Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang
berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak sering kali ditambahkan dengan sengaja ke bahan
makanan dengan berbagai tujuan. Lemak yang ditambahkan dalam bahan pangan atau di-
jadikan bahan pangan membutuhkan persyaratan dan sifat-sifat tertentu. Lemak dan minyak
dapat diekstraksi dengan berbagai cara. Untuk mengekstraksi minyak dan lemak diperlukan
pelarut yang baik. Tiap pelarut lemak mempunyai tingkatan kelarutan berbeda-beda pada
minyak dan lemak, dan untuk mengetahui tingkat kelarutan itu dilakukan percobaan ini, den-
gan membandingkan pelarut organik (butanol, n-heksana, dan kloroform) serta pelarut polar
(air) (Andaka, 2009).
Pemisahan dapat dilakukan bersifat sederhana, bersih, cepat dan mudah. Dalam banyak
kasus pemisahan dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok dalam sebuah corong pemisah
selama beberapa menit. Teknik ini sama dapat diterapkan untuk bahan-bahan dari tingkat
runutan maupun dalam jumlah-jumlah banyak. Ekstraksi cairan-cairan merupakan salah satu
teknik dalam mana suatu larutan (air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (or-
ganik) yang pada hakekatnya tidak bercampur dan menyebabkan perpindahan satu atau lebih
zat terlarut kedalam pelaurt ke dua (Andaka, 2009).
Untuk itu dalam percobaan ini akan diuji beberapa pelarut terhadap kelarutannya dengan
minyak dan akan ditentukan pelarut yang paling baik yang berdasarkan pada diameter noda
minyak yang ditimbulkan pada kertas saring.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat di rumuskan pada oraktikum ini adalah bagaimana
cara melakukan pemisahan campuran dengan cara ekstrasi cair-cair ?
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah, untuk melakukan pemisahan campuran dengan
cara ekstraksi cair-cair
1.4 Manfaat Praktikum

2
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah, agar mahasiswa dapat mengetahui melakukan
pemisahan campuran dengan cara ekstraksi cair-cair

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lemak dan minyak
Lemak dan minyak merupakan salah kelompok yang termasuk golongan lipida. Satu
sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida (termasuk minyak dan lemak) adalah daya
larutnya dalam pelarut organik (misalnya eter, benzena, kloroform) atau sebaliknya ketidak-
larutannya dalam pelarut air (Basset dkk, 1994).
Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak umumnya tidak larut dalam air akan
tetapi larut dalam pelarut organik. Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi
lipida adalah dengan menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya suatu bahan akan mu-
dah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya. Oleh karena polaritas lipida berbeda-beda,
maka tidak ada bahan pelarut umum (universal) untuk semua bahan lipida (Basset dkk, 1994).
Lemak atau minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar dalam
kelompok lipida. Trigliserida merupakan senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol den-
gan tiga molekul asam lemak (Basset dkk, 1994).
Lemak merupakan senyawa yang tidak larut dalam air yang dapat dipisahkan dari sel dan
jaringan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut organik yang relatif non polar, misalnya
dietil eter atau kloroform. Oleh sebab itu, lemak dibagi menurut sifat fisiknya yaitu lemak
yang larut dalam pelarut non polar atau yang tidak larut dalam air. Meskipun struktur lemak
bermacam-macam, semua lemak mempunyai struktur yang spesifik, yaitu mempunyai gugu-
san hidrokarbon hidrofob yang banyak sekali dan hanya sedikit, jika ada, gugusan hidrokar-
bon hidrofil. Hal ini menggambarkan sifat lemak yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut non polar. Perbedaan lemak dan minyak adalah pada sifat fisiknya. Pada temperatur
kamar, lemak bersifat padat dan minyak bersifat cair. Minyak nabati yaitu minyak kelapa,
yang mencair pada temperatur 21-25 ºC, hampir sama dengan temperatur kamar di daerah
beriklim dingin dan di bawah temperatur kamar di daerah tropis. Lemak dan minyak pada
umumnya merupakan trigliserida yang tidak homogen. Oleh sebab itu kebanyakan trigliserida
mengandung dua atau tiga asam lemak yang berbeda, misalnya satu asam palmitat, satu asam
stearat dan satu asam oleat sebagai esternya. Golongan asam lemak yang spesifik yang ada
dalam trigliserida tergantung pada jenis spesies dan kondisi lainnya (Basset dkk, 1994).

4
Kadar air yang tinggi dalam bahan menyebabkan lipida sukar diekstraksi dengan pelarut
non polar karena bahan pelarut sukar masuk ke dalam jaringan dan menyebabkan bahan
pelarut menjadi jenuh dengan air sehingga kurang efisien untuk ekstraksi. Pemanasan bahan
yang terlalu tinggi juga tidak baik untuk proses ekstraksi lipida karena sebagian lipida akan
terikat dengan protein dan karbohidrat yang ada dalam bahan sehingga menjadi sukar untuk
diekstraksi (Basset dkk, 1994).
Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon dari 4
sampai 24, asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar
yang panjang, yang menyebabkan kebanyakan lipida bersifat tidak larut dalam air dan tampak
berminyak atau berlemak. Asam lemak tidak terdapat secara bebas atau berbentuk tunggal di
dalam sel atau jaringan, tetapi terdapat dalam bentuk yang terikat secara kovalen pada berba-
gai kelas lipida yang berbeda; asam lemak dapat dibebaskan dari ikatan ini oleh hidrolisis
kimia atau (Sartika, 2008). Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam be-
berapa golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam
tiga golongan besar, yakni:
1. Lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau
gliserida dan lilin (waxes);
2. Lipid gabungan, yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan contonya fos-
folipid, serebrosida;
3. Derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid contohnya asam
lemak, gliserol, dan sterol.
Di samping itu, berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golon-
gan yang besar, yakni lipid yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis dengan basa, con-
tohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid (Sartika, 2008).
Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini
dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa atau enzim tertentu. Proses hidrolisis yang
menggunakan basa akan menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun. Oleh
karena itu proses hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses penyabunan. Jumlah mol
basa yang digunakan dalam proses penyabunan ini tergantung pada jumlah mol asam lemak.
Untuk lemak dengan berat tertentu, jumlah mol asam lemak bergantung dari panjang rantai
karbon pada asam lemak tersebut (Sartika, 2008).

5
Adapun sifat fisika dari lemak adalah :
Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari pelarut organic misalnya eter,
aseton, kloroform dan benzena;
ada hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya;
mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup.
Jadi berdasarkan sifat fisika tadi, lipid dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan
cara ekstraksi menggunakan alkohol panas, eter atau pelarut lemak yang lain. Macam-macam
senyawa serta kuantitasnya yang diperoleh melalui ekstraksi itu sangat tergantung pada bahan
alam sumber lipid yang digunakan. Jaringan bawah kulit di sekitar perut, ginjal mengandung
banyak lipid terutama lemak kira-kira 90% (Murray dkk, 2006).
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang pal-
ing baik dan popular diantara berbagai jenis metode pemisahan lainnya. Alasan utamanya
adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prin-
sip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua
pelarut yang tidak saling campur, seperti benzena, karbon tetraklorida, atau kloroform.
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase
pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparative, pemurnian, memperkaya,
pemisahan serta analisa pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam bidang
kimia analitik, kemudian berkembang menjadi metoda yang baik, sederhana, cepat, dan dapat
digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor) dan ion-ion logam
dalam jumlah makro logam (Sartika, 2008).
Lipida adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut di dalam air,
yang dapat diekstraksi dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform atau eter.
Jenis lipida yang paling banyak adalah lemak atau triasilgliserol, yang merupakan bahan
bakar utama bagi hampir semua organisme. Golongan ini adalah bentuk energi kimia sim-
panan yang paling penting (Sartika, 2008).
Lemak dan minyak memegang peranan yang penting dalam teknologi makanan. Minyak
dan lemak memiliki titik didih yang tinggi (sekitar 200 °C) maka biasa dipergunakan untuk
menggoreng makanan sehingga bahan yang digoreng akan kehilangan sebagian besar air yang
dikandungnya dan menjadi kering. Minyak dan lemak juga memberikan rasa gurih spesifik
minyak yang lain dari gurihnya protein. Minyak juga memberi aroma yang spesifik. Dalam

6
dunia teknologi roti, lemak dan minyak penting dalam memberikan konsistensi empuk, halus
dan berlapis-lapis. Bahan lemak atau mentega yang dipakai dalam pembuatan roti dan kue
dikenal sebagai shortening. Minyak (nabati) merupakan bahan utama pembuatan margarin
sedangkan lemak merupakan bahan utama pembuatan mentega (butter) (Murray dkk, 2006).

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu danTempat


Pratikum Kimia Analitik II mengenaiEkstraksi Minyak dan Lemakinidilakukanpada-
hariSelasa, 27 April 2021 pada jam 09.00-12.00 WITA di LaboratoriumMikrobiologi.
3.2 Alat
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Oven
- Pipet tetes
- Pipet skala 1 ml
- Mistar
3.3 Bahan
- Minyak kelapa
- Gliserol
- Margarin
- Aquades
- Etanol
- n-Heksana
- Kloroform
- Kertas Saring
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Ektraksi Minyak
1. Ukur 20 ML minyak dan 80 ML air menggunakan gelas ukur
2. masukkan 20 ml minyak ke dalam corong pisah
3. kemudian masukkan lagi air sebanyak 80 ml ke dalam corong pisah
4.lalu masukan 10 ml larutan kloroform ke dalam corong pisah
5. setelah kedua larutan telah bercampur di corong pisah larutan dikocok hingga akan
membentuk 2 lapisan
6. kemudian larutan dikocok hingga akan terbentuk 2 lapisan

8
7. setelah lapisan minyak telah berpisah dengan air dikarenakan minyak tersebut telah
menyatu dengan kloroform ekstraksi pertama selesai dilakukan ekstraksi kedua
8. ekstrasi kedua dilakukan dengan menambahkan 10 ml klorofom ke dalam corong
pisah untuk menghilangkan keseluruhan lapisan minyak dan kloroform dalam corong
pisah dilakukan lagi
9. ekstraksi ketiga ketiga dilakukan dengan menambahkan 10 ml kloroform
10. setelah berpisah lapisan minyak yang telah menyatu dengan klorofom di
pindahkan ke dalam gelas kimia
3.4.2 Destilisasi
1. Campuran minyak dan kloroform tadi dituangkan ke dalam Erlenmeyer
2. setelah larutan tersebut telah tertuang dalam Erlenmeyer
3. kemudian larutan diletakkan di atas hotplate
4. kloroform yang berpisah dengan minyak di ditampung di dalam gelas kimia

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sampel Hasil Gambar
Minyak Kelapa + Kloroform Terpisah antara minyak
dan air dan air yabg sudah di
campuri kloroform

4.2 Pembahasan
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat
terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut
dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkalicampuran bahan padat dan cair (misalnya
bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis
atau termis yang telahdibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur
secara sangaterat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau
tersediadalam konsentrasi yang terlalu rendah. Suatu hal yang penting dalam ekstraksi
pelarut adalah perbandingandistribusi yang didefinisikan sebagai perbandingan antara
konsentrasi zat dalam pelarut organik dengan konsentrasi zat tersebut dalam pelarut
air.Sehingga, dalammelakukan ekstraksi yang paling penting adalah bagaimana kita memilih
pelarutyang paling tepat.Semakin larut minyak dan lemak dalam suatu pelarut, makasemakin
baik pelarut tersebut digunakan dalam ekstraksi. Hal ini disebabkankarena akan semakin
besar nilai koefisien distribusinya, dimana semakin besar nilai koefisien distribusi, maka
pelarut akan semakin baik untuk digunakan.
Dalam percobaan ekstraksi minyak dan lemak ini, digunakan pelarutkloroform dan n-
heksana.Dari pelarut ini, dapat dibuktikan bahwa minyak danlemak cukup larut dalam
kloroform dan n-heksana yang dapat dilihat daridiameter noda yang dihasilkan.Saat
kloroform dan air dicampurkan, larutankloroform di bawah dan air di atas karena berat jenis
air lebih kecil dari padakloroform. Kemudian saat larutan n-heksna dicampurkan dalam air,

10
larutan n-heksana baerada pada lapisan atas dan air berada pada lapisan bawah hal initerjadi
karena berat jenis n-heksana lebih kecil dari pada air.

BAB V

11
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat didapat dari percobaan ini adalah suatu larutan yang dicam-
purkan akan terlarut sempurna jika memiliki kesamaan sifat. Pemisahan ini pun memiliki
cara yang sederhana hanya dengan menambahkan pelarut kepada sampel larutan yang
memiliki sifat yang sama.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya, dapat digunakan sampel margarin. Agar dapat dilihat
perbedaan ekstraksi minyak dan ekstraksi margarin.

12

Anda mungkin juga menyukai