Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum Biokimia

EKSTRAKSI MINYAK DAN LEMAK

AURELIA SALSABILA

H041 19 1001

Kelompok 3

LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
Laporan Praktikum Biokimia

EKSTRAKSI MINYAK DAN LEMAK

Disusun dan diajukan oleh:

AURELIA SALSABILA

H041191001

KELOMPOK 3

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Dosen penanggung jawab praktikum Asisten

Dra. Seniwati Dali, M.Si Nia Kurnia


NIP. 195812311988032003 H311 17 316
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lipid merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut

pada pelarut organik non polar, seperti aseton, alkohol, eter, benzena, kloroform

dan sebagainya. Keberadaan lemak atau minyak dalam suatu bahan pangan perlu

untuk dipertimbangkan konsentrasinya, karena selain memiliki fungsi yang

penting bagi tubuh, lemak juga memiliki efek negatif, diantaranya dapat

mengalami reaksi oksidasi dan hidrolisis hingga menyebabkan ketengikan pada

ikan dan bahan pangan lainnya (Sahriawati, 2017).

Perbedaan antara suatu lemak dan minyak adalah pada temperatur kamar

lemak berbentuk padat sedangkan minyak berbentuk cair. Lemak tersusun oleh

asam lemak jenuh sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak tidak jenuh.

Lemak dan minyak adalah bahan-bahan yang tidal larut dalam air. Minyak atau

lemak dapat diperoleh dengan cara mengekstraksi jaringan tanaman atau hewan

yang mengandung lemak (Sahriawati, 2017).

Minyak nabati juga disebut ester, merupakan gugus yang termasuk dalam

kelompok senyawa organik, yang sebenarnya dihasilkan oleh reaksi asam dengan

alkohol dalam eliminasi air. Lemak dan minyak muncul dari esterifikasi gliserin

dan asam lemak. Asam lemak adalah istilah kolektif untuk asam monokarboksilat,

yang terdiri dari gugus karboksil (-COOH) dan rantai hidrokarbon panjang tetapi

hampir secara tidak bercabang. (Tenbohlen, dkk, 2010).

Berdasarkan uraian di atas, maka dibuatlah laporan dengan Judul Ekstraksi

Minyak dan Lemak.


1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari kelarutan minyak

dan lemak dalam beberapa pelarut serta metode ekstraksi minyak dan lemak.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan menggunakan berbagai

macam pelarut.

2. Menentukan dan mengetahui jenis pelarut yang baik dalam ekstraksi

minyak dan lemak.

1.3. Prinsip Percobaan

1.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak

Prinsip dari percobaan ini yaitu menentukan kelarutan minyak/lemak

dalam berbagai pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda-beda

dengan menghitung diameter noda paling besar pada kertas saring.

1.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak

Prinsip dari percobaan ini yaitu menentukan pelarut yang baik untuk

minyak/lemak melalui proses ekstraksi dalam campuran air dan minyak. Air

ditambahkan pelarut organik dengan cara menghitung besarnya diameter noda

pada kertas saring dari masing-masing pelarut.

1.4. Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini adalah dapat mengetahui kelarutan minyak dan

lemak, juga mengetahui jenis pelarut terbaik untuk melarutkan minyak dan lemak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai

kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi

dalam sel tanaman. Pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan setelah

proses ekstraksi. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan tunggal

untuk mengisolasi senyawa tunggal. Ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam

fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul yang sama (Mukhriani, 2014).

Ekstraksi menggunakan pelarut merupakan proses pemisahan komponen

zat terlarut berdasarkan sifat distribusinya dalam dua pelarut yang tidak saling

melarut. Dengan memanfaatkan perbedaan kelarutannya senyawa yang diinginkan

dapat dipisahkan secara selektif. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses

ekstraksi yaitu perbedaan metode, pelarut, suhu, serta waktu ekstraksi akan

berpengaruh terhadap jumlah rendemen serta kualitas ekstrak yang didapatkan.

Menggunakan metode, pelarut serta waktu yang sesuai akan menghasilkan

rendemen serta kualitas ekstrak yang maksimal (Sahriawati, 2016).

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan ekstraksi adalah

pemilihan pelarut. Pemilihan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi minyak

atau lemak adalah berdasarkan tingkat kepolarannya. Pemilihan pelarut

pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: selektivitas, titik

didih pelarut, pelarut tidak larut dalam air, harga pelarut yang murah dan

sebabagainya (Sahriawati, 2016).


Pada dasarnya suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama

polaritasnya. Karena polaritas lemak berbeda-beda maka tidak ada bahan pelarut

umum untuk semua jenis lemak. Lipid merupakan senyawa organik yang tidak

larut dalam air, tetapi larut pada pelarut organik non polar, seperti aseton, alkohol,

eter, benzena, kloroform dan sebagainya.. Keberadaan lemak atau minyak dalam

suatu bahan pangan perlu untuk dipertimbangkan konsentrasinya, karena selain

memiliki fungsi yang penting bagi tubuh, lemak juga memiliki efek negatif,

diantaranya dapat mengalami reaksi oksidasi dan hidrolisis hingga menyebabkan

ketengikan pada ikan dan bahan pangan lainnya (Sahriawati, 2016).

2.2 Kelarutan

Dalam mengeksplorasi peran biologis lipid dalam sel dan jaringan, penting

untuk mengetahui lipid mana yang ada dan dalam proporsi apa. Karena lipid

tidak larut dalam air, ekstraksi dan fraksinasi selanjutnya memerlukan

penggunaan pelarut organik dan beberapa teknik. Bekerja dengan Lipid tidak

umum digunakan dalam pemurnian molekul yang larut dalam air seperti protein

dan karbohidrat. Secara umum, campuran lipid kompleks dipisahkan oleh

perbedaan polaritas atau kelarutan komponen dalam pelarut nonpolar. Lipid yang

mengandung asam lemak terkait ester atau amida dapat dihidrolisis dengan

perlakuan dengan asam atau alkali atau dengan enzim hidrolitik yang sangat

spesifik (fosfolipase, glikosidase) untuk menghasilkan bagian komponennya

untuk analisis (Nelson dan Cox, 2013).

Pengaruh Polaritas terhadap Kelarutan berikut ini dalam rangka

peningkatan kelarutan dalam air: a triasilgliserol, diasilgliserol, dan

monoasilgliserol, semuanya hanya mengandung asam palmitat. Lipid polar

mengikat erat asam silikat polar, tetapi lipid netral langsung melewati kolom dan
muncul pada pencucian kloroform pertama. Lipid polar kemudian dielusi,

dalam urutan meningkatkan polaritas, dengan mencuci kolom dengan

pelarut yang semakin tinggi polaritasnya. Lipid yang tidak bermuatan tetapi

polar (cerebrosides, misalnya) dielusi dengan aseton, dan lipid yang

sangat polar atau bermuatan (seperti gliserofosfolipid) dielusi dengan

metanol (Nelson dan Cox, 2013).

2.3 Lipid

Lipid merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan dalam sel

jaringan, tidak larut dalam air, larut dalam zat pelarut non polar seperti (eter,

kloroform, dan benzena). Lipid bersifat non polar atau hidrofolik. Penyusun

utama lipida adalah trigliserida, yaitu ester gliserol dengan tiga asam lemak yang

bisa beragam jenisnya. Rumus kimia trigliserida adalah CH 2COOR-CHCOOR’-

CH2-COOR‖ dimana R, R’ dan R‖ masing-masing adalah sebuah rantai alkil yang

panjang. Ketiga asam lemak RCOOH, R’COOH dan R‖COOH. Panjang rantai

asam lemak pada trigliserida yang terdapat secara alami dapat bervariasi, namun

panjang yang paling umum adalah 16,18, atau 20 atom karbon. Penyusun lipida

lainnya berupa gliserida, monogliserida, asam lemak bebass, lilin (wax), dan juga

kelompok lipida sederhana yang mengandung komponen asam lemak)

seperti derivat senyawa terpenoid/isoprenoid serta derivat steroida. Lipida

sering berupa senyawa kompleks dengan protein (Lipoprotein) atau karbohidrat

(Glikolipida). Lipid merupakan komponen membran plasma, hormon, dan

vitamin (Mamuaja, 2017).

Definisi lipid tidak secara spesifik mengacu pada suatu struktur molekul

dengan ciri khas tertentu seperti karbohidrat dan protein. Meskipun lipid secara

umum didefinisikan sebagai komponen yang mudah larut pada pelarut organik
yang cenderung non-polar seperti etanol, ether, dan kloroform, namun terdapat

beberapa golongan lipid yang larut pada pelarut polar. Lemak disebut juga lipid,

adalah suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi sebgagai sumber energi yang

utama untuk proses metabolism tubuh. Lemak yang beredar di dalam tubuh

diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hari, yang

bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi (Mamuaja, 2017).

2.4 Lemak

Lipid yang paling banyak mengandung asam lemak sebagai penyusun

adalah triasilgliserol. Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak

penyimpan atau depot lemak pada sel tumbuhan dan hewan. Triasilgliserol yang

terdapat di alam bersifat tidak larut dalam air. Senyawa ini memiliki gravitas

spesifik yang lebih rendah dari air, yang menyebabkan minyak membentuk

lapisan atas pada bumbu salad campuran minyak dan cuka. Triasilgliserol mudah

larut di dalam pelarut nonpolar, seperti kloroform, benzena, atau eter, yang

seringkali dipergunakan untuk ekstraksi lemak dari jaringan (Mamuaja, 2017).

Lemak dan minyak yang merupakan trigliserida bersifat nonpolar karena

gugus hidroksil pada gliserin telah diesterifikasi oleh gugus karboksil dari asam

lemak. Trigliserida bersifat tidak larut air, tetapi larut dalam senyawa organik

nonpolar, seperti heksana dan eter. Lemak dari sumber bahan pangan dapat

diekstrak dengan menggunakan pelarut nonpolar tersebut (Mamuaja, 2017).

2.5 Minyak

Minyak mempunyai arti yang sangat luas, yaitu senyawa yang berbentuk

cairan pekat pada suhu ruangan dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sumbernya,
minyak dibagi menjadi dua macam, yaitu minyak bumi (mineral oils atau

petroleum) dan minyak dari mahluk hidup (lipida atau lipids). Adapun minyak

dari mahluk hidup terbagi lagi menjadi minyak nabati (vegetable oils) dan minyak

hewani (animal oils). Minyak hewani lebih popular disebut dengan istilah lemak

(fats) karena pada umumnya berbentuk padat pada suhu ruangan (Andaka, 2009).

Sifat-sifat fisika minyak menurut Andaka, 2019 adalah:

1. Zat warna dalam minyak terdiri dari 2 golongan yaitu zat warna alamiah dan

warna hasil degradasi zat warna alamiah.

2. Bau amis yang disebabkan oleh interaksi trimetil amin oksida dengan ikatan

rangkap dari lemak tidak jenuh.

3. Minyak tidak dapat larut dalam air, kecuali minyak jarak (castor oil). Minyak

hanya sedikit larut dalam alkohol, tetapi akan melarut sempurna dalam etil eter,

karbon disulfida dan pelarut-pelarut halogen.

Sifat-sifat Kimia Minyak menurut Andaka, 2019 adalah

1. Reaksi hidrolisis mengubah minyak menjadi asam–asam lemak bebas dan

gliserol. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan minyak terjadi

karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut.

2. Reaksi oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen

dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik

pada minyak.

3. Reaksi hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan

ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak.

4. Reaksi esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari

trigliserida dalam bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui

reaksi yang disebut interesterifikasi.


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1. Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah minyak kelapa, minyak

wijen, minyak sawit, mentega, etanol, n-heksana, kloroform, kertas saring,

akuades, dan kertas label.

3.2. Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak

tabung, hot plate, pipet tetes, pipet skala, labu semprot, vortex, penggaris, pensil,

oven, sikat tabung, dan gegep.

3.3. Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan dilakukan pada Rabu, 02 Desember 2020 pukul 14.00 WITA di

Laboratorium Biokimia Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas

Hasanuddin

3.4. Prosedur Percobaan

3.4.1. Kelarutan Minyak dan Lemak

Disiapkan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, kemudian dimasukkan

10 tetes minyak kelapa. Masing-masing tabung diberi tanda dengan menggunakan

kertas label. Pada masing-masing ditambahkan 10 tetes pelarut. Tabung reaksi

pertama ditambahkan dengan akuades, tabung reaksi kedua ditambahkan etanol,

tabung reaksi ketiga ditambahkan n-heksana, dan tabung reaksi keempat

ditambahkan kloroform, kemudian semua tabung dikocok untuk dihomogenkan


campuran menggunakan vortex. Tabung yang telah dikocok didiamkan beberapa

menit, kemudian dipipet dan diteteskan sebanyak 1 tetes pada kertas saring yang

telah ditandai. Kertas saring dikeringkan dalam oven selama beberapa menit,

setelah itu kertas saring dikeluarkan dan ditandai noda yang terbentuk dengan

pensil kemudian diukur diameter noda dengan penggaris. Lakukan prosedur di

atas pada sampel minyak wijen, minyak sawit, dan mentega.

3.4.2. Ekstraksi Minyak dan Lemak

Diambil tabung reaksi yang berisi campuran akuades dan minyak dari

hasil percobaan kelarutan minyak dan lemak. Ditambahkan 10 tetes pelarut

organik ke dalam masing-masing tabung, kemudian dihomogenkan. Tabung

reaksi didiamkan beberapa menit hingga terbentuk dua lapisan (fasa organik dan

fasa air). Fasa organik kemudian dipipet dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi

yang lain (2). Fasa air ditambahkan lagi dengan 10 tetes pelarut organik,

dihomogenkan kemudian didiamkan sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan

organik dipipet dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi (2) kemudian

dihomogenkan. Fasa air dipipet dan diteteskan sebanyak 1 tetes pada kertas saring

yang telah ditandai, hal yang sama dilakukan pada fasa organik. Kertas saring

kemudian dikeringkan dalam oven selama beberapa menit. Noda yang terbentuk

ditandai dengan pensil kemudian diukur diameternya menggunakan penggaris.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kelarutan Minyak dan Lemak

Tabel 1. Data Pengamtan Minyak dan Lemak.


Diameter noda (cm)
Pelarut Minyak Minyak Minyak Keterangan
Mentega
Kelapa Wijen Sawit
Akuades 2,4 - 0,7 - Tidak larut
Etanol 3,6 1,9 3,1 1,8 Larut
n-heksana 2,9 2,7 1,5 2,7 Larut
Kloroform 4,4 2 3 2,4 Larut

Pada percobaan ini digunakan berbagai macam sampel minyak dan lemak

yaitu minyak kelapa, minyak wijen, minyak sawit, dan margarin yang

ditempatkan pada masing-masing 4 tabung reaksi. Percobaan ini bertujuan untuk

menentukan kelaruan yang cocok untuk minyak dan lemak, pelarut yang

digunakan adalah akuades, etanol, n-heksana, dan kloroform, dengan cara melihat

dan mengukur diameter noda yang dihasilkan setelah ditetesi pada kertas saring

yang telah dikeringkan. Pengeringan ini bertujuan untuk memudahkan saat

pengukuran dan untuk mendapatkan hasil noda yang lebih baik.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan bahwa setiap pelarut

memberikan noda pada kertas saring dengan diameter yang berbeda-beda. Pada

pelarut akuades, sampel minyak kelapa dan minyak sawit membentuk diameter

noda. Hal ini tidak sesuai dengan teori di mana seharusnya akuades tidak memiliki

diameter noda karena akuades termasuk pelarut polar sedangkan minyak dan

lemak adalah nonpolar, sehingga tidak dapat saling larut. Kesalahan dapat

mungkin disebabkan karena adanya kontaminasi dengan pelarut lain.


Pada percobaan selanjutnya yaitu penggunaan pelarut etanol, n-heksana,

dan kloroform. Pada pelarut kloroform dan n-heksana diameter noda yang

dihasilkan jauh lebih besar dibandingkan dengan pelarut etanol. Hal ini

dikarenakan sifat nonpolar yang dimiliki oleh n-heksana dan kloroform, sehingga

dapat larut sempurna dalam sampel minyak dan lemak serta membentuk diameter

noda yang lebih besar. Sedangkan pada etanol diameter noda yang dihasilkan

lebih kecil kerena etanol termasuk pelarut semi polar dehingga tidak larut

sempurna pada sampel minyak dan lemak.

Dilihat dari noda yang dihasilkan, tingkat kelarutan minyak dan lemak

dalam pelarut semakin meningkat jika diameter noda juga semakin besar. Hal ini

disebabkan semakin larut minyak dan lemak dalam suatu pelarut, menyebabkan

partikel-partikel yang terdapat dalam minyak dan lemak akan semakin terikat

secara merata dalam pelarut, sehingga saat pelarut dengan sifat nonpolar yang

jauh lebih tinggi dilarutkan dalam sampel minyak dan lemak dan diteteskan pada

kertas saring akan membentuk diameter noda yang lebih besar.

Dari data pengamatan, terlihat bahwa pelarut yang baik digunakan untuk

ekstraksi pada minyak kelapa adalah kloroform dengan diameter noda 4,4 cm,

pada minyak wijen dan margarin adalah n-heksana dengan diameter noda sebesar

2,7 cm dan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pelarut kloroform dan n-heksana

larut sempurna dalam sampel minyak dan lemak, sedangkan pada minyak sawit

adalah etanol dengan diameter noda 3,1 cm. Hal ini tidak sesuai dengan teori di

mana seharusnya diameter noda yang ditimbulkan larutan minyak sawit dengan

etanol tidak lebih besar dari pelarut organik lainnya karena minyak dan lemak

akan larut sempurna dalam pelarut yang bersifat nonpolar sedangkan pelarut
etanol bersifat semi polar yang sedikit berbeda dengan sifat dari minyak dan

lemak yang nonpolar. Kesalahan ini mungkin disebabkan karena etanol telah

terkontaminasi dengan pelarut organik yang lain.

4.2. Ekstraksi Minyak dan Lemak

Tabel 2. Ekstraksi Minyak dan Lemak.


Diameter noda (cm)
Pelarut Minyak Minyak Minyak Keterangan
Margarin
Kelapa Wijen Sawit
Akuades 1,4 2,5 - -
Organik 2,5 3,6 1,8 1,7
Keterangan: pelarut organik yang digunakan adalah pelarut yang paling baik

dalam melarutkan yang diukur berdasarkan besarnya diameter noda yang

terbentuk pada percobaan kelarutan minyak dan lemak (minyak kelapa+etanol,

minyak wijen+n-heksana, minyak sawit+etanol, dan mentega+n-heksana).

Pada percobaan ekstraksi minyak dan lemak, pelarut yang digunakan

adalah akuades, dan pelarut organik yaitu etanol. Campuran minyak wijen,

minyak sawit, minyak kelapa dan mentega dengan akuades yang ditambahkan

dengan pelarut organik terbentuk dua lapisan. Hal ini disebabkan perbedaan

kepolaran anatara akuades dengan pelarut organik, di mana akuades bersifat polar

dan pelarut organik bersifat nonpolar sehingga tidak saling melarutkan.

Selanjutnya, dilakukan pemisahan dengan cara dipipet dan ditempatkan dalam

tabung reaksi yang berbeda. Setalah itu, dilakukan penambahan pada lapisan

akuades dengan pelarut organik sehingga diperoleh kembali lapisan organik.

Tujuan penambahan setelah pemisahan adalah untuk mengambil dan memastikan

sampel minyak dan lemak yang masih bersisa dalam air. Selanjutnya, lapisan

akuades dan lapisan organik masing-masing diteteskan pada kertas saring lalu

dikeringkan dalam oven. Fungsi pengeringan kertas saring adalah untuk


memudahkan dilakukannya pengukuran sehingga didapatkan hasil noda yang

lebih baik, pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan penggaris.

Berdasarkan data hasil pengukuran, pada kertas yang ditetesi lapisan

akuades diperoleh diameter noda yaitu sampel minyak kelapa sebesar 1,4 cm dan

pada minyak wijen sebesar 2,5 cm. Hal ini tidak sesuai teori di mana seharusnya

kertas saring yang ditetesi lapisan akuades tidak terbentuk noda karena akuades

bersifat polar sedangkan minyak kelapa dan minyak wijen termasuk nonpolar.

Kesalahan mungkin disebabkan pada saat pemisahan yang kurang teliti sehingga

masih terdapat lapisan organik pada lapisan akuades. Pada sampel minyak sawit,

dan margarin tidak terbentuk diameter noda. Hal ini sesuai dengan teori di mana

akuades tidak dapat larut dalam sampel tersebut karena adanya perbedaan sifat

kepolaran, air bersiat polar dan sampel tersebut bersifat nonpolar sehingga tidak

saling melarutkan yang ditandai dengan tidak terbentuknya noda. Kemudian pada

kertas yang ditetesi senyawa organik berupa etanol diperoleh diameter noda pada

sampel minyak kelapa, minyak wijen, minyak sawit dan margarin berturut-turut

adalah 2,5, 3,6, 1,8, dan 1,7.

4.3. Reaksi

4.3.1 Minyak dengan Akuades

O
H2 C O C R1
O
HC O C R 2 + H2 O
O
H2 C O C R3

4.3.2 Minyak dengan Etanol


O O

H2C O C R1 H2C O C R1
O O

HC O C R2 + C2H5OH HC O C R2
O O

H2C O C R3 H2C O C R3
C2H5OH

4.3.3 Minyak dengan n-Heksana

O
O
H2C O C R1
H2C O C R1
O
O
HC O C R2 + 3CH3(CH2)4CH3
HC O C R2
O
O
H2C O C R3
H2C O C R3
CH3(CH2)4CH3

4.3.4 Minyak dengan Kloroform

O O

H2C O C R1 H2C O C R1
O O

HC O C R2 + 3CHCl3 HC O C R2
O O

H2C O C R3 H2C O C R3
CHCl3

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

1. Urutan kelarutan minyak kelapa pada berbagai macam pelarut dari yang

terbesar ke yang terkecil pada minyak kelapa yiatu kloroform > etanol > n-

heksana > akuades, pada minyak wijen yaitu n-heksana > kloroform > etanol >

akuades, pada minyak sawit yaitu etanol > kloroform > n-heksana > akuades,

dan pada margarin yaitu n-heksana > kloroform > etanol > akuades.

2. Pelarut yang baik digunakan untuk ekstraksi pada minyak kelapa adalah

kloroform, pada minyak wijen dan margarin adalah n-heksana, serta pada

minyak sawit adalah etanol.

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Sebaiknya alat-alat maupun bahan-bahan yang ada di laboratorium lebih

dilengkapi agar praktikan lebih nyaman dalam melakukan praktikum dan tetap

menjaga kebersihan laboratorium.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Dalam melakukan percobaan agar dapat berhasil dan sukses, sebaiknya

harus menaati aturan dan tetap berhati hati agar tidak terjadi sesuatu yang tidak

diinginkan.

5.2.3 Saran untuk Asisten

Asisten telah memberikan arahan serta penjelasam dengan baik sehingga

praktikan bisa memahami percobaan yang sedang dilakukan. Kedepannya agar

lebih memperhatikan jadwal agar tidak terjadi keterlambatan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Andaka, Ganjar., 2009, Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah dengan
Pelarut n-Heksana, Jurnal Teknologi, 2(1): 80-88.

Mamuaja, C.F., 2017, Lipida, Unsrat Press, Manado.

Mukhriani, 2014, Ekstraksi Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif, Jurnal


Kesehatan, 7(2): 361-367.

Nelson, D.L. dan Cox, M.M., 2013, Principles of Biochemistry, Universitas of


Wisconsin, Madison.

Sahriawati., 2016, Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Ikan Metode Soxhletasi


dengan Variasi Jenis Pelarut dan Suhu Berbeda, Jurnal Galung Tropika,
5(3): 164-170.

Tenbohlen, Stefan., dkk, 2010, Aging Performance and Moisture Solubility of


Vegetable Oils dor Power Transformes, 25(2)110-115.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Kelarutan Minyak dan Lemak

10 tetes sampel
- Dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi berbeda

- Ditambahkan 10 tetes akuades pada tabung 1

- Ditambahkan 10 tetes etanol pada tabung 2

- Ditambahkan 10 tetes kloform pada tabung 3

- Ditambahkan 10 tetes n-heksana pada tabung 4

- Dikocok masing-masing tabung

- Dipipet dan diteteskan 1 tetes pada bagian tengah kertas saring

untuk masing-masing tabung

- Dikeringkan dalam oven

- Diukur diameter noda yang terbentuk pada masing-masing

kertas saring
Data

Keterangan: Sampel yang digunakan yaitu minyak kelapa, minyak wijen,


minyak sawit, dan mentega.
2. Ekstraksi Minyak dan Lemak

Campuran minyak/lemak dan akuades


- Ditambahkan 10 tetes pelarut organik

- Dikocok

-
Campuran 2

- Dipisahkan

Lapisan akuades Lapisan organik

- Ditambahkan 10 tetes pelarut organik

- Dikocok dan dipisahkan

Lapisan akuades Lapisan organik

- Dipipet dan diteteskan 1 tetes - Digabungkan dengan lapisan

pada bagian tengah kertas organik (1)

saring - Dipipet dan diteteskan 1 tetes

- Dikeringkan di dalam oven pada bagian tengah kertas

- Diukur diameter noda saring

- Diukur diameter noda


Data Data
Lampiran 2. Foto Percobaan

Gambar 1. Kelapa + pelarut Gambar 2. Mentega + pelarut


organik organik

Gambar 3. Sawit + pelarut Gambar 4. Wijen + pelarut


organik organik
Gambar 5. Kelapa + pelarut Gambar 6. Margarin + pelarut
organik organik

Gambar 7. Sawit + pelarut organik Gambar 8. Wijen + pelarut organik

Gambar 9. Ekstraksi Margarin dan Gambar 10. Ekstraksi Wijen dan


pelarut organik pelarut organik
Gambar 11. Ekstraksi Kelapa Gambar 12. Ekstraksi Mentega
dan pelarut etanol dan pelarut n-heksana

Gambar 13. Ekstraksi Sawit Gambar 14. Ekstraksi Wijen


dan pelarut etanol dan pelarut n-heksana

Anda mungkin juga menyukai