Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MIKROBIOLOGI INDUSTRI
PERTUMBUHAN MIKROBA

DISUSUN OLEH:

STEFFANIE MALAIHOLLO
(1713041011)
PENDIDIKAN KIMIA A

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumbuh dalam pengertian umum diartikan sebagai bertambahnya ukuran,
sedangkan berkembang diartikan sebagai bertambahnya kuantitas. Oleh karena itu
pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan adanya pertambahan panjang, luas,
volume, berat maupun kandungan tertentu, sedangkan berkembang ditunjukan
dengan bertambahnya jumlah individu dan terbentuknya alat reproduksi. Dengan
demikian dari segi ukuran, maka tumbuh merupakan proses dari pendek menjadi
panjang, dari sempit menjadi luas, dari kosong menjadi berisi, dari ringan menjadi
berat, sedangkan berkembang adalah dari sedikit menjadi banyak.
Kuantitas atau ukuran pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur,
Pertama dari segi pertambahan dimensi satu, misalnya : panjang,diameter, jari-
jari, dan jumlah sel, Kedua dari segi pertambahan dimensi dua, misalnya :luas,
Ketiga dari segi pertambahan dimensi tiga, misalnya : volume, berat segar, berat
kering. Selain tiga segi tersebut, pertumbuhan juga dapat diukur dari segi
komponen seluler, misalnya : RNA, DNA, dan protein dan dari segi kegiatan
metabolisme secara langsung, misalnya : kebutuhan oksigen, karbon dioksida, dan
lain-lain.
Pertumbuhan mikroorganisme dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu:
pertumbuhan individu dan pertumbuhan koloni atau pertumbuhan populasi.
Pertumbuhan individu diartikan sebagai bertambahnya ukuran tubuh, sedangkan
pertumbuhan populasi diartikan sebagai bertambahnya kuantitas individu dalam
suatu populasi atau bertambahnya ukuran koloni. Namun demikian pertumbuhan
mikroorganisme unisel (bersel tunggal) sulit diukur dari segi pertambahan
panjang, luas, volume, maupun berat, karena pertambahannya sangat sedikit dan
berlangsung sangat cepat (lebih cepat dari satuan waktu mengukurnya), sehingga
untuk mikroorganisme yang demikian satuan pertumbuhan sama dengan satuan
perkembangan. Pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme unisel lainnya dapat
ditunjukan dengan cara menghitung jumlah sel setiap koloninya maupun
mengukur kandungan senyawa tertentu yang dihasilkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fase-fase pada kurva pertumbuhan mikroorganisme ?
2. Bagaimana menentukan kecepatan pertumbuhan mikroorganisme dan waktu
lipat dua ?
3. Bagaimana menentukan metode yang tepat dalam pengukuran pertumbuhan
suatu kelompok mikroorganisme ?
4. Bagaimana meramalkan pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme ?
5. Bagaimana syarat ideal memilih senyawa antimikroba dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kerjanya ?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan fase-fase pada kurva pertumbuhan mikroorganisme.
2. Menentukan kecepatan pertumbuhan mikroorganisme dan waktu lipat dua.
3. Menentukan metode yang tepat dalam pengukuran pertumbuhan suatu
kelompok mikroorganisme.
4. Meramalkan pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme.
5. Menjelaskan syarat ideal memilih senyawa antimikroba dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kerjanya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fase Dan Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme.


Pertumbuhan mikroorganisme dimulai dari awal pertumbuhan sampai
dengan berakhirnya aktivitas merupakan proses bertahap yang dapat digambarkan
sebagai kurva pertumbuhan. Kurva pertumbuhan mikroba terdiri dari 4 fase
utama yaitu : lag, eksponensial, stasioner, dan kematian. Kurva pertumbuhan yang
lengkap merupakan gambaran pertumbuhan secara bertahap (fase) sejak awal
pertumbuhan sampai dengan terhenti mengadakan kegiatan.
Kurva pertumbuhan mikroba:

Menurut Hamdiyati (2014), Empat fase kurva pertumbuhan mikroorganisme,


yaitu :
1. Fase Lag atau Adaptasi.
Jika mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium, mula-mula akan
mengalami fase adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan di
sekitarnya. Lamanya fase adaptasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor,
diantaranya:
a. Medium dan lingkungan pertumbuhan Jika medium dan lingkungan
pertumbuhan sama seperti medium dan lingkungan sebelumnya, mungkin
tidak diperlukan waktu adaptasi. Tetapi jika nutrient yang tersedia dan
kondisi lingkungan yang baru berbeda dengan sebelumnya, diperlukan
waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim.
b. Jumlah inokulum Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat
fase adaptasi. Fase adaptasi mungkin berjalan lambat karena beberapa
sebab, misalnya:
1) kultur dipindahkan dari medium yang kaya nutrien ke medium yang
kandungan nuriennya terbatas,
2) mutan yang baru dipindahkan dari fase statis ke medium baru dengan
komposisi sama seperti sebelumnya.
2. Fase Log atau Pertumbuhan Eksponensial.
Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan konstan mengikuti
kurva logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi
oleh medium tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrient, juga
kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembaban udara. Pada fase ini
mikroba membutuhkan energi lebih banyak dari pada fase lainnya. Pada fase
ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Dalam hal ini terdapat
keragaman kecepatan pertumbuhan berbagai mikroorganisme. Waktu lipat dua
untuk E.coli dalam kultur kaldu pada suhu 370 C, sekitar 20 menit, sedangkan
waktu lipat dua minimal sel mamalia sekitar 10 jam pada temperatur yang
sama. Akhir fase log, kecepatan pertumbuhan populasi menurun dikarenakan :
a. Nutrien di dalam medium sudah berkurang.
b. Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat
pertumbuhan mikroba.
3. Fase Stasioner.
Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh
sama dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih
kecil karena sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena
kekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda
dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan
terhadap keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan
kimia.
4. Fase Kematian.
Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian karena
beberapa sebab yaitu:
a. Nutrien di dalam medium sudah habis.
b. Energi cadangan di dalam sel habis.
c. Kecepatan kematian bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan, dan
jenis mikroba.
Pada kenyataannya bahwa gambaran kurva pertumbuhan mikroorganisme tidak
linear seperti yang dijelaskan di atas jika faktor-faktor lingkungan yang
menyertainya tidak memenuhi persyaratan. Beberapa penyimpangan yang sering
terjadi, misalnya : fase lag yang terlalu lama karena faktor lingkungan kurang
mendukung, tanpa fase lag karena pemindahan ke lingkungan yang identik, fase
eksponensial berulang-ulang karena medium kultur kontinyu, dan lain sebagainya.
B. Kecepatan Atau Laju Pertumbuhan Eksponesial
Pertumbuhan eksponensial adalah Pertumbuhan mikroorganisme pada fase
log atau fase dimana pertumbuhan mikroorganisme sangat cepat dan dalam waktu
yang singkat. Pertumbuhan yang cepat pada miroorganisme, disebabkan karena
jumlah nutrisi yang banyak. Fase ini adalah fase yang dapat dijadikan acuan
dalam menentukan laju atau kecepatan pertumbuhan dari mikroorganisme.
Rumus perhitungan Pertumbuhan eksponensial yaitu:
Nt = N0 x 2n
Keterangan:
Nt = Jumlah sel pada waktu t
N0 = Jumlah awal sel
n = Jumlah generasi selama waktu (t), dapat dihitung dengan rumus:
n = 3,3 ( log Nt – log N0 )

C. Waktu Generasi (Waktu Pertumbuhan)


Waktu yang dibutuhkan dari mulai tumbuh sampai berkembang dan
menghasilkan individu baru disebut waktu generasi. Contoh : waktu generasi
bakteri E. Coli sekitar 17 menit, artinya dalam 17 menit satu E. Coli menjadi dua
atau lebih E. Coli. Untuk mikroorganisme yang membelah, misalnya bakteri,
maka waktu generasi diartikan sebagai selang waktu yang dibutuhkan untuk
membelah diri menjadi dua kali lipat. Beberapa faktor yang mempengaruhi waktu
generasi yaitu :
1. Tahapan pertumbuhan mikroorganisme, misalnya seperti tersebut di atas yang
menyatakan bahwa satu sel bakteri menjadi 2 sel bakteri memerlukan rentang
waktu yang berbeda ketika128 sel bakteri menjadi 256 sel;
2. Takson mikroorganisme (jenis, spesies, dll), misalnya bakteri Escherichia coli
dalam saluran pencernakan manusia maupun binatang umumnya mempunyai
waktu generasi 15 - 20 menit sedangkan bakteri lain (misalnya Salmonella
typhi) mempunyai waktu generasi berjam-jam.
Jika jumlah generasi selama selang waktu pengamatan diketahui, Waktu Generasi
mikroba dapat dihitung dengan rumus:
g=t/n
Keterangan:
g = waktu generasi
t = waktu pertumbuhan bakteri atau selisih antara waktu akhir dengan waktu
awal pengamatan pertumbuhan bakteri.
n = jumlah generasi selama waktu (t )
Namun, jika jumlah generasi belum diketahui Waktu generasi mikroba dapat
dihitung dengan rumus:
N = ( log10 Nf - log10 N0 )/0,301
Keterangan:
N = Jumlah generasi
Nf = Konsentrasi akhir sel ( cell/ml)
N0 = Konsentrasi awal sel (cell/ml)
0,301 = Faktor Konversi, konversi dari log2 sampai log10.
Setelah itu mencari Waktu generasi dengan rumus:
g = t / n seperti rumus diatas.

