Oleh:
TIARA JEAN KARISA
2013453017
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Diploma Tiga Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Oleh:
TIARA JEAN KARISA
2013453017
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Penulis
Telah diperiksa dan disetujui Tim pembimbing Karya Tulis Ilmiah Program Studi
Diploma Tiga Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Masa Esa atas berkat dan kasih Nya
kepada penulis sehingga proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat tersusun sampai
selesai. Proses penulisan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan lancar
berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dewi Purwaningsih, S.SiT., M.Kes selaku Direktur Poltekkes
Tanjungkarang.
2. Dra. Eka Sulistianingsih, M.Kes selaku Ketua Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Tanjungkarang.
3. Misbahul Huda, S.Si., M.Kes selaku Ketua Program Studi DIII Teknologi
Laboratorium Medis.
4. Rodhiansyah Djayasinga, S. Pd., M. Si dan Febrina Sarlinda, S.T.,
M.Eng selaku pembimbing karya tulis ilmiah yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
menyusun proposal karya tulis ilmiah.
5. Sri Nuraini, S.Pd.,M.Kes selaku penguji Seminar Proposal Karya Tulis
Ilmiah.
6. Semua pihak yang telah membantu penyusun karya tulis ilmiah ini baik
secara langsung maupun tidak langsung.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL LUAR i
HALAMAN SAMPUL DALAM ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
E. Ruang Lingkup Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Teori 6
1. Formalin 6
a. Sifat Formalin 6
b. Kegunaan Formalin 7
c. Bahaya Penggunaan Formalin 7
d.Ciri-ciri Makanan Mengandung Formalin 7
2. Metode Analisa Formalin 8
3. Tahu 9
4. Bahan Tambahan Pangan (BTP) 10
B. Kerangka Teori 11
C. Kerangka Konsep 12
BAB III METODE PENELITIAN 13
A. Rancangan Penelitian 13
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 13
C. Subjek Penelitian 13
D. Variabel dan Definisi Operasional 13
E. Pengumpulan Data 14
F. Pengolahan dan Analisis Data 15
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 19
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 12
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Formalin adalah senyawa kimia golongan aldehid dengan rumus kimia
H2CO. Senyawa ini memiliki karakteristik antara lain senyawa yang
sangat beracun, bau yang menyengat, dan mudah larut dalam air (Baskoro
& Susanto, 2020). Formalin terdiri dari satu atom karbon yang terbagi
ikatan rangkap dengan atom oksigen, senyawa formalin bersifat polar dari
ikatan karbon oksigen sehingga senyawa ini termasuk reaktif (Khalid &
Babel, 2020). Selain itu formalin merupakan campuran larutan jenuh yang
terdiri dari; formaldehyde, metanol, dan air dengan perbandingan 37%:
13%: 50%, sehingga secara umum masyarkat membeli formalin dengan
konsentrasi 37%. Hal tersebut yang menyebabkan formalin termasuk
golongan desinfektan kuat dan digunakan sebagai pengawet mayat (Intan
et al., 2022; Kuswandi et al., 2018).
Menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dan No.
1168/Menkes/Per/IX/1999 penggunaan formalin pada bahan tambahan
pangan dilarang karena sangat berbahaya bagi tubuh (Nabila et al., 2019).
Formalin dapat masuk lewat mulut karena mengkonsumsi makanan yang
diberi pengawet formalin (Manoppo & Abidjulu, 2014). Di dalam tubuh,
formalin teroksidasi dengan sangat cepat membentuk asam format,
terutama di hati dan sel darah merah. Hal ini menyebabkan tubuh
mengalami efek mual, pusing, sakit perut, hingga dapat memicu depresi
apabila terdapat formalin pada makanan yang dikonsumsi (Wardani &
Mulasari, 2016).
Dampak dari konsumsi formalin memang tidak langsung terlihat
namun akan terasa dalam waktu mendatang setelah kadar formalin
menumpuk di dalam tubuh. Pada konsentrasi rendah, formalin dapat
menyebabkan iritasi mata, hidung, tenggorokan, dan kulit. Paparan
formalin dalam jumlah besar dapat menyebabkan sakit parah, muntah, dan
bahkan kematian (Khumaeni & Mildawati, 2021).
1
2
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, peneliti
mengidentifikasi masih ada kesenjangan penelitian, yaitu masih sedikit
informasi tentang peneliti yang melakukan uji formalin pada sampel tahu
4
B. Tujuan Penelitian
Tujuan terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus
1. Tujuan umum :
Mengetahui apakah terdapat kandungan formalin pada tahu putih yang
dijual di pasar Gedongtataan kabupaten Pesawaran.
2. Tujuan khusus :
a. Mengidentifikasi ada tidaknya tahu putih yang mengandung
formalin yang dijual di pasar Gedongtataan kabupaten Pesawaran.
b. Mengetahui kadar dan persentase tahu yang mengandung
formalin pada sampel yang dijual di pasar Gedongtataan
kabupaten Pesawaran.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan juga referensi ilmu berdasarkan
bidang Toksikologi terutama bahan pengawet yang dilarang.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi peneliti :
Dapat mengaplikasikan dan menambah pengetahuan penulis
selama mengikuti pembelajaran di jurusan analis kesehatan dengan
melakukan penelitian guna untuk menambah pengetahuan.
b. Bagi Masyarakat :
Dapat memberikan informasi kepada pembaca, tentang bahaya
dari makanan dan minuman yang mengandung bahan pengawet
terutama formalin.
D. Ruang Lingkup
5
A. Tinjauan Teori
1. Formalin
Formalin merupakan senyawa kimia dengan rumus H2CO. Nama
IUPAC formalin adalah metanal, sedangkan nama lain dari formalin
adalah formol, metil aldehida, oksida metilena (Maciej Serda et al.,
2017). Formalin termasuk senyawa aldehida berwujud gas, padatan,
dan cair, yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxane
(Manoppo & Abidjulu, 2014). Formalin terdiri dari larutan
formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Berdasarkan
BPOM di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam
air dan biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet.
a. Sifat Formalin
Formalin larut dalam air (John Daintith, 1990), Larutan ini
memiliki bau yang sangat menusuk dan tidak berwarna (L.
Margata, NA Siagan (2021). Formalin menguap pada suhu tinggi
(Intan dkk., 2022), biasanya dalam formalin ditambahkan metanol
10-15% sebagai pengawet (Overdose et al., 2022), sifat polar dari
ikatan karbon oksigen membuat formalin menjadi senyawa yang
sangat reaktif, sehingga dapat mengikat senyawa dalam bahan
6
7
b. Spektrofotometri uv-vis
Spektrofotometri UV-Vis merupakan metode analisis yang
menggunakan panjang gelombang UV - Vis sebagai area serapan
untuk mendeteksi senyawa. Pada umumnya senyawa yang dapat
diidentifikasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis adalah
senyawa yang memilki gugus kromofor dan gugus auksokrom.
Pengujian dengan spektrofotometri UV-Vis tergolong cepat jika
dibandingkan dengan metode lain (Sahumena et al., 2020).
Metode spektrofotometri UV-Vis digunakan dalam
menganalisis suatu sampel secara kualitatif maupun kuantitatif
(Malem et al., 2018). Penggunaan spektrofotometri UV-Vis
sebagai teknik sederhana, sensitif, handal, dan biaya rendah, yang
memungkinkan penentuan konsentrasi senyawa yang rendah dan
penggunaan sampel dalam jumlah yang sangat sedikit (L.C. Passos
& M.F.S. Saraiva, 2019).
3. Tahu
Di Indonesia, sekitar 90 persen kedelai digunakan untuk industri
bahan pangan. Dikarenakan oleh semakin berkembangnya industri
pangan meningkat, kebutuhan kedelai dalam negeri terus meningkat
setiap tahun seiring bertambahnya jumlah penduduk. Peningkatan
kebutuhan akan kedelai dapat dikaitkan dengan meningkatnya
konsumsi masyarakat terhadap tahu (Buletin Konsumsi Pangan, 2021).
Menurut tabel data konsumsi kedelai di Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2018-2020 dalam cakupan tahunnya, Lampung
memasok kedelai yang diubah dalam bentuk pangan berupa tahu antara
lain 7.49 kg/kapita (2018), 7.43kg/kapita (2019), 7.12/kapita (2020)
sehingga menghasilkan persentase selama kurang lebih -2.54 %. Rata-
rata konsumsi tahu selama tahun 2021-2023 diprediksi sebesar7,90
kg/kapita/tahun pada periode yang sama (Buletin Konsumsi Pangan
10
2021).
Tahu menjadi makanan yang sudah tak lagi asing didengar oleh
masyarakat Indonesia. Selain tahu merupakan makanan yang mudah
diolah, tahu juga memiliki harga yang relatif murah dan mudah di
dapat sehingga terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Tahu
menjadi salah satu makanan yang paling sehat karena kandungan
proteinnya yang tinggi dan kualitasnya setara dengan kualitas protein
hewani kedelai merupakan salah satu pangan utama di Indonesia yang
bernilai gizi tinggi (Qawiy & Naid, 2022).
Protein nabati pada tahu memiliki kandungan lebih baik dibanding
protein nabati lainnya. Hal ini menjadikan tahu memiliki nilai protein
hampir setara dengan daging. Banyaknya kandungan asam amino
esensial pada tahu membuat tahu menjadi sangat bermutu untuk
dikonsumsi. Selain itu tahu memiliki nilai gizi yang tinggi, seperti
karbohidrat 1-6%, lemak 4-6%, dan protein 8-12%, selain memiliki
beberapa keuntungan untuk dikonsumsi tahu juga memiliki kekurangan
yaitu masa simpan tahu yang hanya bertahan satu hari pada suhu ruang
27°C. Hal ini menjadi permasalahan bagi masyarakat dan bagi
pengusaha tahu sendiri sehingga produksi tahu menjadi terbatas sesuai
dengan tingkat penjualan setiap hari, oleh sebab itu banyak produsen
menggunakan BTP untuk menjaga kualitas produk tahu (Manoe et all.,
2019).
4. Bahan Tambahan Pangan (BTP) (Permenkes RI, 2012)
Menurut Badan pengelolah Obat dan Makanan, pangan merupakan
segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati. Produk perkebunan,
pertanian, kehutanan, peternakan, dan perairan, baik yang diolah
ataupun tidak dapat diolah dan diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia. Hal ini dikategorikan sebagai bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan pembuatan
minuman atau makanan.
11
B. Kerangka Teori
Bahan Tambahan
Makanan
14
15
F. Prosedur Kerja
1. Persiapan peralalatan dan bahan
16
Abriyani, E., Putri, N. S., Rosidah, R. S. N., & Ismanita, S. S. (2022). Analisis
Kafein Menggunakan Metode Uv-Vis: Tinjauan Literatur. Jurnal Pendidikan
Dan Konseling (JPDK), 4(6), 12732–12739.
https://doi.org/10.31004/JPDK.V4I6.10610
Baskoro, F., & Susanto, R. (2020). Rancang bangun pendeteksi formalin dan
rhodamin b berbasis arduino 1 1,2. 26–35.
Daniela, C., Rusmarilin, H., & Sinaga, H. (2019). Aloe vera and lemon juice
capability in decreasing formaldehyde content in tofu sumedang with cold
storaging. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 260(1).
https://doi.org/10.1088/1755-1315/260/1/012089
Enjelina, W., & Erda, Z. (2022). Bahan Organik Rumah Tangga sebagai
Pendeteksi Formalin pada Makanan. GALENICAL : Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh, 1(4), 102.
https://doi.org/10.29103/jkkmm.v1i4.9257
21
Haikal, M. F., Mulyanto, B., & Pudjono. (2022). Identifikasi Bahan Tambahan
Pangan Formalin pada Bakso dan Tahu yang Beredar di Kecamatan
Sirampog. Pharmacy Peradaban Journal, 2(1).
