Anda di halaman 1dari 6

DISKUSI

(PERTANYAAN DAN JAWABAN)

MAKALAH RHEUMANEER

1. Bagaimana mekanisme Rheumaneer sehingga memiliki efek analgesik?


Dalam indikasi disebutkan rheumaneer memiliki 2 kegunaan, yang pertama
sebagai analgetik, yang kedua untuk menghangatkan dan menyegarkan tubuh,
apakah kita sebagai apoteker dapat menyarankan kepada pasien untuk
mengkonsumsi produk ini sehubungan dengan indikasi menghangatkan tubuh
dan menyegarkan tubuh? (ROSI)
2. Cabe jawa merupakan senyawa yang memiliki efek anti radang, kandungan
apa yang terdapat dalam cabe jawa sehingga memiliki efek tersebut? Apakah
penggunaan rheumaneer aman untuk ibu hamil? (IRMA)
3. Apakah jika rasa nyeri sudah berkurang dosis penggunaan sediaan tetap
sama? Apakah jika sudah tidak merasakan nyeri pasien tetap boleh
mengkonsumsi sediaan tersebut? (SINTA)
4. Berapakah dosis asetosal yang digunakan dalam penelitian mengenai
efektifitas temu kunci sebagai analgetika? (WIDY)
5. Bagaimana cara anda memberikan informasi/ edukasi kepada pasien mengenai
efek samping dan apakan sediaan ini aman jika dikombinasi dengan obat-obat
konvensional (Ibuprofen)? (DANANG)
6. Apakah Rheumaneer berpengaruh pada lambung? Apakah sediaan ini aman
digunakan pada pasien Gastritis? (RIZKI)
7. Bagaimanakah mekanisme penghambatan prostaglandin? (SARI)
8. Apakah Rheumaneer dapat digunakan pada penderita arthralgia berat (lebih
dari 5 tahun menderita rheumatoid)? (RIA)
HASIL DISKUSI