D. Pengukuran Pertumbuhan
Metode pengukuran pertumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan menjadi
metode langsung dan tidak langsung.
1. Metode Langsung.
Contoh metode langsung yaitu dengan hitungan mikroskopik
(menggunakan hemositometer), digunakan untuk mengukur pertumbuhan bakteri
pada susu / vaksin dan hitungan cawan digunakan untuk mengukur pertumbuhan
bakteri susu, air, makanan, tanah, dan lain-lain (Winarsih,2011).
a. Hitungan mikroskopik menggunakan ruang penghitung hemositometer.
Mempunyai kelebihan cepat dalam pengerjaannya, tetapi mempunyai
beberapa kekurangannya, yaitu : tingkat kesalahan tinggi, sel mati bisa
terhitung, sel ukuran kecil sulit teramati. Metode ini tidak sesuai untuk sel
yang densitasnya rendah.
Hitungan cawan dapat dilakukan dengan metode :
1) Cawan sebar (spread plate method)
2) Cawan tuang (pour plate method) Penerapan metode cawan tuang, terlebih
dahulu dilakukan :
a) Satu seri pengenceran terhadap sampel.
b) Ambil pengenceran tertentu.
b. Menghitung sel hidup dengan cara ditanam pada media padat.
Perhitungan melalui pengenceran dan diteruskan dengan menumbuhkan
pada media kultur. Ada dua cara menumbuhkan pada media kultur, yakni :
bentang rata (spread-plate) dan tabur tuang rata (pour-plate). Cara spread-plate
dilaksanakan dengan meneteskan 100 μl suspensi sampel di atas medium
kultur padat kemudian dibentang ratakan menggunakan batang gelas bentuk
huruf L. Cara pour-plate dilaksanakan dengan meneteskan 100 μl suspensi
sampel di dalam cawan petri kemudian dituangi dengan medium cair dan
digoyang-goyang supaya sampel bercampur homogen dengan medium kultur
bakteri (Winarsih,2011).
c. Menghitung dengan ruang hitung.
Perhitungan sel menggunakan ruang hitung dilakukan dengan
menggunakan suspensi hasil pengenceran diteteskan ke dalam ruang hitung
kemudian ditutup menggunakan gelas penutup preparat. Hindari terjadinya
gelembung udara pada waktu menutup ruang hitung. Ruang hitung yang
digunakan biasanya berupa hemasitometer atau ruang penghitung sel-sel darah
merah. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan di bawah mikroskop dengan cara
menghitung jumlah sel yang ada di dalam ruang hitung. Ada tiga macam
ruang hitung yang dapat digunakan dengan ukuran ruang yang saling berbeda.
Perhitungan akan lebih mewakili dari jumlah sel yang sebenarnya jika
menggunakan semua macam ruang hitung dan sistem pengencerannya yang
benar-benar homogen, sehingga hasil rata-rata menjadi lebih akurat.
2. Metode Tidak Langsung
Contoh metode tidak langsung adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan kekeruhan, bila suspensi biakan cair & homogen.
b. Berdasarkan berat kering sel, bila suspensi biakan kental & tidak homogen.
c. Berdasarkan kadar nitrogen, bila suspensi biakan kental & tidak homogen.
d. Berdasarkan aktivitas biokimia, menggunakan uji mikrobiologis.
Metode tidak langsung melalui kekeruhan/turbiditas dengan melihat massa
sel. Metode ini menggunakan alat : spektrofotometer. Dengan alat ini dapat
ditentukan nilai absorbansi (a) atau kerapatan optik (od=optikal density).
Sebelumnya perlu dibuat kurva baku untuk mengetahui jumlah sel. Kelebihan :
cepat, mudah, tidak merusak sample. Kekurangan : sel hidup dan sel mati tidak
terukur. Metode tidak langsung melalui berat kering sel, dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
a. Menyaring atau sentrifugasi massa sel.
b. Mencuci dengan aquadest atau buffer.
c. Dikeringkan dalam oven, bila suhu 800C memerlukan waktu 24 jam atau
1100C selama 8 jam.
d. Kemudian ditimbang sehingga diperoleh berat kering sel.
Turbiditas dapat diukur menggunakan alat photometer (penerusan cahaya),
semakin pekat atau semakin banyak populasi mikrobia maka cahaya yang
diteruskan semakin sedikit. Turbiditas juga dapat diukur menggunakan
spektrofotometer (optical density/ OD), yang sebelumnya dibuat kurva standart
berdasarkan pengukuran jumlah sel baik secara total maupun yang hidup saja atau
berdasarkan berat kering sel. Unit photometer atau OD proporsional dengan
massa sel dan juga jumlah sel, sehingga cara ini dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah atau massa sel secara tidak langsung.

E. Perhitungan Populasi Bakteri


Pada saat ditempatkan dalam medium nutrisi lengkap, sel bakteri tumbuh
lebih besar dan akhirnya membelah menjadi dua sel. Hal ini berkesinambungan
dengan produksi populasi vegetatif sel yang tidak terdiferensiasi. Dalam
perkembangan biakan bakteri, terjadi peningkatan massa sel dan jumlah
organisme, tetapi hubungan kedua parameter tersebut tidak konstan. Penelitian
kuantitatif perlu dilakukan terhadap pertumbuhan sel, oleh karena itu perlu dicatat
perbedaan antara konsentrasi sel, atau jumlah sel per unit volume biakan, dengan
kepadatan bakteri, yang didefinisikan sebagai protoplasma total per unit volume
(Kusnadi,2014).
Massa sel ditentukan langsung dalam berat kering. Metode tersebut,
memakan-waktu, khususnya mengunakan referensi dalam isolasi dan pemurnian
dan dalam kalibrasi dasar metode lain. Metode yang sering digunakan untuk
menaksir berat atau jumlah biomassa total dalam suspensi ialah mengukur
densitas optik kultur kaldu dengan spektrofotometer. Teknik tubidimetrik, secara
khusus digunakan untuk menentukan masa sel selama pertumbuhan, sebagai
evaluasi terhadap efek zat antibakteri terhadap bakteri. Metode lain untuk
menentukan berat atau jumlah sel, dengan menentukan nitrogen dan mengukur
volume sel yang telah disentrifugasi.
Jumlah bakteri dalam suatu biakan dapat ditentukan dengan menghitung
langsung jumlah keseluruhan bakteri atau dengan cara tidak langsung,
menghitung jumlah sel yang hidup. Jumlah total bakteri yang hidup dan mati
dapat dilakukan dengan menggunakan alat penghitung seperti Petroff-Houser
counter, atau cara yang tepat dengan Coulter counter, suatu alat penghitung
partikel elektronik yang mengukur penyebaran ukuran dan jumlah dalam suspensi
bakteri (Kusnadi,2014).
Untuk menghitung jumlah yang hidup, diperlukan pembiakan pada
permukaan lempeng agar. Populasi mikroorganisme diencerkan dalam pelarut
nontoksik, dan populasi yang tercampur rata disebarkan dalam atau pada medium
padat yang sesuai, jadi setelah inkubasi setiap unit yang hidup membentuk satu
koloni. Jumlah individu yang hidup atau cluster yang ada ditentukan dari jumlah
koloni dan pengenceran. Sampel yang mengandung mikroorganisme lebih dari
100 sel per mililiter, seperti urin atau dari sumber air minum, memerlukan
pemekatan sebelum dilakukan penghitungan. Hal ini dilakukan melalui filter
membran steril dengan ukuran pori yang dapat menahan semua bakteri,
selanjutnya membran dipindahkan ke suatu lapisan absorben yang jenuh oleh
kaldu nutrien.

F. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba


Dalam pertumbuhan bakteri, semua substansi esensial harus tersedia untuk
sintesis dan pemeliharaan protoplasma, dengan sumber energi, dan kondisi
lingkungan yang sesuai. Bakteri merupakan organisme yang sangat “pintar”.
Mereka memperlihatkan kemampuan yang sangat besar dalam menggunakan
bahan makanan yang tersebar, menyusun bahan anorganik menjadi senyawa
organik yang sangat kompleks. Beberapa spesies juga belajar tumbuh pada
berbagai relung ekologik dengan temperatur, keasaman, dan tekanan oksigen yang
ekstrim. Kemampuan bakteri untuk bertahan di bawah keadaan sekitar yang
demikian merupakan perlindungan dari adaptabilitas tinggi dan refleks
kapasitasnya dalam keberhasilan merespon suatu stimulus yang dianggap asing
atau tidak pernah ditemui sebelumnya ( Hamdiyati,2014).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri:
1. Faktor nutrisi
Karbon, Bakteri Autotrofik (litotrof), untuk pertumbuhannya hanya
membutuhkan air, garam anorganik dan karbon dioksida. Kelompok ini
mensintesis karbon dioksida menjadi sebagian besar metabolit organik
esensial. Bakteri heterotrofik (organotrof) membutuhkan karbon organik untuk
pertumbuhannya. Dalam praktek laboratorium, glukosa secara luas digunakan
sebagai sumber karbon organik, tetapi berbagai senyawa lain juga dapat
digunakan secara khusus atau sumber karbon tertentu oleh bakteri yang
berbeda. Di antara bakteri yang “pintar”, Pseudomonas menggunakan lebih
dari 100 senyawa organik yang berbeda sebagai satu-satunya sumber karbon
dan energi.
Ion anorganik, Sejumlah kecil ion anorganik dibutuhkan oleh semua
bakteri. Selain nitrogen, sulfur dan fosfor yang terdapat sebagai unsur dalam
senyawa biologik , kalium, magnesium dan kalsium pada bakteri fungsinya
berhubungan dengan polimer anionik tertentu. Magnesium berfungsi
menstabilkan ribosom, membran sel, asam nukleat, dan dibutuhkan untuk
aktivitas sejumlah enzim. Kalium juga dibutuhkan untuk aktivitas sejumlah
enzim, dan konsentrasi kalium dalam sel bakteri Gram-positif dipengaruhi
oleh kandungan asam teikoat pada dinding sel. Sebagian besar bakteri
membutuhkan besi, magnesium, seng, kupri, dan kobalt, dan untuk bakteri
lain kebutuhan molibdenum dan selenium dianggap esensial. Kebutuhan unsur
tersebut untuk bakteri lain lebih sulit untuk diperkirakan, karena kadang-
kadang diperlukan atau kehadirannya dianggap sebagai unsur kontaminan
dalam medium (Hamdiyati,2014).
Unsur dalam jumlah yang sedikit (trace element) berperan penting dalam
inetraksi inang-parasit. Pada inang hewan, kekuatan protein pengikat-besi
dalam cairan tubuh berfungsi untuk menahan besi terhadap serangan
mikroorganisme yang masuk. Keberhasilan mikroorganisme memasuki inang,
akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk mengambil besi, dan dengan
giat mengekstrak besi dari berbagai lingkungannya. Sejumlah senyawa besi
(siderophore) sudah dikenal pada beberapa spesies bakteri. Kehadirannya
sangat penting untuk pengambilan besi, dan signifikan secara evolusiner untuk
keberhasilan kompetisi dengan inangnya dalam hal nutrisi esensial yang
jumlahnya terbatas (Hamdiyati,2014).
Karbon dioksida. Bakteri pengguna CO2 sebagai sumber karbon seluler
utama, ialah bakteri kemolitotrof dan fotolitotrof . Selain itu, kemoorganotrof
juga membutuhkan suplai CO2 yang memadai untuk fiksasi CO2 heterotrofik
dan untuk sintesis asam lemak. Karbon dioksida secara normal dihasilkan
selama katabolisme senyawa organik, oleh karena itu tidak dianggap sebagai
faktor pembatas. Beberapa bakteri, seperti Neisseria dan Brucella, memiliki
satu atau banyak enzim yang berafinitas rendah terhadap CO2 dan
membutuhkan CO2 pada konsentrasi yang lebih tinggi (10%) dibanding CO2
yang terdapat di atmosfir (0,03%). Keadaan ini harus dipertimbangkan untuk
kepentingan isolasi dan biakan bakteri tersebut (Kusnadi,2014).
2. Lingkungan
Setiap mikroorganisme mempunyai respons yang berbeda terhadap faktor