Kuswandi, B., Riskyna, A., & Ahmad, M. (2018). A dip test strip based on
immobilized pararosaniline for detection of formalin adulteration in tofu.
AIP Conference Proceedings, 1972(June 2018).
https://doi.org/10.1063/1.5041220
Maciej Serda, Becker, F. G., Cleary, M., Team, R. M., Holtermann, H., The, D.,
Agenda, N., Science, P., Sk, S. K., Hinnebusch, R., Hinnebusch A, R.,
(2017). Perilaku Penggunaan Formalin pada Pedagang dan Produsen Mie
Basah dan Tahu di Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Andalas, 11(1), 39–48. https://doi.org/10.2/JQUERY.MIN.JS
Malem, R., Sinurat, J. P., & Fibrini, D. (2018). Analisis kadar zat besi pada sari
kedelai kemasan dengan metode spektrofotometri UV-VIS. 3(2), 74–77.
https://doi.org/10.34012/jpms.v3i2.2038
Manoppo, G., & Abidjulu, J. (2014). Analisis formalin pada buah impor di kota
manado. 3(3), 148–155.
Nabila, R., Sulistyarti, H., Wisang, Y. F., & Sabarudin, A. (2019). Determination
of formaldehyde in tofu by sequential injection analysis using
acetoacetanilide as hantzsch reaction reagent. IOP Conference Series:
Materials Science and Engineering, 546(3), 0–8.
https://doi.org/10.1088/1757-899X/546/3/032024
Niswah, C., Pane, E. R., & Resanti, M. (2016). Uji Kandungan Formalin Pada
Ikan Asin Di Pasar Km 5 Palembang. Jurnal Bioilmi, 2(2), 121–128.
https://doi.org/https://doi.org/10.19109/bioilmi.v2i2.1136
Overdose, D., Agency, I., Osha, T., Niosh, T., Methanol, S., Ip, Y., & Balmes, J.
R. (2022). Chapter 74. Formaldehyde.
Permadi, A., Hidayah, N., Afifah, N., Purnamasari, H. B., Dharmayanti, N., R
Siregar, R., & H Sipahutar, Y. (2022). Identifikasi kandungan formalin pada
produk ikan teri nasi asin (stolephorus sp) dan karakteristik pedagang di
pasar tradisional kota Medan. Buletin Jalanidhitah Sarva Jivitam, 4(1), 59.
https://doi.org/10.15578/bjsj.v4i1.11067
Rahman, H., Yanni, D. Z., Sari, P. M., Prajuwita, M., & Lestari, I. (2019).
Analisis Kandungan Formalin Pada Cabe Merah Giling Yang Dijual Di Pasar
Tradisional Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi Dan
Kesehatan, 4(2), 331–340. https://doi.org/10.36387/jiis.v4i2.341
Rifai, F. N. P., & Maliza, R. (2021). Variasi identifikasi kualitatif formalin pada
ikan tongkol (euthynnus affinis) di pasar tradisional Yogyakarta. Jurnal
Teknologi Pangan Dan Gizi, 20(1), 1–7.
https://doi.org/10.33508/JTPG.V20I1.2361
Sahumena, M. H., Nurrohwinta, E., Jenderal, J., No, S., & Gorontalo, K. (2020).
Kendari menggunakan metode spektrofotometri UV-VIS. 2(September), 65–
72.
Seran, M. N., Sio, S., & Kia, K. W. (2021). Deteksi Kandungan Formalin dan
Boraks pada Bakso Daging yang dijual Di Kota Kefamenanu. Jas, 6(3), 52–
55. https://doi.org/10.32938/ja.v6i3.1424
Sikanna, R. (2016). Analisis Kualitatif Kandungan Formalin Pada Tahu Yang
Dijual Dibeberapa Pasar Di Kota Palu. Kovalen, 2(2), 85–90.
https://doi.org/10.22487/j24775398.2016.v2.i2.6729
SNI 01-2894-1992. (1992). Cara Uji Bahan Pengawet Makanan dan Bahan
Tambahan yang Dilarang untuk Makanan. 1–28.
Suseno, D. (2021). Validasi Metode Analisis Formalin dan Aplikasinya Pada Ikan
Asin. Jurnal Agroindustri Halal, 7(1), 173–182.
Tamsil, A., Akram, A., Budidaya, J., Fakultas, P., & Kelautan, I. (2020). Bahaya
Penggunaan Formalin Sebagai Pengawet Bahan Makanan. 4(1), 39–44.
Wardani, R. I., & Mulasari, S. A. (2016). Identifikasi Formalin Pada Ikan Asin
Yang Dijual Di Kawasan Pantai Teluk Penyu Kabupaten Cilacap. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 10(1), 15–24.
Wuisan, C., Paat, V., Sambou, C., & Tumbel, S. (2020). Identifikasi Kandungan
Formalin Pada Tahu Putih Di Pasar Tradisional Airmadidi. Biofarmasetikal
Tropis, 3(1), 17–24. https://doi.org/10.55724/j.biofar.trop.v3i1.251
Yulianti, C. H., & Safira, A. N. (2020). Analisis Kandungan Formalin pada Mie
Basah Menggunakan Nash dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis.
Journal of Pharmacy and Science, 5(1), 7–14.
https://doi.org/10.53342/pharmasci.v5i1.156
LAMPIRAN
Pembuatan Reagensia
V 2X C2
Jawab: V1 =
C1
100 X 10
=
85
= 11,85 mL
Dimasukan sebanyak 11,8 ml larutan kedalam labu ukur 100 ml, kemudian
ditambahkan dengan aquadest sampai tanda batas 100 ml.
Dimasukan sebanyak 62,5 ml larutan kedalam labu ukur 100 ml, kemudian
ditambahkan dengan aquadest sampai tanda batas 100 ml.
%xV
Jawab: gr =
100
0,5 X 100
=
100
= 0,500 gram
gram mg
% = ppm =
ml liter
37 gram
37 % =
100 ml
Ppm 1 x V1 = ppm2 x V2
10000 x V1 = 1000 x 100
100000
V1 =
10000
= 10,0 ml
Dimasukan sebanyak 10,0 mL larutan baku 1000 ppm kedalam labu ukur
100 ml, kemudian ditambahkan dengan aquadest sampai tanda batas 100 ml.
Ppm 1 x V1 = ppm2 x V2
1000 x V1 = 100 x 100
10000
V1 =
1000
= 10,0 ml
Dimasukan sebanyak 10,0 mL larutan baku 1000 ppm kedalam labu ukur
100 ml, kemudian ditambahkan dengan aquadest sampai tanda batas 100 ml.
Dimasukan sebanyak 10,0 mL larutan baku 100 ppm kedalam labu ukur
100 ml, kemudian ditambahkan dengan aquadest sampai tanda batas 100 ml.
Ppm 1 x V1 = ppm2 x V2
10 x V1 = 10 x 100
100
V1 =
10
= 10,0 ml
Konsentrasi Absorbansi
(ppm)
0,5 0,034
1 0,065
2 0,128
4 0,233
6 0,335
8 0,440
Keterangan =
A = absorbansi sampel
C = konsentrasi sampel
A
y= 0,0537x - 0,0134
y = 0,0537x + 0,0134
y+ 0,0134
x=
0,0537
0,090+0,0134
y=
0,0537
100 ml aquades
2 mL sampel
5 mL aquades
= 0,19255 mg x 2,5
0,4813 mg
% b/b = x 100 %
10.000 mg