)
PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) DENGAN AGEN
HAYATI
PAPER
OLEH:
RAMADHIANTIE KARNAIN
160301199
AGROEKOTEKNOLOGI IV B
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Kegunaan Penulisan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
manusia, karena bisa menyediakan 25% vitamin yang diperlukan tubuh. Pada
sebanyak 100 gram terkandung vitamin A sejumlah 80 mg, vitamin B sejumlah 0,06
mg, Vitamin C sejumlah 50mg, lemak sejumlah 0,2 gr, karbohidrat sejumlah 5,3
gr, Ca sejumlah 46 gr dan phospor sejumlah 31 mg. Disamping itu tanaman kubis
juga membamtu pencernaan, menetralkan zat asam dan banyak mengandung serat
Sampai saat ini tingkat produksi tanaman kubis secara kuantitas maupun
kualitas masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan antara lain tanah sudah miskin
meningkatkan produksi kubis sampai saat ini masih mengalami kendala akibat
serangan hama utama kubis yaitu Plutella xylostella Linn. dan Crocidolomia
binotalis Zell. Kedua hama tersebut dapat menyerang secara bersama-sama dan
mempunyai spektrum luas yang tidak hanya membunuh hama sasaran, insektisida
kimiawi juga dapat membunuh parasitoid, predator danhama bukan sasaran yang
tidak mencemari lingkungan dan biaya yang dikeluarkan lebih murah hanya tingkat
Agensia hayati bakteri yang banyak dikembangkan dan digunakan saat ini
pemakaian bakteri ini karena selektivitasnya yang tinggi. Setiap strain hanya layak
racun baru bisa terlihat jika termakan oleh serangga perusak tanaman, sehingga
relatif aman terhadap serangga lain yang tidak memakan bagian tanaman
(Novizan, 2002).
hama utama yang sulit di kendalikan secara kimiawi, karena jika secara terus
menerus dikendalikan dengan insektisida sintetik, hama utama kubis tersebut
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui Pengendalian Hama Ulat
Kegunaan Penulisan
Kegunaan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
Sumatera Utara, Medan. Dan, sebagai bahan informasi bagi pihak yang
membutuhkan.
PENGENDALIAN HAMA ULAT KROP (Crocidolomia binotalis Zell.)
PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) DENGAN AGEN HAYATI
jenis hama yang menimbulkan masalah penting pada pertanian kubis. Hama ini
dikenal sebagai hama yang sangat rakus, terutama larva memakan daun-daun yang
masih muda, tetapi juga dapat menyerang daun yang agak tua dan kemudian menuju
kebagian titik tumbuh habis, akibatnya pembentukan krop akan terhambat atau
bersembunyi dibalik daun untuk menghindari sinar matahari. Larva memakan daun
yang masih muda kemudian menujuntitik tumbuh, bila serangan parah tanaman
Telur
Telur berbentuk oval dengan ukuran lebar 0,26 mm, panjang 0,49 mm dan
berwarna kuning cerah saat baru diletakkan dan berwarna lebih tua saat menjelang
dalam satu daun. Telur berwarna hijau cerah dan muda berkamuflase pada daun.
pada punggungnya dan berwarna hijau tua pada kanan dan kirinya. Pada sisi
tubuhnya terdapat rambut dan chitine berwarna hitam. Pada sisi perut berwarna
kuning, ada juga yang berambut hijau, panjang larva + 18 mm. Setelah menetas
larva akan memakan daun kubis, terutama bagian dalam kubis (krop) karena larva
tersebut takut terhadap sinar matahari. Jika serangan parah ulat dapat mencapai titik
tumbuh (Pracaya,2005).
Kepala larva instar awalnya berwarna hitam kecoklatan dengan tubuh berwarna
hijau. Warna larva bervariasi, umumnya berwarna hijau dengan batas garis dorsal
Pupa
Kepompong terbentuk dalam tanah dengan kokon yang tipis dan berwarna
coklat kekuningan dan akan menjadi gelap pada akhir stadia pupa. Umumnya pupa
ditutupi oleh kokon yang terbuat dari butir-butir tanah Panjang pupa mencapai 10,5
mm dan lebar 2-3 mm. Lama stadium pupa 10-14 hari (Chaerani et al,. 2005).
Panjang berkisar antara 8.5 sampai 10.5mm dan berbentuk bulat dengan
berwarna hijau cerah dan coklat gelap, pupa biasanya diselubungi oleh tanah. Pupa
terdapat pada kokon yang terbuat dari butiran tanah dan membentuk lonjong dengan
berukuran 20-25mm dan betina 8-11mm. Pada betina dan jantan mempunyai warna
coklat pada bagian sayap. Jantan pada umumnya mempunyai warna yang lebih
cerah. Pada siang hari ngengat akan besembunyi pada bagian tubuh pohon dan aktif
Imago memiliki sayap dengan bintik putih dan sekumpulan sisik berwarna
kecoklatan. Imago betina dapat hidup selama 16-24 hari. Pengendalian yang dapat
(Wahyuni, 2006).
tumbuh sehingga sering disebut ulat jantung kubis. Ulatnya kecil berwarna hijau
Larva instar awal memakan daun dan meninggalkan lapisan epidermis yang
besar maka akan menyerang krop. Krop kubis yang terserang memperlihatkan
banyak kotoran yang merupakan faces dari larva, dan krop tersebut nampak
Ulat krop dikenal sebagai hama yang sangat rakus secara berkelompok
dapat menghabiskan seluruh daun dan hanya meninggalkan tulang daun saja. Pada
Ulat ini biasanya ditandai dengan adanya kumpulan kotoran pada daun
panennya menurun. Serangan utama Crocidolomia binotalis Zell. yaitu pada bagian
dalam yang terlindungi daun hingga mencapai titik tumbuh. Kalau serangan ini
ditambah lagi dengan serangan penyebab penyakit, tanaman bisa mati karena
Daun yang telah dirusak oleh Ulat Krop bagaikan teranyam, terlihat jelas
bekas gigitan yang membuat daun berlubang, kerusakan dimulai dari permukaan
daun sebelah bawah. Serangan berat biasanya terlihat tulang daun saja.
tanaman ataupun hasil tanaman kubis yang mengandung telur atau ngengat.
dari satu daerah ke daerah lain dengan bantuan hembusan angin. (Rukmana,2007)
Asia Tenggara, Afrika Selatan, Australia, Papua Nugini dan beberapa kepulauan di
Samudera Pasifik. Di pulau Jawa serangga ini ditemukan baik di dataran rendah
Kultur Teknis
dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT
caisin lebih peka dapat ditanam sebagai border untuk dijadikan tanaman
perangkap, dengan maksud agar hama ulat krop terfokus pada tanaman
perangkap.(Latief, 2003)
yang tidak disukai hama ulat daun kubis dapat mengurangi serangannya.
Mekanik
Biologi
Pengendalian dengan cara biologis biasa dilakukan dengan
Kimia
akar tuba, daun pucung tembakau dan lengkuas dan disemprotkan pada pada
Definisi
pengendalian.(Erwin,2000)
sakit dan akhirnya mati. Patogen adalah salah satu faktor hayati yang turut serta
maka patogen disebut sebagai salah satu musuh alami serangga hama selain
predator dan parasitoid dan juga dimanfaatkan dalam kegiatan pengendalian.
mortalitas utama bagi populasi serangga tetapi ada banyak patogen pengaruhnya
serangga hama sejak lama patogen digunakan sebagai Agen Penendali hayati
abab ke-18 yaitu pengendali hama kumbang moncong pada bit gula, Cleonus
penyakit yang berupa virus, bakteri, protozoa, jamur, riketzia dan nenatoda. Ini
hayati.(Meyer,2006)
tidak mencemari lingkungan dan biaya yang dikeluarkan lebih murah hanya tingkat
kendalikan secara kimiawi, karena jika secara terus menerus dikendalikan dengan
Strain di Lembang.(Imanadi,2012)
mempunyai spektrum luas yang tidak hanya membunuh hama sasaran, insektisida
kimiawi juga dapat membunuh parasitoid, predator danhama bukan sasaran yang
Agensia hayati bakteri yang banyak dikembangkan dan digunakan saat ini
pemakaian bakteri ini karena selektivitasnya yang tinggi. Setiap strain hanya layak
racun baru bisa terlihat jika termakan oleh serangga perusak tanaman, sehingga
relatif aman terhadap serangga lain yang tidak memakan bagian tanaman .
(Novizan, 2002).
terhadap jenis serangga hama dari ordo Lepidoptera, Coleoptera dan Diptera.
mengendalikan hama tanaman. Terdapat dua genus NEP yang berperan sebagai
pengendali serangga hama adalah Steinernema spp dan Heterorhabditis spp. Kedua
kisaran inang yang luas, tidak berbahaya bagi serangga bukan sasaran dan mudah
serangga melalui dua cara, yaitu penetrasi secara langsung melalui kutikula ke
dalam haemocoel serangga inang dan melalui lubang alami serangga seperti mulut,
nematoda. Tanpa bakteri simbion dalam serangga inang, nematode tidak akan dapat
bereproduksi, karena bakteri simbion ini berfungsi sebagai makanan yang sangat di
yaitu melalui lubang alami seperti mulut, anus, spirakel atau menembus langsung
makan serangga menurun, tubuh menjadi lemah dan lembek. Setelah mati larva
berwarna hitam kecoklatan, kering dan berkerut, masa inkubasi selama 4-5 hari
Crocidolomia binotalis Zell yang cenderung berada di dalam lipatan krop hingga,
saat menyemprotkan agen hayati harus tepat pada tempat hidup larva ulat krop,
menghindari sinar matahari. Larva memakan daun yang masih muda kemudian
menuju titik tumbuh. Bila serangan parah tanaman tidak dapat membentuk tunas
dan akhirnya mati. Setelah menetas larva Crocidolomia binotalis Zell akan
memakan daun kubis, terutama bagian dalam kubis (krop) karena larva tersebut
menjangkau bagian dalam daun yang berupa daun muda dan titik tumbuh. Bila
(Djojosumarto,2008)
KESIMPULAN
1. Hama ulat krop (Crocidolomia binotalis Zell.) memiliki metamorphosis
sempurna, telur-larva-pupa-imago.
6. Agen hayati yang digunakan adalah bakteri Bacillus thuringi Karena proses
selektivitasnya yang tinggi.
Badjo, A.T., Guro, Y., Lamso, N.D., Idder, T., Echevarria, G. and Sterckeman, T.,
2015. Assessment of polycyclic aromatic hydrocarbons contamination in
urban soils from Niamey, Niger, Journal of Biodiversity and Environmental
Sciences (JBES), 6(1): 275-281.
Chaerani, Finegan, M.M., Downes, M.J. dan Griffin, C.T. 2005. Pembiakan massal
Nematoda Entomopathogen Steinernema Serangga Heterorhabditis Isolat
Indonesia Secara in Vitro Untuk Mengendalikan Hama Penggerek Padi
Secara Hayati. Poster Ilmiah Pada Pekan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Pospitek Serpong 28-29 Nopember 1995.
Erwin., 2000. Hama Dan Penyakit Tembakau Deli. Balai penelitian Tembakau Deli,
PTPN II-Tanjung Morawa, Medan.
Erwin dan T. Sabrina. 2003. Capside Hama Tembakau yang Sangat Merugikan.
Balai penelitian tembakau Deli. PTPN II, Medan.
Herwibowo, Kunto Dan N.S Budiana. 2014. Hidroponik Sayuran Untuk Hobi Dan
Bisnis. Jakarta : Penebar Swadaya.
Mau, R.F.L. dan J.L.M. kessing. 2002. Plutella xylostella Linn. Dept. Of
Entomology. Honolulu Hawai
Nganga CJ, Karanya DN, Mutune MN. 2008. The Prevalence of Gastrointestinal
Helminth Infections in Pigs in Kenya. Tropical Animal Health and
Production. 40.(5): 331-334.
Paat, F.J., J. Pelealu, J. Manueke. 2012. Produksi Kubis dan Persentase Serangan
Crocidolomia pavonana pada Beberapa Pola Tanam Kubis. Eugenia. Vol.
18 No. 1: 72-80. April 2012.
Pracaya. 2005. Hama dan Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta. 103p
Tang, Z.; H. Gong and Z. P. You. 2008. Present Status and Control Measuring of
Insectiside Resistance in Agricultura Pset in China. Bull Pestic. Sci. 23:
189198pp.
Wahyuni, S. 2006. Perkembangan Hama dan Penyakit Kubis dan Tomat pada Tiga
Sistem Budidaya Pertanian di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung
Kabupaten Bogor. Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
IPB. Bogor.
Waterhouse, D.F. dan Norris, K.R. 2003. Biological Control Pacific Prospects
Supplement 1. ACIAR Monograph Series. 12, 88-99.