lingkungan (suhu, pH, O, salinitas, dsb.)
3. Suhu
Tinggi rendahnya suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.
Bakteri dapat tumbuh dalam rentang suhu minus 50C sampai 800C, tetapi
bagaimanapun juga setiap species mempunyai rentang suhu yang pendek yang
ditentukan oleh sensitifitas sistem enzimnya terhadap panas.
Bakteri dapat dikelompokkan berdasarkan pada kisaran suhu
pertumbuhannya, yaitu :
a. Psikrofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 00C sampai 200C.
Suhu optimumnya sekitar 150C. Karakteristik istimewa dari semua bakteri
psikrofil adalah akan tumbuh pada suhu 0 – 50 C.
b. Mesofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 200C sampai 450 C.
karakteristik istimewa dari semua bakteri mesofil adalah kemampuannya
untuk tumbuh pada suhu tubuh (370 C) dan tidak dapat tumbuh pada suhu
di atas 450 C. Bakteri mesofil dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu:
1) Yang mempunyai suhu pertumbuhan optimum 20 – 300 C, termasuk
tumbuhan saprofit.
2) Yang mempunyai suhu pertumbuhan optimum 35 – 400 C, termasuk
organisme yang tumbuh baik pada tubuh inang berdarah panas.
c. Termofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 450 C atau lebih.
Bakteri termofil dapat dibedakan menjadi dua kelompok :
1) Fakultatif termofil adalah organisme yang dapat tumbuh pada suhu
470 C, dengan suhu pertumbuhan optimum 45 – 600 C.
2) Obligat termofil adalah organisme yang dapat tumbuh pada suhu di
atas suhu 500 C, dengan suhu pertumbuhan optimum di atas 600 C.
Perubahan suhu dapat mempengaruhi :
a. Pertumbuhan : miskin, banyak, atau mati.
b. Perubahan karakteristik : pembentukan pigmen, misalnya Serratia
marcescens, pada suhu kamar merah, suhu lebih tinggi atau rendah dari
suhu kamar, pigmen merah hilang. Produksi selulosa Acetobacter
xylinum pada suhu lebih tinggi dari suhu kamar akan menurun.
4. Derajat keasaman (pH)
Pengaruh pH terhadap pertumbuhan tidak kalah pentingnya dari
pengaruh temperatur. Ada pH minimum, pH optimum, dan pH maksimum.
Rentang pH bagi pertumbuhan bakteri antara 4 – 9 dengan pH optimum 6,5 –
7,5. Jamur lebih menyukai pH asam, rentang pH pertumbuhan jamur dari 1 – 9
dan pH optimumnya 4 – 6. Selama pertumbuhan pH dapat berubah, naik atau
turun, bergantung kepada komposisi medium yang diuraikan. Bila ingin pH
konstan selama pertumbuhan harus diberikan larutan penyangga atau buffer
yang sesuai dengan media dan jenis mikroorganisme (Hamdiyati,2014).
5. Kebutuhan Oksigen.
Oksigen tidak mutlak diperlukan mikroorganisme karena ada juga
kelompok yang tidak memerlukan oksigen bahkan oksigen merupakan racun
bagi pertumbuhan. Mikroorganisme terbagi atas empat kelompok berdasarkan
kebutuhan akan organisme, yaitu mikroorganisme aerob yang memerlukan
oksigen sebagai akseptor elektron dalam proses respirasi. Mikroorganisme
anaerob adalah mikroorganisme yang tidak memerlukan O2 karena oksigen
akan membentuk H2O2 yang bersifat toksik dan meyebabkan kematian.
Mikroorganisme anaerob tidak memiliki enzim katalase yang dapat
menguraikan H2O2 menjadi air dan oksigen. Mikroorganisme fakultatif
anaerob adalah mikroorganisme yang tetap tumbuh dalam lingkungan
kelompok fakultatif anaerob. Mikroorganisme mikroaerofilik adalah
mikroorganisme yang memerlukan oksigen dalam jumlah terbatas karena
jumlah oksigen yang berlebih akan menghambat kerja enzim oksidatif dan
menimbulkan kematian mikroba (Kusnadi,2014).
6. Kondisi Osmotik.
Konsentrasi larutan yang aktif secara osmotik di dalam sel bakteri,
umumnya lebih tinggi dari konsentrasi di luar sel. Sebagian besar bakteri,
kecuali pada Mycoplasma dan bakteri yang mengalami kerusakan dinging
selnya, tidak toleran terhadap perubahan osmotik dan akan mengembangkan
sistem transpor kompleks dan alat pengatur sensor-osmotik untuk memelihara
keadaan osmotik konstat dalam sel.
7. Salinitas.
Berdasarkan kebutuhan garam (NaCl) mikroorganisme dapat dikelompokkan
menjadi :
a. Non halofil
b. Halotoleran
c. Halofil (NaCl 10-15%)
d. Halofil ekstrim

