Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum ke-3 Hari / Tanggal : Selasa / 11 Februari 2020

Mikrobiologi Nutrisi Tempat Praktikum : Laboratorium


Mikrobiologi Nutrisi
Nama Asisten : Martina Sihombing
(D24160021)

PEMBUATAN MEDIA DAN STERILISASI

Angga Dwisyahputra
D24170102
Kelompok 4 / group 2

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mikrobiologi ialah ilmu mengenai organisme hidup yang berukuran


mikroskopis. Dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme: bakteri,
protozoa, virus, serta algae dan cendawan mikroskopis. Dalam bidang mikrobiologi
kita mempelajari banyak segi mengenai jasad-jasad renik ini (juga dinamakan
mikroba atau protista dimana adanya, ciri-cirinya, kekerabatan antara sesamanya
seperti juga dengan kelompok organisme lainnya, pengendaliannya,
dan peranannya dalam kesehatan serta kesejahteraan kita. Mikroorganisme sangat
erat kaitannya, dengan kehidupan kita, beberapa di antaranya bermanfaat dan yang
lain merugikan. Banyak di antaranya menjadi penghuni tubuh manusia. Beberapa
mikrooranisme menyebabkan penyakit dan yang lain terlibat dalam kegiatan
manusia sehari-hari seperti misalnya, pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi
penisilin, serta proses-proses perlakuan yang berkaitan dengan pembuangan limbah
(Michael 2007).
Antony Van Leeuwenhoek (1632-1732) ialah orang yang pertama kali
mengetahui adanya dunia mikroorganisme itu. Dengan mikroskop ciptaannya ia
dapat melihat bentuk makhluk-makhluk kecil yang sebelumnya itu tidak diduga
sama sekali keadaannya (Dwidjoseputro 2005). Bahan atau peralatan yang
dipergunakan dalam bidang mikrobiologi harus dalam keadaan steril. Steril artinya
tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang
menggangu kehidupan dan proses yang dikerjakan (Waluyo 2008). Sebelum
melakukan praktikum mengenai peralatan yang ingin kita gunakan harus disterilkan
dahulu. Sterilisasi atau suci hama yaitu proses membunuh segala bentuk kehidupan
mikroorganisme yang ada dalam sampel/contoh, alat-alat atau lingkungan tertentu
Dalam bidang bakteriologi kata sterilisasi sering dipakai untuk menggambarkan
langkah yang diambil agar mencapai tujuan meniadakan atau membunuh semua
bentuk kehidupan mikroorganisme (Gabriel 1996).
Praktik sterilisasi medium dan alat-alat secara umum dapat dilakukan secara
fisik (misalnya pemanasan, pembekuan, penge-ringan, liofilisasi, radiasi), secara
kimiawi (misalnya antiseptik, disinfektan), secara bio-logis (dengan antibiotika).
Sterilisasi dengan antibiotika tidak umum digunakan, tetapi lebih banyak
digunakan untuk tujuan khemoterapi (pegobatan). Pemilihan cara sterilisasi yang
akan dipakai tergantung dari beberapa hal misalnya macam bahan dan alat yang
disterilkan, ketahanan terhadap panas, dan bentuk bahan yang disterilkan (padat,
cair, atau berbentuk gas) (Waluyo 2008). Selama sterilisasi alat, media dan bahan
perlu disterilkan. Media adalah susunan bahan baik bahan alami (seperti tauge,
kentang, daging, telur, wortel dan sebagainya) ataupun bahan buatan (berbentuk
senyawa kimia, organik ataupun anorganik) yang dipergunakan untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakan mikroba. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media
berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan
media pertumbuhan maka dapat dilakukan isolasi mikroorganisme menjadi kultur
murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Hidayat 2006).
Dalam menganalisis mikrobiologi, penggunaan media sangat penting, baik untuk
isolasi diidentifikasi maupun differensial. Media juga digunakan untuk membawa
material dari tempat lain ke laboratorium, agar mikroba itu tetap hidup sampai di
laboraturium. Media yang dibutuhkan bagi pertumbuhan mikroba terdiri dari
beberapa komponen senyawa kimia, sehingga dalam pembuatannya harus
memenuhi beberapa kaidah kimia (Gabriel 1996). Media untuk bakteri berasal dari
Nutrien Agar sedangkan media untuk jamur itu berasal dari Potato Dextrose Agar.
Praktikum ini dilaksanakan agar pratikan dapat membuat media aerob dan anaerob
total bakteri dan sterilisasi alat-alat praktikum dengan autoclave.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan membuat media anaerob dan aerob total bakteri
dan sterilisasi alat-alat praktikum dengan autoclave.

TINJAUAN PUSTAKA

Media Aerob

Media aerob merupakan media yang digunakan untuk mengembangkan


mikroba yang bersifat aerob (tahan terhadap oksigen). Salah satu mikroorganisme
yang sering ditumbuhkan pada media jenis ini adalah kapang (Suriawiria 1985).
Pada mikroorganisme aerob, oksigen digunakan sebagai aseptor elektron terakhir,
tidak diperlukan reduksi senyawa intermediator seperti dalam fermentasi. Hasil
senyawa-senyawa intermediet tersebut dapat dioksidasi sempurna menjadi
karbondioksida dan air (Rahmawati 2012).

Media Anaerob

Media anaerob merupakan media yang digunakan untuk mengembangkan


mikroba yang bersifat anaerob. Perlu adanya pengosongan oksigen yang dilakukan
dengan cara memasukan karbondioksida pada media. Media anaerob lebih banyak
digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang bersifat anaerobik karena
memberikan lingkungan yang lebih memungkinkan untuk mikroba jenis tersebut
untuk hidup (Suriawiria 1985). Metabolisme anaerob, elektron yang dibebaskan
melalui reaksi oksidasi ditransfer melalui serangkaian transfer elektron dan energi
dihasilkan melalui fosforilase oksidatif. Letak perbedaan antara respirasi aerob
dengan anaerob yaitu respirasi anaerob yang berperan sebagai aseptor elektron
terakhir adalah senyawa anorganik bukan oksigen (Rahmawati 2012).

Bakteri Aerob

Mikroba aerob merupakan bakteri yang membutuhkan O2 untuk


pertumbuhannya. Sistem enzimnya membutuhkan O2 sebagai elektron aseptor pada
proses fosforilasi oksidatifnya. Jika tidak ada oksigen, bakteri akan mati. Bakteri
aerob menggunakan glukosa atau zat organik lainnya seperti etanol untuk
dioksidasi menjadi CO2, H2O, dan sejumlah energi. Contoh mikroba areob adalah
Bacillus sp., Escherichia coli, dan Streptococcus (Puspitasari et al 2012). Mikroba
aerob adalah mikroba yang hidupnya memerlukan oksigen bebas. Mikroba yang
hidup secara aerob dapat memecah gula menjadi air, CO2, dan energi berupa ATP,
NADH, dan FADH. Mikroba aerob obligat adalah bakteri yang mutlak
membutuhkan oksigen bebas dalam hidupnya (Holt et al 1994).

Bakteri Anaerob

Bakteri anaerob adalah bakteri yang tidak membutuhkan oksigen dalam


hidupnya, Jika ada oksigen bakteri tersebut akan mati. Contoh-contoh bakteri
anaerob adalah Prevotella melaninogenica (menyebabkan abses pada rongga mulut
dan faring), Clostridium tetani (menyebabkan kejang otot), Peptostreptococcus
(menyebabkan abses otak dan abses saluran kelamin wanita), Methanobacterium
(menghasilkan gas metana), dan Bacteroides fragilis (menyebabkan abses atau
tumpukan nanah di usus) (Komala et al 2012). Mikroba anaerob digolongkan
menjadi dua yaitu mikroba anaerob obligat dan fakultatif. Anaerob obligat adalah
organisme yang tidak membutuhkan oksigen bebas bahkan jika kontak dengan
oksigen akan mengakibatkan penghambatan atau mematikan organisme tersebut.
Mikroba anaerob obligat tidak dapat bertahan hidup jika kontak langsung dengan
oksigen minimal selama 10 menit. Ketidaktahanan mikroba anaerob obligat
terhadap oksigen disebabkan tidak adanya enzim superoksida dismutase dan
katalase, yang akan mengubah superoksida yang terbentuk dalam sel mereka karena
adanya oksigen. Anaerob fluktuatif merupakan organisme yang dapat
menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron atau sebagai penggantinya dapat
diambil oksigen dari garam-garam seperti NaNO3, Na2SO4, atau karbonat (Kim et
al 2008).

Media Gliserol

Gliserol dapat digunakan sebegai media penyimpanan bakteri. Gliserol


memiliki daya larut yang tinggi dengan media cair triptic soy broth (TSB) walaupun
pada kondisi suhu dingin, memiliki daya penetrasi sampai ke dalam sel dan
memiliki daya toksisitas yang rendah. Herdis et al (2003) mengungkapkan bahwa
gliserol mampu mencegah pengumpulan molekul-molekul air dan kristalisasi es
pada titik beku larutan. Gliserol juga akan memodifikasi kristal es yang terbentuk
di dalam medium pembekuan sehingga menghambat kerusakan sel secara mekanis.
Gliserol adalah senyawa bahan kimia dengan rumus kimia
HOCH2CH(OH)CH2OH. Tidak berwarna, tidak berbau dan berupa cairan kental
yang sering digunakan pada formula obat-obatan. Gliserol sering juga disebut
glycerin atau glicerine, biasa disebut gula alkohol merupakan cairan kental dengan
titik leleh 180C dan titik didih 2900C, bermassa jenis 1.1261, berasa manis dengan
kadar racun rendah. Gliserol dapat mencegah pengumpulan molekul-molekul air
dan kristalisasi es pada titik beku larutan. Gliserol, seperti banyak zat lain yang
memiliki sifat antibeku, benar-benar larut sebagai cairan tetapi bercampur dalam
fase padat. Penelitian yang dilaporkan di sini menunjukkan bahwa bakteri tertentu
dapat dibekukan dengan penambahan gliserol tanpa mengalami kerusakan
(Hollander dan Nell 1954). Gliserol pada umumnya digunakan sebagai media
dalam pengawetan atau penyimpanan jangka panjang atau sekedar sebagai media
untuk memindahkan mikroorganisme. Gliserol dapat digunakan sebagai media
karena gliserol dapat melindungi aktivitas antimikroba dengan cara meningkatkan
stabilitas struktur protein asli dari mikroba sehingga dapat mencegah protein dari
proses termal dan agregasi (Ariwulan 2013).

Media Pengencer Putih (Anaerob)

Larutan pengencer / larutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk


mengencerkan contoh pada analisis mikrobiologi. Pengenceran dilakukan untuk
memperoleh contoh dengan jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung yaitu
antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. Pengenceran biasanya dilakukan 1:10,
1:100, 1:1000, dan seterusnya (Ardiansyah 2004). Larutan yang digunakan untuk
mengencerkan contoh biasanya mangandung buffer untuk menjaga keseimbangan
ion dari mikroba. Buffer yang diunakan untuk pembuatan media dan larutan
pengencer adalah posfat dikarenakan satu-satunya komponen anorganik yang
mengandung sifat buffer pada kisaran pH normal, yaitu merupakan pH yang dapat
mempertahankan keseimbangan fisiologi dari mikroba. Selain itu, posfat tidak
mempunyai unsur racun bagi mikroba gram. Posfat yang sering digunakan sebagai
buffer adalah kalium monohidrogen posfat, dan kalium hidrogen posfat. Sebagai
larutan pengencer, selain larutan yang mangandung buffer fosfat, dapat juga
digunakan larutan garam fisiologi (0.85%) atau larutan reagen. Larutan pengencer
ditempatkan dalam tabung reaksi adalah 9 ml setiap tabungnya (Diliello 2002).

Media Pengencer Aerob

Garam bersifat higroskopis yaitu dapat menyerap air, sehingga adanya


garam akan menyebabkan sel-sel mikroorganisme mati karena dehidrasi. Garam
akan terionisasi dan menarik sejumlah molekul air, peristiwa ini disebut hidrasi ion.
Jika konsentrasi garam semakin besar, maka semakin banyak ion hidrat dan
molekul air terjerat, sehingga menyebabkan aktivitas air (Aw) bahan pangan
menurun. Aktivitas garam dalam menarik air ini erat kaitannya dengan peristiwa
plasmolisis, dimana air akan bergerak dari konsentrasi garam rendah ke konsentrasi
garam tinggi karena adanya perbedaan tekanan osmotik. Efek dari garam sebagai
pengawet adalah sifat osmotiknya yang tinggi sehingga memecahkan membaran sel
mikroba. Jika mikroba ditempatkan dalam larutan garam tinggi, maka air dalam sel
akan keluar secara osmosis dan sel mengalami plasmolisis serta akan terhambat
dalam perkembangbiakannya (Gunarto 2006).

Tauge

Tauge kacang hijau merupakan jenis sayuran yang umum dikonsumsi,


mudah diperoleh, ekonomis, dan tidak menghasilkan senyawa yang berefek toksik.
Tauge kacang hijau mengandung makronutrien, mikronutrien, vitamin, asam
amino, serta gula yang dibutuhkan bagi pertumbuhan mikroba. Tauge yang diambil
ekstraknya dapat digunakan sebagai media perkembangan mikroorganisme (Nining
et al 2015). Medium ekstrak tauge diperkaya untuk tujuan umum, untuk isolasi, dan
penumbuhan bermacam mikroorganisme. Media ini banyak digunakan untuk
isolasi bakteri dari spesimen laboratorium dan akan mendukung pertumbuhan
mayoritas bakteri patogen. Medium ekstrak tauge mengandung kasein dan pepton
kedelai yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen lainnya yang
membuatnya menjadi media bernutrisi untuk berma'am mikroorganisme (Schlegel
1993).

Bakto Agar

Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif,
dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana
yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. NA merupakan salah satu media
yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air,
sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel
pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni dengan cara
disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit (Fathir 2010).

MATERI DAN METODE

Materi

Alat-alat yang digunakan pada pengamatan media aerob adalah tabung


reaksi, timbangan, saringan, kompor, panci, erlenmeyer, pipet Mohr, aluminium
foil, plastik tahan panas dan autoclave. Sedangkan alat-alat yang digunakan pada
pengamatan media anaerob adalah erlenmeyer, tabung reaksi, pipet Mohr,
aluminium foil, penutup karet, bulb, tabung CO2, kompor, timbangan, solasi
panviks, plastik tahan panas dan autoclave. Pengamatan media putih dan gilesrol
menggunakan alat-alat seperti tabung CO2, erlenmeyer, solasi panviks, tabung
reaksi, penutup karet, plastik tahan panas dan autoclave. Bahan-bahan yang
digunakan pada pengamatan media aerob adalah tauge, aquadest dan agar-agar
swallow. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada pengamatan media anaerob
adalah serbuk BHI (Brain Heart Infuction) 3.7 g, glukosa 0.05 g, pati 0.5 g, CMC
1% 0.5 ml, cystein HCl 0.05 g, hemin 0.05% 0.5 ml, aquadest dan resazurin 1%
0.05 ml, dan gliserol. Pengamatan pada media putih menggunakan bahan-bahan
seperti NaCO3 0.3 g, larutan mineral I 7.5 ml, larutan mineral II 7.5 ml, cystein HCl
0.1 g, rezazurin 1% 0.05 ml dan aquadest. Bahan larutan mineral I yaitu K2HPO4.
Bahan larutan mineral II yaitu NaCl, (NH4)2SO4, KH2PO4, MgSO4.7H2O, dan
CaCl2.

Metode

Pembuatan Media Aerob


Metode pada pengamatan media aerob yaitu tauge dicuci dan ditimbang
sebanyak 200 g. Tauge dimasukkan ke dalam panci dan ditambahkan aquadest
sebanyak 1 L, dipanaskan di atas kompor dan didiamkan sebentar. Tauge disaring
dan ampasnya dibuang untuk diambil ekstraknya saja. Ekstrak tauge sebanyak 100
ml kemudian dimasukkan ke dalam tabung Erlenmayer yang sudah berisi agar 1.5
g. Erlenmayer yang sudah berisi dipanaskan dan diaduk beberapa saat supaya agar
tidak menggumpal, diaduk sampai warna menjadi kuning bening. Kemudian
dimasukkan masing-masing sebanyak 3 ml ke dalam tiga tabung reaksi. Mulut
tabung reaksi ditutup dengan aluminium foil dan dimasukkan ke dalam plastik
tahan panas. Tabung yang sudah tertutup tersebut dimasukkan ke dalam autoclave
dengan suhu 121oC, tekanan 1 atm, selama 15 menit. Lalu tabung diambil,
dimiringkan 45o, dan didiamkan sampai memadat.

Pembuatan media gliserol


Sebanyak 0.3 gram Na2CO3 dan 0.1 gram cysteine HCl ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik. Setelah itu bahan-bahan tersebut dimasukkan ke
dalam erlenmeyer. Selanjutnya ditambahkan Larutan mineral I sebanyak 7.5 ml,
larutan mineral II 7.5 ml, resajurin 0.05 ml, dan aquadest hingg 100 ml. Kemudian
larutan tersebut dihomogenkan dan dialiri C02 dengan kondisi erlenmeyer ditutup
dengan alumunium foil. Larutan tersebut didiamkan hingga berwarna bening.
Tabung hungate beserta tutupnya disiapkan serta diletakkan pada rak tabung reaksi.
Gliserol dan larutan bening ditambahkan berturut-turut sebanyak 0.2 ml dan 4.3 ml
kedalam tabung hungate dan ditutup dengan dengan penutup karet. Setelah itu,
campuran bahan tersebut dipanfix hingga tertutup dengan rapat. Selanjutnya media
tersebut dimasukkan ke dalam plastik tahan panas dan ujung plastik diikat dengan
karet gelang. Kemudian, dilakukan sterilisasi basah dengan autoclave pada suhu
121ºC selama 15 menit.

Pembuatan media BHI


Bahan yang digunakan yaitu serbuk BHI sebanyak 3.7 gram, glukosa 0.05
gram, dan pati 0.05 gram ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik
kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. CMC 1% 0.5 ml, hemin 0.05% 0.5
ml, resajurin 0.05 ml, dan aquadest ditambahkan ke dalam erlenmeyer sampai
dengan volume 100 ml. Erlenmeyer yang berisi larutan tersebut dipanaskan pada
kompor sampai berubah warna menjadi kuning minyak. Larutan tersebut diangkat
kemudian ditambahkan cystein HCl 0.1 gram dan dialiri CO2 dengan kondisi
erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil agar tidak ada oksigen dari luar yang
masuk. Larutan tersebut didinginkan beberapa menit. Tabung hungate disiapkan
beserta pasangan tutupnya dan diletakkan pada rak tabung reaksi. Bacto agar
dimasukkan ke dalam tabung sebanyak 0.9 gram atau 3 cidukan syiringe dan
ditambahkan larutan yang sudah dibuat sebelumnya yaitu larutan BHI sebanyak 5
ml. Tabung hungate yang sudah terisi larutan dipanaskan di atas kompor sampai
bacto agar larut dan berwarna kuning. Tabung kemudian diangkat dan dialiri CO2
dengan kondisi erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil agar tidak ada oksigen
dari luar yang masuk sampai beku. Tabung hungate yang sudah berisi media beku
kemudian ditutup dengan sumbat karet dan dipanfix hingga tertutup rapat. Langkah
terakhir yaitu media tersebut dimasukkan ke dalam plastik tahan panas dan ujung
plastik diikat dengan karet gelang kemudian dilakukan sterilisasi basah dengan
autoclave pada suhu 121ºC selama 15 menit.

Pembuatan Media Putih


Metode pada pengamatan media putih yaitu semua bahan dicampur, kecuali
cystein HCl. Pencampuran bahan-bahan tersebut dilakukan sama seperti pada
pembuatan media anaerob. Setelah tercampur, larutan dialiri CO2 hingga terjadi
perubahan warna dari merah muda keunguan menjadi putih bening. Larutan yang
sudah bening kemudian dimasukkan ke dalam tiga tabung reaksi sebanyak 5 ml
pada masing-masing tabung, dan dialiri CO2 lagi. Setelah dialiri CO2 langsung
ditutup dengan penutup karet dan diisolasi sampai rapat. Tabung reaksi dimasukkan
ke dalam plastik dan panas dan disterilisasi dalam autoclave.

Pembuatan larutan mineral I


Sebanyak 0.6 gram K2HPO4 ditimbang dengan menggunakan timbangan
dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Aquadest ditambahkan sampai dengan
volume 100ml. Kemudian, campuran tersebut dihomogenkan dengan menggoyang
Erlenmeyer.

Pembuatan larutan mineral II


Bahan-bahan yang digunakan yaitu NaCl 1.2 gram, (NH4)2SO4 1.2 gram,
KH2PO4 0.6 gram, MgSO4.7H2O 0.25 gram, dan CaCl2 0.12 gram ditimbang
dengan menggunakan timbangan dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Aquadest
ditambahkan sampai dengan volume 100 ml. Kemudian, campuran tersebut
dihomogenkan dengan menggoyang Erlenmeyer.

Pembuatan media pengencer aerob


Bahan NaCl ditimbang sebanyak 0.9 gram dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Kemudian aquadest ditambahkan pada erlenmeyer sampai dengan
volume 100 ml dan diaduk agar homogen. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam
tabung reaksi sebanyak 9 ml.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Praktikum yang telah dilakukan yaitu membuat media biakan mikroba.


Terdapat dua jenis media yang dibuat yaitu media aerob untuk mikroba yang
membutuhkan oksigen dan media anaerob untuk mikroba yang tidak membutuhkan
oksigen. Media anaerob terdiri atas tiga media yaitu media BHI, media putih, dan
media gliserol. Selain itu, praktikum yang telah dilakukan yaitu sterilisasi alat.
Sterilisasi yang dilakukan yaitu sterilisasi fisik dengan pembakaran langsung pada
lampu spirtus dan sterilisasi dengan autoclave. Berikut disajikan hasil pembuatan
media aerob dan aerob serta prosedur sterilisasi dengan pembakaran langsung dan
autoclave.
Media Gliserol

Gambar 1 Pembuatan Gambar 2 Larutan Gambar 3 Penambahan


larutan yang dialiri bening dimasukkan Gliserol Sebanyak 0.3
CO2 kedalam tabung ml

Gambar 4 Tabung Gambar 5 Hasil Gambar 6 Tabung


Hungate direkatkan media Gliserol dimasukkan kedalam
dengan panfix plastik tahan panas

Gambar 7 Tabung
Hungate di autoclave

Media Pengencer putih Media BHI Media Aerob

Gambar 8 Media Gambar 9 Media Gambar 10 Media


pengencer putih BHI aerob
Prosedur Sterilisasi

Gambar 11 Sterilisasi Gambar 12 Mikroba Gambar 13 Biakan


meja dan tangan diambil dengan ose dimasukkan kedalam
dengan alkohol dan didekatkan cawan petri
dengan lampu spirtus

Gambar 14 Cawan Gambar 15 Kertas Gambar 16 Cawan


dibungkus dengan dilipat dengan rapi dimasukkan ke plastik
kertas buram tahan panas lalu masuk
ke autoclave

Pembahasan

Medium merupakan suatu substansi yang terdiri dari campuran nutrien yang
dipergunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme. Untuk dapat
menjadi tempat tumbuh bagi mikroorganisme, medium haruslah mengandung zat-
zat yang diperlukan bagi pertumbuhaan mikroorganisme tersebut, antara lain adalah
senyawa-senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin)
(Hadioetomo 1990). Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi di dalam mediaberupa
molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media,
pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi mikroorganismemenjadi kultur murni
dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Medium juga dapat
dipergunakan untuk inokulasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan
perhitungan jumlah mikrobia (Sutedjo 1996). Medium yang dipergunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme dapat diklasifikasikan berdasarkan komposisi atau
senyawa penyusunnya, konsentrasi atau bentuknya dan selektivitas atau fungsinya
(Waluyo 2005).
Brain Heart Infusion (BHI) adalah media nutrisi yang digunakan untuk
mengisolasi dan membudidayakan bermacam jenis mikroba. BHI digunakan untuk
keperluan umum cair dalam budidaya mikroorganisme, termasuk bakteri anaerob
tetapi biasanya lebih di khususkan untuk budidaya bakteri anaerob. BHI merupakan
medium padat kaya nutrisi yang cocok untuk budidaya beberapa bakteri, jamur dan
ragi. BHI digunakan untuk budidaya berbagai mikroorganisme, seperti
streptokokus, meningokokus dan penumakokus. Serbuk ini dianjurkan dalam
metode standar untuk pengujian air dalam antimikroba untuk tes kerentanan nutrisi
pada jantung dan infus otak serta campuran pepton memberikan nitrogen, vitamin,
mineral dan asam amino yang mendukung pertumbuhan berbagai mikroorganisme
(Sjostrom 1981).
Rezazurin merupakan senyawa aktif dari Alamar Blue yang diketahui
merupakan indikator reaksi reduksi oksidasi (redoks) yang digunakan untuk menilai
fungsi metabolism sel sejak lama. Rezazurin juga dikenal dapat larut dalam air,
tidak beracun, dan mudah masuk kedalam membran sel. Rezazurin memiliki warna
biru yang tidak memiliki flourescent dan dapat tereduksi menjadi warna pink yang
memiliki fluorescent dalam bentuk resorufin. Perubahan warna dari biru
(rezazurin) menjadi warna pink (resorufin) merupakan indikator terjadinya reduksi
oleh sel. Perubahan warna pada rezazurin dilakukan oleh enzim-enzim dalam sel
pada bagian mitokondria dan sitoplasma, enzim tersebut adalah dihydrolipoamine
dehydrogenase (EC1.8.1.4) (Syahputra 2015).
Hemin merupakan porfirin yang mengandung besi. Hemin digunakan dalam
pengelolaan serangan porfiria khususnya di porfiria intermiten akut. Hal tersebut
kadang-kadang dibedakan dari hematin yang memiliki ligan hidroksida ditempat
klorida. Hematin dianggap sebagai x-faktor yang diperlukan untuk pertumbuhan
haemophilus influenzae (Puppo et al 2002).
Carboxymethyl Cellulose (CMC) merupakan turunan selulosa yang mudah
larut dalam air. Oleh karena itu, CMC mudah dihidrolisis menjadi gula sederhana
oleh enzim selulase dan selanjutnya difermentasi menjadi etanol oleh bakteri
(Masfufatun 2010). CMC adalah turunan dari selulosa dan ini sering dipakai dalam
industri makanan untuk mendapatkan tekstur yang baik. Fungsi CMC antara lain
sebagai pengental, stabilisator, pembentuk gel, sebagai pengemulsi, dan dalam
beberapa hal dapat merekatkan penyebaran antibiotik (Winarno 1985).
Cysteine adalah asam amino nonesensial (blok pembangun protein).
Cysteine adalah salah satu dari sedikit asam amino yang mengandung belerang. Hal
tersebut memungkinkan cysteine terikat dengan cara khusus dan mempertahankan
struktur protein dalam tubuh. Cysteine adalah komponen antioksidan glutathione.
Tubuh juga menggunakan cysteine untuk menghasilkan taurin, asam amino lain.
Cysteine sangat perpengaruh karena memiliki gugus sulfhydryl yang sangat reaktif
di rantai sampingnya. Hal tersebut menempatkan cysteine dalam posisi khusus yang
tidak dapat diganti atau diganti oleh asam amino lainnya. Karena jembatan disulfida
yang dibentuk oleh residu cysteine adalah komponen permanen dari struktur primer
protein. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika tidak ada cysteine, kemungkinan
besar pertumbuhan bakteri tidak dapat terjadi atau sulit terjadi karena bakteri
membutuhkan protein dalam pembentukan tubuhnya.
Sterilisasi adalah proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik yang berbentuk vegetatif maupun bentuk spora. Di
laboratorium mikrobiologi, sterilisasi merupakan proses yang penting karena alat
dan bahan yang tidak steril akan menyebabkan sulit untuk menentukan apakah
isolat kuman tersebut berasal dari spesimen yang diperiksa atau dari kontaminan
(Rachmawati dan Triyana, 2008). Sterilisasi dapat dilakukan baik dengan cara fisik,
mekanik, dan kimia. Metode fisik didasarkan pada tindakan pemanasan (proses
autoclaving, sterilisasi ternal kering atau sterilisasi ternal basah), iradiasi (irradiasi-
ƴ), atau pada pemisahan secara mekanis melalui filtrasi. Cara kimia mencakup
sterilisasi gas dengan etilenoksida atau gas lainnya dan menyampurkan agen
pensteril (misalnya glutalardehid) pada larutan desinfektan (Pruss et al 2002).
Metode pemanasan terdiri dari 3 metode antara lain metode panas kering (dry heat),
metode panas basah (moist heat), dan metode pembakaran langsung. Sterilisasi
dengan panas kering dilakukan dengan menggunakan dengan menggunakan oven.
Sterilisasi ini biasanya digunakan untuk mensterilkan perangkat kaca, perangkat
logam, bahan seperti minyak dan bubuk (Gunawan, 2008). Metode Panas basah
(moist heat) dinamakan juga pemanasan dengan uap air dan pengaruh tekanan.
Sterilisasi ini dilakukan dengan menggunakan alat yang dinamakan autoclave
(Torres, 1989). Sterilisasi panas basah ini dilakukan dengan cara uap jenuh
dipaparkan pada objek yang akan di sterilisasi dengan tekanan, waktu dan suhu
tertentu. Sehingga terjadi pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan matinya
mikroorganise serta irreversibel akibat denaturasi atau koagulasi protein sel (Lukas,
2006). Metode pembakaran langsung dilakukan dengan cara menerapkan api yang
dihasilkan oleh bunsen terhadap alat-alat yang akan digunakan seperti skalpel,
jarum, mulut tabung biakan, kaca objek dan kaca penutup. Alat-alat tersebut
dikenakan pada api bunsen tanpa membiarkan terpijar, namun pada alat yang
terbuat dari logam dipanaskan hingga berpijar (Irianto, 2006). Sinar yang
digunakan pada metode radiasi untuk sterilisasi adalah sinar gamma atau sinar X
dan sinar matahari. Sinar matahari sendiri banyak mengandung sinar ultraviolet
(Gabriel, 1996). Sumber ultraviolet buatan umumnya berasal dari
lampu fluorescent khusus, seperti lampu merkuri tekanan rendah (low pressure)
dan lampu merkuri tekanan sedang (medium pressure).
Sterilisasi mekanik digunakan untuk penyaringan bahan cair seperti serum,
darah, toksin, dan lain-lain. Sterilisasi mekanik digunakan pada bahan yang dapat
mengalami perubahan akibat dari pemanasan yang tinggi ataupun tekanan tinggi
(Suriawira, 2005). Menurut Pratiwi (2008), Alat yang digunakan untuk sterilisasi
mekanik adalah Millipore filter dan Vacuum filter. Ukuran pori filter steril pada
sterilisasi mekanik adalah 0,2 μm.
Sterilisasi kimia merupakan sterilisasi yang mencakup sterilisasi ges yaitu
dengan etilen dioksida atau gas lainnya dan dengan mencampurkan agen pensteril
misalnya larutan glutalardehid pada larutan desinfektan (Pruss dkk, 2002).
Desinfektan merupakan agen dari disinfeksi, disinfeksi merupakan proses
pembunuhan atau penghilangan mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit. Namun, desinfektan tidak dapat menjamin objek menjadi steril karena
spora viabel dan beberapa mikroorganisme tetap dapat tersisa (Pratiwi, 2008).
Antiseptik merupakan zat kimia yang digunakan untuk membunuh mikrobia
patogen yang terdapat pada jaringan tubuh untuk mencegah terjadinya sepsis atau
infeksi (Entjang, 2003).
Praktikum yang akan dilakukan perlu menerapkan prinsip sterilisasi
sebelum menggunakan alat dan bahan. Sterilisasi atau suci hama adalah
suatu proses untuk membunuh segala bentuk kehidupan mikroorganisme yang ada
di dalam sampel atau contoh, alat-alat atau lingkungan tertentu. Dalam bidang
bakteriologi kata sterilisasi sering dipakai untuk menggambarkan langkah yang
diambil agar mencapai tujuan meniadakan atau membunuh semua bentuk
kehidupan mikroorganisme (Gabriel 1996).
Praktikum ini menggunakan sterilisasi uap bertekanan, sterilisasi uap
bertekanan menggunakan autoklaf. Autoklaf adalah sterilisasi untuk alat dan
medium pembuatan media aerob maupun anaerob. Alat-alat yang berupa cawan
petri dan tabung reaksi sebagai media bagi mikroba, sebelum digunakan harus
disterilkan dahulu. Demikian juga medium yang sudah dimasukkan ke
dalam botol medium harus disterilkan juga. Dengan pemanasan di dalam autoklaf
maka bakteri dan mikroba dari luar atau yang tidak diinginkan dapat mati akibat
suhu yang tinggi (120˚C) dan tekanan uap air yang besar (1 atm) (Sriyanti 2012).

Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi


zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat
hara digunakan yang sesuai dengan mikrorganisme. Zat hara digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam
metabolisme, dan pergerakan. Lazimnya, medium biakan beris air, sumber energi,
zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen serta
unsur-unsur pendukung kehidupan seperti di kondisi kehidupan sebenarnya. Dalam
bahan dasar medium dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa
asamamino, vitamin atau nukleotida. Medium biakan yang digunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme dalam bentuk padat, semi-padat, dan cair. Media
padat diperoleh dengan menambahkan agar. Agar berasal dari ganggang merah.
Agar digunakan sebagai pemadat karena tidak dapat diuraikan oleh mikroba, dan
bahan pemadat dalam medium adalah 1.5-2.0% (Waluyo 2008).
Media pertumbuhan dapat dikelompokan menjadi 5 kelompok besar yaitu
medium cair, medium kental, medium yang diperkaya, medium kering dan media
sinergik. Medium cair yang sering digunakan diantaranya peptone. Peptone ialah
protein yang terdapat pada daging, air susu, kedelai, putih telur. Medium kental
biasa terdapat unsur agar-agar yang berfungsi untuk memperkental tidak untuk
merbuah kandungan nutrisi media tersebut. Berdasarkan bentuk fisiknya, media
pertumbuhan dapat dikelompokkan menjadi media padat, setengah padat dan cair.
Media padat adalah media yang mengandung 15% agar sehingga mudah mengeras.
Media setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga
menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat
dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media
tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Medium cair yaitu
media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (Nutrient Broth), LB
(Lactose Broth) (Waluyo 2005). Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,
didapatkan hasil bahwa media aerob atau media agar termasuk kedalam media
padat karena memiliki tekstur yang mudah mengeras sedangkan media anaerob
seperti media BHI, media putih, dan media gliserol termasuk kedalam media cair
karena tidak dicampur agar sebagai pengeras media.
Sedangkan berdasarkan tujuan pembuatannya, media dapat dikelompokkan
menjadi 6 kelompok. Media pertama adalah media yang digunakan untuk isolasi.
Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba,
misalnya Nutrient Broth, Blood Agar. Media selektif/penghambat merupakan
media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga
media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang
pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Media yang diperkaya, media untuk
peremajaan kultur, media untuk mementukan kebutuhan nutrien tertentu, media
untuk karakteristikasi bakteri dan media diferensial adalah beberapa bentuk media
berdasarkan fungsi tujuannya. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, media
aerob atau media agar dengan sumber nutrient tauge, berdasarkan tujuannya
pembuatannya termasuk kedalam media yang digunakan untuk isolasi. Hal tersebut
berdasarkan penelitian dari Schlegel (1993) yang menyatakan bahwa medium
ekstrak tauge diperkaya untuk tujuan umum, untuk isolasi, dan penumbuhan
bermacam mikroorganisme. Media ini banyak digunakancuntuk isolasi bakteri dari
spesimen laboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri
patogen. Medium ekstrak tauge mengandung kasein dan pepton kedelai yang
menyediakan asam amino dan substansi nitrogen lainnya yang membuatnya
menjadi media bernutrisi untuk bermacam mikroorganisme. Sedangkan media
anaerob seperti media BHI, media putih, dan media gliserol termasuk kedalam
media Media diperkaya (enrichment media) karena pada medium ini ditambahkan
komponen-komponen tertentu yang dapat menstimulasi pertumbuhan
mikroorganisme yang diharapkan.
Pemilihan media yang baik akan menunjang pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroba. Kesesuaian suhu, pH, kecukupan nutrien pada media
merupakan beberapa syarat untuk mikroba tersebut dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Pada pembuatan media untuk berbagai macam organisme harus
menggunakan bahan yang mengandung banyak protein dangan berbagai
konsentrasinya sehingga dapat menumbuhkan bakteri. Salah satu bahan yang sering
dipergunakan adalah tauge. Tauge berfungsi sebagai sumber protein, sukrosa
berfungsi sebagai sumber karbohidrat sehinga cocok dijadikan untuk media
pertumbuhan mikroba (Stanier 2001).
Media aerob menggunakan pengencer larutan NaCl yang dicampur kedalam
agar. Hal ini bertujuan menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan.
Seperti yang diketahui, aktivitas garam dalam menarik air ini erat kaitannya dengan
peristiwa plasmolisis, dimana air akan bergerak dari konsentrasi garam rendah ke
konsentrasi garam tinggi karena adanya perbedaan tekanan osmotik. Efek dari
garam sebagai pengawet adalah sifat osmotiknya yang tinggi sehingga
memecahkan membaran sel mikroba. Jika mikroba ditempatkan dalam larutan
garam tinggi, maka air dalam sel akan keluar secara osmosis dan sel mengalami
plasmolisis serta akan terhambat dalam perkembangbiakannya (Gunarto 2006).
Sedangkan pada media anaerob, pengencer yang digunakan yaitu pengencer putih,
mineral I dan mineral II. Penambahan pengencer tersebut bertujuan meningkatkan
atau menstimulasi bakteri yang diharapkan. Jika dibandingkan antara media aerob
dan anaerob dalam pengembangbiakan bakteri, media anaerob akan menghasilkan
bakteri lebih banyak dibandingkan dengan media aerob dikarenakan tingkat
kontaminasi media anaerob lebih rendah dibandingkan media aerob dalam proses
pembuatannya. Selain itu, pembuatan media anaerob didukung oleh berbagai jenis
nutrisi seperti Glukosa, pati, CMC, BHI, Hemin, resazurin, cysteine, Na2CO3, dan
lain-lain. Sedangkan pada media aerob hanya menggunakan tauge sebagai sumber
nutrisinya.
SIMPULAN

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari


campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi di
dalam media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun
komponen sel. Dengan media, pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya. Media yang steril dapat dibuat dengan cara memperhatikan
kebersihan saat membuat media serta memperhatikan penggunaan alat pembuatan
media dan setelah media selesai dibuat. Alat-alat pembuatan media dapat
disterilisasi menggunakan pembakaran langsung atau di autoclave.
DAFTAR PUSTAKA

Ariwulan DR. 2013. Metode Penyimpanan Mikroba. http://nightray13-


kuro.blogspot.com/2013/01/boiteknologi review tugas 2. html. Diakses
tanggal 16 Februari 2020.
Dwidjoseputro D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID): Djambatan.
Fathir FN. 2010. Pembuatan Yogurth dari Susu Kambing Peternakan Etawa
menggunakan Kultur Campuran Bakteri Asam Laktat sebagai Pangan
Fungsional Pencegah Diare. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Gabriel JF. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta (ID): EGC.
Gunarto. 2006. Apakah Nilai Reduksi dan Oksidasi Potensial Sedimen Tambak
Berpengaruh Terhadap Produksi Udang Windu di Tambak. Media
Akuakultur, 1(3): 91–96.
Hendrayono DP, Wijayani A. 2012. Teknik Kultur Jaringan. Yogjakarta (ID):
Kanisius.
Herdis, Kusuma I., M. Surachman, R. E. .2003. Optimalisasi Kualitas Semen Beku
Domba Garut dengan Pemberian Glyse-rol. Prosiding Seminar Teknologi
untuk Negeri, Vol II. Bogor.
Hidayat NM, Padaga C, Suhartini S. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta (ID):
Andi Offset.
Holander, D.H and E.E. Nell. 1954. Improved Preservation of Treponema pallidum
ang Other Bacteria by Freezing with Glycerol. Appl Microbiol, 2(3): 164-
170.
Pelczar MJ, Chan ECS. 2007. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID): UIP Press.
Waluyo L. 2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Malang (ID): UMM Press.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai