Anda di halaman 1dari 8

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manggis
2.1.1
Taksonomi
Menurut sebuah literatur, kedudukan tanaman manggis dalam sistemika (taksonomi)
tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom
: Plantae
Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Guttifernales

Famili

: Guttiferae

Genus

: Garcinia

Species

: Garcinia mangostana L.
(Rahmat, 2007)

2.1.2

Deskripsi Tanaman

Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk tanaman pohon yang berasal dari hutan tropis
di kawasan Asia Tenggara. Tinggi pohon mencapai 7 25 meter. Batang tanaman manggis
berbentuk pohon berkayu. Kulit batangnya tidak rata dan berwarna kecoklat-coklatan.
Daun manggis berbentuk bulat telur sampai bulat-panjang, tumbuhnya tunggal dan
bertangkai pendek sekali (Cronquist, 1981). Buahnya disebut manggis, dengan kulit buah
berwarna merah keunguan ketika matang, meskipun ada pula varian yang kulitnya
berwarna merah.

2.1.3
Morfologi Kulit Manggis
Buah manggis berbentuk bangun bola dengan diameter 3,5 7 cm. Kulit buah manggis
memiliki warna hijau muda hingga ungu gelap, sedangkan warna daging buahnya putih.

Sewaktu masih muda permukaan kulit buah berwarna hijau, namun setelah matang
berubah menjadi ungu kemerah-merahan atau merah muda. Kulit buah manggis ukurannya
tebal mencapai proporsi sepertiga bagian dari buahnya (Cronquist, 1981). Gambar
buah manggis dapat dilihat pada Gambar

2.1.4
Kandungan Kimia
Kulit buah manggis merupakan bagian yang sangat berpotensi sebagai obat herbal dari
beberapa penyakit. Beberapa senyawa dalam kulit manggis dilaporkan memiliki
efekfarmakologi misalnya antiinflamasi, antihistamin, antibakteri, dan antijamur. Salah
satu senyawa kimia yang telah banyak dikenal di kalangan peneliti adalah golongan
Xanton (Agung, 2009). Xanton pada kulit buah manggis memiliki kadar tertinggi
dibandingkan pada buah-buahan yang lain. Senyawa tersebut meliputi mangostin,
mangosterol, mangostinon A dan B, trapezifolixanthone, tovophyllin B, alfa dan beta
mangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoid epikatekin, dan gartanin (Arry et al.,
2011). Sebuah penelitian menyebutkan bahwa alfa mangostin dan beta mangostin
merupakan agen antiinflamasi yang baik, kedua senyawa tersebut berperan sebagai
penghambat COX-2 yang menyebabkan terjadinya inflamasi. Selain sebagai antiinflamasi
Xanton juga dikenal sebagai raja antioksidan, aktivitas antioksidannya melebihi aktivitas
dari Vitamin C dan Vitamin E (Hasyim, 2008). Di Amerika Serikat dan Eropa telah banyak
dilakukan penelitian untuk menunjukkan keutamaan kulit manggis di bidang kesehatan.
Kulit manggis mengandung antioksidan 17.000-20.000 orac per 100 ons. Orac (Oxygen
Radical Absorbance Capasity) yaitu kemampuan antioksidan menetralkan radikal bebas
penyebab penyakit degeneratif seperti jantung, stroke, dan kanker (Arry et al., 2011).
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan
pada orbital terluarnya dan dapat berdiri sendiri (Clarkson and Thompson, 2000). Jika
jumlah radikal bebas dalam sel melebihi jumlah normal, maka akan terjadi berbagai
gangguan metabolik dan seluler. Jika posisi radikal bebas yang terbentuk dekat dengan
DNA, maka bisa menyebabkan perubahan struktur DNA sehingga bisa terjadi mutasi atau
sitotoksisitas. Radikal bebas juga bisa bereaksi dengan nukleotida sehingga menyebabkan