G. Pengendalian Pertumbuhan Mikroba


Pengendalian atau Kontrol terhadap pertumbuhan mikroorganisme dapat
dilakukan dengan cara membunuh mikroorganisme, atau menghambat
pertumbuhannya. Kontrol terhadap pertumbuhan dapat dilakukan secara :
1. Fisik.
Secara fisik, menggunakan uap air panas dan tekanan tinggi, diperoleh
panas lembab, efektif dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi dengan
otoklaf memerlukan suhu 1210 C, tekanan 15 psi/1,5 kg/cm2, selama 15
menit. Sterilisasi fisik dapat juga dengan panas kering menggunakan
oven1600 C, selam 2 jam. Sterilisasi dengan oven untuk alat-alat gelas dan
bahan yang tidak tembus air.
2. Kimia.
Secara kimia, menggunakan senyawa kimia untuk mengendalikan
pertumbuhan mikroorganisme , contoh :
HgCl (0,1%), menyebabkan koagulasi protein.
NaOCl Cl2 + H2 O = HCl + HOCl (asam hipoklorit, menyebabkan klorinasi
protein sel).
HOCl = HCl+ + O n (daya oksidasi kuat)
Senyawa kimia yang dapat mengendalikan pertumbuhan
mikroorganisme, dapat dibedakan memjadi antiseptic, desinfektan, dan bahan
kemoterapetik/antibiotic. Antiseptik : substansi kimia yang digunakan pada
jaringan hidup yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisma.
Desinfektan:substansi kimia yang dapat menghambat pertumbuhan sel
vegetatif pada materi yang tidak hidup. Bahan kemoterapetik :substansi kimia
yang dapat merusak/menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam
jaringan hidup, dihasilkan oleh mikroorganisme (Hamdiyati,2014).
Tidak ada bahan kimia yang ideal atau dapat digunakan untuk segala
macam keperluan, maka diperlukan beberapa hal dalam memilih dan
menggunakan senyawa kimia untuk tujuan tertentu, yaitu sebagai berikut:
a. Aktivitas antimikroba, yaitu memiliki kemampuan untuk mematikan
mikroorganisme, dalam konsentrasi yang rendah pada spektrum yang luas,
artinya dapat membunuh berbagai macam mikroorganisme.
b. Kelarutan, artinya senyawa ini bisa larut dalam air atau pelarut lain, sampai
pada taraf yang diperlukan secara efektif.
c. Stabilitas, artinya memiliki stabilitas yang tinggi bila dibiarkan dalam
waktu yang relatif lama dan tidak boleh kehilangan sifat antimikrobanya.
d. Tidak bersifat toksik bagi manusia maupun hewan lain, artinya senyawa ini
bersifat letal bagi mikroorganisme dan tidak berbahaya bagi manusia
maupun hewan lain.
e. Homogenitas, komposisinya harus selalu sama, sehingga bahan aktifnya
terdapat pada setiap aplikasi.
f. Ketersediaan dan biaya, senyawa itu harus tersedia dalam jumlah besar
dengan harga yang pantas.
g. Sifat bahan harus serasi , yaitu zat kimia yang digunakan untuk disinfeksi
alat-alat yang terkontaminasi tidak baik digunakan untuk kulit karena dapat
merusak sel kulit.
h. Tipe mikroorganisme, artinya tidak semua mikroorganisme rentan terhadap
mikrobiostatik atau mikrobiosida, oleh karena itu harus dipilih tipe
mikroorganisme yang akan dibasmi.
3. Mekanik
Secara mekanik, untuk bahan yang mudah rusak karena pemanasan, misalnya
vitamin, enzim, serum, antibiotik. Sebagai Contoh : filtrasi, menggunakan
filter berupa membran dengan tebal tertentu, terbuat dari asbes, diatom,
porselen, kaca berpori, selulosa. membran selulosa : diameter pori 0,01-10
μm. Bahan/zat yang tidak dapat dipanaskan pada suhu lebih dari 1000 C, dapat
dilakukan pasteurisasi dan tindalisasi. Pasteurisasi memerlukan pemanasan
63-730 C, digunakan untuk pengawetan air, susu, bir, anggur. Pasteurisasi
dapat membunuh mikroorganisme pathogen (Mycobacterium, Salmonella,
Coxiella) dan beberapa mikroorganisme normal. Pelaksanaan pasteurisasi
dapat dilakukan dengan cara :
a. LTH = low temperatur holding, menggunakan suhu 630 C , selama 30
menit
b. HTST = high temperatur short time, menggunakan suhu 720 C, selama 15
detik
Tindalisasi adalah pemanasan dengan suhu 80-1000 C, selama 30 menit, 3 hari
berturut-turut. Pelaksanaan tindalisasi melalui tahapan sebagai berikut :
a. Tindalisasi 1: sel vegetatif mati, kemudian diinkubasi, spora berkecambah
menjadi sel vegetatif.
b. Tindalisasi 2: sel vegetatif mati, spora yang tersisa berkecambah menjadi
sel vegetatif.
c. Tindalisasi 3: semua sel mati.
H. Syarat Ideal Memilih Senyawa Antimikroba dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kerja Antimikroba
1. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih bahan kimia sebagai
senyawa antimikroba adalah sebagai berikut :
a. Memiliki kemampuan untuk mematikan mikroorganisme dalam konsentrasi
rendah pada spectrum luas, sehingga dapat membunuh berbagai
mikroorganisme.
b. Bisa larut dalam air atau pelarut lain sampai taraf yang diperlukan secara
efektif.
c. Memiliki stabilitas tinggi, jika dibiarkan dalam waktu relatif lama tidak
kehilangan sifat antimikrobanya.
d. Bersifat letal bagi mikroorganisme, tetapi aman bagi manusia maupun
hewan.
e. Bersifat homogen, sehingga komposisi selalu sama untuk setiap aplikasi
dosis takaran.
f. Senyawa tersedia dalam jumlah besar dengan harga yang pantas.
g. Sifat bahan harus serasi.
h. Dapat menentukan tipe mikroorganisme yang akan dibasmi.
i. Aman terhadap lingkungan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja antimikroba adalah sebagai berikut :
a. Konsentrasi bahan, setiap mikroorganisme memerlukan konsentrasi yang
berbeda untuk senyawa antimikroba yang sama dalam menghambat atau
membunuh.
b. Waktu, setiap mikroorganisme memerlukan waktu yang berbeda-beda
ketika dipaparkan terhadap suatu senyawa antimikroba untuk dapat
menghambatatau mematikan.
c. pH. Konsentrasi ion hydrogen mempengaruhi peranan bakterisida dengan
cara mempengaruhi organisme dan bahan kimia dalam bakterisida
tersebut.
d. Temperatur. Pembunuhan bakteri oleh bahan kimia akan meningkat
dengan suatu peningkatan temperature.
e. Sifat organisme. Kemampuan suatu bahan tertentu bergantung pada
komponen organisme yang diuji dengan bahan tersebut.
f. Usia mikroorganisme. Tingkat kerentanan mikroorganisme sangat
ditentukan oleh umur biakan mikroorganisme.
g. Bahan ekstra. Adanya bahan organic seperti serum, darah atau
nanah mempengaruhi aktivitas beberapa senyawa antimikroba.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertumbuhan mikroorganisme dimulai dari awal pertumbuhan sampai
dengan berakhirnya aktivitas merupakan proses bertahap yang dapat digambarkan
sebagai kurva pertumbuhan. Kurva pertumbuhan mikroba terdiri dari 4 fase
utama yaitu : lag, eksponensial, stasioner, dan kematian. Kurva pertumbuhan yang
lengkap merupakan gambaran pertumbuhan secara bertahap (fase) sejak awal
pertumbuhan sampai dengan terhenti mengadakan kegiatan.
Pertumbuhan eksponensial adalah Pertumbuhan mikroorganisme pada fase
log atau fase dimana pertumbuhan mikroorganisme sangat cepat dan dalam waktu
yang singkat. Pertumbuhan yang cepat pada miroorganisme, disebabkan karena
jumlah nutrisi yang banyak. Fase ini adalah fase yang dapat dijadikan acuan
dalam menentukan laju atau kecepatan pertumbuhan dari mikroorganisme.
Rumus perhitungan Pertumbuhan eksponensial yaitu:
Nt = N0 x 2n
Jika jumlah generasi selama selang waktu pengamatan diketahui, Waktu Generasi
mikroba dapat dihitung dengan rumus:
g=t/n
Namun, jika jumlah generasi belum diketahui Waktu generasi mikroba dapat
dihitung dengan rumus:
N = ( log10 Nf - log10 N0 )/0,301
Metode pengukuran pertumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan
menjadi metode langsung dan tidak langsung. Contoh metode langsung yaitu
dengan hitungan mikroskopik (menggunakan hemositometer), digunakan untuk
mengukur pertumbuhan bakteri pada susu / vaksin dan hitungan cawan digunakan
untuk mengukur pertumbuhan bakteri susu, air, makanan, tanah, dan lain-lain
Metode tidak langsung melalui kekeruhan/turbiditas dengan melihat massa sel.
Metode ini menggunakan alat : spektrofotometer. Dengan alat ini dapat ditentukan
nilai absorbansi (a) atau kerapatan optik (od=optikal density).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri: faktor nutrisi,
lingkungan, suhu, derajat keasaman (ph), kebutuhan oksigen, kondisi osmotik,
dan salinitas. Serta cara pengendalian pertumbuhan mikroba dapat dilakukan
secara: fisika, kimia, dan mekanika.
DAFTAR PUSTAKA

Hamdiyati, Yanti. 2014. Pertumbuhan dan Pengendalian Mikroorganisme II.


http://file.upi.edu.
Winarsih, S. 2011. Reproduksi dan Pertumbuhan Mikroorganisme.
http://staff.unila.ac.id.
Kusnadi. 2014. BAB IV Pertumbuhan Bakteri. http://file.upi.edu.
PERTANYAAN

1. “Pada fase lag atau adaptasi, jika nutrient yang tersedia dan kondisi
lingkungan yang baru berbeda dengan sebelumnya, diperlukan waktu
penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim.”
Apakah setiap mikroba akan dapat beradaptasi dengan medium barunya?
Apakah ada peluang bagi mikroba untuk mati karena tidak dapat beradaptasi?
Mohon dijelaskan!
2. Mengapa pada fase log mikroba membutuhkan energi lebih banyak dari pada
fase lainnya ? Mengapa pula pada fase ini kultur paling sensitif terhadap
keadaan lingkungan ? Mohon dijelaskan!
3. Dari keempat tahapan yang ada, tahap manakah yang memerlukan waktu
sangat lama ? Apakah mikroba mengalami pertambahan ukuran setiap
memasuki fase yang baru? Mohon dijelaskan!

Anda mungkin juga menyukai