Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konsepi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat beragam
tergantun kepada keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Contoh yang
digunakan untuk mempelajari suksesi dan evaluasi hasil suatu pengendalian
gulma. Pada area yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya digunakan
metode garis (line intercept), untuk pengamatan sebuah peta dengan vegetasi
yang tumbuh menjalar (creeping) digunakan metode titik (point intetcept), dan
untuk daerah yang luas serta tidak tersedia waktu yang cukup digunakan
metode estimasi visual (visual estimation). Juga harus diperhatikan keadaan
geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada
sebelumnya, serta fasilitas kerja atau keadaan seperti peta, lokasi yang dicapai,
waktu yang tersedia, dan sebagainya. Kesemuanya untuk memperoleh efisiensi
pendataan vegetasi.
Pada umumnya tanaman dibagi menjadi dua yaitu, tanaman yang
menguntungkan dan tanaman yang merugikan. Tanaman yang menguntungkan
pastinya tanaman yang dibudidayakan oleh manusia atau sengaja untuk
ditanam karena mempunyai nilai ekonomis yang menjanjikan. Sedangkan
tanaman yang merugikan adalah tanaman yang tidak dikehendaki
keberadaannya atau dalam bahasa pertanian sering disebut dengan gulma
(weed). Pengertian gulma yang lain adalah tumbuhan yang belum diketahui
menfaatnya secara pasti sehingga kebanyakan orang juga menganggap bahwa
gulma mempunyai nilai negatif yang lebih besar daripada nilai ekonomisnya.
Sehingga gulma tersebut harus dimusnahkan dari muka bumi ini, agar nantinya
tidak menimbulkan kerugian kerugian yang lainnya yang nantinya dapat
mengganggu kegiatan pertanian. Baik secara teknis maupun secara ekonomis.
Gulma sendiri merupakan tanaman yang mudah tumbuh disetiap tempat
yang berbeda-beda, mulai tempat yang rendah nutrisi sampai tempat yang
berlimpah akan nutrisi. Hal ini menyebabkan gulma memiliki kemapuan
regenerasi yang sangat besar dibanding dengan tanaman yang dibudidayakan.
Selain dapat tumbuh di mana saja, gulma juga memiliki kemampuan regenerasi
yang tinggi (lebih khususnya pada gulma parrenial) (Moenandir, 1998).
Gulma memiliki cirri yang khas, diantaranya Pertumbuhannya cepat,
Mempunyai daya saing yang kuat dalam memperebutkan factor-faktor
kebutuhan hidupnya, Mempunyai toleransi yang besar terhadap kondisi
lingkungan yang ekstrim, Mempunyai daya berkembang biak yang besar secara
vegetative dan atau generative, Alat perkembangbiakannya mudah tersebar
melalui angina, air, maupun binatang dan Bijinya mempunyai sifat dormansi
yang memungkinkan untuk bertahan hidup dalam kondisi yang kurang
menguntungkan serta juga memberikan bau serta rasa yang kurang sedap,
bahkan dapat mengeluarkan zat disekitar tempat tumbuhya yang dapat
meracuni tumbuhan lainnya.
Tetapi perlu diketahui bahwa tidak selamanya gulma hanya
memberikan nilai negatif saja untuk tanaman budidaya. Gulma juga
mempunyai nilai positif yang memberikan keuntungan bagi tanaman budidaya,
yaitu gulma dapat mengurangi resiko erosi yang terjadi di areal pertanaman
tanaman budidaya, gulma dapat menjadi inang hewan predator bagi hama
hama yang merusak tanaman.

B. TUJUAN
1. Mengetahui spesies gulma yang tumbuh mengganggu dan bersaing
dengan tanaman budidaya.
2. Mengetahui komposisi jenis atau spesies gulma dan dominansi pada
suatu vegetasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan pertanian dewasa ini menunjukan kemajuan yang semakin
pesat, namun demikian, banyak segi yang secara langsung atau tidak langsung
dapat memacu pertumbuhan gulma, seperti penanaman dalam baris, jarak tanam
yang lebar, mekanisasi, pengairan, penggunaan bahan-bahan kimia berupa pupuk
dan pestisida. Berarti dengan meningkatnya intensifikasi pertanian maka masalah
gulma tidaklah semakin ringan, tetapi justru semakin berat. Keadaan suhu yang
relatif tinggi, cahaya matahari yang melimpah, dan curah hujan yang cukup untuk
daerah tropik juga mendorong gulma untuk tumbuh subur. Akibatnya gulma
menjadi masalah dalam budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura,
perairan dan lahan non pertanian lainnya (Sukman, 1991).
Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki atau tumbuhan yang
tumbuh tidak sesuai tempatnya. Sebelum ilmu gulma dikembangkan secara
mantap, maka batasan gulma sendiri harus jelas. Bagi negara yang pola usaha
taninya dicirikan oleh sistem bercocok tanam secara monokultur, tanaman kedelai
yang tumbuh di antara tanaman tebu adalah gulma. Sebaliknya di negara
berkembang yang umumnya daerah tropika yang sistem usaha taninya dicirikan
oleh sistem bercocok tanam tumpangsari (multiple cropping), maka pengertian
gulma yang lebih tepat adalah bahwa gulma ialah tumbuhan yang nilai negatifnya
melebihi nilai positifnya (Astuti, Siti. 2006).
Gulma antara lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh
pada tempat yang tidak dikehendaki manusia. Tumbuh pada tempat yang tidak
dikehendaki manusia, hal ini dapat berarti tumbuhan tersebut merugikan baik
secara langsung maupun tidak langsung atau bahkan kadang-kadang juga belum
diketahui kerugian atau kegunaannya.(Tjitrosoedirdjo, 1984).
Pengamatan populasi gulma pada suatu lahan yang sangat luas sulit
dilakukan secara menyeluruh, karena terbatasnya waktu, tenaga dan dana. Untuk
itu dilakukan pengambilan sampel. Pengambilan sampel harus dapat mewakili
atau menggambarkan populasi yang beragam (Moenandaris, Jody.1988).
Ada 4 macam cara pengambilan sampel dari lahan, yaitu:
1. Pengambilan sampel secara langsung
2. Pengambilan sampel secara acak tidak langsung
3. Pengambilan sampel bertingkat
4. Pengambilan sampel secara beraturan
Cara pengambilan sampel ini adalah kenyataannya memberikan hasil yang
lebih mewakili kondisi lapangan yang diamati. Untuk areal yang luas dengan
vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode garis (line intercept), untuk
pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetasi tumbuh menjalar (creeping),
digunakan metode titik (point intercept), dan untuk suatu survei daerah yang luas
dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat
digunakan oleh peneiliti yang sudah berpengalaman. Juga harus diperhatikan
keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada
sebelumnya, serta fasilitas kerja/ keadaan, seperti peta, lokasi yang bisa dicapai,
waktu yang tersedia, dan lain sebagainya (Sastroutomo, Soetikno S . 1990).
Kehadiran gulma (yang merupakan tumbuhan) di sekitar tanaman
budidaya tidak dapat dielakkan, terutama bila lahan pertanaman tersebut tak
dikendalikan. Persyaratan tumbuh yang sama atau hampir sama bagi gulma dan
tanaman dapat mengakibatkan terjadinya asosiasi gulma di sekitar tanaman
budidaya. Gulma yang berasosiasi ini akan saling memperebutkan bahan-bahan
yang dibtuhkannya, apalagi bila jumlahnya sangat terbatas bagi keduanya (Jody
Moenandir, 1988).
Pada dasarnya data yang diperoleh dari analisis vegetasi dapat dibagi atas
dua golongan yaitu data kualitatif dan data kuantitaif. Data kualitatif
menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar dalam kelompok,
stratifiksinya, periodisitas, dan lain sebagainya; sedang data kuantitatif
menunjukkan jumlah, ukuran, berat basah/ kering suatu jenis, luas daerah yang
ditumbuhinya. Data kuantitatif didapat dari hasil penjabaran petak-petak contoh
di lapangan, sedangkan data kualitatif didapat dari hasil pengamatan lapangan
berdasar pengalaman yang luas atau hasil penelitian. (Tjitrosoediro, 1984).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. BAHAN DAN ALAT
Bahan dan alat yang digunakan adalah :
a. Lahan kering
b. Alat square method
ukuran 50 cm x 50 cm
c. Buku deskripsi gulma
atau herbarium
d. Kantong plastik
e. Kantong kertas
f. Oven
g. Timbangan elektrik
h. Alat tulis
i. Amplop
j. Pancong atau sabit

