Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN INDIVIDU

MAGANG MAHASISWA

DETEKSI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN PADA MEDIA


PEMBAWA GANDUM (Triticum aestivum. L) IMPOR DI BALAI
KARANTINA PERTANIAN KELAS I SEMARANG

Disusun oleh:
Rachmatus Sya’diah Utari Pramono
H 0716102

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
Penguji I Penguji II

Ir. Supyani, M.P., M.Agr., Ph.D. Ir. Ato Sulistyo,MP


NIP. 19661016 1993 02 1 001 NIP. 19580621 1985 03 1 003
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat
dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan magang yang berjudul
DETEKSI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN PADA MEDIA PEMBAWA
GANDUM (Triticum aestivum. L) IMPOR DI BALAI KARANTINA
PERTANIAN KELAS I SEMARANG. Kegiatan magang ini dilakukan pada
tanggal 7 Januari 2019 – 4 Februari 2019 di Balai Karantina Pertanian Kelas I
Semarang. Kegiatan magang ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam menyelesaikan pendidikan jenjang Stara 1 (S1) Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Laporan
magang ini membahas tentang keadaan umum dan kegiatan yang dilakukan
penulis selama magang di Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih, kepada:
1. Bapak dan ibuk tercinta, yang dengan sabar senantiasa memberikan doa,
motivasi dan bimbingan.
2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin terselenggaranya magang ini.
3. Koordinator magang dan unit magang yang telah memberikan izin
keberjalannya magang ini.
4. Bapak Ir. Supyani, M.P., M.Agr., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing
Mangang Program Studi Argoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Drh. Wawan Sutian, M.Si selaku Kepala Balai Karantina Pertanian
Kelas I Semarang beserta jajarannya.
6. Ibu Ismiyatuningsih, SP. MSc. selaku Pembimbing Individu Magang Balai
Karantina Pertanian Kelas I Semarang.
7. Staff dan Karyawan Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang yang
telah memberikan informasi serta bimbingan dalam setiap kegiatan
magang.
8. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam menyelesaikan laporan ini.

iii
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih ada kekurangan, sehingga
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penyelesaian
laporan yang lebih baik. Semoga laporan ini dapat diterima dan memberikan
manfaat baik bagi penulis, Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang dan semua
pihak.

Surakarta, Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................viii
I. PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Tujuan Kegiatan..................................................................................2
C. Manfaat Magang.................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4
A. Pengertian Karantina ..........................................................................4
B. Dasar Hukum Tindakan Karantina Tumbuhan...................................4
C. Deskripsi Umum Tanaman Gandum (Triticum aestivum. L)..............5
D. Pengertian Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)...6
E. OPT/OPTK pada Gandum..................................................................7
III. TATA LAKSANA KEGIATAN............................................................9
A. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Magang.............................9
B. Metode Kegiatan.................................................................................9
C. Aspek Kajian Individu........................................................................10
D. Jadwal Kegiatan Individu....................................................................13
IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN.........................................14
A. Profil Institus Mitra.............................................................................14
B. Kegiatan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang...................17
C. Identifikasi OPT Gandum...................................................................22
V. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................28
A. Kesimpulan..........................................................................................28
B. Saran....................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kegiatan Magang Mahasiswa..........................................................13


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Pengujian OPTK/OPT Golongan Cendawan.......11


Gambar 4.1 Struktur Organisasi Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang. 15
Gambar 4.2 Pemeriksaan Administratif di Penerimaan Dokumen (Balai)........18
Gambar 4.3 Pemeriksaan Administratif di Wilker Bandara Ach. Yani.............18
Gambar 4.4 Pengambilan Sampel Media Pembawa di Kantor POS..................18
Gambar 4.5 Pengambilan Sampel Media Pembawa di TPK..............................19
Gambar 4.6 Pemeriksaan Media Pembawa di Bandara Ach. Yani....................19
Gambar 4.7 Pemeriksaan Secara Visual Media Pembawa Gandum Import......19
Gambar 4.8 Pemeriksaan Laboratorium Media Pembawa Gandum Import......19
Gambar 4.9 Bibit Tanaman Hias Hortensia Asal Belanda.................................20
Gambar 4.10 Fumigasi Media Pembawa Ekspor oleh Fumigator......................21
Gambar 4.11 Blotter Test Biji Gandum Hari ke-3.............................................22
Gambar 4.12 Blotter Test Biji Gandum Hari ke-10...........................................22
Gambar 4.13 Washing Test Biji Gandum...........................................................23
Gambar 4.14 Washing Test Biji Gandum setelah di Centrifuge........................23
Gambar 4.15 Konidia Altenaria alternate..........................................................24
Gambar 4.16 Konidia Curvularia sp..................................................................26
Gambar 4.17 Koloni Aspergillus flavus ............................................................26
Gambar 4.18 Aspergillus flavus secara mikroskopis..........................................27
Gambar 4.19 Koloni Aspergillus niger .............................................................27
Gambar 4.20 Aspergillus niger secara mikroskopis...........................................27

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 1 Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina pada Gandum


(Triticum aestivum. L)........................................................................................33
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan magang merupakan bagian dari kegiatan pelatihan kerja yang


biasa dilakukan oleh mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikan di
bangku perkuliahan. Kegiatan magang mahasiswa menjadi tolak ukur
penerapan di lapang terhadap pencapaian pembelajaran di kampus dengan
dinamika perkembangan kegiatan usaha khususnya di sektor pertanian, serta
sebagai strategi peningkatan kompetensi mahasiswa setelah lulus dari Fakultas
Pertanian. Selama berlangsungnya kegiatan magang ini, peserta magang tidak
membatasi aktivitasnya berdasarkan latar belakang disiplin ilmunya. Ini
dimaksudkan untuk membiasakan mahasiswa untuk bekerjasama dalam sebuah
tim, baik antar sesama peserta maupun dengan staf di institusi mitra dengan
latar belakang ilmu yang berbeda.
Kegiatan magang dilakukan di institusi mitra yaitu Balai Karantina
Pertanian Kelas I Semarang, dimana secara umum melaksanakan pengasingan
atau penindakan pada hewan dan tumbuhan. Sebagai bentuk pencegahan
masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu dari
luar negeri ataupun di dalam negeri dari area satu ke area lainnya dalam
wilayah Republik Indonesia. Seperti pada Undang-Undang Nomor 16 Tahun
1992, Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya
pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme
pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri,
atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia.
Berbagai penelitian dan pengembangan khususnya dalam sektor
pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia serta citra
pertanian nasional dikancah internasional. Balai Karantina Pertanian Kelas I
Semarang sebagai lembaga yang terintegrasi di bawah naungan
Kementerian Pertanian tentunya memiliki sejumlah tenaga ahli yang
sangat berpengalaman dalam bidangnya. Kegiatan magang berfokus pada
tindak karantina tumbuhan yang akan bermanfaat bagi mahasiswa.

1
2

B. Tujuan Kegiatan
Kegiatan magang mahasiswa yang dilakukan di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Semarang memiliki tujuan yaitu:
1. Tujuan Umum
a. Melalui kegiatan magang ini mahasiswa akan memperoleh
ketrampilan dan pengalaman kerja dalam merumuskan dan
memecahkan permasalahan yang ada di Balai Karantina Pertanian
Kelas I Semarang.
b. Mengetahui dan mempraktikkan metode dan teknik yang digunakan
dalam mencegah masuk, tersebar dan keluarnya Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) pada wilayah Provinsi Jawa
Tengah di Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang.
c. Mengetahui dan mempelajari mengenai faktor-faktor pengganggu
khususnya organisme pengganggu tanaman dalam budidaya
pengelolaan pasca panen di Balai Karantina Pertanian Kelas I
Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui cara deteksi dan identifikasi opt/optk pada media
pembawa gandum (Triticum aestivum. L) impor di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Semarang.
b. Mengetahui OPT/OPTK yang terdapat pada media pembawa gandum
(Triticum aestivum. L) impor di Balai Karantina Pertanian Kelas I
Semarang.

C. Manfaat Magang
a. Mengetahui situasi dan kondisi, tugas pokok
dan perkembangan Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang.
b. Menambah pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi OPT/OPTK.
c. Hasil praktik kerja lapangan dapat
digunakan sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian dibidang 3
pertanian.

d. Membiasakan mahasiswa untuk bekerjasama


dalam tim, baik antar sesama peserta maupun dengan staf di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Semarang.
e. Mengembangkan kepribadian, rasa percaya
diri dan kedewasaan mahasiswa, serta menambah pengalaman kerja yang
sekaligus menambah jaringan kerja.
II.
III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Karantina
Menurut Undang-undang republic Indonesia No 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, karantina adalah tindakan sebagai
upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit hewan, ikan atau
organisme pengganggu tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu area ke area
lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik
Indonesia.
Berdasarkan peraturan pemerintah republic Indonesia nomor 14 tahun
2002, karantina tumbuhan adalah tindakan sebagai upaya pencegahan masuk
dan tersebarnya Organisme pengganggu Tumbuhan dari luar negeri dan dari
suatu Area ke Area lain didalam negeru atau keluarnya dari dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.

B. Dasar HukumTindakan Karantina Tumbuhan


Tindakan Karantina Tumbuhan memiliki landasan hukum yang terdiri
dari :
a. Undang – Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan,
Ikan dan Tumbuhan
b. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina
Tumbuhan
c. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2016 tentang Jenis Tarif Atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Kementrian Pertanian
d. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 5
51/Permentan/KR.010/9/2015 tentang Jenis Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina
e. Peraturan Menteri Pertanian Republic Indonesia Nomor
11/Permentan/Ot.140/2/2009 Tentang Persyaratan dan Tatacara
Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Pengeluaran dan
Pemasukan Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan

4
Karantina Dari Suatu Area Ke Area Lain Di Dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia.
C. Deskripsi Umum Tanaman Gandum (Triticum aestivum. L)
Gandum (Triticum aestivum. L) merupakan bahan pangan serealia yang
pertama kali dibudidayakan umat manusia, bersamaan dengan dimulainya
usaha bercocok tanam dan memelihara hewan ternak seperti sapi dan biri-biri
(Zohary and Hopf 2000). Saat ini, gandum telah menjadi pangan pokok dilebih
dari 40 negara dan telah dikonsumsi oleh hampir seluruh penduduk dunia
(Williams 1993). Gandum berkembang di wilayah subtropis dan mediteran
seperti Rusia, Amerika Serikat, sebelah selatan Kanada, bagian utara sampai
tengah China, Turki, India, dan Australia (Nevo et al. 2002).
Hierarki taksonomi tanaman gandum secara umum adalah :
Kingdom : Plantae
Class : Monocotyledoneae
Sub class : Liliopsida
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Sub family : Pooideae
Tribe : Triticeae
Genus : Triticum
Species : T. aestivum
Gandum termasuk kelas Monocotyledoneae (tumbuhan biji berkeping
satu dengan subclass Liliopsida, dari ordo Poales, yang dicirikan oleh bentuk
tanaman ternal dengan siklus hidup semusim. Family poaceae atau lebih
dikenal sebagai Gramineae (rumput-rumputan) memiliki ciri khas berakar
serabut, batang berbuku, dan daun sejajar dengan tulang daun. Gandum 6
merupakan tanaman serealia yang termasuk ke dalam family poaceae dengan
tribe triticeae (Nevo et al. 2002).
Gandum yang banyak dibudidayakan saat ini adalah spesies modern yang
telah mengalami evolusi panjang, yang dimulai sejak zaman prasejarah.
Konstruksi genom gandum agak rumit, karena adanya spesies Triticum yang
diploid (dua set kromosom), tetraploid (empat set kromosom) dan ada yang
hexaploid (enam set kromosom). Proses evolusi awal gandum dimulai dari
persilangan antara gandum diploid liar (Triticum uartu) dengan goat grass 1
(Aegilops speltoides). Persilangan gandum diploid liar (2n = 2x = 14) dengan
genom AuAu mengalami proses hibridisasi yang memiliki genom B yang
berkerabat dekat dengan goat grass (2n = 2x = 14) dengan genom BB sekitar
300.000-500.000 tahun yang lalu (Dvorak and Akhunov 2005).
Gandum pada awalnya diintroduksikan ke Indonesia awal abad XVIII
pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Selain Belanda, bangsa Portugis
juga mengintroduksikan gandum untuk memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat Portugis yang tinggal di Pulau Timor. Di Indonesia, tanaman
gandum dibudidayakan di daerah dengan ketinggian >900m dpl dengan suhu
udara optimum rata-rata 22-240C (Leonard dan Martin 1963).

D. Pengertian Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)


Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina adalah semua organisme
yang dapat menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara tidak langsung,
karena menimbulkan kerusakan secara fisik, gangguan fisiologi dan biokimia,
atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya. Menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 51 Tahun 2015, yang dimaksud dengan OPTK
(Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina) adalah semua organisme
pengganggu tumbuhan yang ditetapkan oleh Menteri untuk dicegah masuknya
ke dalam dan tersebarnya di dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.
ISPM (International Standards for Phytosanitary Measures) no 5, OPTK
(quarantine pest) didefinisikan sebagai “a pest of potential economic
importance to the area endangered thereby and not yet present there, or present
but not widely distributed and being officially controlled” (suatu OPT yang
membahayakan atau mengancam potensi ekonomi penting suatu area, baik area
yang masih bebas atau area yang sudah tertular OPT tersebut, akan tetapi
belum menyebar secara luas dan secara resmi sedang dikendalikan)
(Kementerian Dalam Negeri, 2016).
7

Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) berdasarkan


Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 51/Permentan/KR.010/9/2015, terdiri
dari OPTK Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2.
Selain itu ditetapkan pula jenis- jenis tanaman inang, media pembawa dan
daerah sebarnya. OPTK Golongan I adalah OPTK yang tidak dapat dibebaskan
dari media pembawanya dengan cara perlakuan; OPTK Golongan II adalah
semua OPTK yang dapat dibebaskan dari media pembawanya dengan cara
perlakuan; OPTK Kategori A1 adalah jenis-jenis OPTK yang belum terdapat 9
di dalam wilayah negara Republik Indonesia; dan OPTK Kategori A2 adalah
jenis-jenis OPTK yang sudah terdapat di dalam wilayah negara Republik
Indonesia (Kementerian Pertanian, 2016).
Cendawan gudang mampu aktif pada kadar air benih berkesinambungan
dengan RH>65%, suhu lingkungan umumnya optimum sekitar 30-32ºC
Tumbuhnya cendawan pada benih dapat mengakibatkan penurunan daya
kecambah, perubahan warna, kenaikan suhu dan kelembaban di dalam benih,
perubahan susunan kimia di dalam benih dan produksi dan akumulasi
mikotoksin di dalam benih. Gejala yang ditimbulkan apabila benih terinfeksi
cendawan yaitu terdapat benang-benang hifa berwarna putih dan berbintik
hitam (Situmeang, 2014).
E. OPT/OPTK pada Gandum
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2002 Tentang Karantina Tumbuhan.  Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina (OPTK) adalah semua Organisme Penganggu Tumbuhan yang
ditetapkan oleh Menteri untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di
dalam wilayah Negara Republik Indonesia. OPTK pada gandum berdasarkan
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
31/Permentan/Kr.010/7/2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
8
Menteri Pertanian Nomor 93/Permentan/Ot.140/12/2011 Tentang Jenis
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina.
Aspergilus niger merupakan fungi dari filum ascomycetes yang
berfilamen, mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam.
Fungi ini biasanya diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam
ruangan. Koloninya berwarna putih pada Agar Dekstrosa Kentang (PDA)
25 °C dan berubah menjadi hitam ketika konidia dibentuk. Kepala konidia dari
A. niger berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian
yang lebih longgar seiring dengan bertambahnya umur (Madigan, 2006).
Klasifikasi Aspergillus niger adalah sebagai berikut:
Phylum : Ascomycota
Class : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Family : Trichomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus niger (Zhao et al. 2009).
Aspergillus flavus adalah jamur saprotrophic dan patogen dengan
distribusi kosmopolitan. Jamur ini berkoloni pada biji-bijian sereal dan kacang-
kacangan. Busuk pascapanen biasanya berkembang selama panen,
penyimpanan, dan transit. Infeksi Aspergillus flavus dapat terjadi ketika inang
masih berada di lapangan (preharvest), tetapi sering tidak menunjukkan gejala
(dormansi) sampai penyimpanan ataupun transportasi pascapanen. Selain
menyebabkan infeksi pra panen dan pascapanen, banyak strain menghasilkan
sejumlah besar senyawa toksik yang dikenal sebagai mikotoksin, yang bila
dikonsumsi dapat mengakibatkan keracunan. Aspergillus flavus juga
merupakan patogen manusia dan hewan oportunistik, menyebabkan
aspergillosis pada individu yang mengalami gangguan kekebalan (Amaike and
Nancy 2011). Klasifikasi Aspergillus flavus adalah sebagai berikut:
Phylum : Ascomycota
Class : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Family : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus flavus (Samson and Pitt 2000).
III. TATA LAKSANA MAGANG

A. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Magang


Kegiatan magang ini akan dilaksanakan selama satu bulan yaitu 7
Januari - 4 Februari 2019 atau menyesuaikan jadwal dari institusi dari bulan
Januari sampai dengan Februari 2019. Kegiatan magang bertempatkan di Balai
Karantina Pertanian Kelas I Semarang.
B. Metode Kegiatan
Metode kegiatan yang akan dilakukan di lokasi magang antara lain :
1. Observasi/survei lapangan
Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung
terhadap kondisi institusi mitra selama kegiatan magang dilakukan.
Pengamatan atau observasi dilaksanakan bersamaan dengan praktek
lapang. Kunjungan lapang atau survei dilakukan terhadap kondisi lapang
serta bagaimana keadaan lingkungan setempat di sekitar institusi mitra
yang diduga dapat digunakan sebagai informasi utama atau tambahan guna
mengidentifikasi permasalahan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang tidak dapat
ditemukan pada saat obeservasi atau praktik langsung di lapang atau untuk
mendapatkan informasi yang lebih detail. Kegiatan wawancara yang
dilakukan yaitu menanyakan hal yang berhubungan dengan institusi mitra,
seperti kondisi isntitusi mitra, praktek budidaya tanaman sayuran, dan
penelitian, serta hal lain yang berhubungan dengan kegiatan magang yang
dilakukan. Wawancara dilakukan oleh mahasiswa magang dengan
pembimbing lapang dan karyawan institusi mitra.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan pengambilan gambar terhadap
kegiatan yang dilakukan di institusi tempat magang. Selain itu dapat
dilakukan dengan pencatatan data-data yang relevan yang meliputi data

9
10

iklim, topografi, keadaan luas areal tanah, sejarah singkat institusi, dan
struktur organisasi.
4. Pencatatan Data Sekunder
Pencatatan data sekunder merupakan metode pengumpulan data
dengan mencatat data-data yang telah ada, meliputi data iklim, topografi,
keadaan tanah, luas areal yang digunakan untuk kegiatan usaha institusi
mitra, sejarah singkat dan struktur organisasi institusi mitra. Data sekunder
tersebut dapat berupa data cetak maupun data digital yang menunjukkan
suatu fakta dan dapat dimanfaatkan untuk pelaporan, mengidentifikasi
suatu kasus atau bahkan untuk memecahkan masalah tersebut secara
komprehensif.
5. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan penelusuran referensi sebagai bahan
pelengkap, pendukung, dan pembanding serta konsep dalam mencari
solusi permasalahan. Studi pustaka dengan penelusuran referensi sebagai
bahan pelengkap, pendukung dan pembanding serta konsep dalam mencari
solusi permasalahan. Studi pustaka dapat berupa data dari internet, buku
atau media lainnya.
C. Aspek Kajian Individu
Kegiatan magang yang dilaksanakan di Balai Karantina Pertanian
Kelas I Semarang menginginkan agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang mumpuni. Kesesuaian antara pengetahuan yang diperoleh
saat kuliah dapat dipraktikan langsung saat kegiatan magang berlangsung.
Mahasiswa diharapkan mengetahui praktik identifikasi cendawan.
Identifikasi cendawan dapat dilakukan dengan beberapa metode menurut
biologi OPTK target. Metode pengujian untuk deteksi dan identifikasi
cendawan OPTK di Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian berdasarkan
standar ISTA (International Seed Testing Association) tersaji pada gambar 1.
11

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Pengujian OPTK/OPT Golongan Cendawan


Sumber: Pusat Karantina Tumbuhan, BKP (2016)
Metode deteksi dan identifikasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Metode langsung
Metode langsung dilakukan apabila OPTK target berada atau sudah
tumbuh di bagian permukaan bagian tanaman. Spora yang sudah tumbuh
dapat langsung diamati dibawah mikroskop stereo perbesaran 7-30 kali
untuk mengidentifikasi pertumbuhan spora secara makroskopis.
Identifikasi konidia maupun konidiofor cendawan secara mikroskopis
diamati dibawah mikroskop kompon perbesaran 10-1000 kali. Metode 12
langsung merupakan metode identifikasi cendawan secara morfologi.
2. Metode washing
Metode washing merupakan metode identifikasi cendawan secara
morfologi. Metode washing dilakukan apabila cendawan target berada di
permukaan bagian tanaman tetapi gejala tidak terlalu tampak. Selain
digunakan untuk identifikasi OPTK metode ini dapat digunakan untuk
inventariasi OPT yang berada di permukaan bagian tanaman. Langkah
kerja metode washing adalah:
a. Gandum yang bergejala di ambil sebanyak 200 butir lalu dimasukkan
ke dalam erlenmeyer.
b. Aquades ditambahkan sebanyak 100 ml lalu digojlog selama 10
menit (diharapkan cendawan permukaan akan terlepas dari media).
c. Larutan yang ada diambil sebanyak 7- 10 ml dan dimasukkan ke
dalam tube centifuse.
d. Larutan di centrifuse selama 3 menit dengan kecepatan 1500-3000
rpm (Akan dihasilkan pelet dan larutan).
e. Larutan dibuang jangan sampai pelet terbuang, tambahkan 1-3 tetes
lactofenol blue lalu dikocok hingga homogen.
f. Pelet diambil tetes demi tetes ke dalam gelas benda untuk diamati
dan diidentifikasi dibawah mikroskop kompon.
3. Metode blotter
Metode blotter digunakan apabila cendawan target berada di dalam
permukaan bagian tanaman.pada prinsipnya metode ini sama dengan
metode agar yang membedakan hanya media yang digunakan. Langkah
kerja metode blotter adalah:
a. Gandum bergejala diambil sebanyak 50- 100 butir lalu dimasukkan
ke dalam beaker glass 250 ml atau erlenmeyer.
b. Larutan Clorox 4% ditambahkan sebanyak 50-100 ml lalu dishaker
selama 5 menit (diharapkan cendawan permukaan akan terlepas dan
tidak ikut terbawa).
c. Larutan clorox 4% dibuang, dan Gandum dibilas dengan aquades
sebanyak 3x.
d. Gandum dikering anginkan, lalu di platting ke dalam media blotter,
media yang digunakan pada metode bloter adalah kertas blotter.
Kertas blotter yang sudah dilembabkan dengan aquades dimasukkan
ke dalam cawan petri, lalu Gandum dimasukkan ke dalam cawan
petri sebanyak 25 butir/cawan petri.
13

e. Cawan petri yang sudah berisi Gandum, diinkubasi selama 7 hari dan
lalukan pengamatan setelah masa inkubasi.
Metode blotter merupakan metode identifikasi cendawan secara morfologi.
D. Jadwal Kegiatan Individu
Kegiatan magang mahasiswa yang dilakukan, dialokasikan pada kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan karantina sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kegiatan Magang Mahasiswa
⅀ Jam
No Hari, tanggal Macam Kegiatan
Kegiatan

1 Senin, Pembekalan Kegiatan Magang di 8 Jam


7/1/2019 Balai Karantina Pertanian Kelas I
Semarang
2 Selasa, TPK; Deteksi dan identifikasi 8 Jam
8/1/2019 OPT/OPTK pada media pembawa
kedelai, tembakau, kacang tanah dan
gandum

3 Rabu, Bandara; Orientasi alur pelayanan 8 Jam


9/1/2019 sertifikasi karantina tumbuhan wilayah
kerja Ach. Yani

4 Kamis, Bandara; Deteksi dan Identifikasi scr 8 Jam


10/1/2019 langsung OPT/OPTK pada media
pembawa ekspor dan impor

5 Jumat, Piket 24 (Gudang Pelindo); 8 Jam


11/1/2019 Pemeriksaan Media Pembawa Ekspor

6 Sabtu, TPK (Tempat Pemeriksaan 4 Jam


12/1/2019 Karantina); Pengambilan Sampel

7 Minggu, Pengumpulan data pengamatan ~


13/1/2019

8 Senin, Laboratorium Benoa (Pelindo); 8 Jam


14/1/2019 Washing test pada biji gandum

9 Selasa, Laboratorium Benoa (Pelindo); 8 Jam


15/1/2019 Pengamatan hasil washing test biji
gandum
10 Rabu, Laboratorium Benoa (Pelindo); 8 Jam
16/1/2019 Washing test dan blotter test pada biji
gandum

11 Kamis, Laboratorium Benoa (Pelindo); 8 Jam


17/1/2019 Pengamatan hasil washing test biji
gandum

12 Jumat, Seminar hasil magang mahasiswa 5 Jam


18/1/2019 UGM

13 Sabtu, TPK (Tempat Pemeriksaan 8 Jam


19/1/2019 Karantina); Pengambilan Sampel

14 Minggu, Pengumpulan data pengamatan ~


20/1/2019

16 Senin, TPK; Pemeriksaan Media Pembawa 8 Jam


21/1/2019 kedelai, tembakau dan DDGS

17 Selasa, TPK; Pemeriksaan Media Pembawa 8 Jam


22/1/2019 kayu oak, DDGS dan kedelai

18 Rabu, Laboratorium Benoa (Pelindo); 8 Jam


23/1/2019 Pengamatan hasil blotter test biji
gandum

19 Kamis, Laboratorium Benoa (Pelindo); 8 Jam


24/1/2019 Pengamatan hasil blotter test biji
gandum

20 Jumat, Piket 24 (Gudang Pelindo); 8 Jam


25/1/2019 Pemeriksaan Media Pembawa Ekspor

21 Sabtu, Pemeriksaan Media Pembawa DDGS 6 Jam


26/1/2019 di Kapal

22 Minggu, Pengumpulan data pengamatan ~


27/1/2019

23 Senin, Bandara Ach. Yani; Pemeriksaan 7 Jam


28/1/2019 Media Pembawa sayur segar (ekspor)
dan pembuatan sertifikat (PC)

24 Selasa, Penerimaan Dokumen (Balai); 8 Jam


29/1/2019 Penulisan buku agenda ekspor impor
dan domestic

25 Rabu, Penerimaan Dokumen (Balai); 8 Jam


30/1/2019 Penulisan buku agenda ekspor impor
dan domestic

Materi Fumigasi oleh fumigan

26 Kamis, Kantor POS; Pemeriksaan Media 8 Jam


31/1/2019 Pembawa Anggrek, Anggur, daun teh
kering dan kopi robusta

27 Jumat, Kantor POS; Pemeriksaan Media 8 Jam


1/2/2019 Pembawa Benih tanaman sayur dan
stek anggur (ekspor)

28 Sabtu, Materi dan Pratik Fumigasi 3 Jam


2/2/2019

29 Minggu, Penyusunan Laporan Magang ~


3/2/2019

30 Senin, Seminar Hasil Magang 8 Jam


4/2/2019
IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Institusi Mitra


Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang merupakan salah satu Unit
Pelayanan Teknis Badan Karantina Pertanian. Nama Balai Karantina
Pertanian Kelas I Semarang merupakan nama baru pasca integrasi antara
BKH Kelas I Tanjung Emas dengan BKT Kelas I Tanjung Emas. Balai
Karantina Pertanian Kelas I Semarang merupakan salah satu badan yang
bertugas dalam karantina hewan dan tumbuhan yang beralamatkan di Jl. M.
Pardi No. 7 Komplek Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Karantina
merupakan tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya pencegahan
masuk dan tersebarnya hama dan penyakit hewan, hama dan penyakit ikan,
atau organisme pengganggu tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu area ke
area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik
Indonesia. Tempat layanan yang disediakan Balai Karantina Pertanian Kelas I
Semarang saat ini ada 5 (lima) wilayah kerja yang resmi sebagai tempat
pemasukan dan pengeluaran Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) yang telah ditetapkan,
yaitu :
1. Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
2. Bandara Ahmad Yani Semarang
3. Kantor Pos Besar Semarang
4. Pelabuhan Tegal
5. Pelabuhan Juwana Pati
Karantina Hewan dan Tumbuhan Balai Karantina Pertanian Kelas I
Semarang didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dan fasiilitas
pemeriksaan yang modern. Petugas Karantina Hewan di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Semarang terdiri dari 14 orang dokter hewan karantina dan
17 orang paramedik karantina. Adapun petugas Karantina Tumbuhan di Balai
Karantina Pertanian Kelas I Semarang terdiri dari 14 orang POPT Ahli dan 17
orang POPT Terampil. Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang telah

14
15

dilengkapi dengan fasilitas pendukung Laboratorium pemeriksaan. Saat ini


pengujian yang bisa dilakukan untuk karantina hewan, diantaranya adalah Uji
HA-HI AI untuk pengujian titer antibodi Avian Infuenza, Uji HA-HI ND
untuk pengujian titer antibodi Newcastle Disease pada unggas, Uji
Organoleptik, Uji Postma, dan Uji Residu formalin untuk Bahan Asal Hewan
dan Hasil Bahan Asal Hewan, Uji Ulas Darah untuk parasit darah, serta uji
RBT antigen untuk pemeriksaan Brucellosis pada Ruminansia. Adapun
pengujian yang bisa dilakukan di laboratorium karantina tumbuhan antara lain
pengujian entomologi, serta mikologi.

KEPALA BALAI
drh. Wawan Sutian, M. Si

KEPALA SUBBAG
TATA USAHA
Dra. Amirin dwi L, MM

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI


KARANTINA KARANTINA KEPALA SEKSI
HEWAN TUMBUHAN WASDAK
drh. R. Pratiwi Asmara W Cisilia Triwidyanti, S.P drh. Hutri Widarsa

KORJABFUNG KORJABFUNG
KARANTINA KARANTINA
HEWAN TUMBUHAN
drh. Giyono Heri Widarta, S.P., M. Sc
Trisnadi
16

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang


Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang dikepalai oleh seorang
kepala balai yang membawahi empat sub bagian, yakni tata usaha, seksi
karantina hewan, seksi karantina tumbuha, dan seksi pengawasan dan
penindakan (wasdak). Seksi karantina hewan dan tumbuhan masing-masing
membawahi kelompok jabatan fungsional (korjabfung) karantina. Setiap sub
bagian memiliki ruang lingkup kerja masing-masing.
1. Sub Bagian Tata Usaha bekerja di lingkup penyusunan rencana, evaluasi
dan pelapor, serta urusan tata usaha yang diketuai oleh Dra. Amirin Dwi L,
MM
2. Seksi Karantina Hewan memberikan pelayanan operasional karantina
hewan, pengawasan keamanan hayati hewani dan penindakan pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan dan keamanan
hayati yang diketuai oleh drh. R. Pratiwi Asmara W
3. Seksi Karantina Tumbuhan memberikan pelayanan operasional karantina
tumbuhan, pengawasan keamanan hayati nabati dan penindakan
pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang karantina tumbuhan
dan keamanan hayati nabati yang diketuai oleh Cisilia Triwidyanti, S.P
4. Seksi Pengawasan dan Penindakan melakukan pengawasan dan
penindakan terhadap pelayanan karantina hewan dan tumbuhan yang
diketuai oleh drh. Hutri Widarsa
5. Kelompok Jabatan Fungsional Hewan memberikan pelayanan pengawasan
dan penindakan karantina hewan yang diketuai oleh drh. Giyono Trisnadi
6. Kelompok Jabatan Fungsional Tumbuhan memberikan pelayanan
pengawasan dan penindakan karantina tumbuhan yang diketuai oleh Heri
Widarta, S.P., M. Sc
Tugas dan fungsi Karantina Hewan dan tumbuhan adalah mencegah
masuk, tersebar dan keluarnya Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) khususnya di wilayah
Provinsi Jawa Tengah. Tugas Karantina Hewan dan tumbuhan dalam
memeriksa media pembawa HPHK dan media pembawa OPTK yang berisiko
menularkan HPHK dan OPTK, dan wajib periksa antara lain :
a. Media Pembawa HPHK wajib periksa berupa :
 Hewan, contoh : Unggas, burung, sapi, kuda, anjing, kucing, satwa liar,
dll
17

 Bahan Asal Hewan (BAH), contoh : Daging segar, susu segar, sarang
burung wallet, dll
 Hasil Bahan Asal Hewann (HBAH), contoh : Sosis, bakso, nugget,
yoghurt, dll4.
 Benda Lain, contoh : Vaksin hewan, pakan hewan, sediaan biologik
lainnya.
b. Media Pembawa OPTK wajib periksa berupa :
 Hasil tanaman hidup dan benih.
 Hasil tanaman hidup bukan benih.
 Hasil tanaman mati yang tidak diolah atau sudah diolah.
B. Kegiatan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang
Kegiatan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang meliputi
tindakan 8P yaitu pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan,
penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan. Selama kegiatan
magang tindakan 8P dilakukan antara lain pemeriksaan administratif
(penerimaan dokumen,kantor POS, TPK dan bandara) dan pemeriksaan
kesehatan (TPK dan Lab Benoa), perlakuan dengan fumigasi oleh fumigan
dan penahanan.
1. Pemeriksaan
Kegiatan tindakan pemeriksaan di Balai Karantina Pertanian Kelas
I Semarang meliputi :
a. Pemeriksaan administratif untuk mengetahui kelengkapan, kebenaran
isi dan keabsahan dokumen persyaratan. Dokumen pemasukan media18
pembawa dari luar negeri yang dimaksud adalah harus adanya
Phytosanitary Certificate (PC) dari negara asal dan dokumen lainnya.
Pemeriksaan adnimistratif yang dilakukan antara lain di
Penerimaan Dokumen (kantor Balai) (Gambar 4.2) , Bandar Udara
Ach. Yani (Gambar 4.3), Kantor POS dan Tempat Pemeriksaan
Karantina (TPK) dengan mengecek kelengkapan dokumen ekspor,
impor dan domestik keluar ataupun domestik masuk. Setelah
dilakukan pemeriksaan administratif maka, selanjutnya dilakukan
pengambilan sampel di Kantor POS (Gambar 4.4), TPK (Gambar 4.5)
dan Bandara Ach. Yani (Gambar 4.6) untuk dilakukan pemeriksaan
kesehatan.

Gambar 4.2 Pemeriksaan Administratif di Penerimaan dokumen (balai)

Gambar 4.3 Pemeriksaan Gambar 4.4 Pengambilan Sampel


Administratif di Wilker Media Pembawa di Kantor
Bandara Ach. Yani POS
19

Gambar 4.5 Pengambilan Sampel Media Gambar 4.6 Pemeriksaan Media


Pembawa di TPK Pembawa di Bandara
Ach. Yani

b. Pemeriksaan kesehatan dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya


OPT/OPTK. Pemeriksaan kesehatan yang dimaksud yaitu pemeriksaan visual
(Gambar 4.7) dan pemeriksaan secara laboratoris (Gambar 4.8). Hasil
pemeriksaan kemudian dicatatat dan dimasukkan kedalam data untuk
melengkapi dokumen hasil pemeriksaan laboratorium.

Gambar 4.7 Pemeriksaan secara visual Gambar 4.8 Pemeriksaan


media pembawa gandum laboratorium media
import pembawa gandum import
20

2. Pengasingan dan Pengamatan


Pengasingan dan pengamatan yang dilakukan selama kegiatan
magang yaitu pada bibit tanaman hias Hortensia yang berasal dari Negara
Belanda (Gambar 4.9). Pengasingan dan pengamatan ini dilakukan karena
pada bibit tanaman ini harus diuji PCR, uji PCR dilakukan di Balai Uji
Terap kurang lebih 2 minggu sampai hasilnya keluar. Pengasingan
dilakukan di Laboratorium Pelindo.

Gambar 4.9 Bibit Tanaman Hias Hortensia Asal Belanda


3. Perlakuan
Tindakan perlakuan yang dilakukan di BKP Kelas 1 Semarang
salah satunya adalah tindakan fumigasi (Gambar 4.10). Perlakuan
fumigasi untuk tindakan karantina tumbuhan merupakan salah satu
jaminan akan mutu komoditas ekspor negara kita di manca negara. Sesuai
peraturan yang ada perlakuan tersebut dilakukan oleh petugas karantina 21
tumbuhan atau pihak ketiga yang memenuhi persyaratan dan
pelaksanaannya di bawah pengawasan petugas karantina tumbuhan.
Tindakan Perlakuan dilakukan jika Media Pembawa tidak bebas
dari OPTK Gol II. Tindakan perlakuan ini dilakukan dengan tujuan untuk
membebaskan media pembawa dari OPTK Gol. II atau dipersyaratkan
sebagai kewajiban tambahan. Tindakan perlakuan dapat dilakukan
dengan cara fisik dan/atau kimiawi, sedangkan perlakuan sebagai
kewajiban tambahan dapat dilakukan di negara asal, di atas alat angkut
selama perjalanan, di negara transit dan/atau setelah tiba di wilayah RI.

Gambar 4.10 Fumigasi Media Pembawa Ekspor oleh Fumigator


4. Penahanan
Tindakan penahanan selama kegiatan magang terdapat di Kantor
POS karena terdapat kacang almond asal Australia yang masuk ke
Indonesia tanpa dokumen yang lengkap. Penahanan ini dilakukan untuk
mencegah kemungkinan tersebarnya OPT/OPTK yang terbawa bibit
tersebut.
Tindakan penahanan dilakukan apabila suatu Media Pembawa
setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata persyaratan karantina untuk lain
di dalam wilayah negara Republik Indonesia belum seluruhnya dipenuhi.
Tindakan ini dilakukan untuk mengamankan media pembawa dengan
cara penyegelan dan menempatkan di bawah penguasaan dan pengawasan
Petugas Karantina Tumbuhan pemasukan kedalam atau dari suatu area ke22
area.
5. Pembebasan
Kegiatan pembebasan selama kegiatan magang di Balai Karantina
Kelas I Semarang yaitu dengan diterbitkannya Sertifikat Pelepasan.
Pembebasan dilakukan apabila semua persyaratan telah dilengkapi dan
dilakukan terhadap media pembawa yang bebas dan/atau dapat
dibebaskan dari OPTK Kategori Al, OPTK Kategori A2 dan/atau OPTP.

C. Identifikasi OPT Gandum


Kegiatan yang dilakukan selama kegiatan magang di BKP Kelas I
Semarang antara lain identifikasi organisme penganggu tumbuhan karantina
Semarang (OPTK) di Laboratorium Benoa BKP Semarang. Kegiatan di
laboratorium yaitu pengamatan mikroskopis hasil blotter test dan washing
test pada sampel gandum impor dari Australia. Selama pengamatan di
laboratorium tidak ditemukan OPTK pada sampel gandum.

Gambar 4.11 Blotter Test Biji Gambar 4.12 Blotter Test Biji
23

Gandum Hari ke-3 Gandum Hari ke-10

Gambar 4.13 Washing Test Biji Gambar 4.14 Washing Test Biji
Gandum Gandum setelah di
Centrifuge

Berikut ini adalah identifikasi OPT yang ditemukan pada sampel gandum
24
yang diamati:
1. Altenaria alternata
Koloni ditemukan pada sampel gandum dengan metode washing
test. Koloni Altenaria alternata biasanya berwarna hitam atau kehitaman,
kadang-kadang abu abu. Konidiofor yang timbul soliter (sendiri) atau
dalam kelompok kecil, sederhana atau bercabang. lurus atau lentur, pucat
pada pertengahan berwarna kuning langsat atau cokelat keemasan, halus,
panjang hingga 50 u, tebal 3-6 n dengan 1 atau beberapa konidial bekas
luka. Konidia dibentuk dalam waktu lama, seringkali bercabang, bulat
telur atau elips, sering berbentuk kerucut atau silinder paruh, kadang-
kadang sampai tetapi tidak lebih dari sepertiga panjang konidium, pucat
pada pertengahan berwarna cokelat keemasan, halus dengan lebih dari 8
sekat melintang dan biasanya beberapa sekat membujur (Gambar 4.15).
Secara keseluruhan panjang 20-63 (37) H, tebal 9-18 (13) u di bagian
yang luas, tebal paruh 2-5 p. Saprofit ini sangat umum ditemukan di
berbagai jenis tanaman dan substrain lain termasuk bahan pangan, tanah
dan tekstil kosmopolitan (Elis, 1976).

Gambar 4.15 Konidia Altenaria alternata


Menurut Ilmiyah et al. (2015) jamur Alternaria alternata
merupakan saprofit tanaman inang dan merupakan patogen primer.
Infeksi jamur Altenaria alternata menyebabkan kerusakan pada jaringan
daun, buah, tangkai, tangkai buah, dan kaliks tanaman stroberi.
Kerusakan pada jaringan buah menyebabkan menurunnya kualitas dan
kuantitas buah stroberi yang akan dipanen karena buah tidak dapat
dikonsumsi. Penyakit ini dapat menjadi epidemi atau wabah di lahan
pertanaman stroberi terutama saat kelembaban yang relatif tinggi dan
suhu rata-rata berkisar antara 20-25 (Wada et al., 1995).
2. Curvularia sp.
Koloni ditemukan pada sampel gandum dengan metode washing
test. Konidiofor berbentuk sederhana, berwama coklat, konidium
berwarna lebih gelap dari pada selnya. Konidium terdin dani 3-5 sel,
cenderung bengkok dengan bagan tengahnya membesar, bersifat parasit
atau saprofit (Bamett and Hunter, 1972). Curvularia palescens yang
menyerang daun berkonidiofor berwarna coklat tua, tidak bercabang,
bersekat, pada bagian ujungnya membengkak. Ukuran 19-30 x 8-16 um
Jamur ini bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman yang terserang
(Semangun, 2007).
25

Gambar 4.16 Konidia Curvularia sp.


Kebanyakan Curvularia ditemukan di daerah tropis, meskipun
sedikit yang ditemukan di zona beriklim sedang. Curvularia didefinisikan
oleh jenis spesies C. lunata Curvularia lunata muncul sebagai mengkilap
beludru hitam, pertumbuhan berbulu pada permukaan koloni. C lunata
dibedakan oleh septate, hifa dematiaceous memproduksi coklat,
konidiofor geniculate. Poroconidia melengkung sedikit jelas, dengan sel
ketiga diperluas dari ujung pori konidia tersebut. Gejalanya adalah bercak
kecoklatan menjadi hitam dan menyebabkan gugur. Gejala dapat terjadi
pada bunga yang masih kuncup hingga mekar. Pada daun mirip beruak
daun Cercospora, dan hanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan
mikroskopis (Rizky, 2000).

3. Aspergilus falvus
Hasil pengamatan secara makroskopis menunjukkan bahwa
Aspergillus flavus memiliki ciri-ciri yaitu, koloni berwarna hijau muda
dengan dengan bentuk koloni granular dan kompak (Gambar 4.17). Hal
ini sesuai dengan Elmer et al. (1978) yang mengatakan, pada isolate
murni dalam media SDA Aspergillus flavus memiliki koloni berwarna
hijau kekuningan atau kuning kecoklatan, Koloni Aspergillus flavus.
26

Gambar 4.17 Koloni Aspergillus Gambar 4.18 Aspergillus flavus


flavus secara mikroskopis

Secara mikroskopis Aspergillus flavus memiliki ciri-ciri yaitu,


memiliki vesikel yang berbentuk bulat (Gambar 4.18). Hal ini sesuai
dengan Koneman et al. (1992) yang menyatakan bahwa Aspergillus
flavus memiliki konidiofor, vesikel berbentuk bulat, phialids berada di
atas vesikel dan memiliki konidia yang bulat, halus atau kasar.
4. Aspergilus niger
Hasil pengamatan secara makroskopis menunjukkan bahwa
Aspergillus niger memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki koloni yang berwana
hitam (Gambar 4.19). Hal ini sesuai dengan Elmer et al. (1978) yang
mengatakan, pada isolat murni dalam media SDA Aspergillus flavus
memiliki koloni berwarna hitam.
27

Gambar 4.19 Koloni Aspergillus Gambar 4.20 Aspergillus niger


niger secara mikroskopis

Secara mikroskopis Aspergillus niger memiliki ciri-ciri yaitu,


memiliki vesikel yang berbentuk bulat, konidiofor yang transparan serta
konidia yang berwarna hitam kecoklatan (Gambar 4.20). Hal ini sesuai
dengan Larone (2002) yang menyatakan bahwa Aspergillus niger
memiliki konidiofor halus dan berwarna hitam, memiliki vesikel yang
berbentuk bulat, memiliki konidia yang berwarna coklat sampai hitam,
kasar dan bulat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil kajian individu kegiatan magang di Balai


Karantina Pertanian Kelas I Semarang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kegiatan yang di lakukan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang
meliputi 8P yaitu pemeriksaan, pengamatan, perlakuan, penahanan,
penolakan, pemusnahan dan pembebasan.
2. Identifikasi OPT/OPTK pada media pembawa gandum (Triticum
aestivum. L) dilakukan dengan cara blotter test dan washing test.
3. Hasil identifikasi di laboratorium tidak ditemukan OPTK pada sampel
gandum.
4. Hasil identifikasi di laboratorium ditemukan OPT pada sampel gandum,
yaitu pada metode wahing test ditemukan Alternaria alternata dan
Curvularia sp, pada metode blotter test ditemukan Aspergillus niger dan
Aspergillus flavus.

B. Saran

Setelah melaksanakan kegiatan magang selama 30 hari di Balai Karantina


Pertanian Kelas I Semarang, penulis mencoba untuk memberikan saran dan
masukan yang diharapkan dapat meningkatkan pelayanan serta kinerja Balai
Pertanian Kelas I Semarang maupun bagi Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
1. Saran untuk Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang
a. Memberikan sosialisasi kepada pengguna jasa mengenai prosedur dan
alur pelayanan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang.
b. Sebagai tempat yang dipilih dan dipercaya oleh perguruan tinggi untuk
menerima, membimbing dan mengarahkan mahasiswa yang
melaksanakan kegiatan magang, Balai Karantina Pertanian Kelas I
Semarang dapat memberi pengarahan yang dibutuhkan sehingga fapat
menjadi pembelajaran dan pengalaman bagi mahasiswa serta dapat

28
29

membantu, mempermudah, meringankan dan mempercepat pekerjaan


unit kerja.
2. Saran untuk Fakultas Pertanian dan Mahasiswa
a. Penulis mengharapkan agar pihak Fakultas memberikan pengarahan
serta pelayanan yang terbaik, agar proses magang berjalan dengan
lancar.
b. Mahasiswa yang akan melakukan kegiatan magang seharusnya telah
mempersiapkan diri agar memiliki kemampuan akademik serta non
akademik, seperti etika dunia kerja. Sehingga mahasiswa yang
bersangkutan mampu ditempatkan dibagian apapun dalam pelaksanaan
kegiatan magang.
c. Dimasukkannya materi tentang karantina tumbuhan didalam
perkuliahan, agar mahasiswa mengetahui secara detail bagaimana
karantina tumbuhan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Amaike, Saori and Nancy P Keller. 2011. Aspergillus flavus. Annual Review of
Phytopathology. 49: 107–133.
Barnet H L and Hunter B B. 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Burgess
Publishing Company. Minneapolis, Minnasota.
Dvorak J and E Akhunov. 2005. Tempos of gene locus deletions and their
relationship to recombination rate during diploid and polyploidy
evolution in the AegilopsTriticum alliance. Genetics 17: 323-332.
Ellis M B. 1976. More Dematiaceous Hyphomycetes. Commonwealth
Mycological Intitute Knew. England.
Elmerv W K, Glenn D R and Sara E W. 1978. Practical Laboratory Mycologi 2nd
Edition. The Williams and wilkins co. United States of Amerika. 7-96.
Ilmiyah Z, Maharani T A, Evie R, dan Yunimar. 2015. Uji Antagonisme Jamur
Endofit Tanaman Stroberi terhadap Altenaria alternate Jamur Penyebab
Bercak Daun (Leaf Spot) pada Tanaman Stroberi Secara In Vitro.
Lentera Bio. Vol 4 (1) : 19 – 24.
Kementerian Dalam Negeri. 2016. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
14 Tahun 2002. [On-line]. http://www.kemendagri.go.id. Diakses
tanggal 28 Desember 2018 pukul 19.49 wib.
Kementerian Pertanian. 2016 Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor
38/Kpts/HK.060/1/2006.[On-line].http://www.pertanian.go.id. Diakses
tanggal 28 Desember 2018 pukul 20.14 wib.
Koneman E M, S D Allen, W M Janda, P C Schreckenberger and W C Winn.
1992. Color Atlas and Text of Diagnostic Mikrobiology. 4th Edition.
United States of America. J.B. Lippincott Company. 804
Larone D H. 2002. Medically Important Fungi. 4th ed. ASM Press. Washington,
D.C. 175-266.
Leonard W H and T H Martin. 1963. Cereal crops. Mac Millan Co., New York.
Madigan M T and Martinko J M. 2006. Brock Biology of Microorganisms 11th
ed. New Jersey : Pearson Education. Hal. 178-185.
Mathur S B dan O Kongsdal. 2003.Common Laboratory Seed Health Testing
Methods for Detecting Fungi, 1st Edition. ISTA. Switzerland.
Nevo E, A B Korol, A Beiles, and T Fahima. 2002. Evolution of wild emmer and
wheat improvement: population genetics, genetic resources, and
genome organization of wheat’s progenitor, triticum dicoccoides.
Springer, Berlin. p. 364.
Samson R A and J I Pitt. 2000. Integration of Modern Taxonomic Methods for
Penicillium and Aspergilluus Classofication. Harwood Scientific
Publishers. Amsterdam.
Semangun H. 2007. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Situmeang M, P Aziz dan S Sri. 2014. Pengaruh Pemanasan terhadap
Perkecambahandan Kesehatan Benih Kedelai (Glycine max (L.)
Merril). Jurnal Vegetalika.Volume 3, Nomor 3.
 Wada H et al. 1995. Occurrence of the Strawberry Pathotype of Altenaria
alternate in Italy. Plant disease. (80) : 372-374.
Williams P C. 1993. The world of wheat. In: Grains and oilseeds: handling,
marketing, processing.Canadian International Grains Institute,
Winnipeg, Manitoba, Canada. p. 557-602.
Zhao K, W Ping, Q Li, S Hao, T Gao and D Zhou. 2009. Aspergillus niger var.
taxi, a New Species Variant of Taxol-Producing Fungus Isolated from
Taxus Cuspidate in China. Journal Microbiology. 1202–1207.
Zohary D and M Hopf. 2000. Domestication of plants in the old world. Oxford
University Press, Oxford.
LAMPIRAN
1. Tabel 1 Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina pada Gandum
(Triticum aestivum. L)
Media Jenis Kategori OPTK Daerah sebar
pembawa OPTK
Batang, biji, Cendawam I: jika [s]: Tilletia caries Africa: Algeria,
bunga MP (DC.) Tul., 1847; Egypt, Ethiopia,
tidak (=Tilletia sitophila Lesotho, Libya,
diproses (Ditmar) J. Schröt., Morocco, South
II. jika 1877 =T. tritici Africa, Tunisia,
MP (Bjerk.) G. Winter, Uganda,
diproses 1874 =T. tritici f. Zimbabwe
tritici (Bjerk.) G. America:
Winter, 1874 =T. Argentina,
tritici var. tritici Canada, Chile,
(Bjerk.) G. Winter, Colombia,
1874 =T. tritici Ecuador,
subsp. tritici Guatemala,
(Bjerk.) G. Winter, Mexico,
1874 =T. caries var. Nicaragua, Peru,
agrostidis Auersw., USA, Uruguay,
1865 =Caeoma Venezuela Asia:
sitophilum (Ditmar) Afghanistan,
Link, 1852 Armenia,
=Fusisporium Azerbaijan,
inosculans Berk., Bhutan, China,
1847 =Tilletia India, Iran, Iraq,
caries var. caries Israel, Japan,
(DC.) Tul. & C. Jordan,
Tul., 1847 =Uredo Kazakhstan,
caries DC., 1815; Korea,
=U. sitophila Kyrgyzstan,
Ditmar, 1813 Lebanon,
=Lycoperdon tritici Mongolia,
Bjerk., 1775); [a]: - Pakistan, Saudi
Basidiomycota, Arabia, Syria,
Ustilaginomycotina, Taiwan, Turkey,
Exobasidiomycetes; Uzbekistan
complete bunt, Europe: Austria,
covered smut, hill Belgium, Bosnia
bunt, rough-spored and Herzegovina,
wheat bunt, stinking Bulgaria,
smut, wheat bunt, Croatia, Cyprus,
common bunt Czech Republic,
Denmark,
Estonia, Finland,
France,
Germany,Greece,
Ireland, Italy,
Latvia,
Lithuania,
Macedonia,
Moldova,
Montenegro,
Netherlands,
Norway, Poland,
Portugal,
Romania, Russia,
Serbia, Slovakia,
Slovenia, Spain,
Sweden,
Switzerland, UK,
Ukraine Oceania:
Australia, New
Zealand
biji II Sitophilus granarius Africa: Algeria,
(Linnaeus, 1758); Cameroon,
(=Calandra granaria Egypt, Morocco,
=Calendra granaria South Africa,
=Curculio Swaziland
granarius); America:
(Coleoptera: Argentina,
Dryophthoridae); Canada, Chile,
grain weevil, maize Mexico, USA
weevil, granary Asia:
weevil Afghanistan,
India, Iran, Iraq,
Israel, Japan,
Kazakhstan,
Malaysia, Saudi
Arabia, Sri
Lanka, Syria,
Thailand,
Turkey, Yemen
Europe: Austria,
Belgium, Bosnia
and Herzegovina,
Croatia, Czech
Republic,
Denmark,
France,
Germany,
Greece,
Hungary,
Ireland, Italy,
Lithuania,
Poland,
Romania, Russia,
Serbia, Slovenia,
Spain, Sweden,
Ukraine, UK
Oceania: Australi
biji, karung Serangga II Trogoderma Africa: Algeria,
goni/alat granarium Everts; Burkina Faso,
pembungkus (=Trogoderma Egypt, Libya,
bekas affrum Mali, Mauritania,
komoditi, =Trogoderma Morocco, Niger,
makanan khapra); Nigeria, Senegal,
ternak (Coleoptera: Somalia, Sudan,
Dermestidae); Tunisia, Zambia,
kumbang Zanzibar,
kaphra/khapra Zimbabwe. Asia:
beetle Afghanistan,
Bangladesh,
India, Iran, Iraq,
Israel
Kazakhstan,
Republic of
Korea (South
Korea),
Kyrgyzstan,
Lebanon,
Myanmar,
Pakistan, Saudi
Arabia, Sri
Lanka, Syria,
Taiwan,
Tajikistan,
Turkey,
Turkmenistan,
Uzbekistan,
Yemen. Europe:
Armenia,
Azerbaijan,
Belarus, Cyprus,
Estonia, Georgia,
Lithuania,
Latvia, Moldova,
Spain,
Switzerland,
Ukraine
batang, biji, I/II Anguina tritici Africa: Egypt,
daun, malai, (Steinbuch) Ethiopia
tunas Chitwood; America: Brazil,
(=Anguillula tritici Canada, USA
=Anguillulina tritici Asia:
=Rhabditis tritici Afghanistan,
=Tylenchus Azerbaijan,
scandens =T. tritici China, India,
=Vibrio tritici); Iran, Iraq, Israel,
Anguinidae; wheat Pakistan,
nematode, Republic of
wheatgall Korea (South
nematode, eelworm Korea), Saudi
disease, earcockles, Arabia, Syria,
bunted wheat, hard Turkey Europe:
smut, cockle wheat, Austria, Bosnia
purples and Herzegovina,
Bulgaria,
Croatia, Cyprus,
France,
Germany,
Greece,
Hungary,
Ireland, Italy,
Lithuania,
Macedonia,
Montenegro,
Netherlands,
Poland,
Romania, Russia,
Serbia, Slovenia,
Spain, Sweden,
Switzerland,
Ukraine, UK
Oceania:
Australia, New
Zealand
biji Cendawan I: jika [s]: Tilletia indica Africa: Mexico,
MP Mitra, 1931; South Africa,
tidak (=Neovossia indica USA Asia:
diproses (Mitra) Mundk., Afghanistan,
II. jika 1941); [a]: - India, Iran, Iraq,
MP Basidiomycota, Nepal, Pakistan
diproses Ustilaginomycotina,
Exobasidiomycetes;
Karnal bunt of
wheat, Indian bunt
of wheat, partial
bunt of wheat, new
bunt
batang, biji, Cendawan I: jika [s]: Tilletia laevis Africa: Algeria,
bunga MP J.G. Kühn, 1873; Angola, Egypt,
tidak (=Tilletia tritici var. Ethiopia, Kenya,
diproses laevis (J.G. Kühn) Lesotho, Libya,
II. jika Kawchuk, 1988 =T. Morocco,
MP foetidai (Wallr.) Somalia, South
diproses Liro, 1920 =T. Africa, Tunisia,
foetems (Berk. & Zimbabwe
M.A Curtis) Trel., America:
1884 =Ustilago Argentina,
foetens Berk. & Canada, Chile,
M.A Curtis, 1874 Colombia,
=Erysibe foetida Mexico, Peru,
Wallr. 1833); USA, Uruguay,
[a]: - Venezuela Asia:
Basidiomycota, Afghanistan,
Ustilaginomycotina, Armenia,
Exobasidiomycetes; Azerbaijan,
common bunt, China, India,
complete bunt, Iran, Iraq, Israel,
covered smut, hill Japan,
bunt, smooth- Kazakhstan,
spored wheat bunt, Korea, Lebanon,
stinking bunt, Mongolia, Nepal,
stinking wheat smut Pakistan, Saudi
Arabia, Syria,
Turkey,
Turkmenistan,
Uzbekistan
Europe: Austria,
Belgium, Bosnia
and Herzegovina,
Bulgaria,
Croatia, Cyprus,
Czech, Denmark,
Finland, France,
Germany,
Greece,
Hungary, Italy,
Latvia,
Lithuania,
Macedonia,
Malta,
Montenegro,
Netherlands,
Norway, Poland,
Portugal,
Romania, Russia,
Serbia, Slovakia,
Slovenia, Spain,
Switzerland,
Ukraine Oceania:
Australia, New
Zealand
Sumber : Permentan No 31 Tahun 2018
2. Dokumentasi Pemeriksaan Dokumen

3. Dokumentasi Pemeriksaan fisik media pembawa di Tempat


Pemeriksaan Kanrantina (TPK)
4. Dokumentasi Pemeriksaan fisik media pembawa di Laboratorium
Pelindo (Piket 24)

5. Dokumentasi Pemeriksaan fisik Anggrek di Kantor Pos Semarang


6. Pengambilan sampel media pembawa

7. Pemeriksaan di Bandara Ahmad Yani

8. Pengenalan mengenai fumigasi


9. Dokumentasi dengan petugas Balai Karantina Pertanian Kelas I
Semarang

Anda mungkin juga menyukai