H311 15 310
PENDAHULUAN
golongan lipida. Satu sifat yang khas yang mencerminkan golongan lipida
(termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik
pelarut air. Dari dua kutub kelarutan yang berlawanan ini timbul polaritas, yaitu
yang menunjukkan tingkat kelarutan bahan dalam air disatu sisi dan pelarut
organik disisi lain yang berlawanan. Yang cenderung lebih larut dalam air disebut
memiliki sifat yang polar dan sebaliknya yang lebih cenderung larut dalam pelarut
Lemak dan minyak termasuk golongan lipida sederhana yang tersusun dari
trigliserida atau triasil gliserol. Lemak dan minyak dibedakan hanya dari bentuk
dan sumbernya. Minyak berbentuk cair pada suhu kamar dan umumnya berasal
dari tumbuhan (minyak nabati), sedangkan lemak berbentuk padat pada suhu
kamar dan umumnya berasal dari hewan atau lemak hewani (Poedjiadi, 1994).
Lemak dan minyak dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan cara
ekstraksi baik menggunakan alkohol panas, eter, atau pelarut lemak lainnya.
Untuk itu, dalam percobaan ini akan diuji beberapa pelarut terhadap kelarutannya
dengan minyak dan akan ditentukan pelarut yang paling baik yang berdasarkan
dengan menggunakan berbagai macam pelarut dan mengetahui jenis pelarut yang
macam pelarut.
2. Menentukan dan mengetahui jenis pelarut yang baik untuk minyak dan lemak.
akuades dan minyak beberapa kali dan memisahkan kedua lapisan yang terdiri
dari larutan akuades dan organik yang diteteskan pada kertas saring dan diukur
TINJAUAN PUSTAKA
minyak daging sapi, kulit ayam, lemak yang terdapat dalam susu, kuning telur,
kelas lain dari senyawa, lipid tidak dapat didefinisikan dari sudut pandang
struktur, dimana dapat dibedakan menjadi tiga. Berbagai macam fungsional dan
Lipid larut dalam air tetapi larut dalam pelarut nonpolar seperti eter,
kloroform dan benzena. Lipid yang dapat dipakai oleh organisme hidup. Dalam
mamalia yang normal paling sedikit 10-20 % dari tubuh berat badan adalah lipid.
lipid mewakili lebih dari 90 persen dari sitoplasma sel (Sakthisekaran, 2005).
Lemak adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol ialah suatu
trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Satu molekul gliserol dapat
mengikat satu, dua, atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yag disebut
tubuh lemak digunakan sebagai cadangan energi yang disimpan pada jaringan
adiposa. Dari katabolisme karbohidrat lemak dan protein tampak adanya interelasi
dapat menjadi gemuk kalau makan banyak sumber karbohidrat dan protein,
Lemak dalam bidang biologi dikenal sebagai salah satu bahan penyusun
dinding sel dan penyusun bahan-bahan biomolekul. Dalam bidang gizi lemak
merupakan sumber biokalori yang cukup tinggi nilai kilokalorinya yaitu sekitar
9 kilokalori setiap gramnya. Dan juga merupakan sumber asam-asam lemak tak
jenuh yang esensial yaitu linoleat dan linolenat (Sudarmaji dkk., 2003).
lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol
dengan tiga molekul asam lemak. Trigliserida merupakan kelompok lipida yang
terdapar paling banyak dalam jaringan hewan dan tumbuhan. Trigliserida dalm
minyak memegang peranan yang penting, karena minyak memiliki titik didih
yang tinggi (sekitar 200°C) maka biasa digunakan untuk menggoreng makanan
sehingga bahan yang digoreng akan kehilangan sebagian besar air yang
dikandungnya dan menjadi kering. Minyak juga memberikan rasa gurih dan
dari minyak, diikuti oleh suhu dan waktu ekstraksi. Waktu ekstraksi tidak
kualitas relatif dari minyak diekstraksi dengan SC-CO2 pada 40 MPa dan 60 ºC
dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti kloroform, aseton, eter dimetil,
kecenderungan non polar. Maka kelompok lipida ini secara khusus berbeda
dengan karbohidrat dan protein yang tidak larut dalam pelarut-pelarut organik
Lipid terdiri hampir eksklusif dari karbon dan hidrogen dan memiliki
dominan kelompok nonpolar. Ini menandakan lipid tidak dapat larut dalam air.
Minyak dan lemak terakumulasi dalam jaringan adiposa dan langsung tersedia
untuk kebutuhan energi organisme. lipid ini juga berperan dalam padding dari
organ vital tertentu, misalnya mata, jantung, dan ginjal. Kelompok ini terdiri dari
mengeluarkan satu atau beberapa komponen dari suatu padatan atau cairan dengan
bantuan pelarut. Sebagai contoh ekstraksi yang digunakan dalam ekstrasi kopi
dengan menggunakan dua pelarut yaitu n-heksana dan etanol maka didapatkan
hasil bahwa ekstraksi dengan pelarut heksana berwarna cokelat dan kental, bau
tidak terlalu pekat, ada sedikit endapan (seperti lemak). Sedangkan ekstraksi
dengan pelarut eatnol 96%, berwarna hitam pekat dan sedikit kental, dan bau
terlalu pekat, ada endapan berupa bubuk kopi (Aziz, dkk., 2009).
umumnya tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam bahan pelarut organik.
Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida adalah dengan
menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya suatu bahan akan larut dalam
pelarut yang sama polaritasnya. Karena polaritas lipida berbeda-beda maka tidak
ada bahan pelarut umum untuk semua macam lipida (Sudarmaji dkk., 2003).
Kadar air yang tinggi dalam bahan menyebabkan lipid sukar diekstraksi
dengan pelarut non polar karena bahan pelarut sukar masuk kedalam jaringan
yang basah dan menyebabkan bahan pelarut menjadi jenuh dengan air sehingga
kurang efisien untuk ekstraksi. Pemanasan bahan yang terlalu tinggi juga tidak
baik untuk proses ekstraksi lipida karena sebagian lipida akan terikat dengan
protein dan karbohidrat yang ada dalam bahan sehingga menjadi sukar untuk
untuk memperoleh minyak. Salah satunya adalah ekstraksi minyak dari biji
cherry. Penelitian ini adalah untuk membandingkan isi dan komposisi minyak dari
Komposisi asam lemak bebas dan pitosterol, yang dicapai dengan dua metode
ekstraksi, dianalisis. analisis kromatografi gas sampel minyak biji cherry yang
tidak tersafonifikasi, diperoleh dengan SFE dan ekstraksi Soxhlet, diizinkan untuk
Brasikasterol atau stigmasterol tidak hadir dalam ekstrak (Straccia, dkk., 2012).
Partisi tahap pertama dilakukan terhadap ekstrak etanol (EPC)
polar (terpenoid non polar dan alkaloid) yang terkandung di dalam ekstrak etanol
mudah larut dalam pelarut non polar. Senyawa terpenoid buah mahkota dewa
yang berhasil tertarik oleh n-heksana pada partisi adalah steroid dan resin
1.4.1 Butanol
merupakan salah satu dari kelompok alcohol yang memiliki dari dua atom karbon
dan mudah larut dalam air. Butanol biasa digunakan dalam proses isolasi.
maserasi dan partisi, yang menghasilkan ekstrak kental n-heksana, ekstrak kental
etil asetat dan ekstrak kental n-butanol (Asih dan Setiawan, 2008).
sintesis yang paling banyak digunakan dalam industri makanan. Semakin besar
penambahan jumlah pelarut tertbutanol yang digunakan maka kadar dari mono
dan diasilgliserol yang diperoleh semakin meningkat pada suhu reaksi konstan
co-solvent maka minyak (TAG) dan gliserol lebih banyak melarut sehingga TAG
yang bereaksi lebih besar. Minyak (TAG) tidak dapat larut dalam gliserol pada
temperatur rendah (temperatur reaksi < 200 oC). Sehingga dengan penambahan
co-solvent mampu meningkatkan kelarutan minyak dan gliserol pada suhu rendah.
kelarutan minyak akan meningkat sehingga reaksi akan berjalan semakin baik
1.4.2 n-heksana
pelarut dengan alat soxhlet. Ekstraksi melibatkan berbagai tiga parameter, volume
pelarut, waktu dan massa sampel untuk dua level masing-masing. Pada penelitian
dikenakan dalam analisis fisik dan kimia untuk menentukan fitur, atau kualitas.
ekstrak lampu dengan titik leleh, titik didih, nilai pH dan indeks bias 88o C, 89o C,
6,03 dan 1,57, masing-masing. Juga, nilai saponifikasi, nilai asam dan
nilai yodium adalah 134 mgKOH / g, 5.036 mg / KOH, dan 6.77 g, masing-
1.4.3 Kloroform
antioksidan dan yang lainya bersifat polar. Fraksi etanol hasil partisi tahap
semi polar, seperti kloroform. Uji kuantitatif menunjukkan bahwa kedua fraksi
Air adalah komponen kimia utama pada organisme hidup. Sifat fisiknya
organik dan anorganik, berasal dari struktur dipolar air dan kemampuannya yang
luar biasa untuk membentuk ikatan hidrogen. Cara air berinteraksi dengan suatu
yang sangar baik adalah suatu reaktan atau produk dalam banyak reaksi
menjadi ion hidroksida dan proton. Keasaman suatu larutan air umumnya
METODE PERCOBAAN
minyak kelapa tradisional, minyak wijen, minyak sawit, metega, akuades, etanol,
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak
tabung reaksi, sikat tabung, pipet tetes, pipet skala, penggaris dan oven.
menggunakan kertas label. Pada tabung reaksi pertama ditambahkan dengan air,
didiamkan beberapa menit hingga terbentuk dua lapisan (2 fase) kemudian dipipet
dan diteteskan sebanyak 2 tetes pada kertas saring. Dikeringkan dalam oven
selama beberapa menit dan setelah kering diukur diameter noda yang muncul pada
Ambil tabung reaksi yang berisi campuran air dan minyak dari hasil
percobaan kelarutan minnyak dan lemak. Campuran air dan minyak tersebut
fasa (fasa organik 1 dan fasa air). Fasa organik (lapisan atas) kemudian diambil
dengan cara dipipet dan dipindahkan ke tabung reaksi yang lain (2). Fasa air yang
terbentuk dua lapisan. Lapisan atas (fasa organik 2) kemudian dipipet dan
dipindahkan ke tabung reaksi (2) yang berisi larutan organik 1. Isi tabung yang
berisi fasa air, dan tabung yang berisi fasa organik masing-masing diteteskan
sebanyak 2 tetes pada kertas saring berbeda yang sudah diberi tanda. Kemudian
4.1 Hasil
minyak kelapa, minyak sawit, mentega dan lilin dalam beberapa pelarut yaitu
adalah, minyak kelapa, minyak wijen, minyak sawit, dan mentega. Data
pengamatan diameter noda yang dihasilkan oleh minyak dengan berbagai pelarut
dimasukkan dalam tabung reaksi lain. Lapisan air yang tetap ada ditambahkan lagi
4.2 Reaksi
4.3 Pembahasan
terlebih dahulu agar menjadi wujud cair sehingga mudah bereaksi dengan pelarut
wijen, minyak sawit, dan mentega) dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
pelarut air, etanol, n-heksana dan kloroform, kemudian dikocok. Fungsi dari
mengetahui pelarut minyak dan lemak yang sangat baik. Larutan sampel dan
pelarut kemudian ditetesi 2 tetes di atas kertas saring, lalu dikeringkan di dalam
hasil noda yang lebih baik, karena noda yang terbentuk akan lebih mudah untuk
diamati pada saat kertas saring telah kering, selanjutnya diameter noda dihitung
untuk mendapatkan datanya. Diameter pada noda yang paling besar adalah noda
untuk tingkat kelarutan yang besar, jadi pelarut yang digunakan adalah pelarut
yang baik.
Hasil percobaan kelarutan minyak dan lemak didapatkan bahwa diameter
noda pada minyak kelapa untuk pelarut air sebesar 4,7 cm; etanol sebesar 3,25
cm; n-heksana sebesar 3,2 cm dan kloroform sebesar 2,85 cm. Pada minyak sawit
untuk pelarut air tidak didapatkan noda; n-heksana sebesar 2,3 cm; kloroform
sebesar 2,3 cm sedangkan pelarut etanol 2,6 cm. Pada minyak wijen untuk pelarut
air didapatkan diameter noda sebesar 2,4 cm; etanol sebesar 2,51 cm; n-heksana
sebesar 3,25 cm dan kloroform sebesar 3 cm. Pada minyak kelapa tradisional
untuk pelarut n-heksana didapatkan diameter noda sebesar 2,5 cm; kloroform
sebesar 3,1 cm sedangkan pelarut air 1,35 cm dan etanol 2,4 cm. Pada mentega
untuk pelarut etanol didapatkan diameter noda sebesar 3,3 cm; n-heksana sebesar
2,75 cm; kloroform sebesar 3,7 cm sedangkan pelarut air 3,75 cm.
lemak adalah panjang pendeknya rantai asam lemak penyusunnya. Suatu gliserida
asam lemak rantai pendek dapat dengan mudah larut dalam air, sementara itu
gliserida asam lemak rantai panjang tidak dapat larut dalam air. Semakin panjang
rantai atom karbon penyusun lemak dan minyak, semakin tidak polar minyak dan
kelarutan yang besar, jadi pelarut yang digunakan adalah pelarut yang baik. Hal
ini disebabkan karena semakin larut minyak dan lemak dalam suatu pelarut, maka
merata dalam pelarut, sehingga apabila pelarut diteteskan pada suatu kertas saring
akan tersisa noda minyak atau lemak yang diameternya besar. Berbeda jika
minyak dan lemak tersebut tidak larut. Jika minyak dan lemak tidak larut, maka
dalam pelarut tersebut tidak ada partikel-partikel lemak atau minyak, sehingga
apabila pelarut diteteskan pada kertas saring dan kemudian dikeringkan hingga
pelarut tersebut menguap, maka tidak ada noda minyak atau lemak pada kertas
saring. Berdasarkan dari data yang diperoleh pada sampel urutan pelarut yang
yang baik adalah n-heksana > kloroform > etanol > air.
Pada percobaan ekstraksi minyak dan lemak, larutan campuran air dan
2 fasa, fasa organiknya dipisahkan dari fasa air dan dipindahkan ke tabung reaksi
lainnya. Pencampuran ini dilakukan sebanyak dua kali, agar fasa organik dan fasa
dua tetes dan dikeringkan ke dalam oven. Fungsi dari pengeringan kertas saring
hasil noda yang lebih baik karena pada saat kertas saring telah kering, noda yang
terbentuk akan lebih mudah untuk diamati. Setelah kering diameter noda dihitung
untuk mendapatkan datanya. Diameter pada noda yang paling besar adalah noda
untuk tingkat kelarutan yang besar, semakin larut minyak dan lemak dalam suatu
pelarut, maka semakin baik pelarut tersebut digunakan dalam ekstraksi. Hal ini
semakin besar nilai koefisien distribusi, maka pelarut akan semakin baik untuk
digunakan.
Pada percobaan diamati pelarut yang baik untuk ekstraksi. Ekstraksi,
dilakukan dengan menggunakan pelarut n-heksana dan akan terbentuk 2 fasa, fasa
organik dan fasa air. Kedua fasa tersebut diteteskan diatas kertas saring kemudian
dikeringkan di dalam oven. Diameter noda fasa organik (n-heksana) pada minyak
kelapa yang diperoleh dari percobaan adalah sebesar 4,4 cm; pada minyak sawit
sebesar 4,3 cm; pada minyak wijen sebesar 5,05 cm; dan pada minyak kelapa
tradisional sebesar 4,1 cm. Sedangkan untuk fasa air diameter noda pada minyak
kelapa 2,7 cm; dan pada minyak kelapa tradisional 1 cm sedangkan pada minyak
sawit dan minyak wijen tidak diperoleh noda. Dalam hal ini minyak sawit dan
minyak wijen sesuai dengan teori sedangkan minyak kelapa dan minyak kelapa
tradisional tidak sesuai dengan teori karena air yang bersifat polar tidak bisa
melarutkan lemak sehingga jika minyak dan lemak tidak larut, maka dalam
pelarut tersebut tidak ada partikel-partikel lemak atau minyak, sehingga apabila
pelarut diteteskan pada kertas saring dan kemudian dipanaskan hingga pelarut
tersebut menguap, maka tidak ada noda minyak atau lemak pada kertas saring.
konsentrasi zat tersebut dalam pelarut air. Sehingga, dalam melakukan ekstraksi
yang paling penting adalah bagaimana kita memilih pelarut yang paling tepat.
Semakin larut minyak dan lemak dalam suatu pelarut, maka semakin baik pelarut
tersebut digunakan dalam ekstraksi. Hal ini disebabkan karena akan semakin besar
maka pelarut akan semakin baik untuk digunakan. Berdasarkan data tersebut maka
n-heksana merupakan pelarut yang sangat baik untuk minyak atau lemak.
BAB V
5.1 Kesimpulan
kesimpulan bahwa :
1. Urutan kelarutannya adalah n-heksana > kloroform > etanol > air.
5.2 Saran
terlihat yang mana merupakan pelarut yang baik untuk ekstraksi minyak dan
lemak.
Sebaiknya peralatan lebih diperbanyak dan alat yang sudah rusak segera
Asih, A.I.A.R., dan Setiawan, I.M.A., 2008, Senyawa Golongan Flavonoid pada
Ekstrak n-butanol Kulit Batang Bungur (lagerstroemia speciosa pers),
Jurnal Kimia, 2(2): 111-116.
Aziz, T., Cindo, R. K. N., dan Fresca, A., 2009, Pengaruh Pelarut Heksana dan
Etanol, Volume Pelarut, dan Waktu Ekstraksi Terhadap Hasil Ekstraksi
Minyak Kopi, Jurnal Teknik Kimia, 16(1): 1-8
Murray, R.K., Granner D.K., dan Rodwell V.W., 2009, Biokimia Harper,
diterjemahkan oleh dr. Brahm U. Pendit EGC, Jakarta.
Olutoye, M.A., dan Garba, M.U., 2008, Extraction and Characterization of Oil
from Lima Beans Using Full Factorial Designs, AU J.T, 12 (2): 86-91.
Purba, R. D. L., Nainggolan, M., dan Ritonga, M. Y., 2014, Pengaruh Rasio
Pelarut Tert-Butanol terhadap Minyak dan Suhu Reaksi Gliserolisis pada
Pembuatan Mono dan Diasilgliserol (Mdag) Menggunakan Katalis Abu
Cangkang Telur Ayam, Jurnal Teknik Kimia USU, 3 (4); 44-50.
Sicaire, A.G., Vian, M., Fine, F., Joffre, F., Carre. P., Tostain, S., dan Chemat, F.,
2015, Alternative Bio-Based Solvents for Extraction of Fat and Oils:
Solubility Prediction, Global Yield, Extraction Kinetics, Chemical
Composition and Cost of Manufacturing, International Journal of
Molecular Sciences, 16 (2): 8430-8453.
Straccia, M. C., Siano, F., Coppola, R., La Cara, F., dan Volpe, M. G., 2012,
Extraction and Characterization of Vegetable Oils from Cherry Seed by
Different Extraction Processes, Chemical Engineering Transactions, 27:
391-396.
Uquiche, E., Romero, V., Ortíz, J., and Valle, J. M., 2012, Extraction of Oil and
Minor Lipids From Cold-Press Rapeseed Cake with Supercritical CO2,
Brazilian Journal of Chemical Engineering, 29 (03); 585-597.