perubahan yang signifikan pada komponen biologi sel. Bila radikal bebas merusak grup
thiol maka akan terjadi perubahan aktivitas enzim. Radikal bebas dapat merusak sel
dengan cara merusak membran sel tersebut (Powers and Jackson, 2008).
Antioksidan adalah senyawa kimia yang berperan sebagai donatur elektron pada radikal
bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam. . Dalam arti khusus, antioksidan
adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terbentuknya reaksi radikal bebas
(peroksida) dalam oksidasi lipid (Dalimartha dan Soedibyo, 1999).
2.2 Parasetamol
Parasetamol merupakan obat golongan NSAID yang telah digunakan sejak tahun 1893.
Sebagai obat bebas,efek anti piretiknya telah dikenal hampir di seluruh lapisan masyarakat.
Selain sebagai antipiretik,paracetamol juga memiliki efek analgesik. Namun berbeda
dengan obat golongan NSAID yang lainnya,obat ini memiliki efek anti inflamasi rendah
bahkan tidak sama sekali (Farmokologi FK UI., 2009).

2.2.1 Farmakodinamik
Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan siklooksigenase.
Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi
prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara berbeda.
Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang
menyebabkan parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat
pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer.
Inilah yang menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri
ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek
langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa
prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. Obat ini menekan efek zat
pirogen endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin, tetapi demam yang
ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan
suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik (Aris, 2009).
2.2.2 Farmakokinetik
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak dicapai
dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 diekskresi
dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik
atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian

dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi
metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari glutation
menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril dari protein
hati (Lusiana Darsono, 2002).
2.2.3 Indikasi
Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri sebagai
antipiretik dan analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang.
(Cranswick, 2000).
2.2.4 Dosis
Dosis terapi parasetamol untuk nyeri akut dan demam secara efektif sebesar 325-500mg
empat kali, dan dalam dosis lebih kecil yang proporsional pada anak-anak (Katzung,
2009).
2.2.5 Patogenesis Toksisitas Parasetamol Terhadap Hepar
Parasetamol merupakan obat analgesik antipiretik yang apabila digunakan pada dosis
berlebihan atau dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek toksik pada hepar.
Dalam keadaan normal, parasetamol dalam hepar dimetabolisme oleh jalur glukoronidasi
dan sulfatasi. Hanya sebagian obat ini yang dimetabolisme oleh enzim sitokrom P-450
menjadi NAPQI dan didetoksifikasi oleh glutathione ( GSH ) baik non enzimatik dan
enzimatik. Ketika pemakaian parasetamol melebihi batas terapi, jalur glukoronidasi dan
sulfatasi menjadi jenuh dan jalur oksidasi sitokrom P-450 menjadi meningkat. Akibatnya
NAPQI (N-acetyl-pbenzoquinoneimine) yang merupakan metabolit toksik dari parasetamol
dapat bertahan dengan makromolekul protein sel hepar secara tak terbalikkan sehingga
terjadi kematian sel atau nekrosis sel hepar (Davis et al., 1976).

2.3 Hepar
2.3.1
Anatomi
Hepar atau hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga abdomen.
Pada kondisi hidup hati berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah (Sloane,
2004). Beratnya 1200-1800 gram, dengan permukaan atas terletak bersentuhan dibawah
diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan diatas organ-organ abdomen. Batas atas
hepar sejajar dengan ruang interkosta V dextra dan batas bawah menyerong ke atas dari

costa IX dextra ke costa VIII sinistra. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan
terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis (Amirudin, 2009).

Hepar terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamentum
falciforme, diinferior oleh fissura yang dinamakan dengan ligamentum teres dan
diposterior oleh fissura yang dinamakan ligamentum venosum (Hadi, 2002). Lobus kanan
hepar enam kali lebih besar dari lobus kiri dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus
kanan atas, lobus caudatus dan lobus quadrates. Menurut Sloane (2004), diantara kedua
lobus terdapat porta hepatis, jalur masuk dan keluar pembuluh darah, saraf dan duktus.
Hepar dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang dinamakan kapsul glisson dan dibungkus
peritoneum pada sebagian besar keseluruhan permukaannnya
(Hadi, 2002).
Hepar disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : vena porta hepatika yang berasal dari
lambung dan usus yang kaya akan nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang
larut dalam air dan mineral dan arteri hepatika, cabang dari arteri koliaka yang kaya akan
oksigen. Pembuluh darah tersebut masuk hati melalui porta hepatis yang kemudian dalam
porta tersebut vena porta dan arteri hepatika bercabang menjadi dua yakni ke lobus kiri dan
ke lobus kanan (Hadi, 2002). Darah dari cabang-cabang arteri hepatika dan vena porta

mengalir dari perifer lobulus ke dalam ruang kapiler yang melebar yang disebut sinusoid.
Sinusoid ini terdapat diantara barisan sel-sel hepar ke vena sentral. Vena sentral dari semua
lobulus hati menyatu untuk membentuk vena hepatika (Sherwood, 2001). Selain cabangcabang vena porta dan arteri hepatika yang mengelilingi bagian perifer lobulus hati, juga
terdapat saluran empedu yang membentuk kapiler empedu yang dinamakan kanalikuli
empedu yang berjalan diantara lembaran sel hati (Amirudin, 2009).
Plexus (saraf) hepaticus mengandung serabut dari ganglia simpatis T7-T10, yang bersinaps
dalam plexuscoeliacus, nervus vagus dexter dan sinister serta phrenicus dexter (Sherlock,
1995).
2.3.2
Fisiologi
Fungsi utama hati yaitu,
a. Untuk metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Bergantung kepada kebutuhan
tubuh, ketiganya dapat saling dibentuk.
b. Untuk tempat penyimpanan berbagai zat seperti mineral (Cu, Fe) serta vitamin yang
larut dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K), glikogen dan berbagai racun yang tidak
dapat dikeluarkan dari tubuh (contohnya : pestisida DDT).
c. Untuk detoksifikasi dimana hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi
toksin dan obat.
d. Untuk fagositosis mikroorganisme, eritrosit, dan leukosit yang sudah tua atau rusak.
e. Untuk sekresi, dimana hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi
dan absorbsi lemak.

Hati merupakan komponen sentral sistem imun. Tiap-tiap sel hati atau hepatosit mampu
melaksanakan berbagai tugas metabolik diatas, kecuali aktivitas fagositik yang
dilaksanakan oleh makrofag residen atau yang lebih dikenal sebagai sel Kupffer
(Sherwood, 2001).
2.4 Serum Glutamic Pyruvat Transaminase (SGPT)
SGPT atau ALT adalah enzim mikrosomal, yang berfungsi merombak sari makanan
menjadi energi dalam proses metabolisme. Normalnya SGPT ditemukan dalam sel hepar
namun bila terjadi inflamasi atau injuri maka enzim tersebut akan dilepaskan di aliran
darah (KidsHealth, 2014). Kenaikan enzim tersebut terjadi karena beberapa hal meliputi
kerusakan sel-sel hati oleh virus, obat-obatan atau toksin yang menyebabkan hepatitis,
karsinoma metastatik, kegagalan jantung, dan penyakit hati granulomatus dan yang

disebabkan oleh alcohol (Edijanti et.al,. 2009). Perlu dilakukan pemeriksaan SGPT bila
terdapat gejala seperti jaundice, mual muntah, nyeri perut, dan urin gelap (KidsHealth,
2014).
2.5 Mekanisme Perlindungan Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Perubahan Kadar SGPT
Hepar Akibat Paparan Parasetamol Dosis Toksik
Xanton adalah kandungan pada kulit buah manggis yang memiliki aktivitas antioksidan
yang tinggi. Xanton sebagai antioksidan non enzimatis, secara signifikan menghambat
aktivitas enzim sitokrom P-450 ( Robert et.al., 2009). Terhambatnya
aktivitas enzim tersebut menurunkan jumlah NAPQI yang terbentuk
sehingga detoksifikasi oleh Glutation (GSH) dapat maksimal.

2.6 Kerangka Konseptual Penelitian

Parasetamol dosis toksik

Kelebihan dosis dimetabolisme


oleh sitokrom P-450
Ekstrak Kulit
Manggis
NAPQI

Berikatan dengan protein seluler


sel hepar

Kerusakan sel hepar yang


menyebabkan peningkatan kadar
SGPT

2.7 Hipotesis
Pemberian ekstrak kulit manggis memiliki efek perlindungan terhadap hepar yang
ditunjukkan dengan tidak adanya peningkatan kadar SGPT tikus wistar yang diinduksi
parasetamol dosis toksik.

Anda mungkin juga menyukai