas enzim disebut inhibitor (Soeka, 2015: 1165). Pada
percobaan ini zat-zat yang diujikan yakni toluen, fenol 2%, HgCl2 1%, NaF, pati 1
% dan H2O. Larutan yang diperoleh dibagi dua dan masing-masing direaksikan
dengan larutan iod dan pereaksi Benedict. Uji iod digunakan untuk menentukan
ada tidaknya pati, karena pati digunakan untuk membentuk ikatan kompleks
dengan iod membentuk warna biru. Komponen pati yang digunakan yaitu
amilosa. Sedangkan uji benedict yang digunakan untuk menentukan adanya gula
pereduksi, seperti maltosa dan glukosa dalam sampel.
Hasil uji iod menunjukkan larutan bening kekuningan hingga bening
kebiruan pada fenol, NaF, toluen, pati dan H2O. Hasil ini menunjukkan telah
terhidrolisisnya pati oleh amilase. Sementara itu, larutan HgCl2 dengan larutan
berwarna orange menunjukkan HgCl2 yang menghambat kerja bakteri dalam
enzim amilase karena Hg bersifat korosif dalam saliva sehingga merusak
metabolisme yang terdapat pada saliva. Terhidrolisisnya NaF dan fenol oleh
enzim amilase menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan teori. Fenol yang
bersifat asam tidak dapat dihidrolisis oleh enzim amilase yang terdapat pada
saliva dan juga sifat fenol yang merupakan bahan anti bakteri. Kandungan florida
yang ada pada NaF dapat memberikan sifat anti bakteri (Pratiwi, 2005: 66-67).
Menurut teori, aktivitas bakteri tidak dapat dihambat oleh pereaksi yang bersifat
netral karena aktivitas bakteri hanya akan terhambat bila direaksikan dengan
larutan asam, larutan yang bersifat korosif dan zat anti bakteri.
Hasil uji Peraksi Benedict yang berupa larutan hijau dan terdapat endapan
merah bata ditunjukkan oleh toluena, fenol, NaF, pati dan H2O. Sementara iru,
HgCl2 membentuk larutan biru. Hal ini sesuai dengan teori, berdasarkan teori uji
positif berupa endapan hijau, kuning, orange, merah sampai endapan merah bata
tergantung jumlah Cu2O yang terbentuk (Halimah, 2010: 16). Terbentuknya
endapan disebabkan karena glukosa dapat mereduksi Cu2+ dari kuprisulfat
menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap menjadi Cu2O. Adapun reaksi yang
terjadi:
CH 2OH CH 2OH

OH OH
OH + Cu 2+
+ 5OH-(aq) OH COO + Cu2O(s) + 3 H2O(l)

OH OH
pereaksi Benedict Endapan
OH OH
merah bata
Glukosa

G. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
a. Tes musin bertujuan untuk mengetahui adanya musin (glikoprotein) dalam
saliva. Musin adalah zat organik yang berfungsi sebagai pelicin rongga mulut
untuk menelan.
b. Tes tiosianat untuk mengetahui adanya ion tiosianat dalam saliva.
c. Senyawa anorganik saliva yaitu:
1) Cl- ditandai dengan endapan AgCl2.
2) PO43- ditandai dengan endapan putih H2MoO4.
3) SO42- ditandai dengan endapan putih BaSO4.
4) Ca2+ ditandai dengan endapan putih CaC2O4.
d. Suhu optimum untuk kerja ptialin yaitu 37℃ karena kecepatan pemecahan pati
pada suhu ini paling cepat ditandai dengan hilangnya warna biru pada larutan.
e. Proses konversi pati menjadi maltosa melibatkan enzim ∝-amilase dan 𝛽 -
amilase.
f. pH optimum amilase berkisar antara pH 5,4-6,2.
g. Senyawa yang dapat menghambat aktivitas kerja enzim (bakter) amilase saliva
HgCl2, NaF dan fenol.
2. Saran
Untuk praktikan selanjutnya, diharapkan memahami secara teori yang
akan dipercobakan dan juga lebih teliti dalam meraksikan bahan-bahan yang
digunakan untuk menghindari kesalahan pereaksian.
DAFTAR PUSTAKA

Febrianty, Irma Ramadhani, Harlia dan Andi Hairil Alimuddin. 2016.


aaaaaaaPerbandingan Metode Hidrolisis Asam dan Basa Tandan Kosong Kelapa
aaaaaaaSawit Sebagai Bahan Baku Pembuatan Asam Oksalat. JKK. Vol.5. No. 4,

Halimah, Ns. Endy Syahalam, Yenni Okfrianti, Sri Sulpha Siregar dan Agus
aaaaaaaMailiza. 2010. Buku Ajar Biokimia. Bengkulu: Politeknik Kesehatan
aaaaaaaBengkulu.

Laila, Aspita, Aida Fetra, John Hendri dan Irwan Ginting Suka. 2007.
aaaaaaaPeningkatan Stabilitas Enzim Amilase Melalui Amobilisasi Pada Polimer
aaaaaaaKitosan. J-Sains MIPA. Vol. 13. No. 2. Hal. 119-126.

Nurlely, Muslimah dan Liling Triyasmono. 2014. Pengujian Daya Cerna Protein
aaaaaaaIkan Haruan (Channa Striata) Asal Kota Banjarmasin. Jurnal
aaaaaaPharmascience. Vol. 1. No. 2.

Pedjiadi, Anna dan Titin Supriyanti. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: U-


aaaaaaaPress.

Pratiwi, Rini. 2005. Perbedaan Daya Hambat Terhadap Streptoccos Mutans dari
aaaaaaaBeberapa Pasta Gigi yang Mengandung Herbal. Majalah Kedokteran Gigi.
aaaaaaaVol. 38. No. 2.

Setyahadi, Siswa, Mujtahid Imaduddin Nurrahman dan Misri Gozan. 2014.


aaaaaaaPengaruh Kecepatan Agitasi pada Media Sintesis untuk Produksi ∝ -
aaaaaaaAmilase dari Bacillus Amyloliquefaciens T1. Warta IHP. Vol. 31. No. 1,
aaaaaaaHal. 16-21.

Svehla. 1979. Textbook Of Macro And Semimicro Qualitative Inorganic


aaaaaaAnalysis. London. Longman Group Limited.

Soeka, Yati Sudaryati. 2015. Kemampuan Bacillus Licheniformis Dalam


aaaaaaaMenghasilkan Enzim ∝ - amilase. PROS SEM NAS MASY BIODIV
aaaaaaINDOM. Vol. 1, No. 5, Hal. 1162-1166.

Sriwahyuni, Lela, Tina Dewi Rosahdi dan Asep Supriadin. 2015. Isolasi dan
aaaaaaaKarakterisasi Amilase dari Biji Durian (Durio Sp). Al Kimiya, Vol. 2, No
aaaaaaa1.

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


aaaaaaaKedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Biosekta. Jakarta: Buku
aaaaa aaKedokteran EGC.
Triyono, Agus. 2010. Mempelajari Pengaruh Penambahan Beberapa Asam Pada
aaaaaaaProses Isolasi Protein Terhadap Tepung Protein Isolat Kacang Hijau
aaaaaaa(Phaseolus Radiatus L.). Seminar Rekayasa dan Proses. ISSN: 1411-4216.

Tim Dosen. 2018. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar: FMIPA Universitas


aaaaaaaNegeri Makassar.
JAWABAN PERTANYAAN

1. Tes Musin
a. Endapan yang dibentuk adalah musin.
b. Fungsi musin yaitu untuk membasahi dan sebagai pelumas yang
memudahkan atau memperlancar proses menelan makanan.
c. Musin termasuk glikoprotein, protein yang mengikat gugus karbohidrat.
2. Tes Penyusun Senyawa Anorganik Saliva
a. Aktivitas enzim yaitu zat pengaktif enzim yang berperan untuk
mengaktifkan enzim.
b. Aktivitas terbaik adalah Cl-.
3. Tes Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Ptialin
a. Tabung yang tercapai titik aromatik yaitu pada tabung yang ditempatkan
pada suhu 38℃ karena suhu tersebut adalah suhu yang optimum enzim
ptialin.
4. Tes Estimasi Ptialin
a. Dalam waktu 4 menit 1 unit amilase mampu menghidrolisis pati sebanyak
10 mL menjadi maltosa.
b. NaCl berfungsi sebagai inhibitor/menghambat kerja enzim, agar dapat
memperkirakan unit amilase yang bekerja dalam 4 unit sebanyak 10 mL
pati.
5. Tes Penentuan pH yang cocok untuk Kerja Enzim Saliva
a. pH optimum saliva 5,7 dan 7 tepatnya pada pH 7.
b. Tabung dengan pH 9 harus diasamkan agar terjadi reaksi I2 sehingga dapat
berlangsung karena bekerja pada pH asam.

Anda mungkin juga menyukai