Disusun Oleh:
NIM : 1508010094
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, berkat ridho-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Komplexometri”.
Dalam menyusun makalah ini, terdapat hambatan yang penulis alami, namun berkat dukungan,
dorongan dan semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu
penulis tidak lupa pada kesempatan ini mengaturkan terima kasih kepada Bapak Arif Santoso,
S.Farm.,Apt selaku dosen pembimbing.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga makalah “Komplexometri” ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
Dasar Teori
4. Apa yang dimaksud dengan masking demasking agent dalam analisis komplexometri ?
5. Indikator logam
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
ISI
Kompleksometri adalah suatu cara untuk penetapan kadar zat – zat (kation) yang dapat
membentuk senyawa kompleks dengan suatu komplekson. Prinsipnya adalah pembentukan
senyawa kompleks antara ion logam dengan EDTA.
Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang berdasarkan reaksi pembentukan kompleks, misalnya
penetapan kadar Ca (ion logam) dengan EDTA (garam natrium dari asam etilendiaminatetra-
asetat) (Pujaatmaka, 2002).
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation
dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan
dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium
EDTA) (Khopkar, 1990).
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks,
membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama
akan diterapkan pada titrasi (Khopkar, 1990)
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan
pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi.
Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam,
sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994)
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi
komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi
kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA (Khopkar, 1990)
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara bahan
yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini
dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk
melalui titrasi terdiri dari dua komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta
titrat yang hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang
membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.
Dalam larutan dengan pH tertentu sebagaian besar kation atau logam dapat bereaksi dengan
komplekson yang kemudian membentuk ion kompleks. Contoh :
Ag+ → [Ag(CN)2]¯
Cu2+ → [Cu(NH₃)₄]²⁺
Jika diperhatikan contoh – contoh kompleks, terlihat bahwa suatu kompleks selalu terjadi dari
sebuah ion logam yang dinamakan ion negatif atau molekul.
2.2 Ligan
Sedangkan yang dinamakan Ligan (dari kata latin ligare = mengikat) . Jumlah ligan ini berbeda-
beda dari dua sampai delapan. Jumlah ikatan dengan ligan itu disebut bilangan koordinasi yang
biasanya merupakan bilangan genap terutama bernilai 4 atau 6. Ion logam univalen biasanya
mempunyai bilangan koordinasi dua.
Muatan sebuah kompleks dapat positif, negatif atau nol. Muatan tersebut merupakan jumlah
muatan inti dan semua ligan yang diikatnya. Ligan yang mempunyai satu atom donor pasangan
elektron (missal I¯ dan CN¯) monodentat atau unidentat, sedang Ligan yang mempunyai atom
donor lebih dari stu disebut poli- atau muktidentat, bidentat kalau punya dua donor, terdentat bila
3, kuadridentat, pentedentat, heksadentat dan seterusnya.
Bila mislanya ion Zn²⁺ berkompleks dengan ligan etilendiamin (dua molekul ligan perion Zn
karena bilangan koordinasi Zn mencapai 4), maka terbentuk ikatan – ikatan yang mempunyai
bentuk cincin atau lingkaran (ring). Lingkaran demikian lingkaran kelat (chelat ring) dari kata
yunani chele yang berarti cakar. Jenis Ligan :
1. Unidentat, yaitu ligan yang mempunyai 1 gugus donor pasangan elektron. Contoh : NH3,
CN.
Contoh : Etilendiamin
3. Polidentat, yaitu ligan yang mempunyai banyak gugus donor pasangan elektron.
2.3 Stabilitas
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi
kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA (Disodium
ethylene diamin tetra asetat/ tritiplex/ komplekson, dll).
http://3.bp.blogspot.com/-
NC9JTHTy9zk/T6dN99qNDWI/AAAAAAAAAFU/y83GaYmxAvw/s1600/ggs+3.jpg
Besarnya harga konstanta pembentukan komplek menyatakan tingkat kestabilan suatu senyawa
komplek :
“Semakin besar harga konstanta pembentukan senyawa komplek, maka semakin stabil senyawa
komplek tersebut dan sebaliknya makin kecil harga konstanta kestabilan senyawa komplek,
maka senyawa komplek tersebut makin tidak (kurang) stabil”.
Harga konstanta kestabilan komplek logam dengan EDTA (KMY) (Fritz dan Schenk, 1979).
http://3.bp.blogspot.com/-
w63iqRP59Qw/T6dOlGLDbfI/AAAAAAAAAFc/j3BIt77oKp8/s1600/tab+1.jpg
Kestabilan termodinamik dari suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan
terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika sistem itu dibiarkan mencapai
keseimbangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan kompleks, yaitu :
Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi kestabilan kompleks
dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi pengamatan umum
berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku kompleks-kompleks dari berbagai
unsur, yaitu diantaranya :
2. Dengan pengecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan unsur transisi baris pertama,
membentuk kompleks-kompleks labil.
3. Unsur transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk kompleks-kompleks
inert.
Masking atau penutup adalah suatu proses diamana suatu zat dapat dirubah sedemikian rupa
sehingga tidak dapat lagi ikut dalam suatu reaksi. Dimasking adalah suatu peristiwa dimana zat
yang dimasking dikembalikan dalam keadaan semula. Beberapa kation dalam campuran sering
dimasking sehingga dapat lagi bereaksi dengan EDTA atau indicator.
* Sebagai masking yang terkenal adalah ion CN¯ yang memberi kompleks sianida yang
stabil dengan kation Cd, Zn, Mg2+, Cu, Ni, Ag atau Pt. Kompleks sianida dengan Zn dapat
dimasking dengan larutan formal dehida, asam asetat, atau kloral hidrat.
Indikator dalam titrasi kompleksometri tidak berubah karena perubahan pH, tidak juga karena
daya oksidasi titrat berubah, akan tetapi karena perubahan pM (M adalah khelat logam). (Roth
1988). Syarat-syarat indikator logam, yaitu:
1. Reaksi warnanya harus sensitif, dengan kepekaan yang besar terhadap logam.
3. Perbedaan warna dari indikator bebas dengan indikator kompleks harus mempunyai
kestabilan yang efektif dimana pH titrasi tidak boleh tidak teroksidasi dan tereduksi.
5. Ikatan senyawa logam EDTA harus lebih kuat dari pada logam-logam indikator. Artinya
ikatan logam – logam Indikator logamnya harus dapat direbut oleh EDTA.
Digunakan pada daerah pH 7 – 11. Suatu kelemahan dari EBT bahwa larutannya tidak stabil, bila
disimpan akan terjadi peruraian secara lambat,sehingga setelah janka waktu tertentu indikator
tidak berfungsi lagi. Suatu kesulitan yang dialami indikator metalokromik adalah pembentukan
kelat dengan logam yang tidak reversibel atau terlalu kuat. Bila hal ini terjadi maka tidak dapat
terjadi perubahan warna dan indikator kehilangan fungsinya. Kejadian ini disebut blocking
indikator. Mengalami blocking dengan Fe³⁺. Merupakan asam lemah, tidak stabil dalam air
karena senyawa organik ini merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi sempurna dalam
air dan mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasi lambat dalam air.
2. Murexide
Merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca2+, pada pH=12.
3. Jingga Xylenol
Dapat digunakan sebagai pengganti EBT, karena calmagite lebih stabil, daerah terjadinya pada
pH 8,1-12,4 dan warna indikator bebasnya biru. Mengalami blocking dengan Cu, Ni, Fe³⁺, dan
Al.
5. Arzenazo
Digunakan untuk Ca maupun Mg, juga baik untuk titrasi Pb(IV) dengan EDTA. Keuntungan
menggunakan indikator ini adalah :
* Tidak mengalami blocking oleh Cu(II) dan Fe(III) dalam jumlah kecil.
6. NAS
Digunakan pada daerah pH 3-9. Dalam larutan yang sangat asam NAS berwarna merah violet
pada pH 3,5 keatas berwarna merah jingga. Penggunaan NAS cukup luas dan dianjurkan untuk
titrasi Cu, Co(II), Cd, Ni, Zn, Al dengan EDTA.
7. Calcon
Calcon merupakan garam natrium dari Eriochrome Blue Black R, yang disebut juga
Pontachrome Blue Black R. Molekul indikator berwarna hijau dan hanya terdapat dalam larutan
asam kuat. Pada pH 7 sampai 10 berwarna merah, kemudian biru sampai pH 13,5 dan diatasnya
jingga. Kelat Calcon dengan logam berwarna merah dan ternyata sangat cocok untuk titrasi Ca
pada pH 12,5 – 13 tanpa terganggu oleh Mg. Perubahan warna dari merah menjadi biru. Dengan
indikator ini maka dapat ditentukan kesadahan air yang disebabkan oleh Ca saja tidak termasuk
kesadahan oleh Mg.
8. Violet cathecol
9. Tiron
13. Timolftalekson
Beberapa indikator logam sering menglami penguraian apabila dilarutkan dalam air. Sehingga
stabilitas di dalam larutan rendah sekali. Oleh karena itu, dalam prakteknya sering dibuat
pengenceran dengan NaCl atau KNO3 dengan perbandingan 1:500.
2.6 Pengaruh pH
Proton yang dibebaskan pada reaksi yang terjadi dapat mempengaruhi pH, dimana jika H+ yang
dilepaskan terlalu tinggi, maka hal tersebut dapat terdisosiasi sehingga kesetimbangan
pembentukkan kompleks dapat bergeser ke kiri, karena terganggu oleh suasana system titrasi
yang terlalu asam. Pencegahan : sistem titrasi perlu didapar untuk mempertahankan pH yang
diinginkan.
Bila pH system titrasi terlalu basa, maka kemungkinan akan terbentuk endapan hidroksida dari
logam yang bereaksi. Jika pH terlalu basa, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kanan,
sehingga pada suasana basa yang banyak akan terbentuk endapan.
Berdasarkan selalu terbentuknya H+ pada pembentukan ion kompleks dan melihat harga pK₄
maka pembentukan kompleks akan lebih baik dan lebih stabil dalam larutan alkalis. Pada
umumnya kompleks EDTA dengan kation valensi 2 stabil dalam larutan yang sedikit asam atau
alkalis. kompleks EDTA dengan logam valensi 3 dan 4 stabil dalam larutan dengan pH =1-3.
Logam – logam bervalensi 2 misalnya Cu, Pb, atau Ni dapat stabil pada pH = 3 sehingga dapat
dititrasi secara selektif walaupun tercampur dengan logam – logam alkali tanah. Co⁺⁺ stabil
dalam larutan HCl pekat.
Yang menyebabkan kenaikan harga Ks adalah adanya alkohol, sebab alkohol mendesak ionisasi
kompleks.
1. Titrasi langsung yaitu titrasi yang biasa digunakan untuk ion-ion yang tidak mengendappada
pH titrasi, reaksi pembentukan kompleksnya berjalan cepat.
2. Titrasi kembali yaitu titrasi yang digunakan untuk ion-ion logam yang mengendap pada pH
titrasi,reaksi pembentukan kompleksnya berjalan lambat.
3. Titrasi penggantian atau titrasi substitusi adalah titrasi yang ini digunakan untuk ion-ion
logam yang tidak bereaksi sempurna dengan indikator logam yang membentuk kompleks EDTA
yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion logam lainnya.
* Titrasi kelebihan kation pengendap (misalnya penetapan ion sulfat, dan fosfat).
* Titrasi kelebihan kation pembentuk senyawa kompleks (misalnya penetapan ion sianida)
(Bassett et al., 1994).
2.8 Kesadahan
Kesadahan sementara adalah kesadahan karena adanya garam bikarbonat dari Ca dan Mg,
sedangkan kesadahan tetap adanya garam non karbonat seperti sulfat, klorida, dan nitrat.
Kesadahan sementara dan tetap disebut kesadahan jumlah (total hardness).
Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan memanaskannya, karena CO2 akan keluar dan
meninggalkan garam karbonat yang tidak larut (mengendap). Air yang mempunyai kesadahan
tinggi tidak baik apabila dipergunakan sebagai pengisi air ketel (boiler feed) maupun dalam
proses pencucian dengan sabun.(Syafei, 1999)
Penetapan kesadahan hanya diarahkan pada penentuan kadar Ca2+ dan Mg2+ pada titrasi
kompleksometri. Prinsip yang digunakan yaitu reaksi pembentukan kompleks, kestabilan
kompleks, dan pengaruh pH. Kesadahan total didefinisikan sebagai kesadahan jumlah milli
ekivalen ion Ca2+ dan Mg2+ tiap liter sampel air. Secara sederhana penetuan tingkat kesadahan
air untuk masing-masing ion dapat dilakukan dengan larutan baku ligan pengkompleks
Na2EDTA (Natrium Diamin Tetra Asetat) pada pH tertentu (Harvey, D. 2000).
Dalam melakukan titrasi, kedalam larutan yang mengandung ion-ion Ca2+ dan Mg2+
ditambahkan indikator (warna 1) membentuk warna kompleks dalam larutan buffer pada pH
tertentu. Penembahan EDTA akan memecah kompleks kation-indikator tersebut membentuk
kation-EDTA (warna 2) yang lebih stabil. Dengan mengamati perubahan warna, maka titik akhir
titrasi kompleksometri dapat diamati dan ditentukan. Untuk jelasnya perhatikan reaksi-reaksi
yang terjadi pada proses titrasi kompleksometri dibawah ini :
Ca2+ + EBT (Indikator) → Ca.EBT senyawa kompleks lemah berwarna merah anggur
Mg2+ + EBT (Indikator) → Mg.EBT senyawa kompleks kuat berwarna merah anggur
Larutan Dinantrium EDTA dijadikan standar baku sekunder karena sifatnya yang tidak
mendukung untuk dijadikan standar primer, antara lain (Day & Underwood, 2002):
* Kurang stabil
Mudah/dapat terurai oleh bakteri dimana EDTA adalah suatu senyawa organik yang dapat diurai
oleh bakteri.
Di dalam farmasi ,metode ini banyak digunakan dalam penetapan kadar MgSO4 yang digunakan
sebagai laksativum atau ZnO yang digunakan sebagai antiseptik.Beberapa contoh sistem titrasi
kompleksometri pada obat :
Sampel
Pelarut
Peniter
Indikator
Sediaan obat
Kalsium glukonat
Dinatrium edetat
Kalsium laktat
Air
Dinatrium edetat
Kalsium laktat
Kalsium pantotenat
Air
Dinatrium edetat
Alukol
Air
Pb(NO3)2
Jingga xilenol
Suspensi antasida
Metil tiourasil
Air
Difenilkarbazon
Metil tiourasil
.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks,
membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama
akan diterapkan pada titrasi
Ligan (dari kata latin ligare = mengikat). Jumlah ikatan dengan ligan itu disebut bilangan
koordinasi yang biasanya merupakan bilangan genap terutama bernilai 4 atau 6.
Kestabilan termodinamik dari suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan
terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika sistem itu dibiarkan mencapai
keseimbangan.
Masking atau penutup adalah suatu proses diamana suatu zat dapat dirubah sedemikian rupa
sehingga tidak dapat lagi ikut dalam suatu reaksi. Dimasking adalah suatu peristiwa dimana zat
yang dimasking dikembalikan dalam keadaan semula.
5. Indikator Logam antara lain Eriochrom Black-T (EBT) , Murexide, Jingga Xylenol dll.
6. Pengaruh pH jika terlalu asam maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan dan
menyebabkan terbentuknya senyawa kompleks, jika suasana terlalu basa maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah kiri dan membentuk endapan.
7. Jenis titrasi kompleksometri antara lain titrasi langsung, titrasi tidak langsung, titrasi
kembali dan titrasi penggantian.
8. Kesadahan di bedakan menjadi dua yaitu kesadahan tetap dan kesadahan sementara
3.2 Saran
Prof. Dr. Gholib Ibnu dan R.Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis.Pustaka Pelajar:Yogyakarta
Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. EGC. Jakarta.