Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI 1


PEWARNAAN GRAM

Nama : Nadhella Nandayanna Putri


Tingkat/semester : 1/ 2 (kelas C)
NIM : 30321042
Tahun : 2021/2022

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS FARMASI INSTITUT
ILMU KESEHATAN BHAKTI
WIYATA KEDIRI
2022
D-III FARMASI
1
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan
sifat-sifat yang khas, termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan.
Salah satu cara untuk melihat dan mengamati bentuk sel bakteri dalam keadaan
hidup sangat sulit, sehingga untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan
atau pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati.
Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu
mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara
yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. Mikroba sulit
dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan cahaya.
Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga
kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan.
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena
selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri,
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik
pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi.
Salah satu pewarnaan bakteri adalah pewarnaan gram. Pewarnaan gram ini
membedakan 2 jenis bakteri yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Agar mahasiswa lebih paham tentang pewarnaan bakteri khususnya pewarnaan
gram, maka diperlukan adanya praktikum sebagai media pembelajaran.

D-III FARMASI
2
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

B. Tinjauan Pustaka
Mikroorganisme dapat dilihat dengan mikroskop biasa, tanpa diwarnai; yakni
dengan cara-cara khusus. Cara tersebut misaInya dengan cara tetes bergantung,
menggunakan kondensor medan gelap, dan lainnya. Tetapi pengamatan yang
demikian (tanpa pewarnaan) lebih sulit dan tidak dapat dipakai untuk melihat
bagian-bagian sel dengan seksama. Hal ini karena umumnya sel mikroorganisme
bersifat transparan atau semi transparan (Waluyo, 2010).
Mikroorganisme yang tidak diwarnai umumnya tampak transparan (tembus
pandang) bila diamati dengan mikroskop cahaya biasa. Hal ini karena sitoplasma
sel mikrobe memiliki indeks bias yang hampir sama dengan indeks bias
lingkungannya yang bersifat cair dan mikrobe tidak mengadsorbsi atau
membiaskan cahaya. Kontras antara sel dan latar belakangnya (medium) dapat
diperjelas dengan cara mewarnai sel-sel mikrobe tersebut dengan zat-zat warna
(Waluyo, 2010).
Untuk mengamati sel – sel suatu mikroorganisme digunakan suatu cara yang
disebut pewarnaan. Hal ini mutlak diperlukan karena sel mikroorganisme yang
tidak diwarnai umumnya tampak hampir tembus pandang (transparan) bila
diamati dengan mikroskop cahaya biasa sehingga sukar dilihat karena sitoplasma
selnya mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan indeks bias
lingkungannya yang bersifat cair (Hadioetomo, 1993).
Pengamatan terhadap bakteri, lebih sering dilakukan dengan olesan terwarnai,
daripada bakteri dalam keadaan hidup. Artinya, mikroorganisme yang akan
diamati telah diberi zat pewarna kimia supaya lebih mudah dilihat dan dipelajari.
Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai dapat mengungkapkan ukuran, bentuk,
susunan dan ada atau tidaknya struktur internal seperti spora dan butiran (Volk
dan Wheller, 1993).
Pewarnaan Gram memilahkan bakteri menjadi 2 kelompok, yakni bakteri
Gram positif dan Gram negatif. Bakteri Gram positif ungu yang disebabkan
kompleks warna kristal violet-Iodlum tetap dipertahankan meskipun diberi
D-III FARMASI
3
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

larutan pemucat. Sedangkan bakteri Gram negatif berwana merah karena


kompleks warna tersebut larut sewaktu pemberian Iarutan pemucat dan kemudian
mengambil zat warna kedua yang berwarna merah. Perbedaan basil dalam
pewarnaan tersebut disebabkan perbedaan struktur, terutama dinding sel kedua
kelompok bakteri tersebut. Karena kemampuannya membedakan suatu kelompok
bakteri tertentu dengan kelompok Iainnya, pewarnaan Gram juga disebut
pewarnaan diferensial (Waluyo, 2010).
Pengecatan deferensial merupakan pengecatan yang memiliki keunggulan
dalam mengelompokkan bakteri, karena dengan pengecatan ini bakteri bisa
digolongkan menjadi bakteri gram positif dan gram negatif. Dimana hal yang
membedakannya adalah lapisan membran selnya, untuk bakteri gram negatif
hanya memiliki 5-20% peptidoglikan sedangkan bakteri gram positif memiliki
90% peptidoglikan di dalam membran selnya, dan dengan adanya peptidoglikan
yang tebal meyebabkan bakteri tersebut tidak mudah terdehidrasi saat pelarutan
ataupun pemanasan sehingga cat yang sudah masuk tidak dapat keluar lagi.
Disamping itu ada pula faktor lain yang dapat mempengaruhi sifat gram negatif
dan gram positif, yaitu penyiapan preparat yang terlalu tebal menyebabkan
pelarutan kurang baik, konsentrasi dan kesegaran bahan untuk pewarna, waktu
pelarutan yang terlalu lama menyebabkan warna pada sel bakteri gram positif
ikut terlarut, pencucian dan pengeringan yang mempengaruhi keberadaan iodin,
serta umur bakteri yang mempengaruhi keutuhan bakteri (Trihendrokesowo,
1989).
Pengecatan gram merupakan pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan
paling benyak digunakan dalam laboratorium. Selain itu pengecatan gram
merupakan tahap penting dalam pencirian dan identifikasi bakteri. Pengecatan
gram ini dapat digunakan untuk memilah bakteri menjadi kelompok gram negatif
atau gram positif (Lay, 1994).

Dalam pengecatan gram pada bakteri, digunakan zat warna primer (violet
kristal), larutan mordan (iodin), bahan peluntur (alkohol), dan zat warna penutup
D-III FARMASI
4
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

(safranin). Larutan mordan berfungsi untuk meningkatkan afinitas pengikatan zat


warna oleh bakteri, sehingga pengikatan zat warna oleh bakteri menjadi lebih
kuat, memperjelas zat warna, mempersulit pelarutan zat warna, dan
menyebabkan terbentuknya persenyawaan kompleks kristal violet-yodium.
Sedangkan etanol, berfungsi untuk melunturkan zat warna primer dengan daya
kerja lambat, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya pemucatan yang
berlebihan. Fungsi penambahan zat warna penutup adalah sebagai pembeda
(kontras) terhadap zat warna primer, dan juga untuk mewarnai kembali sel-sel
yang telah kehilangan zat warna primernya (Lay, 1994).
Perbedaan antara bakteri bergram negatif dan bakteri bergram positif
disebabkan oleh perbedaan struktur dinding sel bakteri gram-positif dan gram-
negatif, sehingga menyebabkan perbedaan larutan pemucat. Sebagian besar
dinding sel bakteri gram-positif terdiri dari peptidoglikan, sedangkan dinding sel
bakteri gram-negatif mempunyai kandungan lipida yang tinggi dibandingkan
dinding sel bakteri gram-positif. Lipida ini akan larut dalam alkohol dan aseton
yang digunakan sebagai larutan pemucat, sehingga pori-pori dinding sel
membesar dan meningkatkan daya larut kompleks kristal-violet-yodium pada
dinding sel bakteri gram-negatif. Selain itu yang menyebabkan adanya perbedaan
antara bakteri bergram negatif dengan bakteri bergram positif adalah pada bakteri
gram-positif akan terbentuk persenyawaan kompleks kristal-violet-yodium
ribonukleat yang tidak larut dalam larutan pemucat. Persenyawaan kompleks ini
tidak terbentuk pada bakteri gram-negatif sehingga diduga adanya perbedaan
kandungan asam ribonukleat antara bakteri gram-positif dan gram-negatif.
Faktor-faktor lain yang juga dapat menentukan jenis gram bakteri, yaitu
pelaksanaan fiksasi panas terhadap olesan, kerapatan sel pada olesan, konsentrasi
dan umur reagen-reagen yang digunakan, sifat dan konsentrasi dan jumlah
pemucat yang dipakai, serta sejarah biakan (Hadioetomo, 1993).
Jenis bakteri yang termasuk gram positif adalah famili Micrococcaceae seperti
Microsoccocus, Staphylococcus dan famili Streptococcaceae seperti
D-III FARMASI
5
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Aerococcus. Streptococcus merupakan


bakteri berbentuk bulat yang hidup secara berpasangan, atau membentuk rantai
pendek dan panjang tergantung dari spesies dan kondisi pertumbuhannya
(Fardiaz, 1992).
Beberapa jenis bakteri yang merupakan jenis bakteri gram (-) adalah
Eschericia coli, Enterobacter aerogenes, dan kelompok Pseudomonas.
Sedangkan yang termasuk bakteri gram (+) adalah kelompok Lactobacillus,
Streptococcus, Staphylococcus dan Streptococcus. (Hadioetomo, 1993).
Menurut Hadioetomo (1993), ada empat reagen yang digunakan dalam
pengecatan gram adalah sebagai berikut :
Cat utama, yaitu larutan violet kristal
Mordan, yaitu senyawa yang digunakan untuk mengindentifikasikan cat utama
(kompleks antara cat utama dengan senyawa yang dicat lebih baik) misalnya
larutan iodine.
Bahan peluntur (decolorizing agent) yaitu solvent organik (alkohol atau aseton)
yang dapat digunakan untuk melunturkan cat utama
Cat penutup seperti safranin, digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang
telah kehilangan cat utamanya setelah dilunturkan. Karena cat penutup harus
berbeda dengan cat utama.
Hal yang penting yang mempengaruhi keberhasilan pada pengecatan bakteri
adalah penyiapan preparat yang baik yakni tidak terlalu tebal atau tidak terlalu
tipis, biakan dapat tetap melekat pada gelas preparat selama pencucian berulang-
ulang, sel-selnya tidak berubah bentuk setelah fiksasi dan pengecatan. Selain
penyiapan preparat, pengolesan bakteri pada gelas benda tidak boleh terlalu tebal
ataupun terlalu tipis. Sebab jika olesannya terlalu tebal, maka sel-sel bakteri akan
bertumpang tindih, sehingga ketika bagian selnya tidak bisa teramati dengan jelas
bila dilihat di bawah mikroskop, dan juga akan menyulitkan dalam pewarnaan.
Apabila terlalu tipis, hal yang dikhawatirkan adalah akan banyak sel yang hilang
saat pencucian sehingga bisa saja semua bakteri akan hilang akibat pencucian
D-III FARMASI
6
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

selain itu mengingat kecilnya sel bakteri, sehingga akan menyulitkan dalam
pengamatan (Hadioetomo, 1993).
Pengecatan bakteri akan berhasil, jika sebelum melakukan pengecatan
diperlukan penyiapan preparat yang baik, yaitu tidak terlalu tebal atau terlalu
tipis, tetap melekat pada gelas preparat selama pencucian berulang-ulang, sel-
selnya tidak berubah bentuk atau morfologi setelah fiksasi dan pengecatan
(Hadioetomo, 1993).

C. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum kali dilakukan praktikum luring.
Hari kamis tanggal 02 Juni 2022 di Laboratorium Bakteri Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri secara berkelompok.

D-III FARMASI
7
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

NADHELLA N.P
Nama : NILAI
Kelas/Tkt : C/1

Institusi : IIK BHAKTI WIYATA

No Absen : 30321042

Tanggal : 2 JUNI 2022

Topik : Pewarnaan Gram


Tujuan : Untuk membedakan kuman gram positif dan gram negatif
Untuk melihat susunan dan morfologi kuman
Untuk melihat sifat kuman terhadap pewarnaan
Untuk membantu klasifikasi kuman
Prinsip :
- kuman Gram positif
dituangi gram 1 (gentian violet) nerwarna ungu, kemudian digenangi gram II
(lugol) agar cat semakin kuat dan bila dilunturkan dengan gram III (alkohol
70%) tidak luntur bila digenangi fucshin tidak terserap hingga kuman tetap
berwarna ungu.
- kuman Gram negatif
dituangi gram 1 (gentian violet) nerwarna ungu, kemudian digenangi gram II
(lugol) agar cat semakin kuat dan bila dilunturkan dengan gram III (alkohol
70%) tidak luntur bila digenangi fucshin terserap sehingga kuman merah.
Alat : Objek glass, ose bulat/jarum, lampu spiritus, mikroskop
Bahan : Pz, oil imersi, kuman (Bakteri M5), Gram 1 : Gentian violet, gram II : lugol,
gram III : Alkohol 70%, gram IV : Fucshin

D-III FARMASI
8
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

Prosedur Kerja :
1. Sediaan difiksasi
2. Digenangi Gram 1 selama 3-5 menit, cat dibuang di cuci dengan air mengalir kecil.
3. Digenangi Gram II selama 1 menit, cat dibuang.
4. Digenangi Gram III selama 10 detik, alkohol dibuang dicuci dengan air mengalir
kecil.
5. Digenangi Gram IV selama 3-5 menit, cat dibuang dicuci dengan air mengalir kecil.
6. Dikeringkan dan diperiksa memakai mikroskop perbesaran 100x lensa objektif dan
10x lensa okuler

D. Hasil Pengamatan Mahasiswa


Bentuk : Coccus

Susunan : Bergerombol

Warna : Ungu

Sifat : Gram Positif

Kesimpulan mahasiswa :
Dari praktikum pengamatan yang telah dilakukan, telah ditemukan bakteri Gram
dengan ciri-ciri memiliki bentuk Coccus dengan susunan bergerombol, berwarna ungu
dan memiliki sifat Gram positif.

D-III FARMASI
9
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

E. Pembahasan
Mikroorganisme yang tidak diwarnai umumnya tampak transparan (tembus
pandang) bila diamati dengan mikroskop cahaya biasa. Untuk mengamati sel – sel suatu
mikroorganisme tersebut digunakan suatu cara yang disebut pewarnaan. Salah satu
metode pewarnaan bakteri adalah pewarnaan gram. Pewarnaan Gram memilahkan
bakteri menjadi 2 kelompok, yakni bakteri Gram positif dan Gram negatif. Bakteri
Gram positif ungu yang disebabkan kompleks warna kristal violet-Iodium tetap
dipertahankan meskipun diberi larutan pemucat. Sedangkan bakteri Gram negatif
berwana merah karena kompleks warna tersebut larut sewaktu pemberian larutan
pemucat dan kemudian mengambil zat warna kedua yang berwarna merah. Perbedaan
hasil dalam pewarnaan tersebut disebabkan perbedaan struktur, terutama dinding sel
kedua kelompok bakteri tersebut.
Daya ikat dari sifat dinding sel dan membrane luar dari suatu bakteri terhadap
larutan zat warna yang disebabkan sifat kepolarannya (sifat kepolaran bakteri tersebut).
Perbedaan warna yang terjadi pada bakteri Gram (+) dan bakteri Gram (-) disebabkan
oleh perbedaan struktur pada dinding selnya. Bakteri gram positif tidakmengalami
dekolorisasi karena tetap mengikat warna ungu atau violet dan pada tahap
akhirpengecatan tidak terwarnai fucshin. Bakteri gram negatif mengalami dekolorisasi
oleh alkoholdan pada tahap akhir pengecatan terwarnai menjadi merah oleh
safranin.Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu
lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai
dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding
sel berupa peptidoglikan yang tebal.Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori
dinding sel menyempit akibat dekolorisasioleh alkohol sehingga dinding sel tetap
menahan warna biru.
Prinsip pewarnaan gram adalah kemampuan dinding sel mengikat zat warna
dasar (kristal violet) setelah pencucian dengan alkohol 70%. Keadaan ini berhubungan
dengan komposisi senyawa penyusun dinding sel. Pada bakteri gram positif
mengandung peptidoglikan lebih banyak dibandingkan bakteri gram negatif. Berikut
D-III FARMASI
10
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

adalah cat dan reagen yang digunakan dalam pewarnaan gram.


 Cat utama, yaitu larutan violet kristal
 Mordan, yaitu senyawa yang digunakan untuk mengindentifikasikan cat utama
(kompleks antara cat utama dengan senyawa yang dicat lebih baik) misalnya
larutan iodine
 Bahan peluntur (decolorizing agent) yaitu solvent organik (alkohol atau
aseton) yang dapat digunakan untuk melunturkan cat utama
 Cat penutup seperti safranin, digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang
telah kehilangan cat utamanya setelah dilunturkan. Karena cat penutup harus
berbeda dengan cat utama.
Untuk mengetahui morfologi sel bakteri serta untuk membedakan
bakteri gram positif dan gram negatif bisa dilihat dari perbedaan warna pada bakteri
gram positif dan gram negatif menunjukkan bahwa adanya perbedaan struktur dinding
sel antara kedua jenis bakteri tersebut. Bakteri gram positif memiliki struktur dinding
sel dengan kandungan peptidoglikan yang tebal sedangkan bakteri gram negatif
memiliki struktur dinding sel dengan kandungan lipid yang tinggi.
Singkatnya, bakteri Gram Positif adalah bakteri yang memiliki dinding sel
dengan lapisan peptidoglikan yang tebal. Bakteri ini akan berwarna ungu jika diwarnai
dengan pewarnaan Gram. Contohnya : Streptococcus mutans, Mycobacterium
tuberculosis dan Bacillus subtilis. Sedangkan Bakteri Gram Negatif adalah bakteri
yang memiliki dinding sel dengan lapisan peptidoglikan yang tipis. Bakteri ini akan
berwarna merah muda atau merah, jika diwarnai dengan pewarnaan gram. Contohnya :
Salmonella, Vibrio Cholera dan Escherichia coli.
Penjelasan untuk macam bakteri Gram Positif :
1. Streptococcus mutans
Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif yang berbentuk bulat atau
bulat telur, anaerob fakultatif, bersifat non motil (tidak bergerak), mempunyai
diameter 1-2 μm, membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya
dan tidak membentuk spora.
D-III FARMASI
11
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

2. Mycobacterium tuberculosis
merupakan bakteri aerob obligat, tidak memiliki endospora dan kapsul, tidak
motil, Gram-positif, tahan asam, bakteri batang dengan ukuran 0,2-0,4 x 2-10 μm,
tumbuh pada suhu 370C dengan pertumbuhan yang lambat yaitu 2-60 hari
3. Bacillus subtilis
B. subtilis merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang, bersel satu,
berukuran 0,5–2,5 m x 1,2–10 m, bereaksi katalase positif, bersifat aerob atau
anaerob fakultatif, dan heterotrof. B. subtilis memiliki fisiologi yang berbeda dari
bakteri lain yang bukan patogen, yakni relatif mudah dimanipulasi secara genetik
dan mudah pula dibiakkan sehingga dapat dikembangkan pada skala industri
Penjelasan untuk macam bakteri Gram Negatif :
1. Salmonella
genus bakteri enterobakteria Gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan
demam tifoid, demam paratipus, dan keracunan makanan.
2. Vibrio Cholera
V. cholerae termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang bengkok seperti
koma dengan ukuran panjang 2-4 μm. Koch menamakannya “kommabacillus”.
Bakteri ini bisa menjadi batang yang lurus mirip dengan bakteri enteric gram
negatif bila inkubasi diperpanjang. Bakteri V. cholerae memiliki satu buah flagela
halus pada ujungnya (Monotrikh) yang menyebabkan bakteri ini bergerak sangat
aktif. Bakteri ini tidak membentuk spora, bentuk koloninya cembung (convex),
dan bergranula bila disinari
3. Escherichia coli
Merupakan bakteri flora normal yang habitatnya di usus, dan dapat menyebabkan
penyakit apabila berada diluar habitatnya. Morfologi sel: gram negatif, bentuk
batang (panjang :1,4μ, lebar : 0,4-0,7 μ), tidak berspora dan tidak berkapsul.
Setelah mengenal mulai dari pengertian pewarnaan gram, prinsip, dan contoh
bakterinya maka selanjutnya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pewarnaan gram. Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan :
D-III FARMASI
12
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

1) Fiksasi
Sebelum mikroorganisme, khususnya bakteri diwarnai harus dilakukan fiksasi
terlebih dahulu. Cara yang paling banyak digunakan adalah cara fisik dengan
pemanasan atau dengan freeze drying atau dapat juga dilakukan fiksasi dengan
menggunakan agensia kimia. Agen kimia yang dapat dipakai antara lain sabun, fenol,
dan formalin. (Waluyo, 2010)
Fiksasi perlu dilakukan sebelum pewarnaan mikrobe berfungsi untuk:
1) Merekatkan sel mikrobe pada gelas obyek,
2) Membunuh mikroorganisme secara cepat dengan tidak menyebabkan perubahan-
perubahan bentuk dan strukturnya,
3). Mengubah afinitas (daya ikat) zat warna,
4) Membuat sel-sel mikroba lebih kuat (keras),
5) Melepaskan granuler (butiran) protein menjadi gugus reaktif (NH3+) yang akan
bereaksi dengan gugus -OH dari zat warna,
6) Mencegah otolisis sel, yaitu pecahnya sel yang disebabkan oleh enzim-enzim
yang dikandungnya sendiri,
7) mempertinggi sifat reaktif gugus-gugus tertentu (gugus karboksil, amino primer,
sulfhidril). (Waluyo,2010)
Cara fiksasi yang paling banyak digunakan dalam pewarnaan bakteri adalah
dengan membuat lapisan suspensi bakteri di atas gelas benda. Kemudian suspensi
tersebut dikering-anginkan dan dilalukan beberapa kali di atas nyala lampu spiritus.
Pewarnaan biologi lainnya dapat digunakan agensia-agensia fiksasi kimia seperti
campuran asam cuka dengan asam pikrat, alkohol dengan aseton, asam kromat dengan
asam osmiat, dan lain-lain. (Waluyo,2010)
2) Peluntur Zat Warna
Peluntur zat warna adalah suatu senyawa yang menghilangkan warna dari sel
yang telah diwarnai. Peluntur zar warna (decolorizer) berfungsi untuk menghasilkan
kontras yang baik pada bayangan mikroskop. Pada umumnya sel-sel yang mudah
diwarnai akan lebih mudah pula dilunturkan warnanya. Sedangkan sel-sel yang sukar
D-III FARMASI
13
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

diwarnai akan lebih sulit dilunturkan warnanya. Adanya variasi di dalam kecepatan
dekolorisasi (pelunturan) zat warna inilah yang digunakan untuk membedakan
bermacam-macam jenis bakteri dalam pewarnaan Gram atau pewarnaan bertingkat
(diferensial) lainnya. (Waluyo,2010)
Adapun faktornya lain adalah sebagai berikut : penyiapan preparat yang baik yakni
tidak terlalu tebal atau tidak terlalu tipis, biakan dapat tetap melekat pada gelas
preparat selama pencucian berulang-ulang, sel-selnya tidak berubah bentuk setelah
fiksasi dan pengecatan. Selain penyiapan preparat, pengolesan bakteri pada gelas
benda tidak boleh terlalu tebal ataupun terlalu tipis. Sebab jika olesannya terlalu tebal,
maka sel-sel bakteri akan bertumpang tindih, sehingga ketika bagian selnya tidak bisa
teramati dengan jelas bila dilihat di bawah mikroskop, dan juga akan menyulitkan
dalam pewarnaan. Apabila terlalu tipis, hal yang dikhawatirkan adalah akan banyak
sel yang hilang saat pencucian sehingga bisa saja semua bakteri akan hilang akibat
pencucian selain itu mengingat kecilnya sel bakteri, sehingga akan menyulitkan dalam
pengamatan.

F. Kesimpulan
Pewarnaan Gram bakteri dibagi menjadi 2 kelompok, yakni bakteri Gram positif
dan Gram negatif. Dalam pengecatan gram pada bakteri, digunakan zat warna primer
(violet kristal/gentian violet), larutan mordan (iodin), bahan peluntur (alkohol), dan zat
warna penutup (fucshin). Bakteri Gram positif berwarna ungu yang disebabkan
kompleks warna kristal violet-Iodium tetap dipertahankan meskipun diberi larutan
pemucat. Sedangkan bakteri Gram negatif berwana merah karena kompleks warna
tersebut larut sewaktu pemberian larutan pemucat dan kemudian mengambil zat warna
kedua yang berwarna merah.
Pengecatan bakteri akan berhasil, jika sebelum melakukan pengecatan
diperlukan penyiapan preparat yang baik, yaitu tidak terlalu tebal atau terlalu tipis, tetap
melekat pada gelas preparat selama pencucian berulang-ulang, sel-selnya tidak berubah
bentuk atau morfologi setelah fiksasi dan pengecatan.
D-III FARMASI
14
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah.2004.Biologi Umum. Jakarta : Erlangga


Fardiaz, S. ( 1992 ). Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hadioetomo, R. S. ( 1993 ). Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Lay, B. W. ( 1994 ). Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta. 574 hlm.
Sutedjo, M.M. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rieneka Cipta. Jakarta. 446 hal.
Syulasmi, A., Y. Hamdiyati Dan Kusnadi. 2005. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi.
Fakultas MIPA. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Trihendrokesowo. (1989). Petunjuk Laboratorium Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi. Yogyakarta.
Volk, W.A. & M.F. Wheeler. (1993). Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.
Waluyo, Lud. 2010. Teknik dan Metode Dasar Mikobiologi. Malang : UPT Penerbitan
Universitas Muhammadiyah Malang

D-III FARMASI
15
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

Dosen Pengampuh Mahasiswa

( …………………………… ) (……………………………)

Mengetahui,
Kepala Program Studi

(…………………………….)

D-III FARMASI
16
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI IIK BW

LAMPIRAN

D-III FARMASI
17

Anda mungkin juga menyukai