B. PROSEDUR KERJA
1. Alat square method yang berukuran 50 cm x 50 cm diletakkan di
lahan kering yang berisi gulma
2. Semua gulma yang ada diambil dan di cabut pada petak contoh
tersebut .
3. Gulma yang ada dipisahkan dan diidentifikasi
4. Gulma tersebut dicuci hingga bersih kemudian di keringkan
5. Masing-masing gulma yang ada dihitung, kemudian dimasukkan
dalam kantong kertas dan dikeringkan dalam oven pada sampai
kering konstan.
6. Gulma yang telah dikeringkan masing-masing ditimbang.
7. Nilai kerapatan, frekuensi dan dominasi masing-masing dihitung
pada setiap jenis gulma yang ada.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
TERLAMPIR



B. PEMBAHASAN
Gulma adalah segala tanaman yang tumbuh pada tempat yang tidak
diinginkan. Bunga mawar pun, jika tumbuh di tengah sayuran juga termasuk
Gulma. Kebanyakan Gulma adalah tanaman yang cepat tumbuh dan dapat
menghasilkan sejumlah besar biji dalam waktu singkat. Biasanya bijinya
mudah tersebar, misalnya bunga dandelion dengan buahnya yang bisa tersebar
hanya dengan angin kecil. Beberapa gulma akan terus menebarkan bijinya
walaupun pohonnya telah dicabut. Di atas tanah, dari gulma kebun biasa,
bunga-bunganya akan membuat setumpuk biji berambut pada timbunan
kompos jika ditaruh disitu dan tidak dihancurkan. Gulma lain seperti tumbuhan
rambat bunga kuning menghasilkan puncuk yang berakar setiap kali
menyentuh tanah. Dengan ini, tanaman menjalar dengan cepat. Ada Gulma
yang seperti konvolvulus, harus diangkat sepenuhnya dari tanah. Sisa tangkai
yang tercecer akan tumbuh sebagai tanaman baru. (Sukman, 1991)
Gulma juga bisa diartikan tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai
tumbuhan, gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan
berasosiasi dengannya secara khas. Gulma adalah tumbuhan yang mudah
tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin
nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman
budidaya untuk ruang, cahaya, dan secara kimiawi untuk air, nutrisi, gas-gas
penting, dan dalam peristiwa allelopati (Moenandir, 1988).
Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh :
1. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan
berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur
hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.
2. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih
oleh biji-biji gulma.
3. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang
beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak
pertumbuhannya.
4. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-
duriAmaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang
diusahakan.
5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman,
misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan
inang hama ganjur pada padi.
6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung
sarinya menyebabkan alergi.
7. Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga
dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari
gulma yang menyumbat air irigasi.
8. Gulma air mengurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu
dan tersebar luas ialah eceng gondok (Eichhornia crssipes). Terjadi
pemborosan air karena penguapan dan juga mengurangi aliran air.
Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8 kali lebih banyak dibandingkan
dengan air terbuka. Di Rawa Pening gulma air dapat menimbulkan
pulau terapung yang mengganggu penetrasi sinar matahari ke
permukaan air, mengurangi zat oksigen dalam air dan menurunkan
produktivitas air. (Moenandir, 1988).
Penanggulangan gulma terbaik dilakukan dengan mempraktekkan
pengendalian terpadu. Disamping itu, upaya menjaga agar populasi gulma
tidak melampaui ambang ekonomi, perlu didukung oleh kesadaran,
pengamatan dan pendidikan para pelaku usaha tani (Rukmana, 1999).
Gulma juga mempunyai nilai positif yang memberikan keuntungan
bagi tanaman budidaya. Pertama, gulma dapat mengurangi resiko erosi yang
terjadi di areal pertanaman tanaman budidaya. Kedua, gulma dapat menjadi
inang hewan predator bagi hama hama yang merusak tanaman. Gulma juga
dapat berperan sebagai LCC (Legume cover crop). ( Abas, 1993).
Dari segi positif antara lain :
o Menambah kesuburan terutama dalam hal bahan organic
o Mencegah atau mengurangi timbulnya erosi
o Sebagai makanan bahan ternak
o Bahan penutup tanah dalam bentuk mulsa atau serasah
o Sebagai bahan industri kertas
o Sebagai medium penanaman jamur merang
o Sebagai bahan obat tradisional
o Sebagai bahan makanan atau sayuran
o Sebagai tanaman pagar atau hias
o Sebagai penghasil bio gas dan bahan kerajinan (Rukmana,Saputra. 1999)

Pada praktikum identifikasi dan analisis vegetasi gulma kali ini
ditemukan tujuh spesies gulma yaitu :
1. Mimosa pudica (putri malu)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Familia : Mimosaceae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica L.

Morflogi :
a. Daun
Daun putri malu atau sikejut berupa daun majemuk menyirip ganda dua
yang sempurna. Jumlah anak daun pada setiap sirip sekitar 5 - 26 pasang.
Helaian anak daun berbentuk memanjang sampai lanset, ujung runcing,
pangkal memundar, tepi rata. Jika kita raba pada permukaan atas dan
bawah daun terasa licin, panjang 6 - 16 mm, lebar 1-3 mm. daun berwarna
hijau, akan tetapi pada tepi daun umumnya berwarna ungu. Jika daun
tersentuh akan melipatkan diri, menyirip rangkap. Sirip terkumpul rapat
dengan panjang 4-5,5 cm.
b. Batang
Batang tumbuhan putri malu berbeda dengan tumbuhan lainnya, yaitu
batang putri malu berbentuk bulat. Pada seluruh batangnya terdapat rambut
dan mempunyai duri yang menempel , batang tumbuhan putrid malu
dengan rambut sikat yang mengarah secara miring kepermukaan tanah
atau kearah bawah.
c. Akar
Putri malu atau sikejut mempunyai akar pena yang sangat kuat berbeda
dengan akar-akar tanaman-tanaman lainnya, jika kita cabut langsung
terangkat seluruh akar-akar nya. Akan tetapi lain halnya dengan akar
tanaman putri malu, untuk mencabuti nya kita memerlukan suatu alat-alat
yang khusus agar semua akar-akar nya teracabut.
d. Bunga
Putri malu biasanya mempunyai bunga yang berbentuk bulat seperti bola
dan tidak mempunya mahkota atau kelopak bunga yang besar seperti
bunga-bunga yang lain. Akan tetapi kelopak bunga putrid malu bentuknya
sangat kecil dan bergigi empat seperti selaput putih. Tabung mahkotanya
juga berukuran sangat kecil, bertaju empat seperti selaput putih.
2. Alternanthera philoxeroides
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Caryophyllales
Suku : Amaranthaceae
Marga : Alternanthera
Jenis : Alternanthera philoxeroides
Morfologi :
tinggi 50-100 cm, daun sederhana dan melebar, bunga bertangkai, akar
serabut, disetiap ruas batang mempunyai akar, batang berselang-seling.

3. Amaranthus lividus
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Caryophyllales
Suku : Amaranthaceae
Marga : Amaranthus
Jenis : Amaranthus lividus
Morfologi :
Siklus Hidup : memperkenalkan tahunan, mereproduksi dari biji
Batang : halus, sujud, kiat menaik
Bunga : hijau, kecil, kelopak tidak ada; cluster aksila, berduri

4. Cynodon dactylon
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Cyperales
Suku : Poaceae
Marga : Cynodon
Jenis : Cynodon dactylon
Morfologi :
Cynodon dactylon dapat dideskripsikan: memiliki terna bertahunan
yang berstolon,merumput dengan rimpang bawah tanah menembus tanah
sampai kedalaman 1m atau lebih bahkan ada literature yang menjelaskan
sampai padakedalaman 2 m. Lamina melancip-memita, berlapis lilin
putihkeabu-abuan tipis di permukaan bawah, gundul atau berambut
padapermukaan atas. Pelepah daun panjang, halus, berambut atau
gundul;ligula tampak jelas berupa cincin rambut-rambut putih. Bunga
tegak,seperti tandan. Bijinya membulat telur, kuning sampai kemerahan,

5. I mperata silindrica
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Cyperales
Suku : Poaceae
Marga : Imperata
Jenis : Imperata cylindrica
Morfologi :
Rimpang yang tumbuh secara agresif, tumbuhan tahunan (perennial)
yang kuat dengan percabangan terbenam dalam tanah (yang panjangnya dapat
mencapai 1 m), berdaging, rimpangnya bersisik, daun-daun tersusun kompak
atau tersebar. Rumpun tumbuh tegak, tingginya dapat mencapai 0.1-1.2(-3 m),
terdapat 1-4(-8) nodus di tiap rumpun, rumpun tidak bercabang, solid dan
biasanya terdapat rambut di tiap nodus. Tepi daun diselubungi rambut, pangkal
daun lebih lebar dan di bagian ujungnya menyempit; terdapat lapisan ligula,
panjangnya 1 mm; daun memiliki bangun garis-lanset, panjang 10-180 cm dan
lebar 5-25 mm, pipih, lurus, terdapat rambut-rambut panjang yang halus di
bagian pangkal daun. Perbungaan majemuk berbentuk bulir majemuk (a
spiciform panicle), silindris, panjang 6-30 cm dan lebar 2 cm; spikelet
berpasangan, bunga banci, panjang tiap bunga 3-6 mm; tangkai bunga tidak
sama ukurannya, panjangnya dapat mencapai 1 mm; benang sari 2, kepala sari
oranye atau ungu; kepala putik 2 berwarna ungu.

6. Melampodium perfoliatum
Klasifikasi ;
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Melampodium
Jenis : Melampodium perfoliatum
Morfologi :
Siklus Hidup : memperkenalkan tahunan, mereproduksi dari biji
Batang : berbulu atau berduri.
Bunga : berwarna orange atau kuning , kecil, mempunyai tangkai
bunga warna hijau.
Akar : system perakaran serabut.
Daun : hijau dan berbulu.

7. Stellaria media
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Caryophyllales
Suku : Caryophyllaceae
Marga : Stellaria
Jenis : Stellaria media

Morfologi :
Stellaria media memiliki batang bercabang lemah, yang biasanya yg
berbaring di dasar, naik menjadi sekitar 80-90 distal cm. Antara setiap
pasangan node, batang membawa satu baris rambut. Daun yang lebih rendah
sudah lama-mengintai, dengan helai daun panjang 1-2,5 cm dan tangkai sampai
dua kali lebih lama, sedangkan daun bagian atas memiliki tangkai rata pendek
atau sesile , dengan helai daun hingga panjang 5 cm, daun blade ovate untuk
luas elips, meruncing, dan tidak berbulu. Bunga ditanggung pada batang
ramping panjang yang gundul atau puber, awalnya menyebar dan melipat,
kemudian tegak. Ada lima sepal, 5-6,5 mm, lanset, gundul atau puber, dengan
puncak akut. lima kelopak berwarna putih, sangat bifida, celah memanjang
hampir ke dasar dan memberikan kesan bahwa sebenarnya ada sepuluh
kelopak, panjang kelopak yang sama atau sedikit lebih panjang dari
sepal. Bunganya sekitar 10 mm. Biasanya ada 10 benang sari dan tiga gaya.


8. Euphorbia hirta L
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa :Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Euphorbia
Jenis : Euphorbia hirta L.
Morfologi :
a. Akar
Akar Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) termasuk ke dalam sistem perakaran
tunggang. Akar Patikan kebo memiliki banyak cabang- cabang akar. Akar
Patikan kebo memiliki banyak rambut-rambut atau bulu-bulu halus. Akar
Patikan kebo memiliki tudung akar atau kaliptera. Akar Patikan kebo
berwarna kecoklatan.
b. Batang
Batang Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) memiliki ruas-ruas. Batang
patikan kebo berbentuk bulat silinde. Batang patikan kebo memiliki warna
merah sedikit keunug-unguan. Batang patikan memiliki bulu-bulu halus
diseluruh permukaannya. Pangkal batang patikan kebo tumbuh ke atas.
Percabangan batang selalu mengarah keluar.
c. Daun
Daun Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) memiliki ukuran kecil. Daun
patikan kebo menempel di buku-buku batangnya. Daun patikan kebo
termasuk kedalam golongan daun tunggal dengan duduk daun saling
berseberangan satu daun dengan daun lainnya. Panjang daun berkisar antara
0.5-5 cm. Warna daunya hijau bercak
ungu.


9. Croton hirtus L. Herit
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Euphorbiales
Suku :Euphorbiaceae
Marga : Croton
Jenis : Croton hirtus L. Heril.
Morfologi :
Tegak dichotomously herbal aromatik bercabang upto tinggi 60 cm;
branchlets dengan warna putih pucat kuning rambut strigose-stellata.Daun 2,4-
9 x 1,5-7,8 cm, bulat telur sampai bulat telur-lonjong, pangkal truncate, luas
cuneate atau miring, margin tidak teratur bergigi, puncak akut, stellate kelenjar
berbulu di kedua sisi, 3-5-nerved dari dasar, 2-mengintai putih hadir di dasar
lamina, tangkai daun 0,3-6,5 cm, stellata berbulu, stipula 2-5 mm panjang,
linier, stellata berbulu. Terminal perbungaan, upto 4 panjang dengan banyak
rambut kelenjar multibranched, bunga betina di bawah ini, bunga jantan di atas
cm; bracts 2-4 mm panjang, linier, kelenjar berbulu. Bunga jantan putih,
tangkai c. 1 mm, stellata berbulu, tepal 10, 2-bersambung, putih, 1,5-2 x 0,5-1
mm, bulat telur terbalik atau lonjong sungsang, tumpul atau akut pada
puncaknya, stellate berbulu tanpa. Benang sari banyak. Bunga betina hijau,
tepal 5; yang lebih panjang 3, c. 3 mm panjang, bulat telur terbalik, yang lebih
pendek 2, 1-1,5 mm. Ovarium c. Panjang 1,5 mm, bulat telur, berbulu
stellata. Kapsul 3-5 x 3-4 mm, bulat telur, berbulu stellata. Benih 2-3 mm
panjang, bersegi tiga, coklat dengan bercak hitam, caruncle krim.

10. Penisetum purpureum
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Phyllum : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Glumiflora
Familia : Gramineae
Genus : Pennisetum
Species : Pennisetum
purpureum
Morfologi :
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) adalah spesies rumput tropis asli
padang rumput Afrika. Rumput gajah dapat hidup diberbagai tempat (0
3000 dpl). Rumput gajah tumbuh hingga 2 5 m, merumpun dengan
perakaran serabut yang kompak.
11. Digitaria ternata
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Cyperales
Suku : Poaceae
Marga : Digitaria
Jenis : Digitaria ternate
Morfologi :
Batang pipih yang besar semakin ke bawah berongga. Pelepah daun
terletak jadi satu pada batang. Lidah sangat pendek.
Daun :Helaian daun berbentuk garis lanset atau garis, bertepi kasar,
keunguan.

12. Brachiaria reptans L.
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Cyperales
Suku : Poaceae
Marga : Brachiaria
Jenis : Brachiaria
reptans L.
Morfologi :
Batang: Lurus, 10-30 cm diatas dasar merayap, node berbulu, 1,2-2,5 mm
diameter 1-9 cm, 4-12 mm lebar, berbentuk hati dan Ciliata pada
berombak di pangkalan; selubung Ciliata pada marjin, lebih pendek dari
ruas
Bunga majemuk , biasanya alternatif pada sumbu utama, 0,5-3 cm
Panjang; rambutpanjang panjang mm, 1 mm, gundul; glume menit lebih
rendah, 1/4-1/5 asalkan spikelet, membran, memotong atau bulat, atau
samar-samar veinless, 5-7-berurat ; lebih rendah lemma 5-berurat, hampir
sepanjang spikelet, teliti berkerut; anter ca. 0,8 mm panjang
Daun : lebar dan berbulu

13. Cyanotis axillaris
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Commelinaceae
Genus : Cyanotis
Spesies : Cyanotis Axillaris
Morfologi :
tanaman ini mempunyai akar serabut / adventicia, dengan bulu-bulu
akar yang banyak dan menempel pada tanah.
batangnya terdiri dari beberapa rumpun dan menempel pada
pangkal batang pada satu focus sehingga bentuknya seperti kipas
dengan pola batang yang menyebar. Panjang batang 1-6 cm dengan
lebar 0,5-1,5 cm dan dapat tumbuh tegak atau miring dengan
ketinggian mencapai 60 cm .
daun tanaman ini berwarna hijau muda, pertulangan daun
sejajar/linier,labar daun 0,5-1,5 cm, pelepah daun menempel pada
batang yang berkumpul membentuk rumpun.
rumput tahunan yang tumbuh menjalar dan memiliki stolon, yang
pada setiapruasnya dapat berbentuk akar



14. Mitracarpus viillosas
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Rubiaceae
Genus : Mitracarpus
Spesies : Mitracarpus
villosus
Morfologi :
tanaman ini berakar serabut dengan banyak cabang akarnya.
batang beruas-ruas pada tiap pangkal daun.
Daun majemuk menempel pada batang dan berwarna hijau.

15. Lipocarpha chinensis
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Lipocarpha
Spesies : Lipocarpha chinensis
Morfologi :
Lipocarpha chinensis adalah genus teki tahunan yang dikenal sebagai
halfchaff teki tahunan. dapat ditemukan di seluruh daerah beriklim tropis dan
hangat di dunia. ini sebagian besar adalah herbal tahunan tegak (beberapa
tanaman keras yang dikenal) tumbuh 1 sampai 30 sentimeter. perbungaan
terdiri dari satu sampai beberapa paku masing-masing berisi banyak spikelets
spiral diatur. Bunga ini terjerat dengan dua skala hyalin, sebuah prophyll
gabah dan glume a. Bunga ini berdiri di ketiak dari bulir-bract.

16. Helioptroium indicum
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Lamiales
Suku : Boraginaceae
Marga : Heliotropium
Jenis : Heliotropium indicum
Morfologi :
Buntut tikus atau Heliotropium indicum L. merupakan jenis tanaman terna
setahun dan termasuk tumbuhan liar yang tumbuh tegak, tinggi dapat
mencapai 80 cm, batang bulat, berambut kasar, menyerupai duri dan
berwarna hijau ;daun tunggal, tersebar, berbentuk oval, tepi bergerigi atau
beringgit, permukaan daun bagian atas dan bawah berambut halus ; bunga
kecil bergerombol diujung batang, berbentuk bulir dan berwarna lembayung ;
berakar serabut dan berwarna putih kotor.
c17. Ageratum conyzoides
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides
Morfologi :
Batang: Tumbuhan ini mempunyai batang tegak atau berbaring,
tinggi hingga 120 cm, batang gilig dan berambut jarang, sering
bercabang-cabang.
Daun: Daun-daun bertangkai, 0,55 cm, terletak berseling atau
berhadapan, terutama yang letaknya di bagian bawah. Helaian daun
bundar telur hingga menyerupai belah ketupat, 210 0,55 cm,
dengan pangkal agak-agak seperti jantung, membulat atau
meruncing; dan ujung tumpul atau meruncing; bertepi beringgit
atau bergerigi; kedua permukaannya berambut panjang, dengan
kelenjar di sisi bawah.
Bunga: Bunga-bunga dengan kelamin yang sama berkumpul dalam
bongkol rata-atas, yang selanjutnya (3 bongkol atau lebih)
terkumpul dalam malai rata terminal. Bongkol 68 mm
panjangnya, berisi 6070 individu bunga, di ujung tangkai yang
berambut, dengan 23 lingkaran daun pembalut yang lonjong
seperti sudip yang meruncing. Mahkota dengan tabung sempit,
putih atau ungu.
(Sutoyo, MA. 1985)
Cara-cara identifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari
sebagian atau seluruh cara-cara di bawah ini:
Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di
herbarium
Konsultasi langsung dengan para ahli di bidang yang bersangkutan Mencari
sendiri melalui kunci identifikasi
Membandingkan dengan determinasi yang ada
Membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia
Karakteristik gulma dipakai dalam identifikasi dan penelaan gulma; terbagi
atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-sifat
generatif yang cenderung tetap. Tanda-tanda yang dipakai yaitu bagian vegetatif
gulma dan bagian generatif gulma. Keadaan gulma yang paling ideal untuk
identifikasi adalah jika semua bagian-bagian tersebut (vegetatif dan generatif)
lengkap. (Fryer, Matsunaka. 1988)
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendeskripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuan. Metode analisis vegetasi sangat beragam tergantung
keadaan vegetasi itu sendiri. Beberapa analisis vegetasi antaralain:
Metode garis.
Merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Untuk
areal luas, metode ini sering digunakan karena selain cepat juga cukup teliti.
Alat yang digunakan yaitu pita meteran 15-25 meter disebut sebagai garis
rintisan.
Metode titik
Merupakan suatu variasi metode kuadrat. Jika suatu kuadrat diperkecil
sampai tidak terhingga, akan menjadi titik. Metode ini sangat efektif untuk
sampling vegetatif yang rendah, rapat dan membentuk anyaman, yang tidak
jelas batas satu dengan lainnya. Parameter yang diperoleh adalah dominasi
dan frekuensi.


Metode estimasi
Digunakan untuk pengamatan sebuah petak untuk daerah yang luas serta
tidak tersedia waktu yang banyak.
(Isnan, Ali. 2009)

Pada praktikum identifikasi dan analisis vegetasi gulma kali ini adalah
pertama tama kita siapkan alat dan bahan yaitu : lahan kering, Alat square method
ukuran 50 cm x 50 cm, buku deskripsi gulma atau herbarium, kantong plastik,
label, alat tulis, oven, timbangan elektrik, kantong kertas, amplop, pancong atau
sabit. Setelah semua alat disiapkan, langkah pertamaa yaitu meletakkan alat
square method berukuran 50 cm x 50 cm di lahan kering yang berisi gulma.
Kemudian setelah itu semua gulma yang terdapat pada petak tersebut dicabut dan
diambil hingga bersih. Setelah itu gulma di identifikasi dan di pisahkan sesuai
spesies masing-masing. Kemudian gulma dicuci hingga bersih kemudian di
keringkan dan setelah itu di masukkan kedalam kantong atau amplop untuk di
oven. Setelah gulma di oven masing-masing ditimbang kembali dan masing-
masing dihitung nilai kerapatan, frekuensi dan dominasi masing-masing gulma.











BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki atau tumbuhan yang
tumbuh tidak sesuai tempatnya.
2. Gulma yang paling banyak terdapat pada lahan kering adalah Lipocarpha
chinensis.
3. Identifikasi sangat perlu dilakukan untuk memudahkan para ahli/orang-
orang dalam mencari nama suatu jenis gulma, karena nama latin suatu
gulma akan sangat berarti.
4. Dalam melakukan identifikasi berbagai macam spesies gulma yang berada
di lapang, dapat dilakukan cara-cara sebagai berikut: Membandingkan
tumbuhan gulma dengan gambar, foto atau ilustrasi gulma yang tersedia,
Membandingkan dengan determinasi dari spesies gulma yang kita duga,
Mencari sendiri melalui kunci identifikasi ,Konsultasikan pada ahli di
bidang yang bersangkutan.

B. SARAN
1. Tolong agar penyampaian materinya diperjelas dan buku kunci
determinasinya ditambah lagi.
2. Untuk praktikum berikutnya diharapkan peralatannya sudah lebih dilengkapi.



DAFTAR PUSTAKA

Abas, 1993. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Astuti, Siti. 2006. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
STPP Jurusan Penyuluhan Pertanian, Yogyakarta
Fryer, J. D, dan Matsunaka, S. 1988. Penanggulangan Gulma Secara Terpadu.
Bina Aksara : Jakarta
Isnan, Ali. 2009. Analisis Vegetasi Gulma Kuantitatif. Tarsito : Bandung.
Moenandaris, Jody.1988. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali
Pers. Jakarta
Rukmana, Rahmat dan UU Sugandi Saputra. 1999. Gulma dan Teknik
Pengendalian. Kanisius. Yogyakarta.
Sastroutomo, Soetikno S . 1990 . Ekologi Gulma . Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sukman, Yernelis dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya.
Rajawali Pers. Jakarta.
Sutoyo, MA. 1985. Macam-macam Jenis Gulma. Bandung : ITB.
Tjitrosoedirdjo, dkk. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Gramedia :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai