Anda di halaman 1dari 23

TEKNIK BIOPROSES DAN FERMENTASI

Tugas Paper Mengenai Penggandaan Skala, Pengembangan Galur, Sistem


Aerasi dan Agitasi, serta Recovery dan Pemurnian Produk Bioproses
Kelompok 1 (TPN B)
Florensia Irena
Dini Yulianti
Husna Muthia
Agung Chakra P
Epa Susanti
Gilang Fauzi
Syifa Urrohmah
Ashila Fatima
Annisa Puteri Widanti
Sahna Siti Fatimah

240210140059
240210140060
240210140061
240210140062
240210140063
240210140064
240210140065
240210140066
240210140067
240210140068

A. PENGGANDAAN SKALA
Penggandaan skala merupakan Suatu proses perallihan dari suatu kegiatan
produksi skala laboratorium ke skala industri.

Tahapan Pelaksanaan :
1. Skala Laboratorium (tahap penyeleksian mikroba)
- ukuran : dari tabung reaksi ke tabung kocok 500 ml
- fungsi : seleksi dan pengembangan strain mikroba
2. Skala Pilot Plan (kondisi-kondisioperasi optimummulai diterapkan)
- ukuran : 5 40 - 200 liter
- fungsi : optimasi faktor-faktor lingkungan
3. Skala Industri (pelaksanaan proses-proses denganmempertimbangkan
perhitungan ekonomi industrifermentasi tersebut)
- ukuran : 5.000 - 100.000 liter
- fungsi : membawa proses ke arah keuntungan perusahaan

Seleksi

Pilot Plan

Ukuran :

(-) Tab. reaksi/


kocok 500 ml

(-) 5 - 40 - 200 liter

Fungsi :

(-) Seleksi kultur


pengembangan

(-) Optimasi faktorfaktor lingkungan

Industri

(-) 5000 - 100.000 liter

(-) membawa proses ke arah


keuntungan perusahaan

Fungsi penggandaan skala dalam pengembangan mikrobiologik :


1. Untuk menerapkan penemuan proses-proses baru kedalam skala industri
2. Untuk memperbaiki kultur mikroorganisme yang tersedia dengan
mengembangkan strain-strain yang lebih baik, medium yang lebih efisien
dan peralatan yang lebih sempurna .

Kondisi Lingkungan Optimal dalam Penggandana Skala


1. Faktor kimia : konsentrasi subtrat , konsentrasiprecursor, dll.
2. Faktor fisik : Kemampuan pindah panas dan pencampuran ,disipasi
tenaga, gayagunting, dll.

Pendekatan Lingkungan Untuk Penggandaan Skala


1. Penentuan jalannya reaksi, kinetika, termodinamikapembentukan produk
hubungannya denganmetabolismesel, konsumsi oksigen.
2. Menentukan hub. fisiologik mikroorganisme denganlingkungan eksternal
(contoh : kebutuhan oksigend e n g a n d i s t r i b u s i g a y a g u n t i n g )
3. Menentukan hubungan antara variabel operasi danperalatan (skala
produksi, kecepatan impeller, aliranudara, suhu dll) dan kontrol proses
terhadap variabel lingkungan

Dasar-Dasar Metode Penggandaan Skala


1. Konstanta gaya gunting

Fermentasi pada media yang mengandung miselia yang padat (fermentasi


kapang),

dipengaruhi

olehgaya

gunting

atau

nilai

mutlak

kecepatanpengadukannya.
2. Konstanta waktu pencampuran
Apabila fermentor berukuran kecil (<500 liter) biasanya tidak tercampur
dengan

baik.Apabilafermentorberukuran

besar

(>5000

liter)

kurangtercampur dengan baik.


3. Bilangan Reynolds
Hubungan antara hasil proses dari penggandaan skala fermentasi
(misalnya hasil antibiotic dengan bilangan reynold)
4. Faktor momentum I m p e l l e r d a p a t j u g a b e r f u n g s i s e b a g a i
sebuah pompa,maka penggandaan skala dapat didasarkan
pada

lajup e m o m p a a n ,

atau

transfer

momentum

i m p e l l e r . F a k t o r momentum impeller
5. Efek Pengadukan di bawah kecepatan ND tertentu ternyata mempunyai
pengaruh yang kecil terhadapnilai ka di bawah nilai kritis ka terutama
ditentukan oleh efek aerasi, gelembung udara.
Permasalahan dalam penggandaan
1. Penanggulangan masalah penggandaan skala dapatdilakukan dengan penataan
kondisi lingkungan yangdiperlukan untuk mikroorganisme tertentu pula.
2. Fermentoryang sering digunakan yaitu fermentor aerobik berpengaduk.
Dalam hal ini, agitator m e m i l i k i 2 f u n g s i :
o Mencampurkan seluruh isi fermentor
o Penyempurnaan dalam transfer panas dan massa
3. Proses pengadukan ini bertujuan untuk memperolehhomogenitas produk yang
baik.
4. Homogenitas yang sempurna akan sulit dicapai dalamskala industri,
sedangkan dalam skala laboratoriumdapat mendekati kondisi optimal
denganmempertimbangkan jumlah pengadukan atau lamapengadukan
5. Waktu pencampuran : waktu yang diperlukan untuk meminimalkan perbedaan
konsentrasi dalam seluruh volume cairan dan dapat diukur dengan
memberikanpenambahan sensor oksigen pada cairan fermentasi.Waktu
pencampuran dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :
o Faktor reologis kultur

o Sistem serta konfigurasi agitasi


6. Tangki pencampuran skala besar memerlukan inputtenaga per unit volume
yang

lebih

kecil

sekaligusmemerlukan

kapasitas

pemompaan

yang

lebihrendah per unit volume tangki pencampur skalakecil. Hal ini


menyebabkan perlunya waktupencampuran lebih lama

Pengembangan Bioproses
Bioreaktor dapat digunakan sebagai bejana reaksi dalam berbagai ukuranyang

digunakan

untuk

kuantifikasi

fenomena

bioproses,

mulai

dari

skala

laboratoriumsampai skala pilot plant dan skala industri. Pengalihan data proses dari
skalalaboratorium sampai ke skala produksi komersial umumnya berlangsung dalam
3tahapan.
Tahap pertama merupakan pencarian atau pemilihan jenis-jenis sel
makhlukhidup yang mempunyai sifat unggul.Tahap ke dua diuji pada kondisi media
ataulingkungan untuk menyesuaikan dengan kondisi produksi.Pada tahap ini
diperolehperilaku secara kuantitatif maupun semi kuantitatif dalam sistem bioproses
yangdigunakan.Pada skala pilot plant sudah diuji dengan kondisi teknis yang
diterapkanpada skala industri.
Peningkatan proses dari skala laboratorium ke pilot-plant dan selanjutnya
keskala industri umumnya sangat bersifat empirik, dapat dibantu dengan model.
Berdasarhasil penelitian yang diperoleh di laboratorium, dapat diprediksi suatu
strategi optimaluntuk mengoperasikan bioreaktor pada skala industri berdasarkan
model yang berkaitandengan fisiologi sel makhluk hidup, pengaliran, atau
perpindahan massa

Pengembangan proses berdasar pendekatan empiris-pragmatis


Pada

pengembangan

proses

menggunakan

pendekatan

empiris

pragmatis,dilakukan setelah evaluasi ekonomis untuk suatu proses produksi. Kajian


bioreactor skala pilot plant dilakukan untuk memperoleh hasil yang secara ekonomis
menentukanmutu produk. Biasanya kriteria yang digunakan adalah konsumsi tenaga
(P/V), sertakemampuan perpindahan massa dan panas. Sebagai contoh perpindahan

oksigen.dinyatakan dalam OTR. Pada waktu yang sama dipilih kriteria yang secara
pragmatis dapat digunakan untuk meningkatkan unit produksi ke skala industri.
Misalnya pada kondisi P/V tetap dan OTR tetap. Skema pengembangan proses
berdasar pendekatan empiris-pragmatis dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengembangan

proses

berdasar

pendekatan

empiris-sistematis

(pemodelan matematik)
Bioreaktor

yang

menggunakanpendekatan

mempunyai
sederhana

proses

seperti

kompleks,

pendekatan

tidak

dapat

empiris-pragmatis.

Pendekatan yang lebih


sistematis dapat menggunakan model matematik. Dengan pendekatan matematik,
makahasil uji dalam setiap tahap merupakan masukan bagi tahap berikutnya.Pada
tahap pertama hasil penelitian laboratorium dianalisis untukmemperoleh kinetika
bioproses

yang terjadi.Besaran kuantitatif

bioreaktor

dikajiberdasarkan

ciri

perpindahan fisik, seperti OTR dan waktu pencampuran.Analisiskinetika bioproses


dikerjakan menggunakan bantuan model matematik.Berdasar pendekatan ini, pada
skala pilot plant mempunyai arti lebih penting daripada modelbioproses yang
diperoleh dari skala laboratorium.Pilot Plant digunakan untukmemverifikasi kinerja

model bioreaktor dan bioreaktor ideal. Skema pendekatan inidapat dilihat pada
gambar berikut:

Fenomena Rancangbangun Bioreaktor


Dalam

rancangbangun

bioreaktor,

terdapat

tiga

fenomena

penting

yangdiperhatikan dalam perancangan, yaitu:


Fenomena termodinamik (tidak tergantung pada skala)
Fenomena mikrokinetik (tidak tergantung pada skala)
Fenomena perpindahan (tergantung pada skala)
Fenomena termodinamik, misalnya kelarutan oksigen tidak tergantung
padaukuran bioreaktor.Fenomena mikrokinetik, misal perilaku intrinsik makhluk
hidupyang mekanisme pengaturannya ada di dalam sel makhluk hidup tersebut.
Sedangkan
fenomena perpindahan, misal unsur hara atau nutrien atau substrat yang
dikonsumsimakhluk hidup dipasok melalui perpindahan massa, makhluk hidup juga
merupakansubyek fenomena geser yg merupakan perpindahan momentum. Proses
perpindahansangat tergantung pada skala. Perpindahan massa dapat terjadi dari media

ke dalam selmakhluk hidup. Proses perpindahan dalam bioreaktor terjadi menurut dua
mekanismeperpindahan, yaitu pengaliran (konveksi) dan difusi (konduksi).
Proses perpindahan yang sangat tergantung pada ukuran atau skala,
dapatditulis sebagai:
Tetapan waktu perpindahan untuk pengaliran :
tr = L/V
Untuk bejana berpengaduk:
V = NxL
maka kebutuhan tenaga per satuan volume (P/V) pada peningkatan skala:
tr = L2/3
Tetapan waktu perpindahan secara difusi :
tD = L2/D
Waktu perpindahan (tr dan tD ) dapat meningkat selama peningkatan skala,
sedangwaktu konversi (tc) relatif tetap .
Fenomena yang berkaitan erat dengan pengaliran dan difusi adalah:
Gaya geser
Pencampuran
Perpindahan massa
Perpindahan panas
Kinetika makro (perpaduan kinetika mikro dengan difusi)
Metoda untuk meningkatkan skala (scale-up) bioreaktor, yaitu:
Metoda dasar
Metoda semi dasar
Analisis dimensional
Kaidah ibu jari (rules of thumb)
Coba-coba (trial and error)

Cara lain untuk memperkecil perbedaan skala lab dan lapangan adalah dengan
teknikpengecilan ukuran (Scale down) pada kondisi sama (OTR, waktu pencampuran,
gayageser, dan substratatau nutrien) dengan kondisi dalam skala penuh.

B. AERASI DAN AGITASI


Oksigen dalam fermentasi aerob dapat dipandang sebagai zat nutrisi yang
penting seperti halnya zat-zat nutrisi yang lain. Zat-zat nutrisi lain seperti glukosa
dapat dengan mudah dilarutkan sampai kadar yang cukup besar (misal : 10.000 mg/l);
tetapi oksigen mempunyai kelarutan yang sangat kecil (kurang dari 10 mg/l) sehingga
populasi oksigen yang kontinyu (aerasi) sangat diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan oksigen bagi mikrobia.
Proses aerasi tidak terlepas dari proses pengadukan (agitasi). Hembusan udara
dari suatu kompresor ke dalam suatu larutan medium selain memberikan aerasi juga
pengadukan.Pengadukan ini kadang-kadang ditambah dengan pengadukan mekanik
untuk meningkatkan kecepatan pemindahan oksigen dari fase gas ke sel
mikrobia.Dengan demikian aerasi dan agitasi tersebut selain untuk memenuhi
kebutuhan oksigen juga untuk menjaga mikrobia tetap tersuspensi dan larutan
medium tetap homogen.
Aerasi dan agitasi dalam skala laboratorium biasanya dilaksanakan dengan
menggoyang-goyangkan labu berisi larutan (shaken flask culture). Dalam skala lebih
besar, aerasi diberikan dengan cara menghembuskan udara bertekanan ke dalam
cairan medium dan kadang-kadang dilaksanakan pengadukan mekanik. Aerasi dan
agitasi dalam skala laboratorium mudah dilaksanakan, akan tetapi untuk skala industri
perlu mendapat perhatian. Hal ini dikarenakan aerasi dan agitasi banyak menyerap
biaya operasi.
Aerasi

digunakan

dalam

pembuatan

starter,

yaitu

dalam

proses

memperbanyak diri dan adaptasi mikroorganisme. Tahap ini dimulai saat inokulum
yang telah beradaptasi dalam medium dimasukkan dalam medium di fermentor.
Pelaksanaan fermentasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Nutrisi, substrat, dan inokulan dimasukkan ke dalam fermentor yang dilakukan


secara aseptis. Nutrisi dimasukkan ke dalam fermentor sebelum disterilisasi
dalam autoclave. Substrat dan inokulan dimasukkan dengan caramemanaskan
mulut inlet dengan kapas yang dibakar kemudian medium dan inokulum
dimasukkan ke dalam fermentor.
Kemudian dilakukan kecepatan aerasi dan agitasi.
Aerasi berfungsi sebagai penyuplai oksigen untuk sel ragi dan disuplai dalam
bentuk gelembung gas.Laju oksigen yang disuplai ke dalam fermentor harus selalu
stabil.Ketidakstabilan laju alir oksigen dapat menurunkan unjuk kerja fermentor. Hai
ini disebabkan karena laju transfer O2 tidak tetap, kadar DO tidak stabil, sehingga
metabolisme sel ragi terganggu. Di sini, Agitasi berfungsi sebagai alat penghomogen
larutan fermentasi.
Dalam media fermentasi padat, aerasi diatur dengan cara memperhatikan poripori bahan yang difermentasikan (Indrawati Gandjar, 2006). Aerasi berfungsi untuk
mempertahankan kondisi aerobik untuk desorbsi CO2, mengatur temperatur substrat,
dan mengatur kadar air (Prior dkk, 1980). Aerasi yang diberikan juga membantu
menghilangkan sebagian panas yang dihasilkan sehingga temperatur dapat
dipertahankan pada temperatur optimal untuk produksi enzim (Abdul Aziz Darwis
dkk, 1995).
Tingkat aerasi optimal yang diberikan dipengaruhi oleh sifat mikroorganisme
yang digunakan. Tingkat O2 yang dibutuhkan untuk sintesis produk, jumlah panas
metabolik yang harus dihilangkan dari bahan, ketebalan lapisan substrat, tingkat CO2,
dan metabolit-metabolit lain yang mudah menguap harus dihilangkan, dan tingkat
ruang udara yang tersedia di dalam substrat
Agitasi atau agitation merupakan sistem pengadukan yang ada di dalam
fermentasi.

