Anda di halaman 1dari 3

Salah satu enzim yang merupakan indikator spesifik kerusakan hepar adalah kadar Bilirubin,

SGPT dan SGOT (Sadiyah et al., 2019).


Hal ini sesuai dengan laporan penelitian (Pulak Majumder, 2012) melaporkan hal yang sama
bahwa daun sirih cina jelas mengandung golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanın dan
triterpenoid (Angelina et al., 2015).
Aktivitas saponin sebagai hepatoprotektor didukung oleh beberapa penelitian antara
lain secara in vitro oleh Batubara et al. (2004) dan secara in vivo pada tikus oleh kayun.
Saponin mampu meredam superoksida melalui pembentukan intermediet hidroperoksida
sehingga mencegah kerusakan biomolekular oleh radikal bebas (Rahima et al., 2022). Steroid
berperan sebagai mengatur dalam banyak proses metabolisme, termasuk pembentukan
glukosa dari asam amino dan asam lemak dan penyimpanan glikogen dalam hati.

Sirih cina mengandung senyawa bioaktif yang bermanfaat untuk kesehatan serta
menghambat suatu penyakit adalah flavonoid, alkaloid, tripenoid, fenolik, tanin dan saponin.
Flavonoid merupakan golongan seyawa terbesar yang terdapat di dalam sirih cina. Flavonoid
memiliki kemampuan untuk mencegah dan mengatasi serangan kanker. Mekanisme kerja
flavonoid dalam melawan kanker adalah melalui inaktivasi karsinogen, penghambat siklus
sel, dan induksi apoptosis. Selain itu menurut Tripoli et al., (2007) flavonoid berfungsi
sebagai antioksidan untuk mencegah serangan kanker akibat adanya radikal bebas dan
flavonoid berperan sebagai antioksidan dan melindungi tubuh terhadap reactive oxygen
species (ROS).
Hati merupakan organ padat terbesar yang terletak di perut kanan atas. Hati terutama
dilindungi oleh tulang rusuk. Organ hati ini memiliki peranan yang sangat penting dalam
tubuh karena hati inilah yang mengatur metabolisme karbohidrat, protein dan lemak secara
umum. Tempat sintesis komponen protein, pembekuan darah, kolesterol dan zat sangat
penting. Selain itu, hati juga merupakan tempat pembentukan dan penyaluran asam empedu
serta pusat detoksifikasi racun dan pemecahan (degradasi) hormon steroid seperti estrogen.
Parasetamol atau asetaminofen (N-asetil-p-aminofenol) adalah turunan non - opioid
sintetik dari p-aminofenol. Parasetamol adalah obat yang biasa digunakan untuk migrain.
Parasetamol banyak digunakan sebagai antipiretik dan analgesik. Dosis maksimal
paracetamol yang dianjurkan adalah 4 gram /hari. Parasetamol biasanya digunakan dalam
kombinasi dengan aspirin dan kafein. Keuntungan menggunakan parasetamol antara lain
indeks terapeutik yang luas, bioavailabilitas yang baik setelah pemberian oral, ekskresi cepat,
interaksi dengan obat lain dalam jumlah kecil, harga murah, dapat tersedia secara bebas tanpa
resep dokter, dan hampir tidak memiliki efek samping. Efek Inilah mengapa parasetamol
sangat populer. Paracetamol dapat dikonsumsi dengan atau tanpa resep dokter. Penggunaan
obat simtomatik yang berlebihan seperti acetaminophen adalah masalah yang dipelajari
dengan baik pada migrain. Parasetamol adalah obat yang aman dan beberapa efek samping
telah dilaporkan bila digunakan dalam dosis terapeutik, walaupun efek buruk pada sistem
saraf pusat telah dilaporkan dalam beberapa dekade terakhir. Parasetamol dapat melewati
penghalang darah-otak. Oleh karena itu, efek samping pada sel otak tidak dapat dihindari.
Penggunaan paracetamol dalam jangka panjang menimbulkan efek samping seperti MOH
(Hidayati, 2020).
Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) merupakan enzim transaminase
yang berfungsi mengkatalisis reaksi kimia yang terjadi dalam sel. Ketika terjadi serangan
pada sel hati yang dapat disebabkan oleh senyawa obat yang toksik terhadap hati,
mikroorganisme, dan sebagainya, maka akan terjadi perubahan permeabilitas pada membrane
sel sehingga enzim-enzim yang seharusnya berada di dalam sel dapat keluar sel dan berada
dalam darah. Oleh karena itu disebut transaminase serum, dengan kata lain enzim tersebut
terdeteksi berada didalam serum (darah) dimana apabila tidak terjadi gangguan atau
kerusakan pada sel hati maka enzim tersebut tidak terdeteksi dalam jumlah sedikit sekali di
dalam darah (Asri & Kalsum, 2021).

Oksidasi adalah reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas sehingga
memicu reaksi berantai yang dapat merusak hati. Kehidupan suatu sel tubuh tergantung pada
pasokan nutrisi dan oksigen. Namun demikian, oksigen juga berpotensi merusak sel-sel tubuh
melalui proses oksidasi. Proses oksidasi yang awalnya didalangi oleh oksidan, akan
melepaskan radikal bebas yang terus menerus akan menarik kestabilan dengan mengambil
elektron dari atom lain. Sehingga akan terus memproduksi radikal bebas-radikal bebas lain.
Setiap kali sebuah elektron dilepaskan atau ditangkap oleh radikal bebas, maka akan
terbentuk radikal bebas yang baru. Radikal bebas yang baru terbentuk akan terus melakukan
hal yang sama. Dengan cara ini, rantai radikal bebas akan terbentuk dan jika kondisi ini terus
terjadi dalam waktu yang lama, sel tubuh terutama sel menyebabkan rusaknya sel dan
jaringan hepar (Hardiningtyas & Handharyani, 2020).
Oksidasi adalah reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas sehingga
memicu reaksi berantai yang dapat merusak hati. Kehidupan suatu sel tubuh tergantung pada
pasokan nutrisi dan oksigen. Namun demikian, oksigen juga berpotensi merusak sel-sel tubuh
melalui proses oksidasi. Proses oksidasi yang awalnya didalangi oleh oksidan, akan
melepaskan radikal bebas yang terus menerus akan menarik kestabilan dengan mengambil
elektron dari atom lain. Sehingga akan terus memproduksi radikal bebas-radikal bebas lain.
Setiap kali sebuah elektron dilepaskan atau ditangkap oleh radikal bebas, maka akan
terbentuk radikal bebas yang baru. Radikal bebas yang baru terbentuk akan terus melakukan
hal yang sama. Dengan cara ini, rantai radikal bebas akan terbentuk dan jika kondisi ini terus
terjadi dalam waktu yang lama, sel tubuh terutama sel menyebabkan rusaknya sel dan
jaringan hepar (Hardiningtyas & Handharyani, 2020). Dalam keadaan normal radikal bebas
tidak akan menyebabkan kerusakan hepar dikarenakan hepar memiliki sistem pertahanan
yang lebih baik dari organ-organ lainnya (Palawe et al., 2021).

Anda mungkin juga menyukai