Spektroskopi UV
I. Pendahuluan
A. Radiasi UV dan Eksitasi Elektronik
1. Perbedaan energi antara orbital molekul ikatan (molecular
bonding), non ikatan (non-bonding ) dan anti ikatan (anti-
bonding) pada rentang 125-650 kJ/mol
I. Pendahuluan
B. Proses Spektroskopik
1. Pada spektroskopi UV, sampel diradiasi dengan radiasi UV spektrum
luas
2. Jika transisi elektronik tertentu berkesesuaian/cocok dengan energi
dari sebuah pita UV tertentu, maka energi akan diserap
3. Sinar UV yang tersisa melewati sampel (tidak diserap) dan diamati
4. Dari radiasi residual ini, spektrum diperoleh dengan "celah" pada
energi diskrit ini- ini disebut spektrum serapan (absorption
spectrum
Spektroskopi UV
I. Pendahuluan
C. Transisi Elektronik yang diamati
1. Energi transisi terendah (dan paling sering diamati dengan UV) adalah
biasanya yang dari elektron dalam Highest Occupied Molecular Orbital
(HOMO) ke Lowest Unoccupied Molecular Orbital (LUMO)
2. Jika ada ikatan (pasangan elektro) dalam suatu molekul, orbital moleku
(molecular orbitals) adalah campuran antara orbital-orbital atomik yang
berkontribusi; untuk setiap orbital ikatan /bonding orbital “terbentuk”
dari campuran (s, p), yang berhubungan dengan orbital anti-bonding
yang simetris dengan energi yang lebih tinggi (s*, p*)
3. Occupied orbitals dengan energi paling rendah biasanya adalah s,
demikian juga orbital anti-bonding s* yang berhubungan adalah yang
energinya paling tinggi.
4. Orbital p sedikit lebih tinggi energinya, dan orbital anti-bonding
pasangannya sedikit lebih rendah energinya dibanding s*.
5. Pasangan elektron yang tidak terbagi terletak pada orbital atomik asli,
seringkali energi ini memiliki energi lebih tinggi dibanding p atau s
(karena ikatan tidak terbentuk, tidak ada kepentingan dalam energi)
Spektroskopi UV
I. Pendahuluan
C. Transisi Elektronik yang diamati
6. Gambaran secara grafis
s
Unoccupied levels
Occupied levels
s
Orbital Molekular
5
Spektroskopi UV
I. Pendahuluan
C. Transisi Elektronik yang diamati
7. Dari diagram orbital molekular, ada beberapa kemungkinan transisi
elektronik yang dapat terjadi, masing-masing dengan energi relatif yang
berbeda :
s
s s
alkana
s karbonil
n s O, N, S, halogen
n karbonil
s
6
Spektroskopi UV
I. Pendahuluan
C. Transisi Elektronik yang diamati
7. Meskipun spektrum UV diperluas sampai di bawah 100 nm (energi
tinggi), oksigen di atmosfer tidak transparan di bawah 200 nm
8. Diperlukan peralatan khusus untuk mempelajari vacuum atau far UV
9. Spektra UV organik rutin biasanya dibuat dari 200-700 nm
10. Dengan batas ini, transisi yang dapat diamati:
s s alkana 150 nm
s karbonil 170 nm
n s O, N, S, halogen 190 nm
n karbonil 300 nm √
7
Spektroskopi UV
I. Pendahuluan
D. Selection Rules
1. Tidak semua transisi yang mungkin akan teramati
8
Spektroskopi UV
I. Pendahuluan
E. Struktur Pita
1. UV cenderung menghasilkan pita yang lebar dan overlapping
9
I. Pendahuluan
E. Struktur Pita
5. Ketika tingkat energi ini ditumpangkan/superimposed, efek dapat
dengan mudah dijelaskan – menjadi transisi yang memiliki kemungkinan
teramati
Disassociation
R1 - Rn
V4
R1 - Rn
V3
R1 - Rn
V2
E1 V1 R1 - Rn
R1 - Rn
Vo
Disassociation
Energi R1 - Rn
V4
R1 - Rn
V3
R1 - Rn
V2
V1 R1 - Rn
E0 Vo R1 - Rn
10
II. Instrumentasi dan Spektra
A. Instrumentasi
1. Konstruksi spektrometer UV-VIS tradisional sangat mirip dengan
spektrometer IR, dengan fungsi yang mirip – terdiri dari sample
handling, irradiation, detection dan output
log(I0/I) = A
Sumber sinar UV-VIS I0 I
sample
200 700
l, nm
detektor
monokromator/
beam splitter optics I0 I0
reference
11
II. Instrumentasi dan Spektra
A. Instrumentasi
3. Dua sumber sinar diperlukan untuk scan seluruh pita UV-VIS. Sumber
sinar pada spektrometer UV-VIS dapat berupa:
• Lampu Deuterium – meliputi daerah UV – 200-330 nm
• Lampu Tungsten – meliputi daerah Visible 330-700 nm
4. Seperti pada dispersive IR, lampu akan memancarkan sinar seluruh pita
UV atau sinar tampak /visible light; kemudian monokromator
(grating/kisi atau prisma) secara bertahap merubah pita kecil dari
radiasi dikirim ke beam splitter/pemecah cahaya
sinar polikromatis monokromatis
3. Beam splitter mengirimkan pita yang sudah terpisah ke dalam sel yang
berisi larutan sampel dan larutan pembanding/reference
4. Detektor mengukur perbedaan anatar cahaya yang melewati sampel (I)
vs. cahaya yang dihasilkan sumber (I0) dan mengirimkan informasikan ke
recorder
12
II. Instrumentasi dan Spektra
A. Instrumentasi
7. Seperti pada dispersive IR, waktu yang diperlukan untuk keseluruhan
pita UV-VIS disebabkan oleh mekanisme perubahan panjang gelombang
8. Kemajuan terbaru adalah spektrofotometer dioda-array – terdapat
sebuah prisma (perangkat dispersi) memecah spektrum utuh yang
ditrasmisikan melalui sampel
9. Tiap pita individu UV dideteksi dengan diode individual pada suatu
silicon secara simultan/bersamaan
Diode array
Sumber UV-VIS
sample
Polychromator
– entrance slit and dispersion device 13
II. Instrumentasi dan Spektra
B. Instrumentasi – Sample Handling
1. Hampir semua spektra UV direkam dalam fase larutan
3. Hanya kuarsa yang transparan secara penuh pada rentang 200-700 nm;
plastik dan gelas hanya sesuai untuk spektra visibel/sinar tampak
14
II. Instrumentasi dan Spektra
B. Instrumentasi – Sample Handling
5. Pelarut / solven harus transparan pada daerah yang diamati;
panjang gelombang dimana solven/pelarut tidak lagi transparan
disebut sebagai cutoff
16
II. Instrumentasi dan Spektra
C. Spektrum
1. Sumbu x dari spektrum adalah panjang gelombang; 200-350 nm untuk
UV, 200-700 untuk penentuan UV-VIS
NH2
lmax = 206 nm
O O 252
317
376
17
II. Instrumentasi dan Spektra
C. Spektra
1. Sumbu y dari spektrum adalah absorbansi/serapan, A
18
II. Instrumentasi dan Spektra
C. Spektra
4. Efek tersebut dikombinasi dalam hukum Lambert-Beer A = e c l
Nilai A tidak memiliki satuan, satuan untuk e adalah cm-1 · M-1 dan
jarang ditampilkan
21
III. Kromofor
A. Definisi
1. Elektron pada molekul organik elektron yang terlibat dalam
ikatan kovalen atau pasangan elektron bebas pada atom seperti O
atau N
22
III. Kromofor
B. Kromofor Organik
1. Alkana – hanya memiliki ikatan s dan tidak memiliki pasangan elektron
bebas, sehingga hanya transisi energi tinggi s s* yang teramati pada
daerah UV jauh / far UV
s C C
23
III. Kromofor
B. Kromofor organik
2. Senyawa alkohol, eter, amina dan sulfur – Pada senyawa,
misalnya yang alifatik; maka transisi n s* adalah yang paling
sering diamati; seperti halnya pada alkana yaitu s s*, transisi
ini sering pada l kurang dari 200 nm
C N
sCN
C N
nN sp3 C N anitbonding
orbital
sCN C N
24
III. Kromofor
B. Kromofor Organik
3. Alkena dan Alkuna – sebagai contoh adalah alkena atau alkuna
yang terisolasi, maka transisi * teramati pada 175 dan 170
nm
Meskipun transisi ini memiliki energi yang lebih rendah
dibanding s s*, namun masih pada daerah UV jauh / far UV –
namun demikian, energi transisi ini sensitif terhadap substitusi
25
III. Kromofor
B. Kromofor Organik
4. Karbonil – sistem tidak jenuh yang mengandung N atau O
dapat mengalami transisi n * (~285 nm) sebagai
tambahan *
26
III. Kromofor
B. Kromofor Organik
4. Karbonil – transisi n * (~285 nm); * (188 nm)
Oksigen karbonil lebih
mendekati sp
n
C O
daripada sp2
O
28
III. Kromofor
C. Efek Substituen
Umum – Substituen dapat memberikan empat efek kepada suatu kromofor
Hyperchromic
e Hypsochromic Bathochromic
Hypochromic
200 nm 700 nm
29
III. Kromofor
C. Efek Substituen
1. Konjugasi – efek substituen yang paling penting, yang berkaitan dengan
pergeseran bathochromic dan hyperchromic adalah kromofor tak jenuh:
H2C
lmax nm e
175 15,000
CH2
217 21,000
258 35,000
465 125,000
-carotene
O
n * 280 12
* 189 900
O n * 280 27
* 213 7,100
30
III. Kromofor
C. Efek Substituen
1. Konjugasi – Alkena
Pergeseran yang teramati dengan adanya konjugasi menunjukkan bahwa
dengan meningkatnya / bertambahnya konjugasi, terjadi penurunan
energi yang dibutuhkan untuk eksitasi elektronik
Dari teori orbital molekul (MO), dua orbital p atomik, f1 dan f2 dari dua
hibrid sp2 karbon bergabung membentuk dua orbital molekul Y1 dan
Y2* pada etilen
Y2
f1 f2
Y1
31
III. Kromofor
C. Efek Substituen
2. Konjugasi – Alkena
Pada butadiena, terdapat pencampuran 4 orbital p yang
menghasilkan 4 orbital molekul (MO) yang dengan distribusi
energi yang simetris jika dibandingkan terhadap etilen
Y4
Y2
Y3
Y2
Y1
Y1
etilen
butadien
heksatrien
oktatetraen 33
III. Kromofor
C. Efek Substituen
2. Konjugasi – Alkena
Demikian juga, pasangan elektron bebas pada N, O, S, X dapat
memperpanjang sistem konjugasi – auksokrom
Di sini terbentuk 3 orbital molekul (MO) – interaksi ini tidak sekuat
konjugasi sistem
A
Y3
Y2
Energi
nA
Y1
34
III. Kromofor
C. Efek Substituen
2. Konjugasi – Alkena
Gugus metil juga menyebabkan bathochromic shift, meskipun
tidak ada elektron- atau n
Efek ini dianggap melalui apa yang disebut sebagai
“hiperkonjugasi” atau resonansi ikatan sigma
C
H
C C H
35
Efek gugus substituen dapat secara handal dikuantifikasi dari
observasi empiris struktur terkonjugasi yang diketahui dan
diaplikasikan pada sistem baru.
lmax = 239 nm
36
IV. Penentuan Struktur
A. Diena
1. Gambaran Umum
Untuk asiklik butadiena, ada dua kemungkinan konformasi :– s-cis
dan s-trans
s-trans s-cis
37
IV. Penentuan Struktur
A. Diena
1. Gambaran Umum
Dua kemungkinan transisi * dapat muncul untuk butadiena
Y2 Y3 dan Y2 Y4*
Y4
175 nm –forb. 175 nm
Y3
217 nm 253 nm
Y2
s-trans s-cis
Y1
39
IV. Penentuan Struktur
A. Diena
2. Aturan Woodward-Fieser
Woodward dan Fiesers melakukan studi yang ekstensif pada
terpene dan alkena steroid mencatat substituen yang mirip dan
gambar struktur akan dapat diprediksi mengarah pada prediksi
empirik panjang gelombang dengan energi terendah transisi
elektronik *
Hasil pekerjaan ini kemudian disuling oleh Scott pada tahun 1964
dalam pembahasan mendalam Aturan Woodward-Fieser
dikombinasikan dengan tabel dan contoh yang komprehensif –
(A.I. Scott, Interpretation of the Ultraviolet Spectra of Natural
Products, Pergamon, NY, 1964)
40
IV. Penentuan Struktur
A. Diena
2. Aturan Woodward-Fieser - Diena
Aturan dimulai dengan nilai dasar untuk lmax kromofor yang
diamati :
Isopren
Butadiena asiklik = 217 nm
Satu alkil substisuen = + 5 nm
222 nm
Alildienasikloheksana
Butadiena asiklik = 217 nm
Satu C=C eksosiklik = + 5 nm
Dua substitusi alkil = +10 nm
232 nm
43
IV. Penentuan Struktur
A. Diena
3. Aturan Woodward-Fieser – Diena Siklik
Pada era pre-NMR untuk penentuan spektra senyawa organik,
kekuatan metode untuk memperjelas isomer mudah terlihat
C OH C OH
O O
44
IV. Penentuan Struktur
A. Diena
3. Aturan Woodward-Fieser – Diena Siklik
Contoh :
1,2,3,7,8,8a-hexahydro-8a-methylnaphthalene
heteroannular diene = 214 nm
1 C=C exo + 5 nm
234 nm
45
IV. Penentuan Struktur
A. Diena
3. Aturan Woodward-Fieser – Diena Siklik
R
Senyawa ini memiliki tiga ikatan
rangkap eksosiklik, ditunjukkan
dengan ikatan rangkap terhadap dua
cincin
47
IV. Penentuan Struktur
B. Enones
1. Gambaran Umum
Karbonil, memiliki dua transisi elektronik utama :
48
IV. Penentuan Struktur
B. Enones
1. Gambaran Umum
Untuk substituen auksokrom pada karbonil, hypsochromic shifts
jelas teramati untuk transisi n * (lmax):
O
293 nm
H
Hal ini dijelaskan oleh induktif penarikan
O elekron oleh O, N, atau halogen dari
CH3 279 gugus karbonil – hal tersebut
menyebabkan elektron n pada oksigen
O karbonil terikat lebih kuat
235
Cl
Berbeda dengan efek auksokromik pada
O * yang memperpanjang konjugasi
NH2
214 dan menyebabkan bathochromic shift
Catatan :
i. Efek lebih nyata untuk *
50
IV. Penentuan Struktur
B. Enone
1. Gambaran Umum
Efek dapat dilihat dari diagram MO untuk enone terkonjugasi :
Y4
Y3
n n
Y2
Y1
O O
51
IV. Penentuan Struktur
B. Enone
2. Aturan Woodward-Fieser - Enone
a d g a
C C C d C C C C C
O O
Gugus Penambahan
Cincin 6 karbon atau enone asiklik Dasar 215 nm
Enone induk cincin 5 karbon Dasar 202 nm
Dienone asiklik Dasar 245 nm
54
IV. Penentuan Struktur
B. Enone
2. Aturan Woodward-Fieser - Enone
Beberapa contoh
enone siklik = 215 nm
2 x subs alkil = (2 x 12) +24 nm
O 239 nm
R
Enone siklik 215 nm
Perpanjngan konjugasi +30 nm
Residu cincin b +12 nm
Residu cincin d-ring +18 nm
O Ikatan rangkap eksosiklik + 5 nm
280 nm
Eksperimental 280 nm
55
IV. Penentuan Struktur
C. Senyawa Aromatik
1. Gambaran Umum
Meskipun cincin aromatik adalah kromofor yang paling luas dan
paling banyak dipelajari, absorpsi/serapan yang muncul dari
banyak transisi elekronik adalah kompleks
6
4 5
2 3
1
56
IV. Penentuan Struktur
C. Senyawa Aromatik
1. Gambaran Umum
Satu hal yang diharapkan adalah ada empat kemungkinan transisi
HOMO-LUMO * pada panjang gelombang yang dapat
diamati (konjugasi)
180 nm
260 nm (allowed)
2 3 (forbidden)
A1g
1
57
IV. Penentuan Struktur
C. Senyawa Aromatik
1. Gambaran Umum
Transisi yang diijinkan (e = 47,000) tidak berada pada rentang
yang rutin digunakan UV pada 180 nm, dan disebut sebagai pita
utama
58
IV. Penentuan Struktur
C. Senyawa Aromatik
1. Gambaran Umum
Substitusi, auksokromik, konjugasi dan efek pelarut
dapat menyebabka pergeseran pada panjang
gelombang dan intensitas sistem aromatik yang mirip
dengan diena dan enone
59
IV. Penentuan Struktur
C. Senyawa Aromatik
2. Efek Substituen
a. Substituen dengan Elektron tak terbagi
• Jika gugus yang terikat ke cincin memilki elektron n,
maka akan menginduksi pergeseran pada pita absorpsi
utama dan sekunder
G G G G
60
IV. Penentuan Struktur
C. Senyawa Aromatik
2. Efek Substituen
a. Substituen dengan elektron yang tidak dibagi
• Adanya elektron n akan memberikan kemungkinan
transisi n *
G G G G
*
- *
*
*
61
IV. Penentuan Struktur
C. Senyawa Aromatik
2. Efek Substituen
a. Substituen dengan elektron yang tidak dibagi
• pH dapat merubah sifat gugus fungsi
• Deprotonasi oksigen memberika lebih banyak pasangan
n, menurunkan energi transisi
• Protonasi nitrogen mengeliminasi pasangan elektron n,
meningkatkan energ transisi
Primary Secondary
Substituen lmax e lmax e
-H 203.5 7,400 254 204
-OH 211 6,200 270 1,450
-O- 235 9,400 287 2,600
-NH2 230 8,600 280 1,430
-NH3+ 203 7,500 254 169
-C(O)OH 230 11,600 273 970
-C(O)O- 224 8,700 268 560
62
IV. Penentuan Struktur
C. Senyawa Aromatik
2. Efek Substituen
b. Substituen yang mampu untuk konjugasi
• Ketika substituen adalah suatu kromofor , akan dapat
berinteraksi dengan sistem benzen
Primary Secondary
63
IV. Penentuan Struktur
C. Senyawa Aromatik
2. Efek Substituen
c. Efek pendonor elektron (Electron-donating) dan Penarik
Elektron (electron-withdrawing)
• Keberadaan gugus menggeser pita absorpsi
utama/primer ke l yang kebih panjang
64
IV. Penentuan Struktur
C. Senyawa Aromatik
2. Efek Substituen
c. Efek Pendonor dan Penarik Elektron
Primary Secondary
Substituen lmax e lmax e
Electron donating
65
IV. Penentuan Struktur
C. Senyawa Aromatik
2. Efek Substituen
d. Efek Di-substitusi dan multi-substitusi
• Pada aromatik yang di-substitusi, perlu untuk
mempertimbangkan kedua gugus
• Contoh p-nitroanilin:
O O
H2N N H2N N
O O
66
IV. Penentuan Struktur
C. Senyawa Aromatik
2. Efek Substituen
d. Efek Di-substitusi dan Multi-substitusi
• Jika dua gugus yang secara elektron tidak mirip pada
posisi ortho- atau meta-, efeknya biasanya
penjumlahan dari efek individual gugus ( meta- tidak
ada resonansi; ortho- hambatan sterik)
O R
67
IV. Penentuan Struktur
C. Senyawa Aromatik
2. Efek Substituen
d. Di-substitusi dan multi-substitusi
Kromofor Induk lmax
R=H 250
O R Penambahan substituen
G o m p
Alkil atau residu cincin 3 3 10
Alkik –O-, -OH, Cincin –O 7 7 25
-O- 11 20 78
G
-Cl 0 0 10
-Br 2 2 15
-NH2 13 13 58
-NHC(O)CH3 20 20 45
-NHCH3 73
-N(CH3)2 20 20 85
68
IV. Penentuan Struktur
C. Senyawa Aromatik
2. Efek Substituen
d. Aromatik Polinuclear
• Ketika jumlah cincin aromatik yang bergabung
meningkat, l untuk pita utama/primer dan sekunder
juga meningkat
l, nm
Violet 400-420
Indigo 420-440
Blue 440-490
Green 490-570
Yellow 570-585
Orange 585-620
Red 620-780
70
V. Spektroskopi Visibel
A. Warna
1. Umum
• Ketika cahaya putih (l kontinyu) lewat, atau dipantulkan
pada suatu permukaan, maka cahaya yang diabsorpsi akan
dihilangkan dari yang ditransmisikan/diteruskan atau
dipantulkan
71
V. Spektroskopi Visibel
A. Warna
1. Umum
• Senyawa organik yang “berwarna” biasanya memilliki sistem
konjugasi yang ekstensif (biasanya lebih dari 5)
• Contoh : -carotene
72
V. Spektroskopi Visibel
A. Warna
1. Umum
• Contoh:
O
H
N
N
H
O
indigo
N N
EWGs EDGs
74