SKRIPSI
OLEH:
SKRIPSI
OLEH:
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di
Program Studi Agroekoteknologi di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kata Kunci: Curvularia sp., fungisida, air gambut, konsentrasi, kelapa sawit.
Kecamatan Dolok Panribuan, putri dari Ayahanda Jonson Sinaga dan Ibunda
Tiarmin Silalahi. Penulis merupakan anak tunggal. Lulus dari SMA Negeri 1 Dolok
Panribuan pada tahun 2011 dan pada tahun yang sama diterima di Fakultas
(PKL) di PT. Anglo Eastern Plantation, unit kebun PT. Musam Utjing, Kecamatan
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Skripsi yang
berjudul“UjiEfektivitasKonsentrasiBahanAktifFungisidaDenganCampuran Air
Jonson Sinaga dan Ibunda Tiarmin Silalahi yang telah membesarkan, memberikan
perhatian dan dukungan. Kepada Komisi Pembimbing Ir. Lahmuddin MP. selaku
Ketua danIr. Fatimah Zahara selaku Anggota yang telah memberi kritik dan saran
penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat
Penulis
ABSTRAK ......................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................ii
PENDAHULUAN
LatarBelakang ..............................................................................................1
TujuanPenelitian ..........................................................................................3
Hipotesis Penelitian .....................................................................................3
KegunaanPenelitian .....................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi (Curvulariasp.) ...............................................................................4
Gejala Serangan (Curvulariasp.) .................................................................5
Faktor yang Mempengaruhi (Curvulariasp.)...............................................6
Pengendalian(Curvulariasp.) .......................................................................7
Air Gambut ..................................................................................................8
Fungisida .....................................................................................................9
Metalaksil ...........................................................................................9
Mankozeb ...........................................................................................9
Benomil ..............................................................................................10
Bupirimat ............................................................................................10
Tebukonazol .......................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
No JudulHal
No Judul Hal
No JudulHlm
Latar Belakang
Kelapa sawit adalah salah satu pohon palem produktif utama yang
di dunia, terutama karena minyak dapat diproduksi baik dari serabut maupun
inti.Minyak ini dapat digunakan untuk minyak masak, minyak industri, maupun
bahan bakar (biodiesel).Sifatnya yang tahan oksidasi dengan tekanan tinggi dan
kemampuannya melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut
lainnya, serta daya melapis yang tinggi membuatnya dapat digunakan untuk
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit
penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak
kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah
gambut.Luas perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut di Indonesia saat ini
gambut dalam akan dihadapkan pada serangan sejumlah hama dan penyakit.
Serangan hama dan penyakit tersebut dapat mengganggu pertumbuhan dan pada
akhirnya akan berpengaruh pada penurunan produksi. Jika serangan hama dan
penyakit tidak ditangani secara baik, maka akan berakibat pada penurunan hasil
Ada ada 3 macam patogen dominan yang selalu ada pada pembibitan,
dengan intensitas penyakit tertinggi pada serangan patogen Curvularia sp.(Budi dan
Hadie,2012)
pengendalian kimia, fisik, biologi, mekanis, dan kultur teknis. Akan tetapi,
sedikit tenaga kerja, penggunaanya praktis, jenis dan ragamnya bervariasi, hasil
pestisida.Untuk melarutkan pestisida harus digunakan air bersih. Air kotor yang
berasal dari sungai atau selokan tidak terjamin mutunya, karena mungkin
mengandung logam berat yang akan bereaksi dengan bahan aktif pestisida, yang
akan menyebabkan efikasi pestisida tersebut menurun. Selain itu, air kotor mungkin
juga sudah tercemar oleh patogen penyakit yang akan membahayakan bagi tanaman
yang dibudidayakan
Air yang terdapat di wilayah rawa bergambut bersifat asam (pH asam),
beberapa bahan aktif fungisida dicampur dengan air gambut dengan konsentrasi
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelarut air
Hipotesis Penelitian
Curvularia sp.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Program Studi
beludru, pertumbuhan miselum dalam 4 hari ialah 6–7,6 cm. Konidium berukuran
adalah lurus atau piriform, coklat, multisepta, dan memiliki basal hitam hifa
menonjol.Septa melintang dan setiap konidium terbagi menjadi beberapa sel. Pusat
selnya biasanya lebih gelap dan lebih besar dibandingkan dengan sel-sel yang
berada di ujung konidium tersebut. Sekat pusat juga muncul lebih gelap dari yang
lainnya memiliki sekat dan jumlah sel yang berbeda (Manisha and Panwar, 2012).
terbagi atas beberapa spesies yaitu C. subulata memiliki konidia berbentuk seperti
gada yang meruncing, C. tetramera dengan dua ujung konidianya runcing dan
simetri berwarna kuning gelap, C. interseminata dengan bagian basal dan apikal sel
konidia berwarna coklat transparan dengan ukuran konidia 15-23 X 5,5-7,5 µm, C.
maculans denganbagian basal dan apikal konidia coklat gelap dengan ukuran
empat sekat, C. lunata dengan konidia melengkung berwarna gelap dengan tiga
sekat, dan C. pallescens dengan konidia melengkung berwarna agak terang dengan
tiga sekat. Habitat Curvularia sp. banyak ditemukan di daerah tropis terutama pada
tumbuh-tumbuhan, sawah, tanah hutan, lumpur hutan bakau, serasah, dan bahan
Gejala Serangan
Curvularia mula- mula menyerang daun pupus yang belum membuka atau
dua daun termuda yang sudah membuka.Gejala yang pertama adalah adanya bercak
bulat, kecil, berwarna kuning tembus cahaya, yang dapat dilihat dikedua permukaan
(melekuk).Warna bercak menjadi cokelat tua, dan pada umunya dikelilingi oleh
yang dikelilingi oleh selaput hitam transparan. Selaput hitam tersebut akan berubah
menjadi kuning muda, sedangkan bercak cokelat muda yang terdapat di pusat
bercak akan berubah menjadi cokelat tua. Pada hari pengamatan ke- 27, bercak
yang telah mencapai ukuran ini kemungkinan akan menghasilkan konidium yang
awal bisa jadi telah dimulai di pembibitan awal.Serangan dapat terjadi selama
periode musim kering dan basah.Pada gejala lanjut lesio menjadi nekrosis, beberapa
Gejala infeksi yang berat daun yang paling tua mengering, mengeriting, dan
terlihat jelas sebagai bercak cokelat tua diatas jaringan yang berwarna cokelat
bibit dari pre nursery ke main nursery. Tajuk bibit yang telah saling overlapping
akan menyebabkan suhu dan kelembaban di sekitar tanaman sangat sesuai bagi
Penyakit bercak daun pada bibit dipengaruhi oleh genotip bahan tanaman
Curah hujan dan jumlah konidia mempunyai keeratan hubungan yang kuat
kuat dan bernilai negatif. Artinya semakin tinggi kelembaban udara maka akan
berasal dari sumber inokulum lain yang dekat dengan permukaan daun sehingga
infeksi terjadi lebih intensif. Sumber inokulum lain yang dimaksud yaitu gulma di
sekitar bibit, tanah lapisan atas dan bibit sakit. Penularan yang paling berperan
diduga terjadi melalui kontak antara permukaan daun sakit dengan daun sehat
satuan luas terlalu tinggi atau jaraknya terlalu rapat (<90 cm), keadaan bibit yang
terlalu lembab, kelebihan air siraman dan cara penyiraman yang tidak
dalam atau sekitar areal pembibitan dan aktivitas pekerja di pembibitan (Purba,
2009)
Pengendalian
Bila dijumpai bibit yang terserang Curvularia, maka tindakan yang harus
gejala serangan yang lebih parah maka bibit harus disingkirkan dari pembibitan
≤ 90 cm,
penyakit bercak daun adalah menjarangkan letak antar bibit menjadi
mengurangi volume air siraman untuk sementara waktu, penyiraman secara manual
tanah dalam polibek, bukan ke daun. Mengisolasi dan memangkas daun-daun sakit
dari bibit yang bergejala ringan – sedang selanjutnya disemprot dengan fungisida
(Purba, 2009).
Air Gambut
Air Gambut adalah air yang tersedia di lahan gambut pada umumnya berupa
air permukaan atau air tanah yang telah terpengaruh oleh sifat gambut itu sendiri.
Air gambut sebenarnya air hujan yang jatuh ke lahan gambut, karena terjadi kontak
maka kualitasnya berubah sesuai dengan lahan yang ditempati (Naswir, 2009).
Kapasitas air gambut disuatu lokasi tergantung pada jumlah air hujan
setempat dikurangi dengan evaporasi serta evaporasi transpirasi, karena air gambut
seluruhnya berasal dari air hujan dalam bentuk genangan (Naswir, 2009).
Warna coklat kemerahan pada air gambut merupakan akibat dari tingginya
kandungan zat organik (bahan humus) terlarut terutama dalam bentuk asam humus
seperti daun, pohon atau kayu dengan berbagai tingkat dekomposisi, namun secara
7,0, karena pada kisaran pH tersebut ketersediaan unsur - unsur hara tanaman
terdapat dalam jumlah besar, karena pada kisaran pH ini kebanyakan unsur hara
mudah larut di dalam air sehingga mudah diserap akar tanaman. Demikian pula
(Krisnohadi, 2011).
Menurut Hayati, et al., (2000), ciri-ciri air gambut adalah : banyak terdapat
Fungisida
Mankozeb
Cara kerja fungisida ini adalah dengan menghambat kerja enzim yang ada
pada jamur dengan menghasilkan lapisan enzim yang mengandung unsur logam
tanaman dari jamur patogen yang dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi
(Thomson, 1992).
Propineb
Fungisida ini mengandung bahan pembasah tipe deterjen yaitu bahan yang
dalam air agar tidak mengambang pada permukaan.Selain itu juga ditambahkan
bahan perata dan perekat agar permukaan tanaman yang berlilin mampu ditempeli
Benomil
Benomil (benomyl), dijual dengan nama Benlate, Tersan 1991 dan lain-lain.
hawar, busuk, kudis dan penyakit yang disebabkan oleh tular benih dan tertular
injeksi batang, pencelupan akar atau perlakuan pada barisan, dan untuk pencelupan
Bupirimat
mode aksi baru, dan sangat aman dari sudut pandang lingkungan.Karena fungisida
dicampur dengan air.hasil pencampuran fungisida ini dengan air disebut suspensi.
Fungisida ini tidak tercampur dengan air, melainkan hanya tercampur saja.Oleh
karena itu, sewaktu fungisida ini disemprotkan tangki penyemprot harus sering
Marihat dengan ketinggian ± 369 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini
dilaksanakan mulai bulan November 2015 sampai dengan bulan juni 2016.
Bahan yang digunakan yaitu media PDA, klorox, fungisida bahan aktif
terserang bercak daun, air gambut dangkal, air gambut sedang, air gambut dalam,
alkohol 96%, air steril, aluminium foil, kapas, aquades, dan cling wrap.
Alat yang digunakan yaitu laminar air flow (LAF), cawan petri, mikroskop
autoklaf, beaker glass, hot plate, lemari es, cork borer, jarum inokulum, pisau, batang
Metode Penelitian
F 1 = Mancozeb
F 2 = Propineb
F 4 = Bupirimat
F 5 = Tebukonazol
D1 = 1 ml/l (1 g/l)
D2 = 2 ml/l (2 g/l)
D3 = 3 ml/l (3 g/l)
(60-1) (r-1) ≥ 15
59 (r-1) ≥ 15
59r-59 ≥ 15
r ≥ 74/59
r ≥ 1,25 3
i = 1. 2. …. a j = 1. 2. ….b k = 1. 2. …. c l = 1. 2. …. r .
Keterangan :
Yijk = pengamatan untuk level A ke-i. level B ke-j. level C ke-k dan ulangan
ke-l
(αβ)ij = interaksi antara perlakuan A taraf ke-i dan perlakuan B taraf ke-j
(αγ)ik = interaksi antara perlakuan A taraf ke-i dan perlakuan C taraf ke-k
(βγ)jk = interaksi antara perlakuan B taraf ke-j dan perlakuan C taraf ke-k
(α βγ)ijk = interaksi antara perlakuan A taraf ke-i. perlakuan B taraf ke-j dan
uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada uji taraf 5 %
(Bangun, 1991).
Pelaksanaan Penelitian
Pembuatan PDA
kedalam gelas beker ukuran 1000 ml, diaduk diatas waterbath sampai homogen.
Identifikasi Curvularia sp
daun yang bergejala bercak daun.Daun kelapa sawit yang bergejala bercak daun
daun ini selanjutnya secara aseptik diletakkan pada media potato dextrose agar
Air gambut diambil dari tiga daerah yaitu air gambut dangkal dari daerah
PT. Kencana Amal Tani II blok 23, air gambut sedang dari Banyu Bening Utama
Blok L 41, air gambut dalam dalam dari Duta Palma Nusantara II blok V 70. Air
Gambut yang sudah diambil sesuai dengan kedalaman masing- masing disterilkan
larutan fungisida yang dicampur dengan air pelarut sesuai perlakuan sebanyak 1 ml
Pengujian di Laboratorium
yang telah diisi dengan media PDA ditambah dengan bahan aktif fungisida sesuai
konsentrasi yang dilarutkan dengan dengan air gambut dan inoculum Curvularia
sp. Diinokulasi pada bagian tengah cawan petri. Selanjutnya cawan petri diikubasi
pertumbuhan Curvularia sp. pada cawan petri di media tanpa perlakuan penuh.
Gambar 2 : Bagan peletakan Curvularia sp. pada cawan petri (a) Media PDA + b.a
fungisida (b) Inokulum Curvularia sp.
Peubah Amatan
atau sampai Curvularia sp. tanpa perlakuan memenuhi cawan petri. Pengukuran
membuat garis vertikal dan horizontal yang titik potong kedua garisnya tepat di
tengah koloni jamur. Cara pengukuran pada cawan petri berdasarkan rumus sebagai
berikut :
Diameter=
Keterangan :
atau sama dengan Luas = 1/4πd2 ) dan masukkan rata-rata diameter koloni jamur
menggunakan rumus :
menggunakan rumus :
Keterangan :
terakhir pada saat koloni kontrol telah memenuhi cawan petri lalu dibandingkan
air pelarut merupakan perlakuan dengan luas koloni yang paling rendah sedangkan
fungisida bupirimat dengan air pelarut air biasa, pada 4 hsi pada perlakuan
fungisida bupirimat dengan air pelarut air gambut sedang, 5 hsi pada perlakuan
fungisida bupirimat dengan air pelarut air gambut sedang dan air gambut dalam,
pada 6 hsi sampai dengan 8 hsi pada perlakuan fungisida bupirimat dengan air
pelarut air gambut dangkal dan pada 9 hsi terdapat pada fungisida mankozeb
rendah sedangkan yang paling tinggi pada 1 hsi pada perlakuan fungisida bupirimat
dengan konsentrasi 1 ml/l, pada 2 hsi pada perlakuan fungisida benomil dengan
konsentrasi 2g/l, 3 hsi pada perlakuan fungisida benomil dengan konsentrasi 2 g/l, 4
hsi pada fungisida popineb dengan konsentrasi 1g/l, pada 5 hsi pada perlakuan
fungisida dengan konsentrasi 3 g/l, pada 6 hsi sampai dengan 9 hsi pada fungisida
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa interaksi antara air pelarut dengan
nyata pada 1 hsi sampai dengan 7 hsi sedangkan pada 8 hsi berpengaruh nyata
tetapi tidak berbeda nyata dimana pada 8 dan 9 hsi yang nilai luas tertinggi terdapat
pada interaksi antara air pelarut air gambut sedang dengan konsentrasi 1 ml/L dan
tidak berbeda nyata dengan perlakuan air pelarut biasa dengan konsentrasi 1 ml/L
Tabel 4.Interaksi antara fungisida, air pelarut dan konsentrasi terhadap luas
pertumbuhan koloni Curvularia sp.
Perlakuan 1 hsi 2 hsi 3 hsi 4 hsi 5 hsi 6 hsi 7hsi 8 hsi 9 hsi
F1A0D1 0,50g 1,31 2,04 2,28c-o 4,35a-g 6,81a-f 10,59a-d 15,29a-c 24,64a
F1A0D2 0,50g 0,50 0,92 1,13i-p 1,89g-p 2,90g-m 6,36d-k 9,23e-j 18,14a-c
F1A0D3 0,50g 0,59 0,93 1,47h-p 2,67e-o 4,21e-l 7,20c-i 9,78d-j 12,32c-g
F1A1D1 0,50g 1,46 2,20 3,75a-f 6,11a-c 9,27ab 12,72ab 14,53a-e 20,4ab
F1A1D2 0,50g 0,50 0,72 0,95l-p 1,36k-p 2,26h-o 3,14j-r 4,07l-o 5,72h-o
F1A1D3 0,50g 0,50 0,90 1,20j-p 1,74h-p 3,04g-m 3,96h-p 6,15a-e 8,97e-l
F1A2D1 0,50g 1,64 2,32 3,31a-h 4,29a-g 7,59a-f 10,47a-d 11,89b-h 18,36a-c
F1A2D2 0,50g 0,50 0,57 0,84m-p 1,46i-p 2,42h-o 3,79h-p 5,63j-n 8,58e-m
Pada tabel 4 dapat diketahu bahwa interaksi antara fungisida, air pelarut dan
konsentrasi tidak berpengaruh nyata pada 2 hsi sampai dengan 3 hsi sedangkan
sp.tertinggi pada 9 hsi terdapat pada perlakuan F1A0D1 (fungisida berbahan aktif
mankozeb pelarut air biasa dengan konsentrasi 1 g/l) yaitu sebesar 24.64
F5A2D2 (fungisida berbahan aktif tebukonazol pelarut air gambut sedang dengan
menekan pertumbuhan patogen.Hal ini sesuai dengan literatur Khan and Farzana
sp.tertinggi pada 9 hsi terdapat pada perlakuan F1A0D1 (fungisida berbahan aktif
dikarenakan fungisida tersebut bersifat kontak. Hal ini sesuai dengan literatur dari
cendawan yang terkena paparan bahan aktif. Sebenarnya cara ini adalah cara yang
tidak tepat, karena cendawan dewasa memiliki daya tahan hidup lebih kuat,
sehingga cendawan yang tidak mati karena terkena paparan bahan aktif kontak dan
konsentrasi bahan aktif sistemik yang kurang, dapat menjadi resisten terhadap
bahwa pengaruh pemberian air gambut yang cenderung bersifat asam pada
perlakuan tidak mempengaruhi efektivitas bahan aktif fungisida. Hal ini dapat
air gambut konsentrasi 2 ml/L dengan pH 6.43 lebih efektif dibandingkan dengan
fungisida tebukonazol dengan air pelarut air biasa konsentrasi 2 ml/L dengan pH
6,94 Hal ini tidak sesuai dengan literatur dari Kasnianti (2008) yang mengatakan
bahwa Persen degradasi cenderung lebih tinggi pada pH asam dibandingkan basa.
Tabel 5.Interaksi antara fungisida dengan air pelarut terhadap persentase percepatan
tumbuh Curvularia sp.
Fungisida
Umur Air F1 F2 F3 F4 F5 Rata-rata
tidak berbeda nyata. Fungisida dengan air pelarut dapat menunjukkan bahwa
yang paling tinggi pada 1 hsi sampai dengan 2 hsi terdapat pada perlakuan
fungisida bupirimat dengan air pelarut air biasa, pada 3 hsi pada perlakuan
fungisida benomil dengan air pelarut air dangkal dan air gambut sedang, 4 hsi
sampai dengan 8 hsi pada perlakuan fungisida benomil dengan air pelarut air
gambut dangkal, pada 9 hsi terdapat pada fungisida mankozeb dengan air pelarut
biasa.
Curvularia sp. pada 1 hsi tetapi berpengaruh nyata pada 2 sampai dengan 9 hsi.
perlakuan dengan persentase percepata tumbuh yang paling rendah sedangkan yang
paling tinggi pada 2 hsi, 3 hsi, 5 hsi sampai dengan 9 hsi pada perlakuan fungisida
mankozeb dengan konsentrasi 1 g/l, sedangkan pada 4 hsi pada perlakuan fungisida
Tabel 7.Interaksi antara air pelarut dan konsentrasi terhadap persentase percepatan
tumbuh Curvularia sp.
Air Pelarut
Umur Konsentrasi A0 A1 A2 A3 Rata- rata
1 hsi D1 71,47 65,07 66,60 64,87 67,00
D2 67,13 64,93 63,47 66,13 65,42
D3 65,93 65,33 64,40 62,47 64,53
2 hsi D1 46,40 46,07 43,33 36,07 42,97
D2 43,33 41,40 37,67 36,73 39,78
D3 36,60 36,47 37,47 36,73 36,82
3 hsi D1 50,40 50,00 47,60 38,73 46,68
D2 43,87 42,80 39,47 39,87 41,50
D3 36,47 40,60 39,67 37,07 38,45
4 hsi D1 40,40 43,27 40,47 33,20 39,33
D2 36,07 33,60 34,93 34,07 34,67
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa interaksi antara air pelarut dengan
berpengaruh nyata pada 1 hsi sampai dengan 7 hsi sedangkan pada 8 hsi
berpengaruh nyata tetapi tidak berbeda nyata dimana pada 8 dan 9 hsi yang nilai
luas tertinggi terdapat pada interaksi antara air pelarut air gambut sedang dengan
konsentrasi 1 ml/L dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan air pelarut biasa
dengan konsentrasi 1 ml/L, air pelarut air gambut dangkal dengan konsentrasi 1
ml/L dan air pelarut air gambut dalam dengan konsentrasi 1 ml/L.
konsentrasi tidak berpengaruh nyata pada 1 hsi sampai dengan 3 hsi sedangkan
sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 18 dan 19. Hasil sidik ragam diperoleh
pada 8 dan 9 hsi bahwa perlakuan air pelarut, fungisida, konsentrasi, interaksi
antara jenis bahan aktif fungisida dengan air pelarut, interaksi antara air pelarut dan
konsentrasi, interaksi antara air pelarut dan konsentrasi interaksi antara jenis bahan
jamur patogen. Sesuai dengan literatur Hal ini disebabkan tebukonazol sebagai
fungisida sistemik sebagai penghambat biosintesa sel, hal itu karena mungkin
membran sel, juga berpengaruh terhadap penghasilan energi dalam sel dan
perantara metabolisme, mengganggu sintesa lipid dan fungsi inti sel (Sijpesteijn,
racun jamur dan menghambat pertumbuhan jamur melalui mekanisme yang lebih
tinggi sedangkan yang paling rendah pada 1 hsi sampai dengan 3 hsi terdapat pada
perlakuan fungisida bupirimat dengan air pelarut air biasa, pada 4 hsi sampai
dengan 5 hsi pada perlakuan fungisida benomil dengan air pelarut air gambut
sedang, 6 his sampai dengan 8 hsi pada perlakuan fungisida benomil dengan air
pelarut air gambut air gambut dangkal, dan pada 9 hsi terdapat pada fungisida
Curvularia sp. pada 1 hsi tetapi berpengaruh nyata pada 2 sampai dengan 9 hsi.
sedangkan yang paling rendah pada 2 hsi dan 3 hsi pada perlakuan fungisida
benomil dengan konsentrasi 3 g/L, 4 his dan 5 hsi pada perlakuan fungisida
benomil konsentrasi 3 g/l , 6 hsi sampai dengan 9 hsi pada perlakuan fungisida
Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa interaksi antara air pelarut dengan
berpengaruh nyata pada 1 hsi sampai dengan 7 hsi sedangkan pada 8 hsi
berpengaruh nyata tetapi tidak berbeda nyata dimana pada 8 dan 9 hsi persentaase
penghambatan tertinggi terdapat pada interaksi antara air pelarut air biasa dengan
konsentrasi 3 ml/L dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan air pelarut air
Tabel 12.Interaksi antara fungisdida, air pelarut dan konsentrasi terhadap persentase
penghambatan Curvularia sp.
Perlakuan 1 hsi 2 hsi 3 hsi 4 hsi 5 hsi 6 hsi 7 hsi 8 hsi 9 hsi
F1A0D1 37,94 52,73 46,02 57,91 55,69 50,14 g-n 48,14m-r 44,77q-t 37,69q
F1A0D2 37,94 68,98 62,52 69,77 70,88 67,55 a-g 59,88g-o 57,22j-p 46,56n-q
F1A0D3 37,94 66,51 62,47 66,42 66,10 61,39 b-i 58,01h-o 56,83k-r 56,59i-n
F1A1D1 37,94 48,17 42,28 45,70 47,34 41,83 k-n 43,13p-r 46,24p-t 43,22o-q
F1A1D2 37,94 68,98 66,81 72,26 75,33 72,13 a-f 72,36a-i 72,17c-i 70,78b-i
F1A1D3 37,94 68,98 64,35 71,84 73,53 67,49 a-g 68,45d-j 65,16f-l 62,61d-l
F1A2D1 37,94 44,05 41,19 48,34 55,86 47,26 h-n 48,41m-r 51,30m-s 46,34n-q
F1A2D2 37,94 68,98 70,60 73,97 74,35 70,72 a-f 69,19c-j 66,78e-l 63,46d-l
F1A2D3 37,94 68,98 62,96 70,13 74,92 69,42 a-f 69,55c-j 66,59e-l 67,29b-j
F1A3D1 37,94 68,98 62,20 71,10 71,07 67,50 a-g 66,92f-k 63,85g-n 60,00f-m
F1A3D2 26,65 58,72 56,69 60,12 67,52 64,38 a-f 63,98a-i 62,77e-k 61,42b-j
F1A3D3 30,81 63,91 59,21 62,82 63,56 61,39 b-i 60,98g-m 59,32i-o 57,74g-n
F2A0D1 22,82 56,34 48,55 53,64 61,29 62,12 b-h 65,84f-l 66,24e-l 64,39c-l
F2A0D2 31,83 61,29 63,42 71,28 75,27 72,30 a-f 73,16a-h 74,02a-h 73,97a-f
F2A0D3 37,94 64,17 66,68 68,98 75,21 74,51 a-e 72,39a-i 71,47d-j 73,52a-f
F2A1D1 33,08 53,86 46,38 52,19 59,26 58,84 d-j 62,86g-m 63,11g-n 62,01d-m
F2A1D2 31,07 52,79 51,12 54,11 57,21 44,38 i-n 51,21l-q 53,91l-s 55,14j-o
F2A1D3 37,94 64,09 60,68 67,92 72,63 68,85 a-f 70,27b-i 72,68b-i 70,89
F2A2D1 31,32 58,42 47,59 45,74 51,31 46,47 h-n 48,42m-r 48,68o-s 48,83m-p
F2A2D2 37,94 65,96 61,85 56,14 55,65 54,26 f-m 56,36i-p 60,68h-o 63,35d-l
F2A2D3 32,34 57,70 53,50 57,02 61,15 58,51 d-j 60,42g-n 59,33i-o 59,93f-m
F2A3D1 37,94 68,98 61,76 58,51 60,33 59,64 b-j 57,43h-o 55,99k-r 56,11j-n
F2A3D2 37,94 68,98 62,57 64,57 68,22 66,87 a-g 66,78f-l 66,31e-l 65,84b-l
F2A3D3 28,47 61,89 60,69 65,67 71,40 72,24 a-f 75,04a-g 76,12a-g 75,71a-d
F3A0D1 24,84 58,75 57,85 68,31 73,31 73,15 a-f 75,28a-g 76,68a-g 74,68a-e
F3A0D2 37,94 53,61 49,14 57,89 63,87 59,30 c-j 57,47h-o 57,15k-p 52,69k-o
F3A0D3 17,02 49,65 49,83 52,63 57,52 57,43 d-k 62,67g-m 65,56f-l 65,73b-l
F3A1D1 20,42 42,42 31,70 42,23 41,14 42,34 k-n 46,04n-r 51,24n-s 54,73j-o
F3A1D2 28,95 44,18 40,71 52,27 53,19 37,64 n 37,44r 37,35t 40,00pq
F3A1D3 26,82 52,94 45,76 55,04 63,07 56,58 d-k 61,00g-m 60,99h-o 55,40j-o
F3A2D1 20,15 46,10 36,62 43,40 53,78 44,32 j-n 46,02o-r 44,88r-t 46,57n-q
F3A2D2 29,36 42,16 33,54 42,32 52,99 56,48 e-k 63,02g-m 66,49f-l 66,20c-l
F3A2D3 32,59 50,46 44,65 42,75 43,17l 44,24-n 43,09qr 45,28st 48,54n-q
F3A3D1 37,94 58,76 56,31 62,47 69,54 67,78 a-g 68,51d-j 72,36b-i 66,55b-k
F3A3D2 37,94 63,77 53,45 59,92 64,13 66,25 a-g 64,27f-l 65,32f-l 61,82d-m
F3A3D3 37,94 55,51 50,86 54,68 57,69 54,44 f-l 52,08k-p 49,57o-s 52,21l-o
Pada tabel 12 dapat diketahui bahwa interaksi antara fungisida, air pelarut
dan konsentrasi tidak berpengaruh nyata pada 1 hsi sampai dengan 5 hsi sedangkan
aktif tebukonazol pelarut air gambut sedang dengan konsentrasi 2 ml/l), hal ini
energi dengan cepat sehingga dapat mengganggu sistem kerja enzim jamur.Hal ini
fungisida tebukonazol air pelarut air gambut sedang dengan konsentrasi 2 ml/L
ideal untuk digunakan sebagai pelarut fungisida. Hal ini sesuai dengan literatur dari
Data Pendukung
pH air dan setiap perlakuan dapat dilihat di lampiran 29, diketahui bahwa
pemberian jenis pelarut, bahan aktif dan konsentrasi. Hal ini sesuai dengan literatur
dari Rozziansha et al (2014) yang menyatakan bahwa bahwa jenis pelarut, bahan
Kesimpulan
Saran
pelarut, dan konsentrasi dan pengaruh kombinasi fungisida, air pelarut, dan
DAFTAR PUSTAKA
Naswir, H. M. 2009. Kajian Pemanfaatan Air Gambut Untuk Air Minum Rumah
Tangga Penggunaan Teknologi Clean Chmecical Bentone (CCBN-RO).
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Provinsi Jambi. Jambi.
Pahlevi, M. R. 2009. Analisis Kadar Besi (Fe) dan Manga (Mn) dari Air gambut
Setelah dijernihkan dengan penmabahan Tulang Ayam.Tesis. Program Studi
Kimia. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Rozziansha, T. A. P., Hartanta dan A. Susanto. 2014. Possibility of Peat Water For
Insecticides Application. Indonesian Oil Palm Research Institute (IOPRI),
Medan.
Syarfi, H.S., 2007. Rejeksi Zat Organik Air Gambut Dengan Membran Ultrafiltrasi,
Jurnal Sains dan Teknologi, Program Studi Teknik Kimia, Universitas Riau.
Pekanbaru, 6 (1), h. 1-4.
Vyas, S.C. 1984. Systemic Fungicides. Tata Mc -Graw Hill Publishing Company
Limited. New Delhi.
Watanabe T. 2002. Pictorial Atlas of Soil and Seed Fungi.Ed ke-2. Londong (BR):
CRCPr.
F3A1D1 F3A2D2 F1A3D1 F3A2D3 F3A2D1 F3A0D1 F2A1D3 F2A1D3 F1A3D1 F5A2D1
F5A1D3 F1A2D2 F1A0D1 F1A0D3 F4A1D1 F1A0D3 F4A2D2 F4A1D2 F3A3D1 F3A0D2
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 Total Rata- rata
F1A0D1 2,49 2,77 2,84 8,10 2,70
F1A0D2 1,82 2,02 1,68 5,51 1,84
F1A0D3 2,17 2,56 1,69 6,42 2,14
F1A1D1 3,36 2,99 3,01 9,36 3,12
F1A1D2 2,08 1,54 1,25 4,88 1,63
F1A1D3 2,31 1,42 1,81 5,54 1,85
F1A2D1 2,88 2,80 2,85 8,53 2,84
F1A2D2 1,36 1,95 1,76 5,07 1,69
F1A2D3 1,85 1,82 1,58 5,24 1,75
F1A3D1 1,79 2,14 1,59 5,53 1,84
F1A3D2 1,16 1,91 1,74 4,81 1,60
F1A3D3 2,33 2,04 2,05 6,41 2,14
F2A0D1 2,16 2,07 2,08 6,30 2,10
F2A0D2 1,60 1,46 1,78 4,84 1,61
F2A0D3 1,49 1,31 1,74 4,53 1,51
F2A1D1 2,59 2,06 2,15 6,79 2,26
F2A1D2 2,61 3,17 3,20 8,98 2,99
F2A1D3 1,99 1,45 1,89 5,33 1,78
F2A2D1 3,03 2,72 2,90 8,65 2,88
F2A2D2 2,95 2,33 2,21 7,48 2,49
F2A2D3 2,46 2,22 2,16 6,84 2,28
F2A3D1 2,33 1,91 2,44 6,68 2,23
F2A3D2 1,83 1,99 1,79 5,61 1,87
F2A3D3 2,06 1,24 1,57 4,87 1,62
F3A0D1 1,80 1,30 1,62 4,72 1,57
F3A0D2 2,25 2,40 2,07 6,72 2,24
F3A0D3 2,95 2,09 1,97 7,01 2,34
F3A1D1 2,69 2,90 3,70 9,29 3,10
F3A1D2 3,88 3,72 2,41 10,01 3,34
F3A1D3 2,53 2,17 2,44 7,13 2,38
F3A2D1 2,73 2,33 3,93 8,99 3,00
F3A2D2 1,66 1,99 3,53 7,18 2,39
F3A2D3 4,84 2,10 2,10 9,03 3,01
F3A3D1 1,83 1,92 1,72 5,48 1,83
F3A3D2 1,74 1,91 2,05 5,70 1,90
F3A3D3 2,61 2,46 2,38 7,45 2,48
F4A0D1 3,08 2,92 3,80 9,80 3,27
Fungisida(F) (D) Air Biasa (A0) Air Gambut Dangkal Air Gambut Air Gambut Dalam
(7,43) (A1) (4,84) Sedang (A2) (6,19) (A3) (4,4)
Mankozeb (F1) 1 7,32 6,84 6,65 5,86
2 7,25 6,15 6,24 5,93
3 7,49 7,25 6,86 6,44
Propineb (F2) 1 6,65 4,25 4,45 4,02
2 5,32 4,25 5,95 4,58
3 5,65 4,80 5,09 4,19
Benomil (F3) 1 7,54 5,75 6,96 4,89
2 7,25 6,43 6,59 6,19
3 7,23 6,87 7,06 5,86
Bupirimat (F4) 1 6,82 4,19 4,25 4,07
2 6,44 4,85 4,52 3,71
3 6,25 4,65 4,85 4,40
Tebukonazol (F5) 1 7,01 5,48 6,43 4,44
2 6,94 6,18 6,43 4,95
3 6,33 6,30 6,44 5,66
(F5A0D3)
(F5A1D3)
(F5A2D2)
(F5A2D3)