Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sembari
mengangkat tangan, bermohon kiranya memberikan rahmat dan kasih karunia-
Nya serta kelapangan berpikir dan waktu, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan praktikum ini. Dengan judul “Titrasi asam basa ”. Laporan
ini disusun sebagai tugas yang diberikan oleh dosen pengajar mata kuliah “Kimia
analitik”.
Diharapkan pembuatan laporan ini bisa bermanfaat bagi penulis dan bagi para
pembaca dan dapat dijadikan salah satu ilmu yang bermanfaat. Penulis menyadari
masih banyaknya kekurangan dari penulisan hasil laporan ini, kritik dan saran
yang membangun sangat membantu penulis untuk mengurangi segala kekurangan
tersebut kedepannya. Dengan kerendahan hati, penulis berharap laporan ini
bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca. Aamiin.

Gorontalo, 27April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Praktikum.....................................................................................2
1.4 Manfaat Praktikum...................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Pemurnian zat...........................................................................................3
2.2 Garam.......................................................................................................4
2.3 kristalisasi.................................................................................................4
2.4 Uraian bahan.............................................................................................6
BAB III METODE PRAKTIKUM.......................................................................8
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................................8
3.2 Pra Anakitik..............................................................................................8
3.3 Analitik.....................................................................................................8
3.4 Pasca Analitik...........................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................9
4.1 Hasil..........................................................................................................9
4.2 Pembahasan..............................................................................................9
BAB V PENUTUP................................................................................................13
5.1 Kesimpulan.............................................................................................13
5.2 Saran.......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini seringkali kita melihat di laboratorum, bahkan dalam
kehidupan sehari-hari beberapa zat yang tidak murni. cara memurnikan zat
tersebut bisa digunakan berbagai cara. Memperoleh suatu senyawa kimia
dengan kemurnian yang sangat tinggi merupakan hal yang sangat esensi
bagi kepentingan kimiawi. Bila zat tersebut merupakan zat cair maka dapat
dilakukan metode destlasi untyk memurnikannya. Sedangkan jika zat
tersebut berupa padatan, maka tekhnik pemisahan dan pemurnian yang
dilakukan adalah dengan menggunakan metode kristalisasi, namun bila zat
padat tersebut bersifat volatil maka pemurniannya dilakukan dengan
metode sublimasi. Sebagai contoh pada kehidupan sehari-hari adalah
proses pengkristalan garam dari air laut (Didik dkk, 2010).
Proses untuk memperoleh suatu unsur sering kali merupakan proses
panjang yang mungkin terdiri dari beberapa tahap. Proses tersebut dapat
dilakukan dengan cara pemisahan dan pemurnian. Pemurnian zat adalah
proses pemisahan sejumlah zat dari pencemarnya. Berdasarkan wujud dan
sifatnya, pemurnian zat dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
rekristalisasi dan sublimasi untuk zat padat dan destilasi untuk zat cair.
Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur/pencemarnya (Didik dkk,
2010).
Larutan yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat
yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya. Zat campuran
dari hasil reaksi pembuatan preparat yang akan dimurnikan dilarutkan
dalam pelarut yang cocok yang telah dipilih. Sesuai dengan prinsip dan
teknik rekristalisasi tersebut, hal yang menentukan keberhasilannya adalah
memilih pelarut yang tepat. Pelarut yang tepat adalah pelarut yang sukar
melarutkan senyawa pada suhu kamar, tetapi dapat melarutkan dengan baik

1
pada titik didihnya. Kadang-kadang, atau bahkan seringkali, tidak
didapatkan pelarut yang sesuai dengan maupun dalam keadaan dingin, atau
kalau pun ada pelarut yang sukar melarutkan dalam keadaan dingin, ia juga
tidak mampu melarutkan dalam keadaan panas (Didik, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan dari praktikum ini
adalah bagaimana cara memurnikan zat dari pencemarannya?

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memurnikan zat dari
pencemaraannya

1.4 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
mengatahui lebih dalam cara memurnikan zat dari pencemarannya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemurnian zat
Pemurnian zat adalah proses pemisahan sejumlah zat dari
pencemarnya.Berdasarkan wujud dan sifatnya,pemurnian zat dapat
dilakukan dengan berbagai cara,yaitu rekristalisasi dan sublimasi untuk zat
padat dan destilasi untuk zat cair.Berbagai macam destilasiyang kita kenal
adalah destilasi sederhana,destilasi bertingkat,dan destilasi vakum.Masing-
masing destilasi memiliki kesepesipikan tersendiri.Destilasi sederhana dan
bertingkat digunakan untuk zat yang bercampur dengan sempurna dengan
dasar teori hukum Raoult (Fachry dkk, 2008).
Pemurnian garam adalah salah satu upaya untuk menghilangkan
impuritis (pengotor) yang menempel  pada kristal garam. Unsur - unsur
yang menentukan kualitas garam salah satunya adala NaCl . Garam yang
berasal dari penguapan air laut mempunyai kadar 97% lebih, akan tetapi
dalam praktek umumnya lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh kualitas air,
cara pembuatan, dan cara-cara lain yang mempengaruhi kristal garam.
Garam yang mengandung NaCl tinggi, umumnya putih bersih, tetapi
kadang-kadang ditemukan garam yang berwarna putih bersih ternyata
mengandung kadar gips (CaSO yang tinggi sedangkan kadar NaCl nya
Kristalisasi merupakan salah satu proses pemurnian dan
pengambilan hasil dalam bentuk padat. kristalisasi menjadi suatu proses
industri yang sangat penting, karena semakin banyak hasil industri kimia
yang dipasarkan dalam bentuk kristal. bentuk kristal semakin banyak
diminati karena kemurniannya yang tinggi, dengan bentuk yang menarik
serta mudah dalam pengepakan dan trasportasi. Dari segi kebutuhan
energi, kristalisasi memerlukan energi lebih sedikit dibandingkan distilasi
atau metode pemisahan yang lain(Fachry dkk, 2008).
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap ukuran kristal yang
dihasilkan adalah kecepatan nukleasi dan growth rate. Sedangkan nukleasi
dan growth rate sendiri sangat dipengaruhi oleh kondisi supersaturasi,

3
selain juga oleh keasaman, suhu adanya bibit dan atau impurities dan atau
surfaktan dalam kristalisator.

2.2 Garam
Garam merupakan salah satu komoditas strategis, karena selain
merupakan kebutuhan pokok manusia, garam juga digunakan sebagai
bahan baku industri. Pemenuhan kebutuhan pokok manusia, garam yang
digunkana adalah garam konsumsi, sedangkan untuk memnuhi kebutuhan
industri adalah garam industri. Perbedaan garam konsumsi dan garam
industri adalah kandungan NaCl (Natrium Klorida) pada garam. Garam
konsumsi mempunyai kandungan NaCL sebesar 94%, sedangkan garam
industri memiliki kandungan NaCL sebesar 97%. Dengan kata lain
kandungan air dari garam industri lebih sedikit dibandingkan dengan
garam konsumsi (Habibi dan Edwin, 2017).     

Natrium klorida (NaCl) adalah salah satu bahan utama digunakan


dalam pemrosesan alami, memainkan peran penting dalam kualitas
teknologi, mikrobiologi, dan sensorik. Bahan ini, adalah sumber utama
natrium, suatu unsur ditargetkan untuk pengurangan seluruh rantai
produksi makanan olahan, terutama produk daging. Natrium klorida
(NaCl) telah dijelaskan oleh banyak orang sebagai senyawa prooksidan
yang mampu mempengaruhi perkembangan dan intensitas reaksi lipid
pada salamis. Efeknya pada oksidasi lipid tampaknya disebabkan oleh aksi
reaktif ion klorida pada lipid  atau kesolubilisasi besi dengan ion klorida,
merangsang peroksidasi lipid (Santos dkk., 2017).

2.3 kristalisasi
Kristalisasi adalah suatu pembentukan partikel padatan didalam
sebuah fasa homogen, pembentukan partikel padatan dapat terjadi dari fasa
uap, seperti pada proses pembentukan kristal salju atau sebagai pemadatan
suatu cairan pada titik lelehnya atau sebagai kristalisasi dalam suatu
larutan (cair). Istilah kristalisasi yang dipakai dalam laporan ini adalah

4
pengertian yang ketiga, yaitu pembentukan partikel partikel padat pada
suatu larutan cair (Sulistyaningsih dkk, 2011).
Salah satu sifat penting kristal yang perlu diperhatikan adalah ukuran
kristal individual dan keseragaman ukuranya (Sebagai kristal bulk). Untuk
alasan inilah distribusi ukuran kristal (Crystal Size Distribution, CSD)
harus selalu dikontrol (Zaini dkk, 2011).
Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau
kondisi lewat jenuh (supersaturated). Kondisi tersebut terjadinya karena
pelarut sudah tidak mampu melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat
terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut. Sehingga kita dapat memaksa
agar kristal dapat terbentuk dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya,
sehingga kondisi lewat jenuh dapat dicapai. Proses pengurangan pelarut
dapat dilakukan dengan empat cara yaitu, penguapan, pendinginan,
penambahan senyawa lain dan reaksi kimia (Zaini dkk,2011).
Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung
sebagian besar pada struktur morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-
ukuran kristalnya. Semakin besar kristal-kristal yang terbentuk selama
berlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan
mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun
keluar dari larutan, yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. Bentuk
kristal juga penting. Struktur yang sederhana seperti kubus, oktahedron,
atau jarum-jarum, sangat menguntungkan, karena mudah dicuci setelah
disaring. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang mengandung
lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother
liquid), bahkan setelah dicuci dengan seksama. Dengan endapan yang
terdiri dari kristal-kristal demikian, pemisahan kuantitatif lebih kecil
kemungkinannya bisa tercapai (Zaini dkk, 2011).
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada
dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju
pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali
kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi

5
terlalu besar, tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan
untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti.
Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi
ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju
ini tinggi, kristal-kristal yang besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh
derajat lewat jenuh (Zaini dkk, 2011).
Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang
efisien. Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk
pemisahan dan pemurnian. Adapun sasaran dari proses kristalisasi adalah
menghasilkan produk kristal yang mempunyai kualitas seperti yang
diinginkan. Kualitas kristal antara lain dapat ditentukan dari tiga parameter
berikut yaitu : distribusi ukuran kristal (Crystal Size Distribution),
kemurnian kristal (crystal purity) dan bentuk kristal (crystal habit/shape)
(Salim dkk, 2009).

2.4 Uraian bahan


1. NaCl
Nama resmi : NATRII CLORIDUM
Nama lain : Garam dapur
Rumus molekul : NaCl
Berat molekul : 58,44 gr / mol
Rumus bagan : Na-Cl
Pemerian : Tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak
berbau, rasa asin
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian
gliserol P, sukar larut dalam eta nol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Kegunaan : Sampel pemisahan senyawa dari campuran
(Dirjen
POM, 1979).

6
2. Aquades
Nama resmi : AQUA DES TILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna. Tidak berbau,
tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan, pelarut ( DIRJEN POM, 1979)

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum Kimia Analitik II mengenai Pemurnian zat ini dilakukan pada
hari Selasa, 20 April 2021 pada jam 09.00-12.00 WITA di Laboratorium
Mikrobiologi.
3.2 Pra Anakitik
Alat
1. Gelas Kimia 7. 100 Ml 2 Buah
2. Gelas Ukur 500 Ml 8. Batang Pengaduk
3. Corong Kasa 9. Kertas Saring
4. Kapas 10. Hot Plate
5. Cawan Penguap 11. Kaca Arloji
6. Perangkat Distilasi
Bahan
1. Garam dapur 5 gram
2. Aquades
3.3 Analitik
1. Ditimbang 5 gram NaCl tercemar
2. Dipanaskan 25 mL air suling didalam gelas kimia 100 mL hingga
mendidih
3. Dimasukkan NaCl yang telah ditimbang kedalam air suling yang telah
mendidih
4. Diaduk campuran tersebut sehingga NaCl terlarut semuanya
5. Disaring campuran tersebut dalam keadaan panas dan ditampung
filtratnya kedalam gelas kimia yang lain
6. Filtrat yang telah diperoleh kemudian dipanaskan kembali hingga
terbentuk kristal NaCl yang lebih putih
7. Dihentikan pemanasan dan dikeringkan NaCl, kemudian timbanglah
NaCl yang telah diperoleh.

8
3.4 Pasca Analitik
Terjadi pengkristalan saat proses pemurnian zat.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel hasil pengamatan pemurnian zat menggunakan garam dapur.
No Sampel Hasil Keterangan

garam dapur dapat


Garam dapur
1
membentuk kristal

4.2 Pembahasan
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah
dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Prinsip rekristalisasi adalah
perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat
pencampur atau pencemarnya. Larutan yang terjadi dipisahkan satu sama
lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara
menjenuhkannya.
Proses kristalisasi adalah kebalikan dari proses pelarutan. Mula-mula
molekul zat terlarut membentuk agrerat dengan molekul pelarut, lalu
terjadi kisi-kisi diantara molekul zat terlarut yang terus tumbuh
membentuk Kristal yang lebih besar diantara molekul pelarutnya, sambil
melepaskan sejumlah energy. Kristalisasi dari zat akan menghasilkan
Kristal yang identik dan teratur bentuknya sesuai dengan sifat Kristal
senyawanya. Dan pembentukan Kristal ini akan mencapai optimum bila
berada dalam kesetimbangan.

10
Untuk merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut
yang cocok dengan senyawa tersebut.Setelah senyawa tersebut dilarutkan
kedalam pelarut yang sesuai kemudian dipanaskan sampai semua
senyawanya larut sempurna.Apabila pada temperatur kamar, senyawa
tersebut telah larut sempurna di dalam pelarut, maka tidak perlu lagi
dilakukan pemanasan.Pemanasan hanya dilakukan apabila senyawa
tersebut belum atau tidak larut sempurna pada keadaan suhu kamar. Salah
satu faktor penentu keberhasilan proses kristalisasi dan rekristalisasi
adalah pemilihan zat pelarut.
Jenis pelarut berperan penting pada proses kristalisasi karena pelarutan
merupakan faktor penting pada proses kristalisasi. Kelarutan suatu
komponen dalam pelarut ditentukan oleh polaritas masing-masing. Pelarut
polar akan melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar akan
melarutkan senyawa non polar.
Peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi
pengendapan.Endapan merupakan zat yang memisah dari satu fase padat
dan keluar ke dalam larutannya.Endapan terbentuk jika larutan bersifat
terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.Kelarutan suatu endapan
merupakan konsentrasi molal dari larutan jenuhnya.Kelarutan bergantung
dari suhu, tekanan, konsentrasi bahan lain yang terkandung dalam larutan
dan komposisi pelarutnya .
Selama pengendapan ukuran kristal yang terbentuk, tergantung
terutama pada dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi)
dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak
sekali kristal akan terbentuk, dan terbentuk endapan yang terdiri dari
partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung pada derajat
lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah
kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju
pembentukan inti .
Garam dapur atau natrium klorida atau NaCl.Zat padat berwarna
putih yang dapat diperoleh dengan menguapkan dan memurnikan air

11
laut.Juga dapat dengan netralisasi HCl dengan NaOH berair. NaCl nyaris
tak dapat larut dalam alkohol , tetapi larut dalam air sambil menyedot
panas, perubahan kelarutannya sangat kecil dengan suhu. Garam normal,
suatu garam yang tak mengandung hidrogen atau gugus hidroksida yang
dapat digusur.Larutan-larutan berair dari garam normal tidak selalu netral
terhadap indikator semisal lakmus.
perlakuan pertama dilakukan adalah memasukkan akuades sebanyak
kedalam gelas kimia dan dicampurkan dengan garam dapur NaCl
kemudian dipanaskan hingga mendidih. Tujuan dipanaska agar
mendapatkan endapan  NaCl. Perlu diketahui bahwa NaCl dapat larut
sempurna dalam akuades mengingat sifat kepolarannya yang sama sesuai
dengan prinsip “like dissolved like”. Kelarutan NaCl ini juga dipengaruhi
oleh keadaan jenuh akibat pemanasan sehingga diketahui bahwa suatu zat
mudah larut dalam pelarut yang panasSetelah proses pelarutan dilakukan
tahap penyaringan dimana penyaringan ini bertujuan untuk menyaring
kotoran – kotoran yang ada pada garam dapur kemasan. Hasil penyaringan
tersebut dua yang dihasilkan, yakni filtrat dan residu. Kedua hasil tersebut
yang di ambil adalah filtratnya karena merupakan zat yang telah lolos
penyaringan.
Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian
besar pada struktur morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran
kristalnya. Semakin besar kristal-kristal yang terbentuk selama
berlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan
mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun
keluar dari larutan, yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. Bentuk
kristal juga penting. Struktur yang sederhana seperti kubus, oktahedron,
atau jarum-jarum, sangat menguntungkan, karena mudah dicuci setelah
disaring. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang mengandung
lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother
liquid), bahkan setelah dicuci dengan seksama. Dengan endapan yang

12
terdiri dari kristal-kristal demikian, pemisahan kuantitatif lebih kecil
kemungkinannya bisa tercapai (Zaini dkk, 2011).

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di simpulkan dari praktikum ini yaitu
pemurnian adalah proses proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling
bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah
tercemar atau bercampur. Dan dari praktikum ini di dapatkan hasil garam
dapur dapat membentuk kristal.

5.2 Saran
Dalam melaksanakan praktikum mengenai pemurnian zat,
diharapkan ketika dalam pemberian larutan dilakukan secara hati-hati dan
teliti, dan harus sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Didik, P., Abdul, H., Hamzah, F., & Djoko, H. (2010).Jurnal Sintesis ZSM-5
Mesopori Dengan Metode Pemeraman Dan Kristalisasi: Pengaruh
Waktu Kristalisasi.Di akses 24 Maret 2019.

Fachry, A. R., Tumanggor, J., & Yuni, N. P. E. (2008).Pengaruh waktu


kristalisasi dengan proses pendinginan terhadap pertumbuhan kristal
amonium sulfat dari larutannya.Jurnal Teknik Kimia Universitas
Sriwijaya, 15(2), 9-16. Di akses 24 Maret 2019.

Salim, C., & Wahyuningsih, S. (2009). Kristalisasi Persepsi Terhadap Pribumi


Pada Perempuan Tradisional Tionghoa: Sebuah Life History. ANIMA
Indonesian Psychological Journal, 24(2), 142-161. Di akses 24 Maret
2019.

Sulistyaningsih, T., Sugiyo, W., & Sedyawati, S. M. R. (2011).Pemurnian


Garam Dapur Melalui Metode Kristalisasi Air Tua dengan Bahan
Pengikat Pengotor Na2C2O4–NaHCO3 dan Na2C2O4–
Na2CO3.Sainteknol: Jurnal Sains dan Teknologi, 8(1).Di akses 24
Maret 2019.

Zaini, E., Halim, A., Soewandhi, S. N., & Setyawan, D. (2011).Peningkatan


laju pelarutan trimetoprim melalui metode ko-kristalisasi dengan
nikotinamida. Jurnal Farmasi Indonesia, 5(4), 205-212.Di akses 24
Maret 2019.

14
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai