Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PRAKTIKUM

VOLUMETRI
“IODO-IODIMETRI”

OLEH :
1. SITI NUR LAILA QADRIANTY
2. SITI RASKIAH NUR PRATIWI
3. SYAHRI SAFITRA KELIMUTU
4. TRI WAHYUNI
5. WANGI KHUMAIRAH ININNAWA. H
6. WAODE NUR FITRI HANDAYANI

SMK-SMAK MAKASSAR
2019-2020
KATA PENGANTAR 

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan saya
kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini, dan juga kiranya patut saya ucapkan
terima kasih kepada guru pembimbing yakni Trisna muliawan, Fatmawati alamsyah, I ketut
suryawirawan, dalam makalah ini saya membahas tentang ‘’Analis Volumetri’ terkait dengan
iodo-iodimetri dengan ini, saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan
pengalaman yang kami miliki sebagai siswa. Namun demikian, banyak pula pihak yang telah
membantu saya dan memberikan pemikiran serta solusi untuk pemecahan masalahkami .
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini di
waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan
bagi pembaca umumnya. 

Makassar, 8 April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG ..........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................2
C. TUJUAN................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. TITRASI REDOKS...............................................................................................3
a. Pengertian titrasi redoks..................................................................................3
b. Prinsip titrasi redoks........................................................................................3
B. IODO-IODIMETRI...............................................................................................5
C. PRINSIP IODO-IODIMETRI...............................................................................5
D. STANDARISASI LARUTAN IODIN..................................................................7
E. NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN....................................................8
F. INDIKATOR IODO-IODIMETRI........................................................................8
BAB III CONTOH-CONTOH PENETAPAN DALAM IODO-IODIMETRI........11
1. Pembuatan larutan natrium tiosulfat 0,1N...........................................................11
2. Penetapan kenormalan Na2S2O3 0,1N dengan bahan baku kalium dikromat......11
3. Penetapan kenormalan larutan Na2S2O3 0,1N bahan baku kalium iodat.............12
4. Pembuatan larutan iod 0,1N................................................................................12
5. Penetapan kenormalan larutan iod 0,1N dengan larutan Na2S2O3 0,1N.............13
6. Penetapan kadar tembaga (II) dalam terusi, CuSO4.5H2O (CARA DE HAEN). 13
7. Penetapan kadar tembaga (II) dalam terusi, CuSO4.5H2O (CARA BRUNNS)...14
8. Penetapan kadar besi (III) dalam feri..................................................................15
9. Penetapan kadar H2O2 dalam perhidrol (hidrogen peroksida).............................15
10. Penetapan kadar sulfit dalam natrium sulfit........................................................16
BAB IV PENUTUPAN .................................................................................................17
A. KESIMPULAN...................................................................................................17
DAFTAR ISI..................................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ilmu kimia adalah ilmu mempelajari tentang komposisi, struktur dan sifat kimia
atau materi berdasarkan perubahan yang menyertai terjadinya reaksi kimia serta dapat
menjelaskan proses atau reaksi yang ditimbulkan dari kejadian tersebut misalnya
terjadi perubahan materi dan energi.

Pada percobaan volumetri, penentuan dilakukan dengan jalan titrasi yaitu, suatu
proses di mana larutan baku (dalam bentuk larutan yang telah diketahui
konsentrasinya) ditambahkan sedikit demi sedikit dari sebuah buret pada larutan yang
ditentukan atau yang dititrasi sampai keduanya bereaksi secara sempurna dan
mencapai jumlah equivalen larutan baku sama dengan nol equivalen larutan yang
dititrasi dan titik titrasi ini dinamakan titik equivalen atau titik akhir titrasi.

Kimia analitik pada dasarnya menyangkut penentuan komposisi kimiawi suatu


materi. Dahulu hal tersebut adalah tujuan utama seseorang ahli kimia analitik. Tetapi
dalam kimia analitik modern, aspek-aspeknya juga meliputi identifikasi suatu zat,
elusidusi struktur dan analisa kuantitatif komposisinya.

Titrasi redoks merupakan titrasi terhadap larutan analit berupa reduktor atau
oksidator dengan titran berupa larutan dari zat standar oksidator atau reduktor. Prinsip
yang digunakan dalam titrasi redoks adalah reaksi reduksi oksidasi atau dikenal
dengan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan dan
pelepasan elektron, sehingga terjadi perubahan bilangan oksidasi.

Titrasi redoks terdiri dari beberapa jenis. Penggolongan jenistitrasi redoks


berdasarkan pada jenis oksidator maupun reduktor yang digunakan sebagai titran atau
larutaan standar. Kelima jenis titrasi redoks tersebut adalah permanganometri (Larutan
standar KmnO4), Bikromamometri (Larutan standar K2Cr2O7), Bronatometri (Larutan
standar KBrO3), serta Iodimetri (Larutan standar I2), dan Iodometri (Larutan standar
Na2S2O3).

1
Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan
pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika
dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan
stoikometri yang sederhana pelaksanannya praktis dan tidak benyak masalah dan
mudah.

Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan
tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar zat-zat oksidator
secara langsung, seperti yang kadar terdapat dalam serbuk vitamin C.

Titrasi tidak langsung iodometri iodometri dilakukan terhadap zat-zat oksidator


berupa garam-garam besi (III) dan tembaga sulfat dimana zat-zat oksidator ini
direduksi dahulu dengan KI dan iodin dalam jumlah yang setara dan ditentukan
kembali dengan larutan natrium tiosulfat baku. Titrasi Iodometri digunakan untuk
menentukan kadar dari zat-zat uji yang bersifat reduktor dengan titrasi langsung,
sedangkan untuk iodimetri adalah kebalikannya.

Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukankadar zat-zat yang
mengandung oksidator misalnya Cl, Fe (III), Cu (II) dan sebagainya, sehingga
mengetahui kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya. Adapun dalam
farmakope Indonesia, titrasi iodometri digunakan untuk menetapkan kadar dari Asam
Askorbat, Natrium Askorbat, Metampiron (Antalgin), NatriumTiosulfat dan lain-lain.

Iodometri dan iodimetri sendiri, paling sering digunakan dalam metode titrasi
redoks karena selain larutan standar yang dipakai mudah untuk didapatkan, dalam
pengerjaanya juga tidak membutuhkan waktu yang lama, sehingga lebih memudahkan
untuk mengetahui penentuan kadar dari suatu sampel.

Titrasi yang paling sering digunakan adalah iodometri dan iodimetri. Titrasi
iodometri atau tak langsung merupakan titrasi terhadap larutan analit dengan larutan
natrium tiosulfat sebagai larutan standar, sedangkan titrasi iodimetri atau secara
langsung merupakan titrasi terhadap larutan analit dengan larutan iodin sebagai larutan
standar (titran) dengan menggunakan indikator amilum.

2
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan titrasi redoks
2. Apa yang dimaksud dengan iodo-iodimetri?
3. Bagaimana prinsip iodo-iodimetri ?
4. Bagaimana standarisasi larutan iodin?
5. Bagaimana natrium tiosulfat sebagai titran?
6. Bagaimana standarisasi larutan tiosulfat?
7. Indikator yang digunakan untuk iodo-iodimetri?
8. Contoh-contoh penetapan ioio-iodimetri?
9. Rumus perhitungan yang digunakan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang titrasi redoks
2. Untuk mengetahui tentang iodo-iodimetri
3. Untuk mengetahui prinsip iodo-iodimetri
4. Untuk mengetahui standarisasi larutan iodin
5. Untuk mengetahui natrium tiosulfat sebagai titran
6. Untuk standarisasi larutan tiosulfat
7. Untuk mengetahui indikator yang digunakan
8. Untuk mengetahui pentapan dalam iodo-iodimetri
9. Untuk mengetahui rumus yang digunakan dalam penetapan iodo-iodimetri

3
BAB II
TINJAU PUSTAKA

A. Titrasi redoks
a. Pengertian titrasi
Titrasi redoks atau titrasi reduksi oksidasi adalah suatu penetapan kadar
reduktor atau oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana
reduktor akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi. Istilah oksidasi
mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan
bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan
bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan
reduksi memperoleh elektron.Oksidator adalah senyawa di mana atom yang
terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor,
atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi
harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satusama lain.
Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada
atomnya saja.
b. Prinsip titrasi redoks
Titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran dan analit.
Dalam titrasi redoks biasanya digunakan potensiometri untuk mendeteksi titik
akhir, namun ada pula yang menggunakan indikator yang dapat berubah
warnanya dengan adanya kelebihan titran yang digunakan.
Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi
persyaratan umun sebagai berikut:
1. Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi
pertukaran elektron secara stokhiometri.
2. Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara teratur
(kesempurnaan 99%).
3. Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.

4
B. Iodo-iodimetri
Iodometri merupakan cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodida
sebagai pentiter. Sedangkan iodimetri merupakan cara titrasi redoks yang
menggunakan larutan iodium sebagai pentitar.
Iodometri disebut juga metode titrasi tak langsung yang berkenaan dengan
titrasidari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Sedangkan iodimetri
merupakan metode titrasilangsung yang mengacu pada titrasi dengan suatu larutan
iod standar.
Diantara sekian banyak contoh teknik atau cara dalam analisis kuantitatif
terdapatdua cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi
iodium yaitu secaralangsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri
(digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat
dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya). Namun, metode iodimetri ini
jarang dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah.
Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri(oksidator yang dianalisis
kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang
selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan
natrium tiosilfat standar atau asam arsenit.
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri)
danion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat
merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung
dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi
banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida,
dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida
ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan
iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara
iodium dan tiosulfat berlangsung secara sempurna.

C. Prinsip iodo-iodimetri
Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat
bereaksi dengan I- (iodida) untuk menghasilkan I2, I2 yang terbentuk secara
kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka
titrasi iodometri dapat dikategorikan sebagai titrasi kembali.

5
Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika
direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titran, hal ini
disebabkan karena faktor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indikator yang
dapat dipakai untuk iodida. Oleh sebab itu titrasi kembali merupakan proses titrasi
yang sangat baik untuk titrasi yang melibatkan iodida. Senyawa iodida umumnya
KI ditambahkan secara berlebih pada larutan oksidator sehingga terbentuk I2. I2
yang terbentuk adalah ekuivalen dengan jumlah oksidator yang akan ditentukan.
Jumlah I2 ditentukan dengan menitrasi I2 dengan larutan standar tiosulfat
(umumnya yang dipakai adalah Na2S2O3) dengan indikator amilum, jadi
perubahan warnanya dari biru tua kompleks amilum-I2 sampai warna ini tepat
hilang.
Reaksi yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan iodat adalah sebagai
berikut:
IO3- + 5 I- + 6H 3I2 + 3H2O
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-
Jadi, prinsip dasar dari titrasi iodometri adalah zat uji (oksidator)
mula-mula direaksikan dengan ion iodida berlebih, kemudian iodium yang
dihasilkan dititrasi dengan larutan tiosulfat.
Oksidator + KI → I2 + 2e
I2 + Na2S2O3 NaI + Na2S4O6
Sedangkan prinsip dasar dari titrasi iodimetri adalah zat uji (reduktor) langsung
dititrasidengan larutan iodium. dimana I2 sebagai larutan standardnya. Dalam
kebanyakan titrasi langsung dengan iod (iodimetri), digunakan suatu larutan iod
dalam kalium iodida, dan karena itu spesi reaktifnya adalah ion tri-iodida, I3- Untuk
tepatnya, semua persamaan yang melibatkan reaksi-reaksi iod seharusnya ditulis
dengan I3- dan bukan dengan I2, misalnya:
I3- + 2S2O32- 3I- + S4O62-
akan lebih akurat daripada:
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-

6
D. Standarisas larutan iodin
Iodin hanya larut sedikit dalam air (0,00134 mol/liter pada 25˚C) namun larut
dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iodin membentuk kompleks triiodida
dengan iodida,
I2 + I - I3-
Dengan konstanta kesetimbangan sekitar 710 pada 25˚C. kalium iodida berlebih
ditambahkan untuk meningkatkan kelarutan dan untuk menurunkan keatsirian
iodin.
Larutan-larutan iodin standar dapat dibuat melalui penimbangan langsung iodin
murnidan pengenceran dalam labu volumetrik. Iodin akan dimurnikan
oleh sublimasi dan ditambahkan ke dalam larutan KI yang konsentrasinya
diketahui yang ditimbang secara akurat sebelum dan sesudah penambahan iodin.
Namun demikian, biasanya larutan tersebutdistandarisasi terhadap larutan standar
primer seperti As 2O3. Kekuatan reduksi dari HAsO2 tergantung pada pH, seperti
yang ditunjukkan oleh persamaan di bawah :
HAsO2 + I2 + 2H2O H3AsO4 + 2H+ + 2I-
Nilai konstanta kesetimbangan untuk reaksi ini adalah 0,17; karena itu reaksi ini
tidak berjalan sampai selesai pada titik ekivalen. Namun demikian, jika konsentrasi
ion hidrogen diturunkan, reaksi dipaksa bergeser ke kanan sehingga bisa digunakan
untuk titrasi. Biasanya larutannya disangga pada pH sedikit diatas 8 menggunakan
natrium bikarbonat.
Kelemahan larutan iod adalah :
1. Larutan iod adalah oksidator lemah, tak stabil karena mudah menguap.
2. Dapat mengoksidasi karet, gabus dan zat-zat organik lainnya.
3. Dipengaruhi oleh udara dengan reaksi sebgai berikut :
4I- + O2 + 4H 2I2 + 2H2O
4. Tidak dapat dilakukan pada suasana basa yakni pada Ph > 9 karena akan
terjadireaksi :
I2 + OH- HOI + 2H2O
3HOI + 3OH- 2I- + IO3- + 3H2O

7
E. Natrium tiosulfat sebagai titran
Larutan standar yang umum digunakan dalam proses iodometri adalah
natrium tiosulfat. Natrium tiosulfat biasanya dibeli sebagai pentahidrat, Na2S2O3.
5H2O dan larutan-larutannya distandarisasi terhadap sebuah larutan primer.
Larutan-larutan tersebut tidak stabildalam jangka waktu lama, sehingga
boraks atau natrium karbonat sering ditambahkan sebagai bahan pengawet.
Iodin mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat :
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-
Reaksinya berjalan cepat, sampai selesai dan tidak ada reaksi sampingan. Berat
ekivalendari Na2S2O3. 5H2O adalah berat molekularnya, 248,17; karena satu
elektron per satu molekulhilang. Jika pH dari larutan diatas 9, tiosulfat teroksidasi
secara parsial menjadi sulfat :
4I2 + S2O32- + 5H2O 8I- + 2SO42- + 10H+
Dalam larutan yang netral atau sedikit alkalin, oksidasi menjadi sulfat tidak
muncul, terutamajika iodin digunakan sebagai titran. Banyak agen
pengoksidasi kuat, seperti garam permanganat, garam dikromat, dan garam
serium (IV), mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat,namun reaksinya tidak
kuantitatif.

F. Indikator iodo-iodimetri
Larutan I2 dalam larutan KI encer berwarna coklat muda. Bila 1 tetes larutan I2
0,1 N dimasukkan kedalam 100 ml aquadest akan memberikan warna kuning muda,
sehingga dapat dikatakan bahwa dalam suatu larutan yang tidak berwarna
I2 dapat berfungsi sebagai indikator. Warna dari larutan iodin 0,1N cukup intens
sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga
memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon
tetraklorida dan kloroform dan terkadang kondisi ini digunakan untuk mendeteksi
titik akhir titrasi. Namun demikian, suatu larutan (penyebaran koloidal) dari kanji
lebih umum digunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodin-kanji
bertindak sebagai tes yang sensitif untuk iodin.
Komponen utama kanji yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa memiliki rantai
lurus dan memberikan warna biru jika bereaksi dengan iodium. Amilopektin

8
memiliki rantai bercabang dan memberikan warna merah violet jika bereaksi
dengan iodium.
Keuntungan penggunaan kanji adalah harganya murah, sedangkan kerugiannya
adalah tidak mudah larut dalam air dingin, tidak stabil pada suspensi dengan air,
karenanya dalam proses pembuatannya harus dibantu dengan pemanasan.
Penambahan indikator kanji sebaiknya dilakukan pada saat medekati titik akhir
titrasi karena iod dengan kanji membentuk kompleks yang berwarna biru yang
tidak larut dalam air dingin sehingga dikhawatirkan mengganggu penetapan titik
akhir titrasi. Karena adanya kelemahan ini, dianjurkan pemakaian kanji natrium
glukonat yang mana indikator ini tidak higroskopis, cepat larut dan stabil dalam
penyimpanan, tidak membentuk kompleks yangtidak larut dengan iodium sehingga
boleh ditambahkan pada awal titrasi dan titik akhir jelas, reprodusibel dan tidak
tiba-tiba. namun indikator ini harganya mahal.
Mekanisme reaksi indikator kanji adalah sebagai berikut :
Iodimetri : Amilum (tak berwarna) + I2 iod-amilum (biru)
Iodometri : Iod-amilum (biru) + Na2S2O3 2NaI + Na→2S4O6 + amilum (tak
berwarna)
Perbedaan dari iodometri dan iodimetri berdasarkan perbedaan warna pada
titik ekivalennya adalah : pada iodometri perubahan warna pada titik ekivalen (TE)
dari biru menjadi tak berwarna, sedangkan pada iodimetri perubahan warna pada
titik ekivalen (TE) dari tak berwarna menjadi biru.
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Pada Titrasi Secara Iodometri
1. Reaksi iodometri dilakukan dalam suasana asam sedikit basa (pH<8), jika
terlalubasa, maka akan terjadi reaksi:
I2 + 2OH- → IO-(ion hipoiodit) + I- + H2O
3IO à 2I- + IO3-(ion iodat)
Sehingga volume tiosufat (titran) berkurang, kesalahan sampai 4% terjadi
pada pH sekitar 11,5
2. Larutan kanji yang telah rusak akan memberi warna violet yang sulit hilang
warnanya, sehingga akan mengganggu penitaran.
3. Pemberian kanji terlalu awal, dapat menyebabkan iodium menguraikan
amilum dan hasil peruraian mengganggu perubahan warna pada titik akhir.

9
4. Penambahan KI harus berlebih, karena I2 yang dihasilkan sukar larut dalam
airtetapi mudah larut dalam KI, jadi KI yang ditambahkan selain mereduksi
analit juga melarutkan I2 hasil reaksi.
5. Larutan tiosulfat (H2S2O3) dapat terdekomposisi, pada suasana yang sangat
asam dapat menguraikan larutan tiosulfat menjadi belerang

10
BAB III
CONTOH-CONTOH PENETAPAN IODO-IODIMETRI

1. Pembuatan Larutan Natrium Tiosulfat 0.1 N


 Tujuan Penetapan : Untuk mengetahui cara pembuatan larutan Natrium Tiosulfat 0.1
N
 Dasar Prinsip : Dengan mengetahui jumlah zat terlarut dan pelarut, konsentrasi
larutab dapat dihitung.
 Cara Kerja :
- Ditimbang 2,482 gram tio, dilarutkan dengan air suling ke dalam labu ukur 100
ml di impitkan hingga tanda garis dan dihomogenkan.
 Perhitungan :
G = L x N x BE Na2S2O3
= 0,1 L x 0,1 Eq/L x 248,2 G/Eq
= 2,482 gram

2. Penetapan Kenormalan Na2S2O3 0.1 N dengan bahan baku kalium dikromat


 Tujuan Penetapan : Untuk mengetahui kenormalan Na2S2O3 0.1 N dengan bahan baku
kalium dikromat
 Dasar prinsip : Dalam suasana asam, kalium dikromat akan mengoksidasikan kalium
iodida, membentuk garam krom berwarna hijau dan dibebaskan iod yang berasal dari
kalium iodida. Kemudian iod bebas ini dapat dititar dengan larutan standar natrium
tiosulfat (larutan tio) dengan menggunakan indikator amilum/kanji
 Reaksi
K2Cr2O7 + 6KI + 14 HCl  2CrCl3 + 8KCl + 3I2 + 7H2O
I2 + 2Na2S2O3  2NaI + Na2S4O6
 Cara Kerja :
- Ditimbang 0.5 gram kalium dikromat p.a, dilarutkan dengan air suling dalam
labuukur 100 ml, diencerkn hingga tanda garis dan dihomogenkan.
- Dipipet 25 ml larutan kedalam erlenmeyer asah 300 ml yang berisi 10 ml larutan KI
20% dan 25 ml larutan HCl 4 N. Kemudian diencerkan sampai 100 ml.

11
- Larutan dititar dengan larutan Na2S2O3 0.1 N. Setelah larutan menjadi kuning muda,
ditambahkan 1 ml larutan kanji sebagai indikator. Penitaran diakhiri bila warna
larutan berubah dari biru menjadi hijau muda.
 Perhitungan :
N Na S O = mg kalium dikromat
2 2 3

fp x V x 49

3. Penetapan Kenormalan Na2S2O3 0.1 N dengan bahan baku kalium iodat


 Tujuan Penetapan : Untuk mengetahui kenormalan Na2S2O3 0.1 N dengan bahan baku
kalium iodat
 Dasar prinsip : Dalam suasana asam, kalium iodat akan mengoksidasikan kalium
iodida menjadi iod bebas yang kemudian dapat dititar dengan larutan baku Na2S2O3.
 Reaksi
KIO3 + 5KI + 6HCl  6KCl + 3I2 + 3H2O
I2 + 2Na2S2O3  2NaI + Na2S4O6
 Cara Kerja :
- Ditimbang 0.5 gram kalium iodat p.a, dilarutkan dengan air suling dalam labuukur
100 ml, diencerkn hingga tanda garis dan dihomogenkan.
- Dipipet 25 ml larutan kedalam erlenmeyer asah 300 ml yang berisi 10 ml larutan KI
20% dan 25 ml larutan HCl 4 N.
- Iod yang bebas dititar dengan larutan Na2S2O3 0.1 N hingga warna menjadi kuning
muda. Lalu dibubuhi indikator kanji, penitaran diteruskan hingga larutan tidak
berwarna biru lagi.
 Perhitungan :
N Na S O = mg kalium iodat
2 2 3

fp x V x 35,7

4. Pembuatan Larutan Iod 0.1 N


 Tujuan Penetapan : Untuk mengetahui cara pembuatan larutan Iod 0.1 N
 Dasar Prinsip : Dengan mengetahui jumlah zat terlarut dan pelarut, konsentrasi
larutan dapat dihitung.
 Cara Kerja :
- Ditimbang 12,7g Iod dalam Erlenmeyer asah, ditambahkan 40g KI dan 25 mo air
suling, kemudian dikocok hingga Iod larut semuanya.

12
- Larutan dimasukkan kedalam labu ukur 1L. Diencerkan dengan air sulin,
diimpitkan hingga tanda miniskus dan dihomogenkan.
 Perhitungan :
G = L x N x BE iod
= 0,1 L x 0,1 Eq/L x 126,9 G/Eq

5. Penetapan Kenormalan Larutan Iod 0,1N Dengan Larutan Na2S2O3 0,1 N


 Tujuan Penetapan : Untuk mengetahui kenormalan larutan iod 0,1 N dengan larutan
Na2S2O3 0,1 N
 Dasar Prinsip : Natrium tiosulfat sebagai pereduksi kuat akan bereaksi dengan iod secara
sempurna serta cepat. Demikian pula dengan keadaan asam.
 Reaksi : I2 + 2 Na2S2O3  2 NaI + Na2S4O6
 Cara Kerja `:
- Dipipet 25 ml larutan kedalam erlenmeyer asah 300 ml lalu diencerkan hingga 100 ml.
- Larutan ini dititar dengan larutan Na2S2O3 0.1 N hingga larutan berwarna kuning. Lalu
ditetesi larutan kanji dan penitaran dilanjutkan perlahan-lahan hingga warna biru hilang.
 Perhitungan :
N Iod = V X N
25

6. Penetapan Kadar Tembaga (II) dalam terusi, CuSO4.5H2O (cara de haen)


 Tujuan Penetapan : Untuk mengetahui Kadar Tembaga (II) dalam terusi,
CuSO4.5H2O (cara de haen)
 Dasar prinsip : Tembaga (II) mengoksidasikan KI menjadi iod bebas. Reaksi tersebut
merupakan reaksi bolak-balik, tetapi arahnya akan bergeser ke kanan, karena KI
yang dipergunakan berlebihan. Tembaga (II) iodida yang terbentuk hampir tidak
dapat larut dan iod yang dibebaskan dititar dengan larutan Na2S2O3
 Reaksi :
2 CuSO4 + 4 KI 2 K2SO4 + 2 CuI2
2CuI2 Cu2I2 + I2
I2 + 2 Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6
 Cara Kerja :
- Ditimbang 1 gram CuSO4.5H2O dilarutkan ke dalam labu ukur 100 ml diencerkan
dengan air suling diimpitkan hingga tanda garis dan dihomogenkan.

13
- Dipipet 25 ml larutan ini kedalam erlenmeyer asah 300 ml, yang berisi 10 ml H2SO4
4 N ,5 ml KI 20% dan diencerkan dengan 50 ml H2O
- Dititar dengan larutan Na2S2O3 0.1 N yang telah distandarisasi hingga berwarna
kuning muda, setelah berwarna kuning muda ditambahkan kanji
- Penitaran di lanjut hingga warna biru hilang , lalu dikocok selama -+ hingga
berwarna putih keruh.
 Perhitungan
%Cu = fp x VTIO x NTIO x BE Cu x 100 %
mg contoh

7. Penetapan Kadar Tembaga (II) dalam terusi, CuSO4.5H2O (cara brunns)


 Tujuan Penetapan : Untuk mengetahui Kadar Tembaga (II) dalam terusi,
CuSO4.5H2O (cara brunns)
 Dasar prinsip : Bila tembaga (II) direaksikan dengan kalium rodanida akan menjadi
tembaga (II) rodanida yang berwarna hitam dan dapat mengoksidasikan KI menjadi
iod bebas. Reaksi inj bukan reaksi keseimbangan sehingga tidak diperlukan KI yang
berlebihan. Tembaga (II) rodanida yang terbentuk dan berwarna lembayung muda
sedikit menyulitkan pengamatan titik akhir. Penitaran Iod bebas dititar dengan
larutan Na2S2O3 ( biru menjadi lembayung muda)
 Reaksi :
CuSO4 + 2KCNS  Cu(CNS)2 + K2SO4
2 Cu(CNS)2 + 2KI  Cu2(CNS)2 + 2KCNS + I2
I2 + 2Na2S2O3  2NaI + Na2S4O6
 Cara Kerja :
- Ditimbang 1 gram CuSO4.5H2O dilarutkan ke dalam labu ukur 100 ml diencerkan
dengan air suling diimpitkan hingga tanda garis dan dihomogenkan.
- Dipipet 25 ml larutan ini kedalam erlenmeyer asah 300 ml, yang berisi 10 ml H2SO4
4N, dan 5 ml KI 20%
- Iod bebas dititar dengan larutan Na2S2O3 0.1 N dan sebagai indikator dipergunakan
larutan kanji.
 Perhitungan
%Cu = fp × v × N × 63,5 mg/meq. ×100%
Mg contoh

14
8. Penetapan Kadar Besi (III) Dalam Garam Feri
 Tujuan Penetapan : Untuk mengetahui kadar besi (III) dalam garam feri
 Dasar Prinsip : Dalam suasana asam, garam feri akan mengoksidasikan KI
menjadi iod bebas, yang kemudian dapat dititar dengan larutan Na 2S2O3. Reaksi yang
pertama merupakan kesetimbangan, tetapi dalam lingkungan asam dan dengan
penambahan KI yang berlebihan, reaksi ini akan bergeser ke kanan. Pengaruh oksigen
harus dihilangkan terlebih dahulu dengan gas CO2.
 Reaksi :
2FeCl3 + 2 KI  2 FeCl2 + 2 KCl + I2
I2 + Na2S2O3  2 NaI + Na2S4O6
 Cara Kerja :
- Ditimbang 2 gram contoh feriklorida dan dilarutkan dengan aquadest ke dalam labu ukur
100 ml, diencerkan dengan air suling diimpitkan hingga tanda garis dan dihomogenkan.
- Dipipet 25 ml larutan ini kedalam erlenmeyer asah 300 ml, dibubuhi 15 ml larutan HCl
4N, 25 ml larutan KI 20% dan 2 gram NaHCO 3. Bila CO2 yang terbentuk sudah cukup
banyak, erlenmeyer ditutup dan dibiarkan selama 10 menit. Selanjutnya ditambahkan 50
ml aquadest.
- Iod yang bebas dititar dengan larutan Na 2S2O3 0.1 N. Sebagai indikator dipergunakan
larutan kanji.
 Perhitungan :
Kadar besi (III) = Fp X V X N X BE Fe X 100 %
mg contoh

9. Penetapan Kadar H2O2 dalam Perhidrol (Hidrogen Peroksida)


 Tujuan: Untuk mengetahui kadar H2O2 dalam Perhidrol (Hidrogen Peroksida).
 Dasar Prinsip: Dalam suasana asam, H2O2 akan mengoksidasikan KI dan iod yang
dibebaskan dapat dititar dengan larutan baku natrium tiosufat. Karena reaksi ini
berlangsung agak lambat, maka untuk mempercepatnya dipergunakan katalis garam
ammonium molibdat.
 Reaksi: H2O2 + 2 KI + H2SO4  2H2O + K2SO4 + I2
 Cara Kerja:

15
- Ditimbang 10 gram contoh larutan H2O2 dalam botol timbang 50 ml. Kemudian
larutan tersebut dibilaskan dengan air suling ke dalam labu ukur 100 ml
diencerkan dan diimpitkan sampai tanda garis dan dihomogenkan.
- Dipipet 10 ml larutan contoh ke dalam erlenmeyer asah 300 ml yang berisi 10 ml
larutan H2SO4, 20 ml larutan KI 20%, 4-5 tetes larutan ammonium molibdat 3%
dan 25 ml air suling.
- Larutan ini dititar dengan larutan Na2S2O3 0,1 N.
- Penetapan ini diulangi dua kali.

10. Penetapan Kadar Sulfit Dalam Natrium Sulfit


 Tujuan Penetapan : Untuk mengetahui kadar sulfit dalam natrium sulfit
 Dasar Prinsip : Dalam suasana asam, asam sulfit dioksidasikan oleh iod, yang
ditambahkan berlebihan, menjadi H2SO4. Kelebihan iod kemudian dititar dengan
larutan baku Na2S2O3.
 Reaksi :
Na2SO3 + 2 HCl  2 NaCl + H2SO3
H2SO3 + I2  H2SO4 + 2 HI
I2 + Na2SO3  Na2S4O6 + 2 NaI
 Cara Kerja :
- Ditimbang 1 gram contoh natrium sulfit dilarutkan ke dalam labu ukur 100 ml
diencerkan dengan air suling diimpitkan hingga tanda garis dan dihomogenkan.
(aquadest yang digunakan harus dididihkan dahulu untuk mengusir oksigen)
- Dipipet 25 ml larutan ini kedalam erlenmeyer asah 300 ml, yang berisi 10 ml
H2SO4 4 N ,5 ml KI 20% dan diencerkan dengan 50 ml H2O
- Dipipet 25 ml larutan contoh ke dalam larutan iod tersebut. Cara menambahkan
contoh harus sedikit demi sedikit, sambil selalu digoyang-goyangkan.
- Kelebihan iod dititar dengan larutan Na2SO3 0,1 N. Sebagai indicator dipergunakan
larutan kanji
 Perhitungan :
Kadar sulfit = fp X (25 X N1) – (V X N2) X BE SO3 X 100%
mg contoh

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah:
Diantara sekian banyak contoh teknik atau cara dalam analisis kuantitatif
terdapat dua cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi
iodium yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri
sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri. Iodometri merupakan cara titrasi
redoks yang menggunakan larutan iodida sebagai pentiter. Sedangkan iodimetri
merupakan cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentitar.
Prinsip dasar dari titrasi iodometri adalah zat uji (oksidator) mula-mula
direaksikan dengan ion iodida berlebih, kemudian iodium yang dihasilkan dititrasi
dengan larutan tiosulfat. Sedangkan prinsip dasar dari titrasi iodimetri adalah zat uji
(reduktor) langsung dititrasi dengan larutan iodium. dimana I2 sebagai larutan
standardnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad,N.M. 2001. Kamus Kimia Arti dan


Penjelasannya. Jakarta: PT. Gramedia.
Khopkar, S. M. 1989. Konsep Dasar Kimia Analitik .
Jakarta: UI Press.
Matana, Orpa. Nuryani. Dachlia Indahsari. 2019.
Melaksanakan Analisis Volumetri. SMK-SMAK
MAKASSAR. Makassar.
Matana, Orpa. 2019. Kimia Analisis II. SMK-SMAK
MAKASSAR. Makassar.
Underwood, A. L dan Day. 1993. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi V. Jakarta: Erlangga.
https://www.academia.edu/41093323/MAKALAH_REAKSI_REDOKS_SMA
https://id.scribd.com/doc/208693607/Makalah-Iodo-Iodimetri-Kelompok-5
https://www.academia.edu/8737225/TITRASI_REDOKS

18

Anda mungkin juga menyukai