Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ANALISIS FARMASI

“KOMPLEKSOMETRI”

Dosen Pengampuh: apt.Pedro Anugrah Aswan, S.Farm

DISUSUN OLEH :

1. ZEVANI VALENTIN RA(10120018)

2. ALDI DARMANSYAH (10120019)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKES HAR-KAUSYAR
T.A 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kompleksometri”. Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pematang reba, April 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…..................................................................................4
B. Rumusan Masalah…............................................................................5
C. Tujuan Pembahasan…..........................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6

BAB III PENUTUP.........................................................................................................11

A. Kesimpulan........................................................................................ 11

B. Saran...................................................................................................11

Daftar Pustaka.................................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu dari reaksi-reaksi matematis yang tidak disertai perubahan valensi adalah
reaksi pembentukan kompleks. Penetapan kualitatif yang berdasarkan reaksi komlpeks
disebut kompleksometri. Kompleksometri disebut juga dengan kelatometri.
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengompleks,
membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam
titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini
pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.

Kelebihan titrasi kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah larut dan menunjukkan
komposisi kimiawi yang tertantu. Selektivitas kompleks dapat diatur dengan
penegendalian pH misal pada magnesium, krom, kalsium dapat di titrasi pada pH=11.
Etilen diamin asetat (EDTA) sebagai garam natrium sendii merupakan standar primer
sehingga tidak perlu standarisasi lebih lanjut. Kompleks yang mudah larut dalam air
ditemukan. Kestabilan kompleks-kompleks logam EDTA dapat diubah dengan mengubah
pH dan adanya zat-zat pengompleks lain. Maka tetapan kestabilan kompleks EDTA akan
berbeda dari nilai yang dicatat pada suatu pH tertentu. Larutan air EDTA akan memiliki
nilai yang berbeda dari nilai yang telah dicatat. Kondisi baru ini dinamakan tetapan
kestabilan nampak atau tetapan kestabilan menurut kondisi (Sodiq, 2015).

Analisa kadar kalsium dapat dilakukan dengan metode kompleksometri. Titrasi


kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation
dengan zat pembentukan ompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri
adalah garam dinatrium etilen diamin tetraasetat (dinatrium EDTA) (Hidayanti,2010).

Titrasi ini digunakan dalam estimasi garam logam. Etilen diamin asam tetra asetat
(EDTA) adalah titran yang biasa digunakan membentuk stabel 1:1 komplek dengan
semua logam efektif. Logam alkali seperti natrium dan kalium. Logam alkali tanah seperi
kalsium dan magnesium bentuk kompleks yang stabil pada nilai pH rendah dan dititrasi
dalam ammonium klorida penyangga di pH= 10 ( Watson,2000).

Titrasi komleksometri berguna untuk menentukan sejumlah besar logam. Selektivitas


dapat dicapai dengan penggunaan yang tepat dari agen (penambah agar pengompleks
lainnya adalah asam lemah dan basa lemah yang kestimbangan, dan pengaruh pH pada
kstimbangan ini. Kami menjelaskan titrasi ion logam dengan zat pengompleks sangat
4
berguna yaitu EDTA, faktor-faktor yang mempengaruhi mereka, dan indikator untuk
titrasi. Titrasi EDTA pada kalsium ditambah magnesium umumnya digunakan untuk
memerlukan kesadahan air.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan fungsi dari kompleksometri ?
2. Bagaimana reaksi pembentukan kompleks ?
3. Stabilitas kompleks !
4. Apa pengertian dari masking dan demasking ?
5. Bagaimana proses titrasi EDTA dan pemilihan indikatornya ?
6. Bagaimana cara mengaplikasikan kompleksometri ?

C. Tujuan Pembahasan
a. Mempelajari materi tentang kompleksometri
b. Memahami reaksi pembentukan kompleks
c. Mendeskripsikan stabilitas kompleks
d. Mendeskripsikan masking dan demasking
e. Memahami dan mempelajari proses titrasi EDTA dan pemilihan indicator
f. Memahami dan mempelajari cara mengaplikasikan kompleksometri

5
BAB II
PEMBAHASAN

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling


mengkompleks, sehingga dapat membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu penggantian yang
cukup luas tentang kompleks. Sekalipun disini pertama-tama akan ditetapkan pada titrasi.

Titrasi kompleksometri ini digunakan untuk penetapan kation bervalensi banyak dalam
air. Di dalam dunia farmasi, metode ini banyak digunakan dalam penetapan kadar suatu
senyawa obat yang mengandung ion logam, misalnya penentuan kadar MgSO 4 yang
digunakan sebagai laksativum atau ZnO yang digunakan sebagai antiseptic. Sehingga
kadar logam-logam yang ada dalam suatu produk farmasi sehingga tepat kadar (sesuai
standar) dan tidak menjadi toksik serta membahayakan konsumen.

Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara
bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks
senyawa ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks.
Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komonen yang membentuk ligan dan
tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui
titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta
titrat yang hendak diamati.

Dalam larutan dengan pH tertentu sebagaian besar kation atau logam dapat bereaksi
dengan KOMPLEKSON yang kemudian membentuk ion kompleks. Contoh :

Ag+ → [Ag(CN)2]¯ Cu2+ → [Cu(NH3)4]²+

Jika diperhatikan contoh-contoh kompleks, terlihat bahwa suatu kompleks selalu terjadi
dari sebuah ion logam yang dinamakan ion negatif atau molekul. Sedangkan yang
dinamakan Ligand (dari kata latin ligare = mengikat) . Jumlah ligand ini berbeda-beda
dari dua
sampai delapan. Jumlah ikatan dengan ligand itu disebut bilangan koordinasi yang
biasanya merupkan bilangan genap terutama bernilai 4 atau 6. Ion logam univalen
biasanya mempunyai bilangan koordinasi dua.

Muatan sebuah kompleks dapat positif (+), negatif (-) atau nol (0). Muatan tersebut
merupakan jumlah muatan inti dan semua ligand yang diikatnya. Ligand yang
mempunyai satu atom donor pasangan elektron (missal I¯ dan CN¯) monodentat atau
unidentat, sedang Ligand yang mempunyai atom donor lebih dari satu disebut poli- atau
muktidentat, bidentat kalau punya dua donor, terdentat bila 3, kuadridentat, pentedentat,
6
heksadentat, dst.

Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan
pembentukan (formosi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit
terdisosiasi. Kompleks yang bermaksud disini adalah kompleks yang dibentuk melalui
reaksi ion logam, sebuah katian, dengan sebuah anion atau molekul netral.

Titrasi kompleksometri yang berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion


kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi
dimana titran dan titrat saling mengkompleks membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-
reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang
cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.

Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan tinggi, selain


titrasi kompleksometri yang dikenal sebagai kelartometri seperti yang menyambut
penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan (polidentat).
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH= 10 EDTA. Sebagian besar
titrasi kompleksometri mempergunakaan indikator yang juga bertindak sebagai
pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat (Khopar,
2012).

Masking atau penutup adalah suatu proses diamana suatu zat dapat dirubah sedemikian
rupa sehingga tidak dapat lagi ikut dalam suatu reaksi. Dimasking adalah suatu peristiwa
dimana zat yang dimasking dikembalikan dalam keadaan semula.

Beberapa kation dalam campuran sering dimasking sehingga dapat lagi bereaksi dengan
EDTA atau indicator. Sebagai masking yang terkenal adalah ion CN¯ yang memberi
kompleks sianida yang stabil dengan kation Cd, Zn, Mg2+, Cu, Ni, Ag atau Pt.
Kompleks. sianida dengan Zn dapat dimasking dengan larutan formal dehida, asam
asetat, atau kloral hidrat. Penambahan thioglycolat akan bereaksi dengan Hg dan Cu
hingga tidak dapat membentuk kompleks lagi dengan EDTA. Jadi Zn bila tercampur
dengan Hg dan Cu dapat dititrasi secara kompleksometri.

NH4F dapat menutup (masking Ca, Hg dan Al) hingga Zn dalam campuran dengan Ca,
Hg, dan Al setelah ditambah dengan NH4F dapat dititrasi dengan EDTA tanpa terganggu
oleh Ca, Hg dan Al.

Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah
satu jenis asam amino polikarboksilat. EDTA sebenaranya adalah ligan seksidentat yang
dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus
karboksil- nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom
koordinasi permolekul, misalnya asam 1,2- diaminoetanatetraasetat
(asametilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang
dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul. Suatu EDTA dapat membentuk
senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA
merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi
7
protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan
spesies seperti CuHY– . Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan
tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada
dalam larutan tersebut.

Indikator dalam titrasi kompleksometri tidak berubah karena perubahan pH, tidak juga
karena daya oksidasi titrat berubah, akan tetapi karena perubahan pM (M adalah khelat
logam). (Roth 1988). Syarat-syarat indikator logam, yaitu:
1. Reaksi warnanya harus sensitif, dengan kepekaan yang besar terhadap logam.
2. Perubahan warna pada titik ekivalen tajam
3. Perbedaan warna dari indikator bebas dengan indikator kompleks harus mempunyai
kestabilan yang efektif dimana pH titrasi tidak boleh tidak teroksidasi dan
tereduksi.
4. Kestabilan kompleks logam indikator harus cukup.
5. Ikatan senyawa logam EDTA harus lebih kuat dari pada logam- logam indikator.
Artinya ikatan logam – logam Indikator logamnya harus dapat direbut oleh EDTA.
Beberapa indikator yang paling banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri:

1. Eriochrom Black-T (EBT)


Digunakan pada daerah pH 7 – 11. Suatu kelemahan dari EBT bahwa larutannya
tidak stabil, bila disimpan akan terjadi peruraian secara lambat,sehingga setelah
janka waktu tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Suatu kesulitan yang dialami
indikator metalokromik adalah pembentukan kelat dengan logam yang tidak
reversibel atau terlalu kuat. Bila hal ini terjadi maka tidak dapat terjadi
perubahan warna dan indikator kehilangan fungsinya. Kejadian ini disebut
blocking indikator. Mengalami blocking dengan Fe³+. Merupakan asam lemah,
tidak stabil dalam air karena senyawa organik ini merupakan gugus sulfonat
yang mudah terdisosiasi sempurna dalam air dan mempunyai 2 gugus fenol yang
terdisosiasi lambat dalam air.

Penggunaan : Penentuan kadar Ca, Mg, Cd, Zn, Mn, Hg.

2. Murexide
Merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca2+, pada pH=12.

3. Jingga Xylenol
Kompleks dengan logam memberikan warna merah.

4. Calmagite
Dapat digunakan sebagai pengganti EBT, karena calmagite lebih stabil, daerah
terjadinya pada pH 8,1-12,4 dan warna indikator bebasnya biru. Mengalami
blocking dengan Cu, Ni, Fe³+, dan Al.

5. Arzenazo
Digunakan untuk Ca maupun Mg, juga baik untuk titrasi Pb(IV) dengan EDTA.
Keuntungan menggunakan indikator ini adalah : Tidak mengalami blocking
8
oleh Cu(II) dan Fe(III) dalam jumlah kecil. Bereaksi cepat sehingga terjadinya
perubahan warna juga lebih cepat.

6. NAS
Digunakan pada daerah pH 3-9. Dalam larutan yang sangat asam NAS berwarna
merah violet pada pH 3,5 keatas berwarna merah jingga. Penggunaan NAS
cukup luas dan dianjurkan untuk titrasi Cu, Co(II), Cd, Ni, Zn, Al dengan
EDTA.

7. Calcon
Calcon merupakan garam natrium dari Eriochrome Blue Black R, yang disebut
juga Pontachrome Blue Black R. Molekul indikator berwarna hijau dan hanya
terdapat dalam larutan asam kuat. Pada pH 7 sampai 10 berwarna merah,
kemudian biru sampai pH 13,5 dan diatasnya jingga. Kelat Calcon dengan logam
berwarna merah dan ternyata sangat cocok untuk titrasi Ca pada pH 12,5 – 13
tanpa terganggu oleh Mg. Perubahan warna dari merah menjadi biru. Dengan
indikator ini maka dapat ditentukan kesadahan air yang disebabkan oleh Ca saja
tidak termasuk kesadahan oleh Mg.

Beberapa indikator logam sering menglami penguraian apabila dilarutkan dalam air.
Sehingga stabilitas di dalam larutan rendah sekali. Oleh karena itu, dalam prakteknya
sering dibuat pengenceran dengan NaCl atau KNO3 dengan perbandingan 1:500.

Macam-macam titrasi yang sering digunakan dalam kompleksometri, antara lain:


1. Titrasi langsung yaitu titrasi yang biasa digunakan untuk ion-ion yang
tidak mengendap pada pH titrasi, reaksi pembentukan kompleksnya berjalan
cepat. Contoh : penentuannya ialahuntuk ion-ion Mg, Ca, dan Fe.

2. Titrasi kembali yaitu titrasi yang digunakan untuk ion-ion logam yang
mengendap pada pH titrasi,reaksi pembentukan kompleksnya berjalan lambat.
Contoh : penentuannya ialah untukpenentuan ion Ni.

3. Titrasi penggantian atau titrasi substitusi adalah titrasi yang ini digunakan untuk
ion-ion logam yang tidak bereaksi sempurna dengan indikator logam yang
membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion logam
lainnya. Contoh : penentuannya ialah untuk ion-ion Ca dan Mg.

4. Titrasi tidak langsung


Titrasi ini dilakukan dengan cara, yaitu :
a. Titrasi kelebihan kation pengendap (misalnya penetapan ion sulfat, dan
fosfat).
b. Titrasi kelebihan kation pembentuk senyawa kompleks (misalnya penetapan
ion sianida).

Aplikasinya banyak digunakan dalam farmasi ,metode ini banyak digunakan dalam
9
penetapan kadar MgSO4 yang digunakan sebagai laksativum atau ZnO yang digunakan
sebagai antiseptik.

Pada bidang industri digunakan untuk menjernihkan air atau yang sering disebut dalam
penggunaannya di bidang industry adalah water treatment. Dan untuk menentukan
kesadahan air sumur, sungai, dan lain-lain

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling


mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak,
tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,
sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Ligan (dari kata latin ligare =
mengikat). Jumlah ikatan dengan ligan itu disebut bilangan koordinasi yang biasanya
merupakan bilangan genap terutama bernilai 4 atau 6. Kestabilan termodinamik dari
suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain
pada kondisi-kondisi tertentu, jika sistem itu dibiarkan mencapai keseimbangan.
Pengaruh pH jika terlalu asam maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan dan
menyebabkan terbentuknya senyawa kompleks, jika suasana terlalu basa maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri dan membentuk endapan. Jenis titrasi
kompleksometri antara lain titrasi langsung, titrasi tidak langsung, titrasi kembali dan
titrasi penggantian.Kesadahan di bedakan menjadi dua yaitu kesadahan tetap dan
kesadahan sementara.

B. SARAN
Disarankan agar pembaca tidak hanya mengambil informasi melalui makalah
ini saja, karna masih banyak informasi tentang Komplexometri di tempat yang lain.

11
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J, et al. 2014. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta

Christian, Gary. D. 2014. Analytical Chemistry. University of Washington,


United States of America.

Hidayanti, A. 2010. Penetapan Kadar Senyawa Kalsium (Ca) pada Pasta Gigi.
Jurnal Kimia. Vol 02. No 01. Hal 43-47.

Khopar, 2012. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press, Jakarta. Khopkar, S. M.


1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press: Jakarta. Khopkar, S. M. 1999.

Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta. Sodiq, I.M. 2015. Kimia AnalitikI.
Universitas Negeri Malang,Malang.

Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. EGC. Jakarta.

Watson, David. 2000. Pharmaceutical Analysis A Textbook For Pharmacy


Students and Pharmaceutical Chemist. University of Strathclyde. Glasgow UK

12

Anda mungkin juga menyukai