1. Mekanisme suatu sediaan herbal dapat ditinjau dari aksi berbagai komposisi
yang terkandung didalamnya. Komposisi dari sediaan harus saling menunjang,
berikut merupakan mekanisme aksi berbagai bahan penyusun sediaan
Rheumaneer sehingga dapat menghasilkan efek analgesik :
 Kunyit → Senyawa aktif dalam minyak atsiri kunyit yang pernah
dilaporkan mengandung senyawa cynnamyltiglate (C14H16O2),
eucalyptol (C10H18O), methylol pinene (C11H18O) dan bicyclo 3.3.1
non-2-en9-ol (C9H14O) diduga merupakan zat-zat aktif yang dapat
menghambat pelepasan IL1-β dan TNF-α dalam peradangan sendi.
Kurkumin dapat menghambat ekskresi enzim inflamasi.
 Jahe → Senyawa aktif dalam jahe yaitu gingerol, shogaols,
diarylheptanoids dan diterpens dialdehyd dapat menghambat
prostaglandin, yang merupakan mediator inflamasi.
 Temulawak → Kurkumin yang terkandung dalam temulawak
mempunyai aktivitas anti radang yang berguna mengurangi nyeri dan
radang sendi. Aktivitas ini dapat dicapai melalui penghambatan migrasi
sel-sel leukotrien ke daerah radang atau melalui penghambatan
pembentukan serta transportasi mediator radang yaitu prostaglandin.
 Temu Kunci → Penelitian sebagai antiinflamasi melalui mekanisme
penghambatan sikloogsigenase 2 telah dibuktikan secara in vitro dengan
menggunakan sel RAW 264.7 (Yun et all, 2003). Rimpang temu kunci
juga bersifat analgetik dan dapat digunakan untuk mengobati radang
indung telur (Muhlisah, 1999).
 Cabe Jawa → Evacuasiany dkk, pada tahun 2010 membuat sebuah
penelitian untuk membuktikan efek analgesik dari ekstrak etanol buah
cabe jawa pada mencit. Piperine memiliki potensi sebagai inhibitor yang
sifatnya merupakan kombinasi dari fungsi sistem oksigenase dan
penghambatan sitokrom isoenzim P450 yang tidak spesifik. Konstituen
dari spesies cabai-cabaian memiliki aktivitas penghambatan prostaglandin
dan leukotrien (Singh et al, 2014).
Jadi efek analgetik sediaan Rheumaneer diperoleh dari efek kumulatif dari
komposisi bahan-bahan penyusunnya.
Untuk efek kedua yaitu dapat menghangatkan dan menyegarkan tubuh,
sebagai apoteker jangan menyarankan kepada pasien untuk mengkonsumsi
produk ini sehubungan dengan indikasi tersebut. Dalam sediaan ini efek
tersebut merupakan efek penunjang/ efek ikutan dari efek utama. Ketika
seseorang merasakan nyeri maka pasien tersebut akan merasakan lemas dan
loyo, efek ikutan tersebut bertujuan untuk menunjang penurunan rasa nyeri
dengan memberikan rasa nyaman kepada pasien.
2. Cabe jawa mengandung minyak atsiri, resin, alkaloid (4-5% Piperine), dan
substansi terpenoid (Babu et al, 2006). Piperine memiliki potensi sebagai
inhibitor yang sifatnya merupakan kombinasi dari fungsi sistem oksigenase
dan penghambatan sitokrom isoenzim P450 yang tidak spesifik. Konstituen
dari spesies cabai-cabaian memiliki aktivitas penghambatan prostaglandin dan
leukotrien (Singh et al, 2014).
Wanita hamil sebaiknya menghindari konsumsi sediaan ini, sebaiknya
gunakan obat yang penggunaannya dengan dioles seperti balsam, atau pasang
plester penghilang nyeri ditempat yang nyeri. Kandungan cabe jawa dalam
rheumaneer memiliki efek menghambat kontraksi uterus pada saat persalinan.
Kontraksi uterus yang dihambat terus menerus akan memperkuat otot tersebut
dalam menjaga janin yang ada di dalamnya. Kondisi ini sebenarnya sangat
bermanfaat untuk menjaga resiko keguguran jika diminum pada masa awal
kehamilan, tetapi akan berakibat buruk pada masa menjelang persalinan.
Kandungan kunyit memiliki efek stimulan pada kontraksi uterus dan berefek
abortus, sehingga wanita hamil tidak disarankan mengkonsumsi sediaan yang
mengandung kunyit apalagi pada trimester pertama. Sehingga ibu hamil tidak
disarankan mengkonsumsi Rheumaneer.
3. Jika nyeri sudah berkurang tetap boleh dikonsumsi, tetapi jika intensitas
muncul rasa nyeri sudah sangat jarang penggunaan sediaan dihentikan.
Sediaan ini dikonsumsi lagi jika nyeri muncul kembali. Tidak terdapat
penandaan dosis pemeliharaan dalam kemasan.
4. Dosis Asetosal dalam penelitian tersebut adalah 130 mg/kgBB.
5. Sediaan ini tidak memiliki efek samping berdasarkan hasil uji preklinis yang
telah dilakukan. Sampaikan pada pasien untuk penggunaan Rheumaneer jika
dikombinasikan dengan Ibuprofen harus diatur cara pemakaiannya. Kedua
sediaan tidak boleh diminum bersamaan, harus diberi selang waktu 2 jam,
diasumsikan dalam waktu 2 jam tersebut Rheumaneer sudah melalui proses
ADME didalam tubuh, kemudian baru konsumsi Ibuprofen. Sediaan ini aman
tetapi sebaiknya diminum sesudah makan atau dalam kondisi lambung tidak
kosong karena kandungan jahe dan cabe jawa dalam Rheumaneer yang
bersifat panas.
6. Pada pasien yang menderita gastritis akut boleh mengkonsumsi Rheumaneer
tetapi harus setelah makan dengan jeda ½ jam. Jika pasien sudah menderita
gastritis kronis apoteker harus mempertimbangkan berbagai macam aspek,
karena kemungkinan efektivitas obat akan berbeda jika dibanding dengan
orang normal, selain itu dalam rheumaneer terdapat cabe jawa dan jahe yang
bersifat pedas dan panas. Lebih baik apoteker menyarankan kepada pasien
untuk konsultasi ke dokter, agar dapat ditentukan obat yang tepat untuk
pasien.
7. Aktivitas ini dapat dicapai melalui penghambatan migrasi sel-sel leukotrien ke
daerah radang atau melalui penghambatan pembentukan serta transportasi
mediator radang yaitu prostaglandin.
8. Pada pasien dengan arthralgia menahun kemungkinan lambungnya akan
terganggu karena konsumsi NSAID yang terus menerus. Lebih baik pasien
mengkonsumsi sediaan ini karena dalam penelitian yang dilakukan
membuktikan bahwa Rheumaneer tidak memiliki efek samping pada lambung.
Tetapi lakukan edukasi kepada pasien, bahwa sediaan ini lebih baik
dikonsumsi sesudah makan, untuk menghindari munculnya rasa panas di perut
karena kandungan cabe jawa dan jahe dalam sediaan.
DAFTAR PUSTAKA

Babu, K.N., Divakaran, M., Ravindran, P.N., and Peter, K.V., 2006, Long Pepper,
in Peter, K.V., Handbook of Herbs and Spices, volume 3, CRC Press,
England.

Evacuasiany, E., Santosa, S., dan Irwan, M., 2010, Analgesic Effect of Ethanol
Extract of Long Pepper on Mice Swiss-Webster Strain, Jurnal Medika
Planta, Volume 1, Nomer 1.

Muhlisah, F., 1999, Temu-temuan & empon-emppon, budidaya dan manfaatnya,


Kanisius, Yogyakarta.

Singh, V.K., Singh, P., Mishra, A., Patel, A., and Yadav, K.K.M., 2014, Piperine:
Delightful Surprise To The Biological World, Made by Plant “Pepper” and
A Great Bioavailability Enchancer for Our Drugs and Supplements, World
Journal of Pharmaceutical Research, volume 3, issue 6.

Yun, J.M., Kwon, H., and Hwang J.K., 2003, In vitro anti-inflammatory activity
of panduratin A isolated from Kaempferia pandurata in RAW246.7 cells,
Planta Med.
HASIL DISKUSI
SEDIAAN FITOFARMAKA
RHEUMANEER

Dosen Pengampu:
Maulita Cut Nuria, M.Sc, Apt

Disusun Oleh:

Dwitya Alina Paramitha 145020015

PROGAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2014

Anda mungkin juga menyukai