Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ANALISA KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU PUTIH

Oleh:
TIARA JEAN KARISA
2013453017

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA TIGA TAHUN 2023
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ANALISA KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU PUTIH

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Diploma Tiga Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Oleh:
TIARA JEAN KARISA
2013453017

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA TIGA TAHUN 2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ANALISA KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU PUTIH

Penulis

Tiara Jean Karisa/2013453017

Telah diperiksa dan disetujui Tim pembimbing Karya Tulis Ilmiah Program Studi
Diploma Tiga Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang

Bandar Lampung, 19 Januari 2023

Tim Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Pembimbing Utama

Rodhiansyah Djayasinga, S. Pd., M. Si

Pembimbing Pendamping

Febrina Sarlinda, S.T., M.Eng

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Masa Esa atas berkat dan kasih Nya
kepada penulis sehingga proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat tersusun sampai
selesai. Proses penulisan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan lancar
berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dewi Purwaningsih, S.SiT., M.Kes selaku Direktur Poltekkes
Tanjungkarang.
2. Dra. Eka Sulistianingsih, M.Kes selaku Ketua Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Tanjungkarang.
3. Misbahul Huda, S.Si., M.Kes selaku Ketua Program Studi DIII Teknologi
Laboratorium Medis.
4. Rodhiansyah Djayasinga, S. Pd., M. Si dan Febrina Sarlinda, S.T.,
M.Eng selaku pembimbing karya tulis ilmiah yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
menyusun proposal karya tulis ilmiah.
5. Sri Nuraini, S.Pd.,M.Kes selaku penguji Seminar Proposal Karya Tulis
Ilmiah.
6. Semua pihak yang telah membantu penyusun karya tulis ilmiah ini baik
secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kepada


pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini masih banyak kekurangan dalam penyusunan karena keterbatan pengetahuan
dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.

Bandar Lampung, 19 Januari 2023

Tiara Jean Karisa

iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL LUAR i
HALAMAN SAMPUL DALAM ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
E. Ruang Lingkup Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Teori 6
1. Formalin 6
a. Sifat Formalin 6
b. Kegunaan Formalin 7
c. Bahaya Penggunaan Formalin 7
d.Ciri-ciri Makanan Mengandung Formalin 7
2. Metode Analisa Formalin 8
3. Tahu 9
4. Bahan Tambahan Pangan (BTP) 10
B. Kerangka Teori 11
C. Kerangka Konsep 12
BAB III METODE PENELITIAN 13
A. Rancangan Penelitian 13
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 13
C. Subjek Penelitian 13
D. Variabel dan Definisi Operasional 13
E. Pengumpulan Data 14
F. Pengolahan dan Analisis Data 15
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 19

v
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 3.1 12

vi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 2.1 Struktur Molekul Formalin (CH2O) 6


Gambar 2.2 Reaksi Formalin dengan Asam Kromatofat 8

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

1. Lampiran Lembar Persetujuan ACC Proposal


2. Lampiran Lembar Hasil Turnitin

viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Formalin adalah senyawa kimia golongan aldehid dengan rumus kimia
H2CO. Senyawa ini memiliki karakteristik antara lain senyawa yang
sangat beracun, bau yang menyengat, dan mudah larut dalam air (Baskoro
& Susanto, 2020). Formalin terdiri dari satu atom karbon yang terbagi
ikatan rangkap dengan atom oksigen, senyawa formalin bersifat polar dari
ikatan karbon oksigen sehingga senyawa ini termasuk reaktif (Khalid &
Babel, 2020). Selain itu formalin merupakan campuran larutan jenuh yang
terdiri dari; formaldehyde, metanol, dan air dengan perbandingan 37%:
13%: 50%, sehingga secara umum masyarkat membeli formalin dengan
konsentrasi 37%. Hal tersebut yang menyebabkan formalin termasuk
golongan desinfektan kuat dan digunakan sebagai pengawet mayat (Intan
et al., 2022; Kuswandi et al., 2018).
Menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dan No.
1168/Menkes/Per/IX/1999 penggunaan formalin pada bahan tambahan
pangan dilarang karena sangat berbahaya bagi tubuh (Nabila et al., 2019).
Formalin dapat masuk lewat mulut karena mengkonsumsi makanan yang
diberi pengawet formalin (Manoppo & Abidjulu, 2014). Di dalam tubuh,
formalin teroksidasi dengan sangat cepat membentuk asam format,
terutama di hati dan sel darah merah. Hal ini menyebabkan tubuh
mengalami efek mual, pusing, sakit perut, hingga dapat memicu depresi
apabila terdapat formalin pada makanan yang dikonsumsi (Wardani &
Mulasari, 2016).
Dampak dari konsumsi formalin memang tidak langsung terlihat
namun akan terasa dalam waktu mendatang setelah kadar formalin
menumpuk di dalam tubuh. Pada konsentrasi rendah, formalin dapat
menyebabkan iritasi mata, hidung, tenggorokan, dan kulit. Paparan
formalin dalam jumlah besar dapat menyebabkan sakit parah, muntah, dan
bahkan kematian (Khumaeni & Mildawati, 2021).

1
2

Formalin termasuk kedalam senyawa antimikroba yang dapat


membunuh bakteri, jamur, dan virus. Karena kemampuan formalin dapat
memperpanjang umur penyimpanan, maka formalin sering disalahgunakan
sebagai bahan tambah makanan. Sehingga interaksi antara protein pada
makanan menghasilkan tekstur yang tidak rapuh. Hal ini yang
menyebabkan formalin ditambahkan sebagai pengawet dibeberapa produk
pangan yang telah diuji diantaranya; pengawet pada tahu (Fitrianingsih
dkk., 2019), pengawet pada ikan teri (Permadi et al., 2022), bakso
(Saputrayadi dkk., 2018), pengawet pada mie (Yulianti & Safira, 2020)
dan pengawet pada cabe merah (Rahman dkk., 2019).
Tahu merupakan salah satu produk pangan yang sering dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia. Selain mudah didapat dan harganya relatif
murah, tahu juga tinggi akan kandungan lemak, protein, karbohidrat,
kalsium, mineral dan vitamin. Namun demikian, makanan yang terbuat
dari bahan baku kedelai ini mudah rusak dan basi sehingga rentan
ditambahkan pengawet yang tidak diijinkan (Sikanna, 2016; SNI, 2012).
Pemeriksaan formalin dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
kualitatif dan kuantitatif. Asam kromatofat merupakan salah satu metode
kualitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi kandungan formalin
pada sampel. Dalam hal ini, tahapan yang dilakukan adalah uji warna
pada formalin menggunakan pereaksi asam kromatofat (Niswah et al.,
2016; Rifai & Maliza, 2021). Sedangkan uji kuantitaif dalam hal deteksi
formalin menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Penggunaan
spektrofotometri UV-Vis memiliki beberapa keunggulan seperti; proses
teknik sederhana, sensitif, handal, dan biaya rendah, sehingga
memungkinkan untuk penentuan konsentrasi senyawa yang rendah, dan
penggunaan sampel dalam jumlah yang sangat kecil (L.C. Passos &
M.F.S. Saraiva, 2019).
Beberapa peneliti menyatakan bahwa masih banyak produsen yang
menggunakan formalin sebagai BTP. Berdasarkan uji yang dilakukan
diantaranya; uji formalin pada ikan asin yang diperoleh dari 25 sampel
batu kepala ikan asin yang dianalisis, secara keseluruhan sampel Ikan Asin
3

jenis kepala batu yang beredar di pasar tradisional Kota Jambi


mengandung formalin. Sampel yang diperiksa oleh Wardani dan Mulasari
teridentifikasi satu sampel mengandung formalin di Kawasan Pantai Teluk
Penyu Kabupaten Cilacap (Intan et al., 2022; Wardani & Mulasari, 2016).
Selain itu uji formalin pada bakso dilakukan dari 12 sampel dan hasil 100
% mengandung formalin di Kota Mataram (Saputrayadi dkk., 2018).
Kemudian di Pasar Wonokusumo Kota Surabaya 2 sampel mie basah
positif mengandung formalin, untuk sampel tahu dari 7 sampel yang
diperiksa dua diantaranya positif mengandung formalin, dan buah impor
dari sembilan sampel buah-buahan impor di kota Manado mengandung
formalin. juga dilakukan uji formalin dan positif terdapat kandungan
formalin (Manoppo & Abidjulu, 2014; Wuisan et al., 2020; Yulianti &
Safira, 2020). Tidak hanya makanan siap saji, bumbu dapur seperti cabai
giling ditemukan kandungan formalin sebanyak 6 dari 25 sampel
teridentifikasi mengandung formalin dikota Jambi (Rahman et al., 2019).
Hal ini yang menyebabkan formalin dapat menimbulkan efek buruk jangka
pendek dan panjang bagi kesehatan (Rifai & Maliza, 2021).
Berdasarkan studi literatur penelitian sebelumnya, peneliti
mengidentifikasi masih ada kesenjangan penelitian, yaitu masih sedikit
informasi tentang penelitian yang melakukan uji formalin pada sampel
tahu di kabupaten Pesawaran. Oleh karena itu peneliti berencana akan
melakukan uji kandungan formalin pada tahu putih di pasar Gedongtataan
Kabupaten Pesawaran, dengan metode kualitatif menggunakan pereaksi
asam kromatofat. Haikal et al., (2022) Keunggulan metode asam
kromatofat dibanding metode lain karena metode ini menggunakan reagen
asam kromatofat yang lebih mudah mengikat formalin yang terkandung
dalam makanan.

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, peneliti
mengidentifikasi masih ada kesenjangan penelitian, yaitu masih sedikit
informasi tentang peneliti yang melakukan uji formalin pada sampel tahu
4

di kabupaten Pesawaran. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian terkait analisa kandungan formalin pada sampel tahu
menggunakan metode asam kromatofat.

B. Tujuan Penelitian
Tujuan terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus
1. Tujuan umum :
Mengetahui apakah terdapat kandungan formalin pada tahu putih yang
dijual di pasar Gedongtataan kabupaten Pesawaran.
2. Tujuan khusus :
a. Mengidentifikasi ada tidaknya tahu putih yang mengandung
formalin yang dijual di pasar Gedongtataan kabupaten Pesawaran.
b. Mengetahui kadar dan persentase tahu yang mengandung
formalin pada sampel yang dijual di pasar Gedongtataan
kabupaten Pesawaran.

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan juga referensi ilmu berdasarkan
bidang Toksikologi terutama bahan pengawet yang dilarang.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi peneliti :
Dapat mengaplikasikan dan menambah pengetahuan penulis
selama mengikuti pembelajaran di jurusan analis kesehatan dengan
melakukan penelitian guna untuk menambah pengetahuan.
b. Bagi Masyarakat :
Dapat memberikan informasi kepada pembaca, tentang bahaya
dari makanan dan minuman yang mengandung bahan pengawet
terutama formalin.

D. Ruang Lingkup
5

Ruang lingkup penelitian ini dibidang Toksikologi. Jenis


penelitian yang akan dilakukan bersifat deskrtiptif dengan melakukan
pemeriksaan formalin pada tahu putih yang dijual di pasar Gedongtataan
Kabupaten Pesawaran. Rencana penelitian ini akan dilakukan pada bulan
April 2023. Sampel yang digunakan adalah tahu putih, dengan variabel
bebas pada penelitian ini yaitu kandungan formalin dan variabel terikat
yaitu tahu putih. Populasi berupa semua pedagang tahu yang menjual
tahu putih di pasar Gedongtataan Kabupaten Pesawaran. Peneliti nantinya
akan melakukan pemeriksaan dengan metode kualitatif menggunakan uji
reaksi warna dengan asam kromatofat sebagai pereaksi, hasil positif pada
sampel nantinya akan dilakukan uji konfirmasi dengan spektrofotometri
UV- Vis. Sampel yang nantinya akan diuji diperoleh dari 8 jenis tahu di
pasar Gedongtataan Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini akan dilakukan
di Laboratorium Terpadu Poltekkes Tanjung karang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Formalin
Formalin merupakan senyawa kimia dengan rumus H2CO. Nama
IUPAC formalin adalah metanal, sedangkan nama lain dari formalin
adalah formol, metil aldehida, oksida metilena (Maciej Serda et al.,
2017). Formalin termasuk senyawa  aldehida  berwujud gas, padatan,
dan cair, yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxane
(Manoppo & Abidjulu, 2014). Formalin terdiri dari larutan
formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Berdasarkan
BPOM di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam
air dan biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet.

Sumber : (Haikal et al., 2022)


Gambar 2.1 Reaksi formalin

a. Sifat Formalin
Formalin larut dalam air (John Daintith, 1990), Larutan ini
memiliki bau yang sangat menusuk dan tidak berwarna (L.
Margata, NA Siagan (2021). Formalin menguap pada suhu tinggi
(Intan dkk., 2022), biasanya dalam formalin ditambahkan metanol
10-15% sebagai pengawet (Overdose et al., 2022), sifat polar dari
ikatan karbon oksigen membuat formalin menjadi senyawa yang
sangat reaktif, sehingga dapat mengikat senyawa dalam bahan

6
7

pangan, seperti protein (Ghanim & Khalid, 2020; Daniela et al.,


2019).
b. Kegunaan formalin
Fungsi formalin yang sebenarnya adalah sebagai antiseptik
dan pengawet non-pangan (Anggisari dkk., 2022). Digunakan
untuk desinfektan, bahan perekat kayu lapis, pembersihan bakteri
dan kuman, dan dipakai untuk pembersih peralatan rumah sakit.
Tidak hanya itu, pengawetan sel organisme (tubuhan & hewan) dan
pengawetan mayat di rumah sakit juga menggunakan larutan
formalin. Dalam jumlah banyak, formalin digunakan sebagai
prekursor senyawa untuk penghasil reagen dalam pembuatan
beberapa senyawa kimia penting dalam skala industri (Tamsil et
al., 2020).
c. Bahaya penggunaan formalin
Formalin apabila terhirup dan terkonsumsi secara langsung
melalui makanan dapat menimbulkan bahaya bagi tubuh. Kejadian
paling sering terjadi yaitu formalin digunakan sebagai pengawet
bahan makanan. Penambahan formalin dengan kadar yang cukup
tinggi pada bahan makanan akan dapat bertahan lebih lama,
dibanding dengan makanan tanpa pengawet. Pada konsentrasi
yang pekat, formalin berdampak pada saluran pernafasan seperti
iritasi, reaksi alergi, kulit terbakar, serta dapat menjadi pemicu
terjadinya kanker golongan 1 (Enjelina & Erda, 2022). Tidak hanya
di Indonesia, bahkan hampir di seluruh negara penggunaan
formalin sebagai pengawet makanan dilarang keras, karena sangat
berbahaya dan dapat berakibat fatal bagi tubuh (Silvestre et al.,
2020).
d. Ciri-ciri makanan yang mengandung formalin
Berikut beberapa ciri makanan yang mengandung formalin
diantaranya; bentuk tahu sangat bagus, tekstur yang kenyal, tidak
mudah hancur, dapat disimpan hingga 3 hari pada suhu kamar
25ºC, dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu almari es 10ºC.
8

Walaupun tidak khas namun dapat digunakan untuk membedakan


makanan bebas formalin. Ketika dimasak seperti direbus, dikukus,
atau digoreng makanan yang mengandung formalin akan
mengeluarkan bau khas formalin yang menyengat. Untuk melihat
apakah sebuah produk pangan mengandung formalin atau tidak
dibutuhkan uji.
2. Metode Analisa Formalin
a. Asam Kromatofat
Asam kromatofat dengan rumus kimia C10H6Na2O8S2.2H2O
dengan berat molekul 400,29 gr/mol (Ayuchecaria et al., 2017).
Asam kromatofat dapat mengikat formalin agar terlepas dari bahan
sampel. Asam kromatofat bereaksi dengan formalin akan
menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah keunguan.
Tidak hanya itu analisis formalin secara spektrofotometri banyak
dilakukan dengan menggunakan pereaksi asam kromatofat. Metode
spektrofotometri didasarkan pada reaksi kolorimetri antara formalin
dan asam kromotrofat dengan adanya magnesium sulfat (Silvestre
et al., 2020; Suseno, 2021).
Asam kromatofat berfungsi mengikat formalin yang
terdapat pada sampel. Bila hasil yang didapatkan menimbulkan
warna merah keunguan, dapat dinyatakan bahwa bahan tersebut
mengandung formalin. Sampel yang awalnya warna putih keruh
dan pereaksi asam kromatrofat yang awalnya warna oranye setelah
di reaksikan berubah menjadi ungu lembayung (Intan et al., 2022).

Sumber : (Haikal et al., 2022)


Gambar 2.2 Reaksi formalin dengan asam kromatofat
9

b. Spektrofotometri uv-vis
Spektrofotometri UV-Vis merupakan metode analisis yang
menggunakan panjang gelombang UV - Vis sebagai area serapan
untuk mendeteksi senyawa. Pada umumnya senyawa yang dapat
diidentifikasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis adalah
senyawa yang memilki gugus kromofor dan gugus auksokrom.
Pengujian dengan spektrofotometri UV-Vis tergolong cepat jika
dibandingkan dengan metode lain (Sahumena et al., 2020).
Metode spektrofotometri UV-Vis digunakan dalam
menganalisis suatu sampel secara kualitatif maupun kuantitatif
(Malem et al., 2018). Penggunaan spektrofotometri UV-Vis
sebagai teknik sederhana, sensitif, handal, dan biaya rendah, yang
memungkinkan penentuan konsentrasi senyawa yang rendah dan
penggunaan sampel dalam jumlah yang sangat sedikit (L.C. Passos
& M.F.S. Saraiva, 2019).
3. Tahu
Di Indonesia, sekitar 90 persen kedelai digunakan untuk industri
bahan pangan. Dikarenakan oleh semakin berkembangnya industri
pangan meningkat, kebutuhan kedelai dalam negeri terus meningkat
setiap tahun seiring bertambahnya jumlah penduduk. Peningkatan
kebutuhan akan kedelai dapat dikaitkan dengan meningkatnya
konsumsi masyarakat terhadap tahu (Buletin Konsumsi Pangan, 2021).
Menurut tabel data konsumsi kedelai di Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2018-2020 dalam cakupan tahunnya, Lampung
memasok kedelai yang diubah dalam bentuk pangan berupa tahu antara
lain 7.49 kg/kapita (2018), 7.43kg/kapita (2019), 7.12/kapita (2020)
sehingga menghasilkan persentase selama kurang lebih -2.54 %. Rata-
rata konsumsi tahu selama tahun 2021-2023 diprediksi sebesar7,90
kg/kapita/tahun pada periode yang sama (Buletin Konsumsi Pangan
10

2021).
Tahu menjadi makanan yang sudah tak lagi asing didengar oleh
masyarakat Indonesia. Selain tahu merupakan makanan yang mudah
diolah, tahu juga memiliki harga yang relatif murah dan mudah di
dapat sehingga terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Tahu
menjadi salah satu makanan yang paling sehat karena kandungan
proteinnya yang tinggi dan kualitasnya setara dengan kualitas protein
hewani kedelai merupakan salah satu pangan utama di Indonesia yang
bernilai gizi tinggi (Qawiy & Naid, 2022).
Protein nabati pada tahu memiliki kandungan lebih baik dibanding
protein nabati lainnya. Hal ini menjadikan tahu memiliki nilai protein
hampir setara dengan daging. Banyaknya kandungan asam amino
esensial pada tahu membuat tahu menjadi sangat bermutu untuk
dikonsumsi. Selain itu tahu memiliki nilai gizi yang tinggi, seperti
karbohidrat 1-6%, lemak 4-6%, dan protein 8-12%, selain memiliki
beberapa keuntungan untuk dikonsumsi tahu juga memiliki kekurangan
yaitu masa simpan tahu yang hanya bertahan satu hari pada suhu ruang
27°C. Hal ini menjadi permasalahan bagi masyarakat dan bagi
pengusaha tahu sendiri sehingga produksi tahu menjadi terbatas sesuai
dengan tingkat penjualan setiap hari, oleh sebab itu banyak produsen
menggunakan BTP untuk menjaga kualitas produk tahu (Manoe et all.,
2019).
4. Bahan Tambahan Pangan (BTP) (Permenkes RI, 2012)
Menurut Badan pengelolah Obat dan Makanan, pangan merupakan
segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati. Produk perkebunan,
pertanian, kehutanan, peternakan, dan perairan, baik yang diolah
ataupun tidak dapat diolah dan diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia. Hal ini dikategorikan sebagai bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan pembuatan
minuman atau makanan.
11

Bahan tambah pangan yang disingkat BTP adalah bahan yang


ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
pangan. Bahan tambahan makanan yang digunakan dalam pangan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut: BTP tidak dimaksudkan untuk
dikonsumsi secara langsung dan/atau tidak diperlakukan sebagai bahan
baku pangan. BTP dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi,
yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan teknologis
pada pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan,
penyimpanan dan/atau pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau
diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat
pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung. BTP tidak
termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke dalam pangan
untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai gizi (Permenkes RI,
2012).
Adapun Peraturan yang mengatur BTP antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3656);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3821);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan
Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3867);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan,
Mutu, dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
12

Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 4424);.

BTP yang digunakan dalam pangan terdiri atas beberapa golongan


sebagai berikut: Antibuih (Antifoaming agent), antikempal (Anticaking
agent), antioksidan, bahan pengkarbonasi (Carbonating agent), garam
pengemulsi (Emulsifying salt), gas untuk kemasan (Packaging gas),
humektan (Humectant), pelapis (Glazing agent), pemanis (Sweetener),
pembawa (Carrier), pembentuk gel (Gelling agent) pembuih (Foaming
agent), pengatur keasaman (Acidity regulator).
Peraturan menteri kesehatan nomor 033 tahun 2012 tentang bahan
tambahan pangan menginformasikan bahwasanya bahan yang dilarang
digunakan sebagai BTP yaitu; Asam borat dan senyawanya, asam
salisilat dan garamnya, dietilpirokarbonat, dulsin, formalin, kalium
bromat, kalium klorat, minyak nabati, minyak kalamus, minyak tansi,
minyak sasafras, biji tonka dan kokain.
Pembinaan dan pengawasan yang selalu di lakukan oleh
pemerintah. Pengawasan terhadap industri dan penggunaan BTP
dilakukan oleh Kepala Badan. Kepala Badan menyampaikan laporan
pelaksanaan pengawasan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal
secara berkala setiap 6 (enam) bulan. Dalam rangka pengawasan,
Kepala Badan dapat mengenakan sanksi administratif terhadap
pelanggaran Peraturan Menteri ini berupa: peringatan secara tertulis;
larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk
penarikan kembali dari peredaran; perintah pemusnahan, jika terbukti
tidak memenuhi persyaratan keamanan atau mutu; dan/atau
pencabutan izin edar. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud
diberikan oleh Kepala Badan dengan atau tanpa usul dari Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Semua permohonan izin penggunaan Bahan Tambahan Makanan
yang diajukan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini tetap diproses
berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
13

722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1168/Menkes/Per/X/1999.

B. Kerangka Teori

Produk Olahan Makanan

Bahan Tambahan
Makanan

Bahan tambahan yang dilarang :


Bahan tambahan yang Peraturan Menteri Kesehatan
diperbolehkan :
Nomor:1168/Menkes/Per/X/1999
Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Bahan Tambahan
Nomor:1168/Menkes/Per/X/1999 Makanan ;
tentang Bahan Tambahan 1. Asam Borat
Makanan ; 2. Asam Salisilat
1. Asam askorbat 3. Dietilpirokarbonat
2. Aseton peroksida 4. Dulsin
3. Azodikarbonamida 5. Kalium Klorat
4. Kalsium stearoil 6. Kloramfenikol
5. Natrium stearoil 7. Minyak Nabati
6. L. sistenia 8. Nitrofurazon
9. Formalin
Sumber : Permenkes RI No. 003 10. Kalium Bromat
Tahun 2012 SumberIdentifikasi
: Permenkes
formalin
RI No. 003
Tahun 2012
Uji Laboratorium
C. Kerangka Konsep

Formalin pada Tahu


Tahu Putih
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan kandungan
formalin yang terdapat dalam tahu putih yang dijual di pasar Gedongtataan
Kabupaten Pesawaran dengan variabel terikat penelitian ini tahu putih dan
variabel bebas uji kandungan formalin.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi
Tempat pengambilan sampel dipasar Gedongtataan Kabupaten
Pesawaran dan kemudian sampel diperiksa di laboratorium
toksikologi Jurusan Analis kesehatan Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang.
2. Waktu
Rencana penelitian akan dilakukan pada bulan April 2023.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua jenis tahu yang diperoleh
dari 8 jenis tahu putih di pasar Gedongtataan Kabupaten Pesawaran.
2. Sampel
Sampel yang digunakan adalah tahu putih yang dijual dipasar
Gedongtataan Kabupaten Pesawaran. Pengambilan sampel tidak
dilakukan dari pengulangan pedagang yang sama. Sampel yang
diperoleh untuk bahan penelitian berasal dari total populasi.

14
15

D. Variabel Dan Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala


Penelitian Ukur
1. Tahu putih Tahu putih Dengan Visual Bentuk Nominal
yang dijual pemeriksaan Bau
di pasar Organoleptis tekstur
Gedongta taan
Kabupaten
Pesawaran

2. Uji Kandungan - Asam Visual (+) larutan Nominal


Formalin formalin Kromatofat bewarna
dalam tahu ungu
putih yang (-) Larutan
dijual di pasar tidak
Gedong berubah
Tataan warna

-Spektrofoto Spektrofot Persen( %) Rasio


metri ometer
UV-Vis

E. Alat dan Bahan


a. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi; rangkaian alat
destilasi, Erlenmeyer 250 mL, tabung reaksi, pipet tetes, penangas air,
neraca analitik, mortar & alu, cawan porselin, waterbath, spatula, pipet
ukur 25 mL, pipet volume 1.0 mL, 2.0 mL, 5.0 mL, dan 10.0 mL, gelas
ukur 50 ml, labu ukur 50 mL, alumunium foil, dan spektrofotometer
UV – VIS (Hitachi) (Niswah et al., 2016).
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu; Asam Kromatofat,
Asam sulfat (H2SO4) 60 %, Asam fosfat ( H3PO4) 10 %, akuades,
larutan baku formalin 37 %, dan sampel tahu putih (Niswah et al.,
2016).

F. Prosedur Kerja
1. Persiapan peralalatan dan bahan
16

Persiapkana alat yang digunakan untuk melakuakan penelitian, dan


pastikan alat yang akan dipakai dibilas dengan aquades. Kemudian
pastikan bahan yang akan digunakan untuk melakukan uji pada
penelitian telah tersedia. Cara pengambilan sampel
2. Lokasi Penelitian
a. Penetapan sampel (SNI 19 - 0428 - 1998)
Sampel diambil dari seluruh pedagang tahu yang menjual
tahu putih di pasar Gedongtataan Kabupaten Pesawaran. Jenis
sampel tahu yang digunakan bewarna putih, total yang diperoleh
sebanyak 8 sampel tahu putih. Sampel diambil dengan teknik
campuran yaitu, sampel yang di ambil berdasarkan jumlah dan
jenis yang akan dilakukan uji. Dengan mengambil sampel tahu di
beberapa tempat dari lapisan secara acak dengan bobot masing-
masing sampel kira-kira sama.
b. Pemeriksaan organoleptis
Pemeriksaan ini meliputi warna, bau, dan tekstur dari tahu
putih (Fitrianingsih et al., 2019).
c. Perlakuan sampel
Sampel dihaluskan dengan menggerusnya menggunakan
mortir, ditimbang sebanyak 100 gram kemudian dimasukkan ke
dalam labualas bulat, menambahkan 100 mL aquades, kemudian
diasamkan dengan 1 mL H3PO4 10%. Labu destilat dihubungkan
dengan pendingin dan didestilasi. Hasil destilasi kemudian
ditampung dalam gelas ukur.
3. Pemeriksaan Kualitatif Metode Asam Kromatofat (SNI 01-2894-
1992, 1992)
a. Prinsip
17

Prinsip dari pemeriksaan ini adalah asam kromatofat yang


ditambahkan kedalam hasil destilat pada tabung reaksi, apabila
sampel mengandung formalin maka akan terjadi pembentukan
warna ungu setelah dipanaskan selama 15 menit (Haikal et al.,
2022).
b. Pengujian sampel terhadap pereaksi
1) Uji warna
a) Masukan 2 mL hasil destilat ke dalam tabung reaksi.
b) Kemudian ditambah 5 mL asam kromatofat,
homogenkan.
c) Dipanaskan selama 15 menit di penangas air. Amati
perubahan warna yang terjadi .
d) Adanya formalin pada sampel ditunjukkan dengan
terbentuknya warna ungu terang sampai ungu muda
yang sama seperti larutan baku pembanding.
e) Pembuatan kontrol positif (+)
5 mL formalin + 1 mL sampel + 2 mL Asam Kromatofat
f) Pembuatan kontrol negatif (-)
5 mL Akuades + 2 mL Asam Kromatofat

Interpretasi hasil: (Niswah et al., 2016; Seran et al., 2021).


Positif (+): Terjadi perubahan warna pada larutan sampel
menjadi ungu lembayung
Negatif (-): Tidak Terjadi perubahan warna pada larutan
sampel menjadi ungu lembayung.

2.) Uji Kuantitatif Spektrofotometer UV– Vis


(Fitrianingsih et al., 2019; Niswah et al., 2016)
a) Prinsip
18

Prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan absorpsi


cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui larutan yang
mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasi.
Proses ini disebut absorbsi spektrofotometri, dan jika panjang
gelombang yang digunakan adalah gelombang cahaya
tampak, sehingga disebut kolorimetri (Abriyani et al., 2022).

b) Penentuan Panjang Gelombang

Pembuatan larutan standar, formalin 37% diambil


sebanyak 100 mL, ditambah aquades sebanyak 100 mL,
kemudian dibuat konsentrasi yang berbeda yaitu; 0,5 1, 2, 4,
6, dan 8 ppm. Kemudian dimasukan kedalam tabung reaksi
yang sudah diberi label, lalu tambahkan 5 mL asam
Kromatofat pada konsentrasi yang berbeda tabung
dipanaskan selama 30 menit dengan penangas air.
Pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 400 - 800 nm.

Pembuatan larutan uji: diambil 2 mL destilat masukan


kedalam tabung reaksi ambahkan 5 mL Asam Kromatofat ke
masing-masing tabung reaksi. Panaskan selama 20 menit,
kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer
menggunakan panjang gelombang 520 nm.

Pembuatan larutan baku : dipipet 1 mL larutan baku


formalin 1,0 ppm ke tabung reaksi. Menambahkan 5 mL
asam kromatofat 0,5 % lalu homogenkan.
Pembuatan larutan Blanko Pipet 1 mL aquadest
ketabung reaksi. Menambahkan 5 mL asam kromatofat 0,5 %
lalu homogenkan.

c) Penetapan Kadar Formalin


19

Setelah mengetahui panjang gelombang maksimum


dari larutan blanko, baku, dan sampel. Untuk mengetahui
konsentrasi sampel dapat dicari menggunakan kurva
kalibrasi, yaitu kurva yang menghubungkan absorbansi
dengan konsentrasi standar. Kadar formalin dapat
ditentukan dari masing-masing larutan yang dimasukan ke
dalam kuvet.
Pengukuran panjang gelombang maksimum dapat dilihat
menggunakan spektrofotometri uv vis. Akan diperoleh
persamaan regresi liner y= bx + a sehingga dapat
digunakan untuk mengetahui kadar formalin pada sampel.

Perhitungan konsentrasi sampel dapat dihitung dengan


rumus :
y= bx + a
y−a
X=
b
Keterangan: y = Absorbansi sampel
X = Konsentrasi sampel

a–b = Koefisien regresi

Setelah diketahui hasil konsentrasi dari sampel maka


dilanjutkan dengan perhitungan penetapan kadar formalin
dari masing-masing larutan. Untuk menghitung kadar
formalin pada sampel menggunakan rumus :
mg Formalin
% b/b = x 100 %
mgTahu

d) Interpretasi hasil pemeriksaan spektrofotometri


(Farmakope Depkes RI, 1995)
20

1. Positif (+) : Bila panjang gelombang maksimum sampel


tepat dalam batas 2 nm dari panjang gelombang yang
ditentukan.
2. Negatif (-) : bila panjang gelombang maksimum sampel
tidak tepat pada atau dalam batas 2 nm dari panjang
gelombang yang ditentukan.

G. Pengolahan dan Analisis Data


Data diperoleh dengan cara mengumpulkan tahu yang dijual di
pasar Gedongtataan kabupaten Pesawaran. Dengan analisis data yang
digunakan bersifat deskriptif, dan jenis penelitian secara crosecctional
yang akan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode
asam kromatofat dan metode spektrofotometri UV-Vis, untuk mengetahui
kadar formalin pada tahu yang dijual di pasar Gedongtataan kabupaten
Pesawaran. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel untuk
melihat persentase tahu yang mengandung formalin.
Analisis berdasarkan persentase, yaitu :

Jumlah sampel yang mengandung formalin


Nilai % = x 100 %
Jumlah sampel yang diperiksa
DAFTAR PUSTAKA

Abriyani, E., Putri, N. S., Rosidah, R. S. N., & Ismanita, S. S. (2022). Analisis
Kafein Menggunakan Metode Uv-Vis: Tinjauan Literatur. Jurnal Pendidikan
Dan Konseling (JPDK), 4(6), 12732–12739.
https://doi.org/10.31004/JPDK.V4I6.10610

Alaa N. Ghanim, & Zahraa Khalid. (2020). Production of formalin (Issue


September). https://doi.org/10.13140/RG.2.2.29290.75200

Ayuchecaria, N., Sari, A. K., & Fatmawati, E. (2017). Analisis Kualitatif


Formalin pada Ayam yang Dijual di Pasar Lama Wilayah Banjarmasin.
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2(1), 51–59.
https://doi.org/https://doi.org/10.36387/jiis.v2i1.80

Baskoro, F., & Susanto, R. (2020). Rancang bangun pendeteksi formalin dan
rhodamin b berbasis arduino 1 1,2. 26–35.

Buletin Konsumsi Pangan. (2021). Kementerian Pertanian Republik Indonesia -


Buletin Konsumsi Pangan - Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021. Kementerian
Pertanian Republik Indonesia, 12(1), 32–43.
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/arsip-buletin/53-buletin-konsumsi/
772-buku-buletin-konsumsi-pangan-semester-i-2021

Daniela, C., Rusmarilin, H., & Sinaga, H. (2019). Aloe vera and lemon juice
capability in decreasing formaldehyde content in tofu sumedang with cold
storaging. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 260(1).
https://doi.org/10.1088/1755-1315/260/1/012089

Dian Anggisari, W. H., & , Agus Suyanto, M. Y. (2022). Pengetahuan, Pengaruh


Pedagang, D A N Perilaku Asin, Ikan Pasar, D I Terhadap, Ajibarang. 5,
1434–1449.

Enjelina, W., & Erda, Z. (2022). Bahan Organik Rumah Tangga sebagai
Pendeteksi Formalin pada Makanan. GALENICAL : Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh, 1(4), 102.
https://doi.org/10.29103/jkkmm.v1i4.9257

Farmakope Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. In Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Fitrianingsih, N., Mustafa, C. H., & Sunyoto, S. (2019). Penetapan Kadar


Formalin pada Tahu di Pasar X Dengan Metode Spektrofotometri Visible.
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, 10(1), 10–17.
http://ojs.stikesmukla.ac.id/index.php/cerata/article/view/69

21
Haikal, M. F., Mulyanto, B., & Pudjono. (2022). Identifikasi Bahan Tambahan
Pangan Formalin pada Bakso dan Tahu yang Beredar di Kecamatan
Sirampog. Pharmacy Peradaban Journal, 2(1).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2012). Permenkes RI. nomor


033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan

Intan, Sangra Pratiwi, G., & YuliawatiLestari. (2022). Analisis Kandungan


Formalin Pada Ikan Asin Kepala Batu Yang Berada Di Pasar Tradisional
Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Manuntung, 8(1), 47–54.
http://jurnal.stiksam.ac.id/index.php/jim/article/view/483

Jenica Arnola Manoe, Indriati A. Tedju Hinga, A. S. (2019). Uji Organoleptik


Produk Tahu Berdasarkan Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu
Tahu di Kabupaten Kupang Tahu merupakan salah satu makanan
tradisional yang mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi . kebutuhan rumah
tangga . Bahan pangan yang secara alamia. 1(1), 96–108.

Khumaeni, E. H., & Mildawati, R. (2021). Analisis Kandungan Formalin Pada


Tahu Yang Beredar Di Pasar Tradisional Kota Ajibar. Jurnal Dunia
Farmasi, 5(3), 130–137.

Kuswandi, B., Riskyna, A., & Ahmad, M. (2018). A dip test strip based on
immobilized pararosaniline for detection of formalin adulteration in tofu.
AIP Conference Proceedings, 1972(June 2018).
https://doi.org/10.1063/1.5041220

L. Margata ,NA Siagan (2021) penyuluhan tentang bahaya formalin terhadap


tubuh
di desa Sidodadi. https://doi.org/https://doi.org/10.36656/jpmph.v2i1.611

L.C. Passos, M., & M.F.S. Saraiva, M. L. (2019). Detection in UV-visible


spectrophotometry: Detectors, detection systems, and detection strategies.
Measurement: Journal of the International Measurement Confederation,
135, 896–904. https://doi.org/10.1016/j.measurement.2018.12.045

Maciej Serda, Becker, F. G., Cleary, M., Team, R. M., Holtermann, H., The, D.,
Agenda, N., Science, P., Sk, S. K., Hinnebusch, R., Hinnebusch A, R.,
(2017). Perilaku Penggunaan Formalin pada Pedagang dan Produsen Mie
Basah dan Tahu di Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Andalas, 11(1), 39–48. https://doi.org/10.2/JQUERY.MIN.JS

Malem, R., Sinurat, J. P., & Fibrini, D. (2018). Analisis kadar zat besi pada sari
kedelai kemasan dengan metode spektrofotometri UV-VIS. 3(2), 74–77.
https://doi.org/10.34012/jpms.v3i2.2038

Manoppo, G., & Abidjulu, J. (2014). Analisis formalin pada buah impor di kota
manado. 3(3), 148–155.

Nabila, R., Sulistyarti, H., Wisang, Y. F., & Sabarudin, A. (2019). Determination
of formaldehyde in tofu by sequential injection analysis using
acetoacetanilide as hantzsch reaction reagent. IOP Conference Series:
Materials Science and Engineering, 546(3), 0–8.
https://doi.org/10.1088/1757-899X/546/3/032024

Niswah, C., Pane, E. R., & Resanti, M. (2016). Uji Kandungan Formalin Pada
Ikan Asin Di Pasar Km 5 Palembang. Jurnal Bioilmi, 2(2), 121–128.
https://doi.org/https://doi.org/10.19109/bioilmi.v2i2.1136

Overdose, D., Agency, I., Osha, T., Niosh, T., Methanol, S., Ip, Y., & Balmes, J.
R. (2022). Chapter 74. Formaldehyde.

Permadi, A., Hidayah, N., Afifah, N., Purnamasari, H. B., Dharmayanti, N., R
Siregar, R., & H Sipahutar, Y. (2022). Identifikasi kandungan formalin pada
produk ikan teri nasi asin (stolephorus sp) dan karakteristik pedagang di
pasar tradisional kota Medan. Buletin Jalanidhitah Sarva Jivitam, 4(1), 59.
https://doi.org/10.15578/bjsj.v4i1.11067

Qawiy, H. R., & Naid, T. (2022). UV-Visible Spectrophotometric Determination


of Formalin Contamination in Tofu Circulated in Maros City - Indonesia.
15–18.

Rahman, H., Yanni, D. Z., Sari, P. M., Prajuwita, M., & Lestari, I. (2019).
Analisis Kandungan Formalin Pada Cabe Merah Giling Yang Dijual Di Pasar
Tradisional Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi Dan
Kesehatan, 4(2), 331–340. https://doi.org/10.36387/jiis.v4i2.341

Rifai, F. N. P., & Maliza, R. (2021). Variasi identifikasi kualitatif formalin pada
ikan tongkol (euthynnus affinis) di pasar tradisional Yogyakarta. Jurnal
Teknologi Pangan Dan Gizi, 20(1), 1–7.
https://doi.org/10.33508/JTPG.V20I1.2361

Sahumena, M. H., Nurrohwinta, E., Jenderal, J., No, S., & Gorontalo, K. (2020).
Kendari menggunakan metode spektrofotometri UV-VIS. 2(September), 65–
72.

Saputrayadi, A., Asmawati, A., & Marianah, M. (2018). Analisis Kandungan


Boraks dan Formalin Pada Beberapa Pedagang Bakso di Kota Mataram.
IJECA (International Journal of Education and Curriculum Application),
5(2), 1. https://doi.org/10.31764/ijeca.v0i0.1971

Seran, M. N., Sio, S., & Kia, K. W. (2021). Deteksi Kandungan Formalin dan
Boraks pada Bakso Daging yang dijual Di Kota Kefamenanu. Jas, 6(3), 52–
55. https://doi.org/10.32938/ja.v6i3.1424
Sikanna, R. (2016). Analisis Kualitatif Kandungan Formalin Pada Tahu Yang
Dijual Dibeberapa Pasar Di Kota Palu. Kovalen, 2(2), 85–90.
https://doi.org/10.22487/j24775398.2016.v2.i2.6729

Silvestre, A. L. P., Fagá, M., de Almeida-Cincotto, M. G. J., Chiari-Andréo, B.


G., & Formariz, T. P. (2020). Qualitative and quantitative analysis of
formaldehyde in samples of hair straighteners and suitability of the labels.
Revista de Ciencias Farmaceuticas Basica e Aplicada, 41, 1–10.
https://doi.org/10.4322/2179-443X.0648

SNI. (1998). SNI-19-0428-1998-Petunjuk-pengambilan-contoh-padatan.pdf (pp.


1–12).

SNI. (2012). Standar Nasional Indonesia 01-3142-1998. Standar Nasional


Indonesia 01-3142-1998 TAHU, 24.

SNI 01-2894-1992. (1992). Cara Uji Bahan Pengawet Makanan dan Bahan
Tambahan yang Dilarang untuk Makanan. 1–28.

Suseno, D. (2021). Validasi Metode Analisis Formalin dan Aplikasinya Pada Ikan
Asin. Jurnal Agroindustri Halal, 7(1), 173–182.

Tamsil, A., Akram, A., Budidaya, J., Fakultas, P., & Kelautan, I. (2020). Bahaya
Penggunaan Formalin Sebagai Pengawet Bahan Makanan. 4(1), 39–44.

Wardani, R. I., & Mulasari, S. A. (2016). Identifikasi Formalin Pada Ikan Asin
Yang Dijual Di Kawasan Pantai Teluk Penyu Kabupaten Cilacap. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 10(1), 15–24.

Wuisan, C., Paat, V., Sambou, C., & Tumbel, S. (2020). Identifikasi Kandungan
Formalin Pada Tahu Putih Di Pasar Tradisional Airmadidi. Biofarmasetikal
Tropis, 3(1), 17–24. https://doi.org/10.55724/j.biofar.trop.v3i1.251

Yulianti, C. H., & Safira, A. N. (2020). Analisis Kandungan Formalin pada Mie
Basah Menggunakan Nash dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis.
Journal of Pharmacy and Science, 5(1), 7–14.
https://doi.org/10.53342/pharmasci.v5i1.156
LAMPIRAN
Pembuatan Reagensia

1. Larutan Asam Posphat (H3PO4) 10%

Perhitungan pembuatan larutan H3PO4 10 % dari larutan H3PO4 85%

Diketahui : V2 (volume H3PO4 yang akan dibuat) = 100 mL

C1 (konsentrasilarutan H3PO4 pekat) =85%

C2 (konsentrasi larutan H3PO4 yang akan dibuat )= 10 %

Ditantanya: V1 (volume H3PO4 yang akan dibuat ) =....... ?

V 2X C2
Jawab: V1 =
C1
100 X 10
=
85
= 11,85 mL

Dimasukan sebanyak 11,8 ml larutan kedalam labu ukur 100 ml, kemudian
ditambahkan dengan aquadest sampai tanda batas 100 ml.

2. Larutan Asam Sulfat (H2SO4) 60%

Perhitungan pembuatan larutan H2SO4 60 % dari larutan H2SO4 96%

Diketahui : V2 (volume H2SO4 yang akan dibuat) = 100 mL

C1 (konsentrasilarutan H2SO4 pekat) =96%

C2 (konsentrasi larutan H2SO4 yang akan dibuat )= 60 %

Ditantanya: V1 (volume H2SO4 yang akan dibuat ) =....... ?


V 2X C2
Jawab: V1 =
C1
100 X 60
=
96
= 62,5 mL

Dimasukan sebanyak 62,5 ml larutan kedalam labu ukur 100 ml, kemudian
ditambahkan dengan aquadest sampai tanda batas 100 ml.

3. Larutan Asam kromatofat 0,5%

Perhitungan pembuatan larutan asam kromatofat 0,5%

Diketahui : V2 (volume larutan asam kromatofat yang akan dibuat) = 100 mL

% (konsentrasi larutan yang akan dibuat) =0,5%

Ditantanya: gr (volume kristal asam kromatofat yang akan ditimbang) =....... ?

%xV
Jawab: gr =
100
0,5 X 100
=
100
= 0,500 gram

Ditimbang sebanyak 0,500 gram kristal asam kromatofat dan dimasukan


kedalam labu ukur 100 ml, kemudian ditambahkan dengan larutan Asam Sulfat
60% sampai tanda batas 100 ml.

4. Perhitungan pengenceran Baku formalin

gram mg
% = ppm =
ml liter

37 gram
37 % =
100 ml

= 370000 mg/liter = 370000 ppm

a. Pengenceran 370000 ppm menjadi 10000 ppm


Ppm 1 x V1 = ppm2 x V2
370000 x V1 = 10000 x 100
1000000
V1 =
370000
= 2,70 ml

Ditimbang sebanyak 2,70 ml larutan formaldehid 37% kedalam labu


ukur 100 ml, kemudian ditambahkan dengan aquades sampai tanda batas 100
ml.

b. Pengenceran 10000 ppm menjadi 1000 ppm

Ppm 1 x V1 = ppm2 x V2
10000 x V1 = 1000 x 100
100000
V1 =
10000
= 10,0 ml

Dimasukan sebanyak 10,0 mL larutan baku 1000 ppm kedalam labu ukur
100 ml, kemudian ditambahkan dengan aquadest sampai tanda batas 100 ml.

c. Pengenceran 1000 ppm menjadi 100 ppm

Ppm 1 x V1 = ppm2 x V2
1000 x V1 = 100 x 100
10000
V1 =
1000
= 10,0 ml

Dimasukan sebanyak 10,0 mL larutan baku 1000 ppm kedalam labu ukur
100 ml, kemudian ditambahkan dengan aquadest sampai tanda batas 100 ml.

d. Pengenceran 100 ppm menjadi 10 ppm


Ppm 1 x V1 = ppm2 x V2
1000 x V1 = 10 x 100
1000
V1 =
100
= 10,0 ml

Dimasukan sebanyak 10,0 mL larutan baku 100 ppm kedalam labu ukur
100 ml, kemudian ditambahkan dengan aquadest sampai tanda batas 100 ml.

e. Pengenceran 10 ppm menjadi 1 ppm

Ppm 1 x V1 = ppm2 x V2
10 x V1 = 10 x 100
100
V1 =
10
= 10,0 ml

Dimasukan sebanyak 10,0 mL larutan baku 10 ppm kedalam labu ukur


100 ml, kemudian ditambahkan dengan aquadest sampai tanda batas 100 ml.
Pembuatan Kurva Standar ( Fitrianingsih et al., 2019;)

Pembuatan larutan standar dengan menggerus sampel menggunakan


mortir, ditimbang sebanyak 100 gram kemudian dimasukkan ke dalam labu alas
bulat, ditambahkan 100 mL aquades, sehingga diperoleh larutan baku induk.

Konsentrasi Absorbansi
(ppm)
0,5 0,034
1 0,065
2 0,128
4 0,233
6 0,335
8 0,440

Keterangan =

A = absorbansi sampel

C = konsentrasi sampel

persamaan linier y = 0,0537x - 0,0134

A
y= 0,0537x - 0,0134

Perhitungan kadar formalin dalam sampel tahu

Diperoleh persamaan regresi linier y = 0,0537x + 0,0134 dengan koefisien


korelasi (r2) sebesar 0,9995.

y = 0,0537x + 0,0134

y+ 0,0134
x=
0,0537

0,090+0,0134
y=
0,0537

= 1,9255 ppm ( Konsentrasi sampel)

100 gram tahu

100 ml aquades

2 mL sampel

5 mL aquades

Pengenceran yang terjadi 2,5x

Untuk menentukan kadar formalin dalam sampel


mg Formalin
% b/b = x 100 %
mgTahu

Konsentrasi formalin = 1,9255 ppm =1,9255 mg/L x 0,1 L

= 0,19255 mg x 2,5

( formalin dalam formalin (mg)) = 0,4813 mg

( 100 gram Tahu diubah (mg)) = 10.000 mg

0,4813 mg
% b/b = x 100 %
10.000 mg

(100 gram tahu terdapat 0,0048 % formalin) = 0,0048%

Anda mungkin juga menyukai