Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

PEMBUATAN MEDIA NA DAN PDA

OLEH:
LAYLA TILLAWATIL HASANAH
NIM. 2206111810
AGROTEKNOLOGI-B

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

PEMBUATAN MEDIA NA DAN PDA

OLEH :
LAYLA TILLAWATIL HASANAH
NIM. 2206111810

MENYETUJUI
KAMIS, 30 MARET 2023

MENGETAHUI,

ASISTEN I ASISTEN II

TESSA LONIKA VALENCIA NABILLA YOLANDA


NIM. 1806124924 NIM. 1906111911

CO ASISTEN CO ASISTEN

NABILA ANNASTASYA FEBY PEBRIANA FIKH RYYA


NIM. 2106113194 NIM. 2106110593
I. JUDUL

Judul praktikum adalah pembuatan media dan larutan pengencer.

II. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah agar para praktikan mengetahui serta

memahami cara-cara pembuatan media berupa PDA (Potato Dextrose Agar) dan

NA (Nutrient Agar).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mangkok, erlenmeyer, gelas

kimia, batang pengaduk, aluminium foil, kaca asbes, kompor gas, kain lap, kawat

asbes, pisau, penggaris, timbangan digital.

Dan bahan yang digunakan adalah kentang 200 gr, dextrose instan 20 gr,

amocixilin 1 tablet, agar-agar 20 gr, aquades 2 liter, nutrient instan 20 gr.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi untuk

menumbuhkan mikroorganisme. Selain untuk menumbuhkan mikroorganisme,

medium dapat digunakan untuk isolasi, pengujian sifat-sifat fisiologi, dan

perhitungan jumlah mikroorganisme. Media berdasarkan sifat terbagi menjadi 3

yaitu media padat, media semi padat semi cair, media cair. Media berdasarkan

susunannya terdiri atas sintesis, semi sintesis, dan media non sintesis. Berdasarkan

tujuan yaitu media selektif, atau penghambat dan media diperkaya. Media yang

sering digunakan yaitu Nutrient Broth (NB), PDA (Potato Dextrose Agar),

Salmonella Shigella (SS) Agar, Eosin Menthylene Blue Agar (EMBA)

(Rakhmawati, 2012).
Nutrient Broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan dasar

adalah ekstrak beef dan peptone. Perbedaan konsentris antara Nutrient Agar dengan

Nutrient Broth yaitu Nutrient Agar terbentuk padat dan Nutrient Broth berbentuk

cair. PDA adalah medium umum pertumbuhan yang digunakan dalam

mikrobiologi, yang terbuat dari kentang (Potato infusion) dan dekstrosa.

Berdasarkan komposisinya PDA termasuk dalam media semi sintetis karena

tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintetis (dextrose dan agar).

Berdasarkan kegunaannya media NA (Nutrient Agar) termasuk kedalam jenis

media umum, karena media ini merupakan media yang paling umum digunakan

untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri. Berdasarkan bentuknya media ini

berbentuk padat, karena mengandung agar sebagai bahan pemadatnya. Media padat

biasanya digunakan untuk mengamati penampilan atau morfologi koloni bakteri

(Munandar, 2016).

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari

campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk

pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi di dalam media berupa

molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media,

pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni

dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Bahan dasar adalah air

(H2O) sebagai pelarut dari agar-agar (rumput laut) dimana agar-agar tersebut

berfungsi sebagai pemadat media (Suhardi, 2008). Media biakan yang mampu

mendukung optimalisasi pertumbuhan mikroorganisme harus dapat memenuhi

persyaratan nutrisi bagi mikroorganisme. Unsur tersebut garam organik, sumber

energy (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Selain itu dapat pula
ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks

lainnya (Suardana et al., 2014).

Pembiakan mikroorganisme dalam laboratorium memerlukan medium yang

berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme.

Zat hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel,

keperluan energi dalam metabolisme dan pergerakan. Lazimnya, medium biakan

berisi air, sumber energi zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat,

oksigen, hydrogen serta unsur-unsur sekelumit (trace element). Dalam bahan dasar

medium dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin

atau nukleotida. Media biakan yang digunakan untuk menumbuhkan

mikroorganisme dalam bentuk padat, semi padat dan cair. Media padat diperoleh

dengan penambahan agar. Agar berasal dari gangguan merah. Agar digunakan

sebagai pemadat karena tidak dapat diuraikan oleh mikroba dan membeku pada

suhu diatas 45o C. Kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam media adalah 1,5-

2,0% (Waluyo, 2016).

Usaha pembiakan mikroorganisme di laboratorium membutuhkan tersedianya

media yang tepat. Dalam hal ini yang dimaksud adalah bahan yang digunakan untuk

menumbuhkan mikroorganisme. Ristiati(2017), menjelaskan secara umum media

yang baik untuk pertumbuhan harus memenuhi persyarat berikut: mempunyai

semua nutrisi yang mudah digunakan oleh organisme; mempunyai tekanan

osmosis, tegangan permukaan dan derajat keasaman (pH) yang sesuai; tidak

mengandung zat-zat yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang

dikehendaki; steril terlindung dari kontaminasi.


Jamur lazimnya dapat berkembang biak dengan baik pada media yang

mengandung karbohidrat tinggi dengan kisaran pH antara 5-6, sedangkan media

yang mengandung protein dengan pH sekitar 7 merupakan media yang baik untuk

perkembangbiakan bakteri. Media biakan dapat digunakan untuk tujuan (Ristiati,

2017): menumbuhkan dan memelihara suatu biakan mikroorganisme; mempelajari

pengaruh mikroorganisme terhadapt suatu zat yang terdapat dalam media atau

sebaliknya; untuk mendapatkan zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme.

Perbedaan sifat-sifat mikroba terhadap induk semangnya akan berpengaruh

terhadap media pertumbuhan yang akan digunakan. Berdasarkan pada hal tersebut,

bentuk media terbagi 2 golongan besar (Waluyo, 2016): a) media hidup, pada

umunya digunakan di laboratorium firologi untuk pembiakan bergai virus,

sedangkan dalam laboratorium bakteriologi hanya beberapa kuman tertentu saja

dan terutama pada hewan percobaan. Contoh media hidup adalah: hewan

percobaan, manusia, telur berembrio, biakan jaringan dan sel-sel biakan bakteri

tertentu untuk penelitian bakteriofage (bakteri yang terinfeksi virus); b) media mati,

terbagi menjadi beberapa macam: 1) media padat, diperoleh dengan cara

menambahkan agar-agar, agar berasal dari gangguan/alga yang berfungsi sebagai

bahan pemadat. Alga digunakan karena bahan ini tidak diuraikan oleh

mikroorganisme dan dapat membeku pada suhu 45o C. media padat terbagi menjadi

agar miring dan agar deep. 2) media setengah padat, dibuat dengan bahan sama

dengan media padat, akan tetapi yang berbeda adalah komposisi agarnya. Media ini

digunakan untuk melihat gerak kuman secara mikroskopis. 3) media cair,

didalamnya tidak ditambahkan dengan zat pemadat. Media cair digunakan untuk

pertumbuhan bakteri, ragi dan mikroalga.


Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat umum yang

digunakan untuk mengembangbiakan dan menumbuhkan jamur dan khamir.

Komposisi Potato Dextrose Agar ini terdiri dari bubuk kentang, dextrse dan juga

agar. Bubuk kentang dan juga dextrose merupakan sumber makanan untuk jamur

dan khamir. PDA juga bisa digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme

menggunakan metode Total Plate Count. Perindustrian seperti industri makanan,

industri produk susu dan juga kosmetik menggunakan PDA untuk menghitung

jumlah mikroorganisme pada sampel mereka. Untuk memaksimalkan pertumbuhan

bibit jamur, biasanya pembudidaya mengatur kondisi pH yang rendah (sekitar 3,5)

dan jug menambahkan asam atau antibiotik untuk menghambat terjadi pertumbuhan

bakteri (Sugianto, 2012).

NA (Nutrient Agar) adalah medium yang digunakan sebagai media

pertumbuhan bakteri. NA dibuat dengan komposisi agar-agar yang sudah

dipadatkan sehingga NA juga bisa disebut sebagai nutrisi padat yang digunakan

untuk menumbuhkan bakteri. Fungsi agar-agar hanya sebagai pengental namun

bukan zat makanan pada bakteri, agar dapat mudah menjadi padat pada suhu

tertentu. Medium Nutrient Agar adalah salah satu medium padat yang memiliki

komposisi yaitu agar-agar yang telah dipanaskan dan mancair dengan suhu 95o C

(Sandra, 2013).

Media umumnya dibuat dalam bentuk agar (agar plate) yang mana media

dituangkan dalam cawan petri, media agar miring/agar tegak yang disiapkan dalam

tabung reaksi umumnya digunakan untuk menyimpang kultur. Kultur aerob

biasanya disimpan dalam agar miring, sementara kultur anaerob umumnya

disimpan dalam agar tusuk (stab) pada media tegak (Sunjaya, 2014).
Cendawan termasuk kedalam organisme protista eukariotik yang bersifat

kemoheterotrof, bereproduksi secara seksual dan aseksual, selain itu cendawa juga

memiliki struktur vegetatif berupa sel tunggal atau berfilamen. Cendawa biasanya

dapat hidup pada lingkungan yang memiliki kadar gula tinggi dan pH asam atau

asidofil dengan kisaran suhu pertumbuhan yang luar yaitu 22-30oC (saprotif) dan

30-37oC (patogen), tumbuh baik pada substansi dengan kelembaban rendah, serta

membutuhkan sumber N yang lebih sedikit dibandingkan bakteri dan mampu

melakukan metabolisme karbohidrat komplek seperti lignin (Hartati, 2015). Dalam

mempelajari cendaw diperlukan suatu bahan sebagai sumber nutrisi yang

digunakan untuk menumbuhkan atau mengisolasi cendawa tersebut yang sering

dikenal dengan istilah media. Selain itu, menurut Waluyo (2016) untuk proses

isolasi, perbanyakan, uji sifat fisiologi, dan perhitungan jumlah mikroba juga

dibutuhkan media. Menurut Jiwintarum (2017), media adalah suatu bahan yang

tersusun atas berbagai nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

perkembangbiakan cendawa.

V. CARA KERJA

5.1 Pembuatan Media PDA

1. Dikupas kulit kentang lalu dipotong dengan ukuran 2x2 centi lalu cuci.

2. Dimasukkan potongan kentang kedalam 500 mili aqudes dan direbus

sampai lunak.

3. Disaring hasil rebusan sehingga didapatkan ekstrak kentang.

4. Ditambahkan aquades hingga mencapai volume 1 liter.

5. Dimasak atau direbus bahan tersebut sampai mendidih dan berbuih serta

terus diaduk.
6. Ditutup dengan aluminium foil dan disterilkan menggunakan autoklaf.

5.2 Pembuatan Media NA

1. Dimasukkan NA instan 20 gr serta ditambahkan aduates hingga volume

mencapai 1 liter.

2. Dimasukkan bahan tersebut hingga mendidih dan berbuih serta terus

diaduk.

3. Ditutup dengan aluminium foil dan di sterilkan menggunakan autoklaf.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 NA ( Nutrient Agar )

Gambar 1. Media NA

Nutrient Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang

merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. NA

dibuat dari campuran ekstraks daging dan peptone dengan menggunakan agar

sebagai pemadat. Dalam hal ini agar digunakan sebagai pemadat, karena sifatnya

yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktan

sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme (Rosmania dan Yanti, 2020).

Pada percobaan praktikum ini kami membuat medium NA (Nutrient Agar), NA

digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri (Nuraini et al., 2021).

Pembuatannya terlebih dahulu dengan cara menimbang bahan yang akan


digunakan kedalam neraca analitik sesuai dengan jumlah yang diperlukan

kemudian memasukkan bahan kedalam erlenmeyer 250 ml, dimana bahan tersebut

adalah aquades, NA dan agar. Aquades berfungsi sebagai pelarut, NA berfungsi

sebagai sumber nutrisi bagi jamur atau bakteri, sedangkan agar berfungsi untuk

mengentalkan medium. Setelah itu dipanaskan diatas hot plate (atau bisa juga

kompor gas sebagai penggantinya) di ikuti oleh pengadukan dengan menggunakan

batang pengaduk. Tujuan dari pemanasan dan pengadukan ini adlaah untuk

menghomogenkan NA dengan aquades. Setelah dipanaskan beberapa menit larutan

berubah warna dari keruh menjadi merah bata atau kuning kecoklatan hal ini

menandakan larutan telah homogen, kemudian dimasukkan kedalam autoklaf

dengan mulut erlenmeyer disumbat dengan kapas dan dilapisi kertas aluminium foil

diluarnya. Tujuan dari penutupan ini agar meminimalkan kontaminasi. Menurut

Juriah dan Sari (2018), pembuatan NA berdasarkan konsistennya termasuk medium

padat dan menurut kegunaannya termasuk medium umum.

6.2 PDA ( Potato Dextrose Agar )

Gambar 2. Media PDA

Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan salah satu media yang baikyang baik

digunakan untuk membiakan suatu mikroorganisme, baik itu berupa cendawa atau

fungi, bakteri, maupun sel makhluk hidup. Media PDA merupakan jenis media
biakan dan memiliki bentuk atau konsistensi padat (solid). Potato Dextrose Agar

merupakan panduan yang sesuai untuk menumbuhkan biakan (Winda, 2009).

Media PDA berfungsi sebagai media kapang (jamur) dan khamir. Selain itu PDA

digunakan untuk enumerasi years dan kapang dalam suatu sampel atau produk

makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri

dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan

kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Komposisi PDA

berupa kentang (4g/L (berasal dari 200 gr kentang)), dextrose (15 g/L) dan aquades

1L (Fatmia et al., 2023).

Menurut Octavia dan Wantini (2017), media PDA memiliki fungsi secara

umum untuk menjadi media pertumbuhan atau pembiakan mikroorganisme jenis

jamur. Karakteristik media PDA ini sendiri dapat dilihat dari jenis, konsistensi,

warna, sifat media, dan pH, serta ciri khusus lainnya. Berdasarkan jenis wadah

tempat dibentuknya media PDA termasuk media palte, dimana media ini memiliki

konsistensi padat, dan secara visual memiliki warna kuning tipis. Media PDA

bersifat selektif untuk menumbuhkan jamur seperti ragi. Media ini memiliki pH

sedikit asam dimana media PDA ini stabil digunakan pada pH 5,6 lebih kurang 0,2

pada suhu ruang 25oC. media PDA memiliki karakteristik khusus dibandingkan

media lainnya dari segi bahan penyusunnya, dimana dalam pembuatan media PDA

ini diberikan bahan tambahan berupa antibiotik sebagai bahan antibakteri, sehingga

jamur yang hendak ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik di dalam media tanpa

adanya gangguan dari bakteri.

Pada praktikum ini adapun tata cara yang dilakukan untuk menghasilkan media

PDA yaitu dimulai dengan dikentang yang telah dikupas dengan ukuran lebih
kurang 1x1x1 cm sebanyak 200 gr direbus dalam 500 ml air suling sampai empuk.

Hal ini dapat diketahui dengan menusuk kentang dengan garpu. Jika ditusuk terasa

mudah, berati kentang telah mengeluarkan sarinya. Kemudian 15 gram dimasukkan

ke dalamnya. Air ekstrak kentang selanjutnya dituangkan ke dalam larutan agar-

agar. Larutan ini kemudian disaring dengan kain katun yang tipis, larutan

ditambahkan air steril sampai volume menjadi 100 ml. setelah dididihkan, larutan

PDA dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditutup dengan kapas steril dan

ditutup lagi dengan menggunakan aluminium foil. Menurut Panjaitan et al., (2011),

langkah selanjutnya yaitu kemudian di sterilkan di dalam autoclave selma kurang

lebih 15 menit dengan suhu 121-124oC pada tekanan 1,25 atm. Setelah itu PDA

dikeluarkan dan dibiarkan hingga dingin (10-20oC), kemudian dituangkan kedalam

cawan petri.

VII.PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang di dapat setelah melakukan praktikum ini yaitu media

pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-

zat makanan atau nutrisi yang diperlukan oleh mikroorganisme memanfaatkan

nutrisi di dalam media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusu

komponen sel. Dengan media, pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi

mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media

pertumbuhannya. Bahan dasar air adalah (H2O) sebagai pelarut dari agar-agar

(rumput laut) dimana agar-agar tersebut berfungsi sebagai pemadat media.


Media yang steril dapat dibuat dengan cara memperhatikan kebersihan saat

membuat media dan setelah media selesai dibuat, maka media tersebut dimasukkan

kedalam autoklaf untuk disterilisasi.

7.2 Saran

Saran yang dapat saya sampaikan pada praktikum ini adalah agar para

praktikan lebih memperhatikan arasan dari asisten praktikum sehingga pada saat

praktikum tidak terjadi kesalahan serta saran saya yang lain yaitu saya berharap

pihak laboratorium untuk dapat melengkapi atau memperbanyak alat-alat

laboratorium yang ada, untuk membuat waktu praktikum yang efisien dan juga hasil

yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Fatmia, B., I. Lakani., dan N. Edy. 2023. Uji daya ekstrak sereh wangi
(Cymbopogon nardus L.) untuk menekan patogen cendawan Colletotrichum
capsici penyebab penyakit antraknosa pada cabai (Capsicum annum) secara
in vitro. Jurnal Ilmu Pertanian. 11 (1): 77-82.

Hartati, A.S. 2015. Mikrobiologi Kesehatan: Peran Mikrobiologi Dalam Bidang


Kesehatan. ANDI. Yogyakarta.

Jiwintarum, Y., W.A.F. Urip., dan M.W. Diarti. Media alami untuk pertumbuhan
jamur Candida albicans penyebb kandidiasi dari tepung biji kluwih
(Artocarpus communis). Jurnal Kesehatan Prima. 11 (2): 158-170.

Juariah, S., dan W.P.Sari. 2018. Pemanfaatan limbah cair industri tahu sebagai
media alternatif pertumbuhan baccillus sp. Jurnal Analisis Kesehatan
Klinikal Sains. 6 (1): 24-29.

Munandar, K. 2016. Pengenlan Laboratorium IPA-BIOLOGI Sekolah. Refika


Aditama. Bandung.

Nuraini, V., I.R. Puyanda., W.A.S. Kunciati., dan L.A. Margaret. 2021. Perubahan
kimia dan mikrobiologi tempe busuk selama fermentasi. Jurnal
Agroteknologi. 15 (2): 127-136.

Panjaitan, H., R. Batubara., dan Yunasfi. 2011. Identifikasi fungi yang berkembang
pada batang sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pasca penebangan. Program
Studi Kehutanan universitas Sumatera Utara. 126-130.

Rakhmawati, A. 2012. Penyiapan Media Mikroorganisme. Pelatihan Laboratorium

Guru SMA Kab. Purworejo.

Rosmania., dan F. Yanti. 2020. Perhitungan jumlah bakteri di labortorium

mikrobiologi menggunakan metode spektrogotometri. Jurnal Penelitian

Sains. 22 (2): 76-86.

Ristiati, N.P. 2017. Mikrobiologi Terapan. Rajawali Pers. Depok.

Sandra. 2013. Mikrobiologi Umum. Erlangga. Jakarta.


Suardana, W., I.H. Utama., dan M.H. Wibowo. 2014. Identifikasi E colli 0157:H7
dari feses ayam dan uji profil Hemolisisnya pada media agar darah. Jurnal
Kedokteran Hewan.. 8 (1).

Sugianto. 2012. Pembuatan Medium. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Suhardi, S.H., D.K. Indriani., Koesnandar., dan H. Arnaldo. 2015. Biosafety:


Pedoman Keselamatan Kerja di Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah
Sakit. PT. Multazam Mitra Prima. Jakarta.

Sunjaya, I.N. 2014. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Program Studi Ilmu


Kesehatan Masyarakat. Universitas Udayana.

Waluyo, L. 2016. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah. Malang.

Winda, A. 2009. Medium Untuk Mikroba. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai