Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

PEWARNAAN BAKTERI

OLEH:
LAYLA TILLAWATIL HASANAH
NIM. 2206111810
AGROTEKNOLOGI-B

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

PEWARNAAN BAKTERI

OLEH :
LAYLA TILLAWATIL HASANAH
NIM. 2206111810

MENYETUJUI
KAMIS, 13 APRIL 2023

MENGETAHUI,

ASISTEN I ASISTEN II

TESSA LONIKA VALENCIA NABILLA YOLANDA


NIM. 1806124924 NIM. 1906111911

CO ASISTEN CO ASISTEN

NABILA ANNASTASYA FEBY PEBRIANA FIKH RYYA


NIM. 2106113194 NIM. 2106110593
I. JUDUL

Judul praktikum adalah pewarnaan bakteri.

II. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah agar para praktikan mengetahui serta

memahami bagaimana cara melakukan pewarnaan bakteri guna untuk dilakukannya

pengamatan bentuk atau ciri-ciri suatu mikroba menggunakan mikroskop. Dapat

mengetahui apakah bakteri yang telah dilakukan pewarnaan termasuk pewarnaan

bakteri Gram positif atau bakteri Gram negatif.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bunsen, jarum ose, mikroskop,

pipet tetes, kaca objek, sprayer, bekker glass, korek api,

Dan bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, aquades, zat warna violet,

safranin, lugol, tisu, isolat bakteri, dan Bacillus sp.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

Mikroba memiliki ukuran yang mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat secara

langsung oleh mata. Oleh karena itu, untuk mengamati mikroba dibutuhkan alat

bantu berupa mikroskop. Akan tetapi, dalam pengamatannya juga sering kali

ditemukan kendala karena mikroba seperti bakteri kebanyakan tidak berwarna

sehingga jika dilarutkna di dalam air dan dilihat di bawah mikroskop tidak

memperlihatkan warna yang kontras dengan medium di sekelilingnya. Warna sel

mikroba dapat dibuat lebih kontras dan lebih mudah dilihat di bawah mikroskop

dengan cara mewarnai sel tersebut dengan suatu zat warna. Beberapa zat yang

digunakan untuk mewarnai bakteri juga dapat digunakan untuk mengamati struktur

bagian sel. Keuntungan lain dari pewarnaan, terutama untuk bakteri yang
mempunyai sel dengan ukuran relatif kecil, adalah karena bakteri yang diwarnai

akan lebih mudah dilihat di bawah mikroskop menggunakan lensa objektif minyak

imersi yang mempunyai tingkat pembesaran relatif tinggi (Artama, 2011).

Mengamati sel mikroba dalam keadaan aslinya cukup sulit, sebab itu

diperlukan teknik khusus mikrobiologi. Disamping karena ukurannya yang kecil

juga karena keberadaan selnya yang transparan. Sel-sel bakteri praktis tidak

berwarna bila berada dalam keadaan terlarut dalam medium cair. Untuk

memudahkan pengamatan sel bakteri yang tembus cahaya itu maka dikembangkan

metose pewarnaan sel (Ariyani et al., 2018). Umumnya bakteri dapat dengan

mudah berekasi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat

basofilik sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana

umumnya bersifat alkalin. Menurut Ariyani et al (2018), teknik pewarnaan pada

bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu pewarnaan sederhana,

pewarnaan negatif, pewarnaan diferensial dan pewarnaan struktural.

Pewarnaan merupakan salah satu cara yang paling sering digunakan untuk

membedakan mikroorganisme, khususnya bakteri yaitu bakteri Gram positif dan

Gram negatif. Kedua jenis bakteri dibedakan berdasarkan komponen penyusun

dinding sel. Pewarnaan Gram pewarnaan diferensial yang sangat sangat berguna

dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan

tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada

tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya

lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaanGram

dibsgi menajdi dua gram yaitu Gram positif dan Gram negatif. Bakteri Gram positif

memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan bakteri Gram
negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis memran sel

(Manurung, 2010).

Teknik pewarnaan diferensial merupakan prosedur pewarnaan yang

menampilkan perbedaan di antara sel-sel bakteri atau bagian-bagian sel bakteri.

Sedangkan pewarnaan struktural seperti pewarnaan endospora, flagella, dan

kapsula hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-

bagian dari sel. Ada tiga macam metode pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana

yang mewarnai latar belakangnya, pewarnaan diferensial yang menggunakan lebih

dari satu jenis pewarna, digunakan untuk membedakan bakteri, dan pewarnaan

khusus untuk mewarnai dan mengisolasi bagian mikroorganisme endospora,

kapsul, dan flagella (Tortora et al., 2011). Bakteri tidak mengadsorbsi ataupun

membiaskan cahaya yang menyebabkan sulit dilihat dengan mikroskop cahaya.

Menurut Virgianti (2017), zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya

sehingga kontras bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan.

Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler

dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang digunakan. Pewarna sendiri

merupakan garam-garam yang tersusun atas ion positif dan ion negatif yang salah

satunya berwarna dan biasa disebut kromogen. Pewarnaan sederhana basa

merupakan teknik pewarnaan dinding sel bakteri yang membuat sel terwarnai

berdasarkan reagen pewarna yang digunakan pada lingkungan yang tidak berwarna.

Sedangkan pewarnaan sederhana asam merupakan teknik pewarnaan lingkungan

bakteri sehingga pada hasilnya akan terlihat sel putih yang dikelilingi oleh

lingkungan yang terwarnai (Tortora et al., 2011).


Teknik pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu

pewarnaan sederhana, pearnaan negatif, pewarnaan diferensial dan pewarnaan

struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad-jasad renik lain dengan

menggunakan larutan tunggal sutau pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang

sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang

menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba

disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pewarnaan struktural hanya bisa

mewarnai satu bagian dari sel sehinggan dapat membedakan bagian-bagian dari sel.

Termasuk dalam pewarnaan ini adalah pewarnaan endospora, flagela, dan

pewarnaan kapsul (Putri et al., 2017).

Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang

paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifkasi bakteri. Dalam

proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut: zat

pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat

pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Metode ini diberi

nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853-

1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara

Pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae (Putri et al., 2017).

Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menajdi dua kelompok, yaitu

Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif. Bakteri Gram positif akan

mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna

ungu tua di bawah mikroskop. Adapun 28 bakteri gram negatif akan kehilangan zat

pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat

pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan
tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan perbedaan struktur

kimiawi dinding selnya (Putri et al., 2017).

Salah satu pewarnaan yang sering digunakan untuk mengidentifikasi bakteri

adalah pewarnaan Gram. Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri dibagi menjadi dua

golongan, tergantung dari reaksi dinding sel terhadap tinta safranin atau kristal

violet. Bakteri yang tetap berwarna ungu dengan pewarnaan oleh kristal violet

disebut bakteri Gram positif, misalnya Clostridium perfringen, Staphylococcus

aureus, sedangkan bakteri yang warna ungunya hilang jika dibilas dengan alkohol,

tetapi tetap berwarna merah muda karena menahan warna merah safranin disebut

bakteri Gram negatif, misalnya Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa.

Beberapa bakteri tidak terwarnai dengan pewarna Gram, misalnya Mycobacterium

sp., karena dinding selnya mengandung banyak lipid, sehingga digunakan

pewarnaan tahan asam untuk mengidentifikasinya. Pada pewarnaan ini sel bakteri

akan berwarna merah muda tetapi sel jaringan akan berwarna hijau (James et al.,

2008).

Berdasarkan jenis Gram-nya, bakteri diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu

Gram positif dan Gram negatif. Perbedaan dari kedua jenis Gram tersebut terdapat

pada struktur bakteri dari masing-masing Gram. Bakteri Gram positif memiliki

lapisan peptidoglikan tebal dan asam teichoic dalam jumlah banyak yang membuat

tidak terpengaruh oleh dekolorisasi alkohol dan tetap mempertahankan warna pada

pewarnaan pertama yaitu ungu tua. Sedangkan bakteri Gram negatif hanya

memiliki satu lapis petidoglikan yang menepel pada membran luar yang berselang-

seling dengan protein sehingga akan hancur oleh alcohol decolorizer yang lalu
mengakibatkan keluarnya crystal-violet-iodine compex dan digantikan oleh

counterstain (Gracia, 2010).

V. CARA KERJA

1. Dinyalakan bunsen.

2. Disterilkan kaca preparat dengan cara melewatkan diatas api bunsen

3. Disterilkan jarum ose sampai pijar.

4. Ditetesi aqudes di jarum ose yang sudah steril.

5. Digoreskan pada kaca preparat membentuk pola lingkaran.

6. Dibuka plastik wrap isolat bakteri.

7. Disterilkan pinggir petrinya dengan cara diputar pada lampu bunsen sampai

terasa hangat.

8. Diambil bakteri dengan jarum ose.

9. Digoreskan dibekas aquades pada kaca preparat.

10. Dipijarkan jarum ose.

11. Disterilkan kaca preparat yang berisi isolat bakteri dengan dilewatkan diatas

api bunsen pada kaca preparat.

12. Diteteskan kristal violet hingga menutupi bakterinya, tunggu hingga 30

detik-1 menit kemudia bilas dengan aquades.

13. Ditetesi dengan lugol lalu ditunggu hingga 30 detik-1 menit, kemudian bilas

lagi dengan aquades.

14. Ditetesi dengan alkohol 70%, tunggu hingga 5 detik lalu bilas lagi dengan

aquades.

15. Ditetesi safranin, tunggu hingga 30 detik-1 menit lalu tunggu hingga kering.

16. Diamati hasil pewarnaan bakteri dengan bakteri.


VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini hanya digunakan metode pewarnaan Gram untuk

identifikasi bakteri dengan kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya ialah

pewarnaan Gram merupakan salah satu metode paling sederhana dan murah untuk

diagnosis cepat infeksi bakteri. Metode ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan

kultur bakteri, dan sebagai pedoman awal untuk memutuskan terapi antibiotik

sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi secara spesifik.

Kekurangan dari metode ini yaitu hanya dapat mengetahui ukuran dan bentuk

bakteri serta melihat struktur dalam bakteri dengan zat warna saja. Kondisi

pewarnaan Gram dan morfologi bakteri kadang-kadang berubah karena terapi

antimikroba. Spesies batang Gram positif dapat menjadi filamen dan pleomorfik

sedangkan bakteri Gram positif dapat menjadi bervariasi setelah terapi anti mikroba

(Nagata et al., 2010).

Gambar 1. Hasil pengamatan Gambar 2. Hasil dari jurnal

Pada praktikum pewarnaa Gram dilakukan pada bakteri Bacillus. Pewarnaan

gram bertujuan untuk mengelompokkan bakteri ke dalam bakteri negatif dan

bakteri positif. Bacillus adalah bakteri gram positif, karena bakteri tersebut tetap

mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan gram, sehingga
koloni bakteri tampak berwarna ungu dan biru. Pemberian alkohol berfungsi untuk

dekolorisasi bakteri, sehingga menyebabkan zat utama dalam sel muncul, namun

pada bakteri Bacillus yang termasuk Gram positif jadi tidak terdekolorisasi, karena

bakteri tersebut memiliki membran palsma tunggal yang dikelilingi dinding sel

tebal berupa peptidoglikan sisanya berupa molekul lain bernama asam teikhuat.

Pada proses pewarnaan terakhir adalah dengan pemberian safranin. Proses

pewarnaan ini akan menghasilkan bakteri dengan sel berwarna ungu tua dan biru,

dan kapsul yang bewarna biru terang. Bacillus merupakan bakteri gram positif dan

tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun

berkelompok, dengan diameter tiap sel 0,8-1,0 µm. bakteri tersebut tumbuh

optimum pada suhu 37o C dengan waktu pembelahan 0,47/jam. Bakteri tersebut

merupakan bakteri virulensi karena menghasilkan kapsul yang tebal untuk

melindungi diri (Darkuni, 2001).

Cara kerja prakktikum pewarnaan bakteri ini sesuai dengan pernyataan cara

kerja menurut Waluyo (dalam Nurhidayati et al., 2015), uji pewarnaan gram

dilakukan dengan aquades steril diletakkan diatas kaca objek, koloni bakteri di

ambil satu ose dari media diletakkan di atas aquades steril dan sebarkan hingga

merata, biarkan olesan tersebut kering karena udara. Setelah olesan benar-benar

kering karena udara, kemudian lalukan kaca objek tersebut beberapa kali diatas

nyala api sampai kaca objek terasa agak panas bila ditempelkan pada punggung

tangan. Kemudian ditetesi dengan larutan kristal ungu (Gram A), dan didiamkan

selama satu menit, kemudian cuci menggunakan aquades pada botol semprot dan

dikeringkan. Selanjutnya ditetesi dengan larutan yodium (Gram B) dan dibiarkan

selama 2 menit, dicuci menggunakan aquades pada botol semprot dan dikeringkan.
Kemudian ditetesi dengan larutan etanol 95% (Gram C) selama 30 detik, dicuci

menggunakan aquades pada botol semprot dan dikeringkan. Setelah itu ditetesi

dengan larutan safranin (Gram D) atau zat penutup dan didiamkan selama 30 detik,

kemudian dicuci menggunakan aquades pada botol semprot dan dikeringkan.

Selanjutnya diamati dengan menggunakan mikroskop pada pembesaran kuat.

Fungsi tiap larutan yang digunakan pada pewarnaan dengan cat Gram:

1. Crystal Violet (Gram A) merupakan pewarna primer (utama) yang akan

memberi warna pada mikroorganisme target. Crystal Violet bersifat basa

sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam,

dengan begitu sel mikroorganisme yang transpran akan terlihat berwarna

(ungu).

2. Larutan iodine/lugol (Gram B) merupakan pewarna yang berfungsi

memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme target.

Pemberian yodium pada pewarnaan Gram dimaksudkan untuk memperkuat

pengikatan warna oleh bakteri.

3. Alkohol 70% (Gram C) berfungsi untuk membilas atau melunturkan

kelebihan zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme).

4. Safranin (Gram D) merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder.

Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan

pewarna utama setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain,

memberikan warna pada mikroorganismenon target.

Namun, struktur bakteri tidak terlihat dalam pengamatan ini karena diamati

hanya dengan perbesaran 40x Perbesaran 100x harus digunakan untuk melihat

struktur sel bakteri dan Gunakan minyak imersi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
masalah prosedural atau alat yang digunakan dalam praktek. Hal yang

memungkinkan hasil Pengamatan mikroskopis tidak jelas perbesaran lensa

perbesaran hanya 100x. Dalam beberapa literatur yang Pewarnaan bakteri

Lactobacillus casei, pembesaran lensa yang digunakan adalah perbesaran 1000x.

Misalnya pada majalah “Isolasi Bakteri Asam Laktat dari kotoran rusa (Cervus

unicolor) dari genus Lactobacillus Sambar", ditemukan. Hasil penulis dengan hasil

yang jelas saat menggunakan pembesaran 1000x dalam lensa. Alasan lainnya

adalah tidak menggunakan minyak imersi perbesaran 100x. Pembesaran yang kuat

dengan lensa objektif 100x membutuhkan lebih banyak minyak sebagai sumber

daya dalam meningkatkan resolusi dan Bukaan Numerik (NA). Fungsi oli disini

adalah untuk mengurangi pembiasan cahaya dan pantulan cahaya objek dan

meningkatkan kemampuan penetrasi menangkap cahaya yang menyelamatkan.

Namun dalam praktiknya ini tidak digunakan Minyak imersi karena tidak tersedia

di laboratorium. Karena yaitu pada pembesaran 100x tidak ada pengamatan hasil

yang jelas.

Pada pewarnaan Gram terdapat 2 jenis bakteri yaitu Gram positif dan gram

negatif, tujuan dari pewarnaan Gram ini yaitu untuk mempermudah melihat bakteri

secara mikroskopik, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, melihat struktur

dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, dan menghasilkan sifat-sifat fisik

serta kimia khas dari bakteri dengan zat warna. Dalam pewarnaan, bakteri Gram

positif berwarna ungu sedangkan bakteri Gram negatif berwarna merah (Waluyo,

2008).

Perbedaan dan ciri-ciri bakteri garam positif dan bakteri garam negatif yaitu

bakteri garam negatif ialah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna crystal
violet sewaktu proses pewarnaan gram, sehingga akan berwarna merah jika diamati

dengan mikroskop. Disisi lain bakteri garam negatif seperti Eschercia coli memiliki

sistem membran ganda di mana membran plasmanya diselimuti oleh membran luar

permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan yang

terletak di antara membran dalam dan luarnya, bakteri ini juga bersifat patogen

yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini umumnya

berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding gram negatif terutama lapisan

lipopolisakarida (dikenal juga dengan lapis atau endotoksin). Disisi lain, bakteri

gram positif akan berwarna ungu perbedaan keduanya didasarkan pada perbedaan

struktur dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan

gram(Pelczar,2007). Fiksasi adalah proses yang dilakukan untuk pewarnaan yang

dapat berpenetrasi kedalam endospora. Yang membuat praktikum kurang akurat

disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam melakukan fiksasi yang kurang tepat

seperti fiksasinya terlalu lama yang dapat mengakibatkan bakteri mati, serta

penggunaan kertas hisap yang tidak tepat dapat menyebabkan suspensi yang ada di

gelas objek menjadi hilang akibat gesekan kertas hisap tersebut.

Bakteri yang sudah diberi warna dapat dilihat bentuknya dengan mikroskop

cahaya. Bentuk bakteri juga berguna untuk mengidentifikasi bakteri misalnya

bentuk sferis (kokus), bentuk batang (basilus), bentuk koma(

vibrio). Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu bacillus (batang), coccus (bulat),

dan spirilum (lengkung). Bakteri yang berbentuk bacillus terbagi atas diplobacillus

dan tripobacillus. Pada bentuk coccus dibagi atas monococcus, diplococcus, sampai

staphylococcus (bentuknya mirip buah anggur). Khusus pada spirilum hanya dibagi

dua yaitu setengah melengkung dan tidak melengkung (Usman, 2010).


Menurut Hastuti (2012), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan

Gram adalah sebagai berikut:

1. Fase yang paling kritis dari prosedur pewarnaan gram adalah tahap

dekolorisasi yang mengakibatkan CV-iodine lepas dari sel. Pemberian

alkohol jangan sampai berlebih yang akan menyebabkan dekolorisasi

yang berlebih sehingga sel gram positif tampak seperti gram negatif.

Namun juga jangan sampai terlalu sedikit dalam penetesan alkohol

yang tidak akan melarutkan CV-iodine secara sempurna sehingga sel

gram negatif seperti gram positif

2. Preparasi pewarnaan gram terbaik adlaah menggunakan kultur muda

yang tidak lebih lama dari 24 jam. Umur kultur akan berpengaruh pada

kemampuan sel menyerap warna utama (CV), khusus pada gram

positif. Mungkin akan menampakkan gram variabel yaitu satu jenis sel,

sebagian berwarna ungu dan sebagian merah karena pengaruh umur.

VII.PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Metode pewarnaan Gram dilakukan dengan memberikan pewarnaan berupa

kristal violet, larutan yodium atau lugol, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat

pewarna tandingannya berupa zat warna safranin. Bakteri Gram negatif mempunyai

dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel dan dalam pewarnaan

akan melunturkan pewarna kristal violet serta mengikat safranin sehingga berwarna

merah. Sedangkan bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan

membran sel selapis dan dalam pewarnaan akan mengikat kristal violet sehingga

berwarna ungu saat diamati menggunakan mikroskop.


7.2 Saran

Saran dari praktikum kali ini yaitu alat dan bahan yang digunakan dapat

berfungsi dengan baik misalnya Mikroskop, diharapkan mikroskop dapat dipakai

dengan baik. Selain itu, perlu ketelitian dan perhatian lebih dalam menentukan

takaran pada larutan pewarnaan dan kultur yang digunakan pada metode pewarnaan

bakteri yang dilakukan. Takaran yang terlalu banyak ataupun terlalu sedikit dapat

mempengaruhi hasil percobaan.


DAFTAR PUSTAKA

Ariyani, F., M. Inggriani., dan N.A. Ilsan. 2018. Perbedaan hasil deteksi pewarnaan
bakteri tahan asam dan rapid antigen pada pasien diagnosa tuberkulosis
paru. Jurnal Mitra Kesehatan. 1(2): 111-116.

Artama, T. (2011). Praktikum mikrobiologi dan sanitasi pangan. Tangerang


Selatan: Universitas Terbuka.

Darkuni, M. Noviar. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi)


.Universitas Negeri Malang. Malang.

Garcia, L.S. 2010. Clinical Microbiology Procedures Handbook (Third Edition).


American Society for Microbiology. UM Press.

Hastuti, U.S. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi.Universitas Muhammadiyah


Malang Press. Malang

James, J., C. Baker., dan H. Swain. 2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan.
Erlangga. Jakarta.

Manurung, P. 2010. Pengamatan Bentuk Bakteri. PT Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Nurhidayati, S., Faturrahman, & M. Ghazali. (2015). Deteksi bakteri patogen yang
berasosiasi dengan Kappaphycus alvarezii (doty) bergejala penyakit ice-
ice. Jurnal Sains Teknologi Dan Lingkungan, 1(2)

Pelczar, M. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Putri, M. H., Sukini, & Yodong. (2017). Mikrobiologi. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Tortora, G.J., B.R. Funke., dan C.L. Case. 2011. Microbiology and Introduction
(Edisi 7). Pearson Education Inc.

Usman, W. 2010.Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran (Edisi Revisi). Binarupa


Aksara. Jakarta.
Virgianti, D.P. 2017. Penggunaan ekstrak kombinasi angka dan daun jati sebagai
pewarna penutup pada pewarnaan gram. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas
Husada: Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Formasi.
17 (1): 66-72.

Waluyo, L. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalm Mikrobiologi. Universitas


Muhammadiyah Malang Press. Malang.

Anda mungkin juga menyukai