Dimana alat dari pengadukan atau agigator terletak di dalam

fermenter.Pada sel tersuspensi, pengadukan dilakukan untuk mencampurkan 3 fase


dalam fermentor, dimana fase gas didominasi oleh oksigen dan karbondioksida, dan
fase padat terdiri dari substrat-substrat padatan.Pengadukan ini dilakukan untuk
menghasilkan campuran yang homogen, dan juga menaikkan nutrisi, gas, dan transfer

panas. Transfer panas dibutuhkan baik untuk sterilisasi maupun untuk menjaga suhu
agar tetap konstan selama proses fermentasi berlangsung.
Pencampuran yang efisien dengan sistem agitation ini sangat penting untuk
transfer oksigen dalam fermentasi aerobik, karena mikroorganisme dapat mengambil
oksigen hanya dari fase cair. Dan perubahan oksigen gas ke liquid (dissolve oxygen)
dapat ditingkatkan melalui proses pengadukan (agitation). Selain untuk memenuhi
kebutuhan oksigen mikroba, agitasi juga berfungsi untuk menjaga mikroba tetap
tersuspensi dan larutan medium tetap homogen.
Tingkat agitasi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap efisiensi transfer
oksigen di dalam fermentasi. Agitasi membantu proses transfer oksigen di dalam
fermentor dengan cara sebagai berikut : Sistem agitasi menyebabkan gelembung
udara menjadi lebih kecil sehingga luar permukaan dimana terjadinya transfer
oksigen menjadi besar, sistem agitasi menyebabkan waktu tinggal gelembung udara
dimedium lebih lama, agitasi juga dapat mencegah bergabungnya kembali
gelembung-gelembung udara yang sudah ada, serta agitasi dapat memperkecil tebal
lapisan film pada permukaan antar fase gas dan cairan karena sifat aliran fluida yang
turbulen. Tingkat agitasi ini dapat diukur berdasarkan tenaga yang dikonsumsi oleh
motor penggeraknya. Terdapat prinsip sistem pengadukan yang digunakan, yaitu;

Stirred Tank Reactor (STR)


STR mempunyai mekanisme pengadukan impeller yang bergerak didalam

bejana silinder Baffled yang berbentuk piringan datar vertikal. Normalnya terdapat 4
sampai 6 piringan baffle berada di dalam dinding bejana untuk membantu
pencampuran sehingga mendapatkan larutan homogen, membantu transfer masa
dengan menaikkan aliran turbulen, selain itu juga berfungsi untuk mencegah
pembentukan pusaran dan menghilangkan bagian yang mati. Sistem Stirred Tank
Reactor (STR) dikendalikan oleh impeller yang dihubungkan dengan external motor.
Tangki aduk ini dirancang sedemikian sehingga pencampuran substrat dapat optimal
dan kebutuhan daya sedikit.
Efektifitas dari agigasi pada sistem Stirred Tank Reaktor ini bergantung pada
beberapa faktor, diantaranya :

a. Desain pisau Impeller


b. Kecepatan agigasi
c. Kedalaman liquid
Oksigen dalam fermentasi aerob dapat dipandang sebagai zat nutrisi yang
penting seperti halnya zat-zat nutrisi yang lain. Zat-zat nutrisi lain seperti glukosa
dapat dengan mudah dilarutkan sampai kadar yang cukup besar (misal : 10.000 mg/l);
tetapi oksigen mempunyai kelarutan yang sangat kecil (kurang dari 10 mg/l) sehingga
populasi oksigen yang kontinyu (aerasi) sangat diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan oksigen bagi mikrobia.
Proses aerasi tidak terlepas dari proses pengadukan (agitasi). Hembusan udara
dari suatu kompresor ke dalam suatu larutan medium selain memberikan aerasi juga
pengadukan.Pengadukan ini kadang-kadang ditambah dengan pengadukan mekanik
untuk meningkatkan kecepatan pemindahan oksigen dari fase gas ke sel mikrobia.
Dengan demikian aerasi dan agitasi tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan
oksigen juga untuk menjaga mikrobia tetap tersuspensi dan larutan medium tetap
homogen.
Aerasi dan agitasi dalam skala laboratorium biasanya dilaksanakan dengan
menggoyang-goyangkan labu berisi larutan (shaken flask culture). Dalam skala lebih
besar, aerasi diberikan dengan cara menghembuskan udara bertekanan ke dalam
cairan medium dan kadang-kadang dilaksanakan pengadukan mekanik. Aerasi dan
agitasi dalam skala laboratorium mudah dilaksanakan, akan tetapi untuk skala industri
perlu mendapat perhatian. Hal ini dikarenakan aerasi dan agitasi banyak menyerap
biaya operasi.
Dalam uraian ini akan diberikan beberapa hal yang berkaitan dengan :
Kebutuhan oksigen dalam proses fermentasi (aerob)
Kuantifikasi transfer oksigen
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan transfer oksigen ke dalam
larutan medium atau hubungan-hubungan antara koefisien transfer oksigen
dan variabel-variabel operasional pada fermentor.
Pengaruh tingkat agitasi

Tingkat agitasi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap efisiensi transfer


oksigen di dalam fermentasi dengan pengadukan mekanik. Agitasi sangat membantu
proses transfer oksigen di dalam fermentor dengan cara sebagai berikut:
Agitasi menyebabkan ukuran gelembung udara menjadi lebih kecil
sehingga luas permukaan untuk terjadinya transfer oksigen menjadi lebih
besar.
Agitasi menyebabkan waktu tinggal gelembung udara di medium menjadi
lebih lama.
Agitasi mencegah bergabungnya kembali gelembung-gelembung udara
yang sudah ada.
Agitasi memperkecil tebal lapisan film pada permukaan antar fase gas dan
cairan karena sifat alir fluida yang menjadi tubulen.
Tingkat agitasi dapat diukur berdasarkan tenaga yang dikonsumsi oleh motor
yang menggerakkannya. Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencari hubunganhubungan antara konsumsi tenaga yang diperlukan dengan KLa, sehingga dengan
hubungan-hubungan yang diperoleh tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan
tenaga yang dibutuhkan dalam desain danscale-up. Problem utama yang dijumpai
adalah langkanya informasi.
2.

PengembanganGalur
Galur atau strain adalah satu garis keturunan yang memiliki sifat-sifat khusus

yang ingin dipertahankan dapat diciptakan dengan menggunakan teknik seleksi dan
back cross sehingga menjadi ciri khas dari garis keturunan sebuah organisme.
Back cross atau penyilangan kembali ini adalah salah satu teknik penyilangan
dalam ilmu genetika dimana persilangan dilakukan antara tetua (parents) dengan
anak-anaknya (filial).
Tujuan pengembangan galur antara lain:

Waktu fermentasi lebih singkat


Tidak membentuk busa
Tingkat konnsumsi oksigen lebih rendah
Penggunaan substrat lebih murah

Tidak menghasilkan produk yang tidak diinginkan


Tingkat produksi lebih tinggi
Adaptasi yang tinggi dengan proses fermentasi
Pengembangan galur pemroses:

1. Mutasi

Mutasi gen
Mutasikromosom
Mutagenesis:
- Radiasi
- Bahankimia

2. Rekombinasi

Fusiprotoplas
Hibridisasi
Rekayasagenetika

Transformasi gen, kloning, manipulasi gen.

1.1.

Mutasi Genetik
Perubahan dalam kromosom yang diturunkan kepada generasi penerusnya
Terjadi perubahan rangkaian nukleotida
Terjadi secara spontan dan terus menerus dengan laju lambat

Proses proses mutasi


-

Transisi : penggantian satu basa purin dengan basa purin lainnya atau

primidin dengan primidin lainnya


Nukleotida :
Fosfatgulabasa nitrogen
Tranvesi : penggantian satu basa purin dengan primidin atau sebaliknya
pada pasangan basa molekul
Mutagen

1.2.

Radiasi sinar ultraviolet (UV) dengan 200-300 nm terutama pada 254 nm,
menyebabkan : pembentukan dimer, transisi, transversi dan frame-shift
Radiasi ion dengan sinar X, gamma dan Beta :
a. penyebab ionisasi pada medium
b. bersifat lebih kuat dari radiasi UV sehingga dapat menempuh sel yang tebal

c. tingkat kerusakan yang besar


1.2.1 Mutagen Kimia
Mempengaruhi DNA non-replikasi
a. Hidroksilamin, menyebabkan mutasi transisi
b. komoponen alkilasi (EMS, MMS, DES, DEB, NTG, NMU dan gas
mustard) menyebabkan transisi, transversi, dan frame-shift.
1.2.2 Mutagen Frame-shift :
-

Menyisip diantara dua basa yang bersebelahan dalam mutasi DNA


Menghasilkan protein yang salah
Contoh : pewarna akridin orange, proflavin dan akriflavin

Karakteristik mutan yang diharapkan:


1. galur murni
2. produksi sel vegetative dan spora atau unit propagasi yang baik
3. Mudahtumbuh subur dengan fase lag yang pendek
4. Menghasilkan produk tunggal dalam jumlah banyak
5. Mudah dipanen
6. Bebas senyawa toksin
7. Dapat menghasilkan produk metabolit dalam waktu singkat
8. Dapat tumbuh dalam kondisi ekstrim
3. AERASI DAN AGITASI
Oksigen dalam fermentasi aerob dapat dipandang sebagai zat nutrisi yang
penting seperti halnya zat-zat nutrisi yang lain. Zat-zat nutrisi lain seperti glukosa
dapat dengan mudah dilarutkan sampai kadar yang cukup besar (misal : 10.000 mg/l);
tetapi oksigen mempunyai kelarutan yang sangat kecil (kurang dari 10 mg/l) sehingga
populasi oksigen yang kontinyu (aerasi) sangat diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan oksigen bagi mikrobia.
Proses aerasi tidak terlepas dari proses pengadukan (agitasi). Hembusan udara
dari suatu kompresor ke dalam suatu larutan medium selain memberikan aerasi juga
pengadukan. Pengadukan ini kadang-kadang ditambah dengan pengadukan mekanik
untuk meningkatkan kecepatan pemindahan oksigen dari fase gas ke sel mikrobia.
Dengan demikian aerasi dan agitasi tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan

oksigen juga untuk menjaga mikrobia tetap tersuspensi dan larutan medium tetap
homogen.
Aerasi dan agitasi dalam skala laboratorium biasanya dilaksanakan dengan
menggoyang-goyangkan labu berisi larutan (shaken flask culture). Dalam skala lebih
besar, aerasi diberikan dengan cara menghembuskan udara bertekanan ke dalam
cairan medium dan kadang-kadang dilaksanakan pengadukan mekanik. Aerasi dan
agitasi dalam skala laboratorium mudah dilaksanakan, akan tetapi untuk skala industri
perlu mendapat perhatian. Hal ini dikarenakan aerasi dan agitasi banyak menyerap
biaya operasi.
Aerasi digunakan dalam pembuatan starter, yaitu dalam proses
memperbanyak diri dan adaptasi mikroorganisme. Tahap ini dimulai saat inokulum
yang telah beradaptasi dalam medium dimasukkan dalam medium di fermentor.
Pelaksanaan fermentasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Nutrisi, substrat, dan inokulan dimasukkan ke dalam fermentor yang
dilakukan secara aseptis. Nutrisi dimasukkan ke dalam fermentor sebelum
disterilisasi dalam autoclave. Substrat dan inokulan dimasukkan dengan cara
memanaskan mulut inlet dengan kapas yang dibakar kemudian medium dan
inokulum dimasukkan ke dalam fermentor.
Kemudian dilakukan kecepatan aerasi dan agitasi.
Aerasi berfungsi sebagai penyuplai oksigen untuk sel ragi dan disuplai dalam
bentuk gelembung gas. Laju oksigen yang disuplai ke dalam fermentor harus selalu
stabil. Ketidakstabilan laju alir oksigen dapat menurunkan unjuk kerja fermentor. Hai
ini disebabkan karena laju transfer O2 tidak tetap, kadar DO tidak stabil, sehingga
metabolisme sel ragi terganggu. Di sini, Agitasi berfungsi sebagai alat penghomogen
larutan fermentasi.
Dalam media fermentasi padat, aerasi diatur dengan cara memperhatikan poripori bahan yang difermentasikan (Indrawati Gandjar, 2006). Aerasi berfungsi untuk
mempertahankan kondisi aerobik untuk desorbsi CO2, mengatur temperatur substrat,
dan mengatur kadar air (Prior dkk, 1980). Aerasi yang diberikan juga membantu
menghilangkan sebagian panas yang dihasilkan sehingga temperatur dapat
dipertahankan pada temperatur optimal untuk produksi enzim (Abdul Aziz Darwis
dkk, 1995).
Tingkat aerasi optimal yang diberikan dipengaruhi oleh sifat mikroorganisme
yang digunakan. Tingkat O2 yang dibutuhkan untuk sintesis produk, jumlah panas
metabolik yang harus dihilangkan dari bahan, ketebalan lapisan substrat, tingkat CO2,
dan metabolit-metabolit lain yang mudah menguap harus dihilangkan, dan tingkat
ruang udara yang tersedia di dalam substrat
Agitasi atau agitation merupakan sistem pengadukan yang ada di dalam
fermentasi. Dimana alat dari pengadukan atau agigator terletak di dalam fermenter.

Pada sel tersuspensi, pengadukan dilakukan untuk mencampurkan 3 fase dalam


fermentor, dimana fase gas didominasi oleh oksigen dan karbondioksida, dan fase
padat terdiri dari substrat-substrat padatan. Pengadukan ini dilakukan untuk
menghasilkan campuran yang homogen, dan juga menaikkan nutrisi, gas, dan transfer
panas. Transfer panas dibutuhkan baik untuk sterilisasi maupun untuk menjaga suhu
agar tetap konstan selama proses fermentasi berlangsung.
Pencampuran yang efisien dengan sistem agitation ini sangat penting untuk
transfer oksigen dalam fermentasi aerobik, karena mikroorganisme dapat mengambil
oksigen hanya dari fase cair. Dan perubahan oksigen gas ke liquid (dissolve oxygen)
dapat ditingkatkan melalui proses pengadukan (agitation). Selain untuk memenuhi
kebutuhan oksigen mikroba, agitasi juga berfungsi untuk menjaga mikroba tetap
tersuspensi dan larutan medium tetap homogen.
Tingkat agitasi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap efisiensi transfer
oksigen di dalam fermentasi. Agitasi membantu proses transfer oksigen di dalam
fermentor dengan cara sebagai berikut : Sistem agitasi menyebabkan gelembung
udara menjadi lebih kecil sehingga luar permukaan dimana terjadinya transfer
oksigen menjadi besar, sistem agitasi menyebabkan waktu tinggal gelembung udara
dimedium lebih lama, agitasi juga dapat mencegah bergabungnya kembali
gelembung-gelembung udara yang sudah ada, serta agitasi dapat memperkecil tebal
lapisan film pada permukaan antar fase gas dan cairan karena sifat aliran fluida yang
turbulen. Tingkat agitasi ini dapat diukur berdasarkan tenaga yang dikonsumsi oleh
motor penggeraknya. Terdapat 3 perinsip sistem pengadukan yang digunakan , yaitu :
1.
Stirred Tank Reactor (STR)
STR mempunyai mekanisme pengadukan impeller yang bergerak didalam
bejana silinder Baffled yang berbentuk piringan datar vertikal. Normalnya terdapat 4
sampai 6 piringan baffle berada di dalam dinding bejana untuk membantu
pencampuran sehingga mendapatkan larutan homogen, membantu transfer masa
dengan menaikkan aliran turbulen, selain itu juga berfungsi untuk mencegah
pembentukan pusaran dan menghilangkan bagian yang mati.
Sistem Stirred Tank Reactor (STR) dikendalikan oleh impeller yang
dihubungkan dengan external motor. Tangki aduk ini dirancang sedemikian sehingga
pencampuran substrat dapat optimal dan kebutuhan daya sedikit.
Efektifitas dari agigasi pada sistem Stirred Tank Reaktor ini bergantung pada
beberapa faktor, diantaranya :
1.
Desain pisau Impeller
2.
Kecepatan agigasi
3.
Kedalaman liquid
Oksigen dalam fermentasi aerob dapat dipandang sebagai zat nutrisi yang
penting seperti halnya zat-zat nutrisi yang lain. Zat-zat nutrisi lain seperti glukosa

dapat dengan mudah dilarutkan sampai kadar yang cukup besar (misal : 10.000 mg/l);
tetapi oksigen mempunyai kelarutan yang sangat kecil (kurang dari 10 mg/l) sehingga
populasi oksigen yang kontinyu (aerasi) sangat diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan oksigen bagi mikrobia.
Proses aerasi tidak terlepas dari proses pengadukan (agitasi). Hembusan udara
dari suatu kompresor ke dalam suatu larutan medium selain memberikan aerasi juga
pengadukan. Pengadukan ini kadang-kadang ditambah dengan pengadukan mekanik
untuk meningkatkan kecepatan pemindahan oksigen dari fase gas ke sel mikrobia.
Dengan demikian aerasi dan agitasi tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan
oksigen juga untuk menjaga mikrobia tetap tersuspensi dan larutan medium tetap
homogen.
Aerasi dan agitasi dalam skala laboratorium biasanya dilaksanakan dengan
menggoyang-goyangkan labu berisi larutan (shaken flask culture). Dalam skala lebih
besar, aerasi diberikan dengan cara menghembuskan udara bertekanan ke dalam
cairan medium dan kadang-kadang dilaksanakan pengadukan mekanik. Aerasi dan
agitasi dalam skala laboratorium mudah dilaksanakan, akan tetapi untuk skala industri
perlu mendapat perhatian. Hal ini dikarenakan aerasi dan agitasi banyak menyerap
biaya operasi.
Dalam uraian ini akan diberikan beberapa hal yang berkaitan dengan :
Kebutuhan oksigen dalam proses fermentasi (aerob)
Kuantifikasi transfer oksigen
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan transfer oksigen ke dalam
larutan medium atau hubungan-hubungan antara koefisien transfer oksigen
dan variabel-variabel operasional pada fermentor.

Pengaruh tingkat agitasi


Tingkat agitasi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap efisiensi transfer
oksigen di dalam fermentasi dengan pengadukan mekanik. Agitasi sangat membantu
proses transfer oksigen di dalam fermentor dengan cara sebagai berikut:
Agitasi menyebabkan ukuran gelembung udara menjadi lebih kecil
sehingga luas permukaan untuk terjadinya transfer oksigen menjadi lebih
besar.
Agitasi menyebabkan waktu tinggal gelembung udara di medium menjadi
lebih lama.
Agitasi mencegah bergabungnya kembali gelembung-gelembung udara
yang sudah ada.

Agitasi memperkecil tebal lapisan film pada permukaan antar fase gas dan
cairan karena sifat alir fluida yang menjadi tubulen.
Tingkat agitasi dapat diukur berdasarkan tenaga yang dikonsumsi oleh motor
yang menggerakkannya. Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencari hubunganhubungan antara konsumsi tenaga yang diperlukan dengan KLa, sehingga dengan
hubungan-hubungan yang diperoleh tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan
tenaga yang dibutuhkan dalam desain danscale-up. Problem utama yang dijumpai
adalah langkanya informasi.
4. RECOVERY DAN PEMULIAAN PRODUK BIOPROSES
Recovery
Recovery produk dilakukan untuk mendapatkan kembali produk yang
dihasilkan. Salah satu cara untuk merecovery produk adalah dengan dilakukannya
proses hilir atau downstream process. Proses hilir sulit perlu teknik yang tepat dan
biaya tinggi 20 60 % total biaya produksi. Cara menurunkan biaya dapat dilakukan
dengan :
- Meningkatkan konsentrasi produk yg dihasilkan - teknologi kultivasi - rekayasa
genetika
- Proses hilir dibuat lebih efisien

Kriteria Pemilihan Metode Proses Hilir


Lokasi produk (intra/ekstraseluler) Lokasi produk (intra/ekstraseluler)

Konsentrasi produk dalam cairan kultivasi (broth) Konsentrasi produk dalam cairan
kultivasi (broth) Sifat-sifat kimia dan fisik produk (ukuran partikel, kelarutan,
densitas, difusifitas, muatan dll) Sifat-sifat kimia dan fisik produk (ukuran partikel,
kelarutan, densitas, difusifitas, muatan dll) Penggunaan produk pangan, farmasi dll
Penggunaan produk pangan, farmasi dll Standar tingkat kemurnian minimal yang
ditentukan Standar tingkat kemurnian minimal yang ditentukan Adanya senyawa
pengotor (mis. pigmen) dalam cairan kultivasi Adanya senyawa pengotor (mis.
pigmen) dalam cairan kultivasi Harga jual produk Harga jual produk

Kriteria Bio-Produk

1. Konsentrasi rendah dan campuran kompleks (sel, komponen medium &


produk metabolik) (sel, komponen medium & produk metabolik) Konsentrasi
(g/l) Konsentrasi (g/l) - PST Etanol Camp.aseton/butil alkohol/etanol Asam
organik Antibiotika (Penisilin G) Antibiotika (Penisilin G) Enzim Vitamin B
Riboflavin
2. Lokasi Produk (intraseluler/ekstraseluler)
3. Labil/sensitif thd pH, suhu, kekuatan ion dll
4. Tidak stabil pH, suhu, kekuatan ion, jenis pelarut yang digunakan, dirusak
mikroba kontaminan dll dirusak mikroba kontaminan dll dapat dihindari
dengan pendinginan 5 o C tapi biayanya tinggi
5. Gravitas Spesifik partikel hampir sama / kental menyulitkan sentrifugasi /
presipitasi menyulitkan sentrifugasi / presipitasi.
6. Sel m.o compressible (dapat dimampatkan & lengket) menyulitkan filtrasi
karena terbentuk kerak menyulitkan filtrasi karena terbentuk kerak

Tahapan Umum Proses Hilir

1. Pemisahan sel m.o/ partikel tidak larut (filtrasi, sentrifugasi, sedimentasi)


(filtrasi, sentrifugasi, sedimentasi).
2. Isolasi primer isolasi produk dari cairan kultivasi pemekatan ( belum
murni) (ekstraksi dengan pelarut, presipitasi, ultrafiltrasi) (ekstraksi dengan
pelarut, presipitasi, ultrafiltrasi)

3. Purifikasi

penghilangan,

kontaminan

(fractional

presipitation,

khromatografi)
4. Isolasi

produk

tahap

akhir

sesuai

formulasi/

aplikasi

akhir

atau

distribusi/transportasi = Polishing drum/spray drying, pengeringan =


Polishing

drum/spray drying, pengeringan beku (freeze drying),

kristalisasi beku (freeze drying), kristalisasi Cairan Kultivasi/Fermentasi

Modifikasi Penanganan Cairan Kultivasi (Broth)

1. Seleksi m.o yang tidak memproduksi pigmen atau metabolit yang tak
diinginkan
2. Modifikasi kondisi kultivasi untuk mengurangi produksi metabolit yang tidak
diinginkan
3. Waktu pemanenan yang tepat
4. Pengontrolan pH setelah pemanenan (bufer)
5. Pengaturan suhu setelah pemanenan (pendinginan)
6. Penambahan flocculating agent (flokulan) u/ koloid (polisakarida)
7. Produk intraseluler penggunaan enzim yang dapat menghidrolisis dinding
sel m.o penanganan lebih cepat Hasil : Peralatan proses hilir lebih sederhana
Hasil : Peralatan proses hilir lebih sederhana.

Proses Pemurnian
Proses pemurnian produk dalam bioproses merupakan proses hilir dalam
rekayasa bioproses. Pemurnian produk meliputi

1. Pemisahan
Pemisahan dapat dilakukan dengan sentrifugasi, dimana filtrasi merupakan
nama lainnya dan merupakan cara untuk memisahkan partikel cairnya dengan
menggunakan medium porous. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan :
- Viskositas
- Sifat partikel
- Ratio solid-liquid
- Produk yang diiinginkan
- Sistem produksi
- Skala produksi
- Kondisi aseptis
2. Ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan dengan sedimentasi yakni dengan gaya gravitasi
dimana terdapat cara lain juga dengan solid shear yakni ekstruksi mikrobia
beku (-25C), alat yang digunakan adalah hughes press atau x-press.
Ekstraksi liquid-liquid dapat digunakan like dissolved like dan dapat
dilakukan dengan cara destilasi karena perbedaaan titik didih masing masing
komponen.
3. Isolasi
Isolasi harus dilakukan dengan efisien dan efektif, serta dengan fokus pada
hasil yang diinginkan.
4. Purifikasi
Beberapa proses yang harus diperhatikan dalam beberapa hal berhubungan
pemurnian dan pemanenan:
- Lokasi produk yang diinginkan
- Proses fermentasi
- Karakteristik fisiko-kimia produk
- Konsentrasi produk dalam cairan fermentasi
- Kandungan substansi
- Kemurnian produk
- Nilai ekonomis produk.
5. Formulasi produk
Formulasi ini dilakukan untuk mempermudah pemanenan dan pemurnian
yakni:
- Seleksi mikroorganisme yang bersifat flokulan untuk mempermudah
-

memisahkan sel dari cairannya.


Modifikasi kondisi fermentasi untuk mengurangi produksi metabolit lain

yang tidak diinginkan.


Ketepatan waktu pengunduhan

Pengendalian pH
Penambahan agensia
Penggunaan enzim perusak sel

DAFTAR PUSTAKA
Suwito, R. 2013. PemanenandanPemurnianProdukFermentasi.Penerbit ITO, Jakarta.
Kalista, B.2015. Metode Proses HilirIndustriBioproses.PenerbitInstitutTeknologi
Bandung, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai