Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain
bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Selain itu bakteri yang hidup
akan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Sedangkan,
untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri,
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati (Wiegel, 1982). Oleh karena itu
teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya
ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang
disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen
seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan
pewarna asam dan pewarna basa.

Untuk mengidentifikasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi mula-mula


diamati morfologi sel secara mikroskopik melalui pengecetan atau pewarnaa, salah
satunya adalah dengan pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan salah satu
prosedur yang paling banyak digunakan untuk mencirikan banyak bakteri. Dari
pewarnaan gram dapat diketahui morfologi sel antara lain sifat gram, bentuk sel, dan
penataan sel. Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, Gram positif dan gram
negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisika dinding sel mereka, metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan denmark hans Christian gram 1884. Pewarnaan Gram
dibagi menjadi dua yaitu pewarnaan majemuk karena menggunakan lebih dari satu
macam zat warna. Dan pewarnaan diferensial karena pewarnaan ini mampu
mengdeferensiasi atau membedakan bakteri, sehingga bakteri dapat digolongkan
menjadi dua yaitu Gram negatif dan Gram positif. Dilakukan teknik pewarnaan gram
dengan tujuan mengetahui warna dan jenis gram sel bakteri tersebut (Sardiani, 2015).

1
Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri sangat kecil,
bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan
pembesaran 1.000 X atau lebih (Waluyo, 2004). Sel bakteri memiliki panjang yang
beragam, sel beberapa spesies dapat berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel
spesies yang lain. Bakteri merupakan makhluk hidup dengan ukuran antara 0,1 sampai
0,3 µm. Bentuk bakteri bermacam – macam yaitu elips, bulat, batang dan spiral. Bakteri
lebih sering diamati dalam olesan terwarnai dengan suatu zat pewarna kimia agar mudah
diamati atau dilihat dengan jelas dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan keadaan
struktur internal dan butiran. Sel sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola/elips,
batang (silindris), atau spiral (heliks) (Pelczar & Chan, 2007).

Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga
bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari
benang-benang yang disebut hifa. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada
juga dengan cara generatif. (Buchanan, 2003).

Endospora merupakan sebuah fasa yang dilakukan oleh beberapa bakteri, seperti
Bacillus sp. dan Clostridium sp. memproduksi bentuk pertahanan hidup pada kondisi
yang tidak menguntungkan. Proses ini dikenal sebagai sporulasi. Endospora ini tahan
terhadap kondisi lingkungan ekstrim. Endospora mampu bertahan sampai kondisi
lingkungan kembali menguntungkan, kemudian membentuk proses germinasi, dan
membentuk bakteri sel tunggal (Burrows, 2004).

Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan


mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan
struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan
kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras
mikroorganisme dengan sekitarnya. Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan
pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan
menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah

2
difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan
perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik
pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 2007).

Allah berfirman dalam Alquran surat Albaqoroh ayat 26 yang artinya


“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang
lebih rendah dari itu....”
Ayat tersebut menjelaskan yang lebih rendah dari nyamuk dalam hal makna dan
fisik mengingat nyamuk adalah makhluk kecil yang tidak berarti. Adapun ukuran hewan
yang lebih kecil dibanding nyamuk antara lain yaitu mikroorganisme. Mikroorganisme
termasuk uniseluler dan prokariot yang berukuran mikroskopis. Jumlahnya banyak dan
tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Ada beraneka macam bakteri, ada
yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Maka dari itu praktikum ini penting
dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk sel endosora dan sifat Gram bakteri, serta
teknik pewarnaannya.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah praktikum ini yaitu :

1. Bagaimana teknik pembuatan apusan bakteri?


2. Bagaimana teknik pewarnaan mikroba?
3. Bagaimana bentuk sel, letak endospora dan sifat Gram bakteri ?
4. Bagaimana morfologi kapang?

1.3 Tujuan praktikum ini yaitu?

Tujuan praktikum ini yaitu :

1. Mengetahui teknik pembuatan apusan bakteri


2. Mengetahui teknik pewarnaan mikroba
3. Melihat bentuk sel, letak endospora dan sifat Gram bakteri
4. Mengamati morfologi kapang

3
1.4 Manfaat
Manfaat praktikum ini yaitu :

1. Mahasiswa dapat mengetahui teknik pembuatan apusan bakteri


2. Mahasiswa dapat mengetahui teknik pewarnaan mikroba
3. Mahasiswa dapat melihat bentuk sel, letak endospora dan sifat Gram bakteri

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembutan Apusan Bakteri

Pembuatan apusan bakteri merupakan tahap awal sebelum dilakukan pewarnaan.


Pembuatan preparat bakteri atau apusan bakteri yang paling banyak digunakan dalam
pengecatan bakteri adalah dengan membuat lapisan suspensi/pulasan bakteri di atas
gelas benda, kemudian dikeringanginkan dan dilalukan beberapa kali di atas api spirtus
(Jutono dkk., 1980)

2.2 Pewarnaan Gram

Bakteri yang diwarnai dengan teknik pewarnaan Gram terbagi dua golongan,
yaitu: Gram positif , bila warna zat pewarna pertama (karbol gentian violet) tetap
bertahan, dengan demikian warna bakteri tampak ungu tua; dan Gram negatif, bila
warna zat pewarna pertama tidak bertahan (luntur) kemudian tercat oleh zat pewarna
tandingannya, misal: air fuchsin, safranin, dan oleh zat pewarna tandingan lainnya.
(Razali, 1987)

Penyebab terjadinya dua golongan bakteri yaitu Gram positif dan Gram negatif
ialah setelah diberi zat pewarna fenomenanya ini, berhubungan dengan struktur dan
komposisi dinding sel. Perbedaan ketebalan antara kedua golongan itu dapat merupakan
hal yang penting; dinding sel bakteri Gram negatif pada umumnnya lebih tipis dari yang
dimiliki bakteri Gram positif. Presentasi kandungan lipid bakteri Gram negatif lebih
tinggi daripada Gram positif. Kenyataannya dalam eksperimen pengecatan mennjukkan
bahwa perlakuan dengan alkohol mengeskstrak lipid, yang menyebabkan poisitas atau
permeabilitas didding sel meningkat. Denagn demikian, kompleks karbol gentian violet
dan lugol dapat disari keluar dan bakteri Gram negatif terwarnakan. Keterangan lain
yang hampir sama juga mendasarkan pada perbedaan permeabilitas antara kedua
golongan bakteri itu, yaitu pada bakteri Gram negatif kandungan peptidoglikan jauh
lebih sedikit sehingga kerapatan jalinannya jauh lebih sedikit daripada baktri gram

5
posiif. Pori-pori dalam peptidoglikan bakteri Gram negatif tetap masih cukup besar
untuk dapat disari keluar kompleks karbol gentian violet dan lugol. Selautnya, bila sel-
sel Gram psitif diperlakukan dngan lisozim untuk menyingkirkan dinding selnya, sisa
strukturnya yang disebut protoplas atau sel tanpa dinding akan tercatat juga oleh
kompleks karbol gentian violet dan lugol. Tetapi, sel ini mudah dihapuskan oleh alkohol.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa struktur dinding sel bakteri Gram positif itu yag
menjadi tempat tertahannya zat pewarna pertama yaitu karbol gentian violet. (Razali,
1987)

Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya
berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-
senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan
sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai
dasar pewarnaan bakteri. Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam
dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna
basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat
warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya
pada umumnya adalah Cl-, SO4-, CH3COO-, COOHCOO. Zat warna asam umumnya
mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan
zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi
pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Sutedjo, 1991).

Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, salah
satu di antaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna terdapat pada ion
positif (zat pewarna+ Cl-) dan pada pewarna asam, warna akan terdapat pada ion negatif
(zat pewarna-Na+). Hubungan antara bakteri dengan zat pewarna basa yang menonjol
disebabkan terutama oleh adanya asam nukleat dalam jumlah besar dalam protoplasma
sel. Jadi, jika bakteri itu diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat bakteri akan
bereaksi dengan ion positif zat pewarna basa, Kristal violet, safranin dan metilin blue

6
adalah beberapa zat pewarna basa yang biasa digunakan. Sebaliknya zat pewarna asam
ditolak oleh muatan negatif bakteri menyeluruh. Jadi, mewarnai bakteri dengan zat
pewarna asam akan menghasilkan hanya pewarnaan pada daerah latar belakang saja.
Karena sel bakteri tak berwarna di atas latar belakang yang berwarna (Volk & Wheeler,
1993).

Pewarnaan terhadap bakteri yang paling sering dilakukan adalah pewarnaan


Gram dan Ziehl‐Nelsen. Pewarnaan tersebut untuk mengetahui morfologi, struktur, dan
karakteristik bakteri. Pewarnaan Gram dapat mengidentifikasi penyakit infeksi (Nugent,
1990). Prosedur pewarnaan Gram dimulai dengan pemberian kristal violet, setelah itu
ditambahkan larutan iodium maka semua bakteri akan berwarna biru. Setelah itu
ditambah alkohol. Bakteri Gram positif membentuk kompleks Kristal iodine yang
berwarna biru. Setelah di tambahkan safranin, bakteri Gram positif akan berwarna ungu.
Contoh bakteri Gram positif adalah Streptococcus, Bacillus, Stapilococcus, Clostridia,
Corynebacterium dhypteriae, Peptococcus, Peptostreptococcus, dll. Sedangkan bakteri
Gram negatif akan terdekolorisasi oleh alcohol dan pemberian safranin akan
memberikan warna merah pada bakteri Gram negatif. Contoh bakteri Gram negative
adalah Neisseria, Klebesiella, Vellonella, Shigella, Salmonella, Hemophillus, dll
(Cappuccino & Sherman, 1983).

Teori Salton menjelaskan bahwa ada konsentrasi lipid yang tinggi pada dinding
sel bakteri Gram negatif. Sehingga jika lipid dilarutkan dalam pemberian alcohol, maka
pori‐pori akan membesar dan tidak mengikat pewarna. Hal ini menyebabkan bakteri
menjadi tidak berwarna. Sedangkan bakteri Gram positif akan mengalami denaturasi
selama pemberian alkohol. Hal ini akan mengecilkan pori‐pori sehingga menghasilkan
kompleks kristal iodium. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang kuat dan
lapisan peptidoglikan sebanyak 30 lapisan sehingga permeabilitas dinding selnya
menjadi berkurang. Sedangkan bakteri Gram negatif hanya memiliki 1‐2 lapisan
peptidoglikan sehingga memiliki permeabilitas dinding sel yang lebih besar. Pewarnaan
Gram terdiri atas Gram A (violet) (Kristal violet, Aalkohol, Ammonium oksalat,

7
Aquades), Gram B (cokelat) (Iodium, Kalium iodide, Aquades), Gram C (Aseton,
Alcohol), Gram D (merah) (Safranin, Alcohol, Aquades) (Madigan, 2003).

2.2 Pewarnaan Endospora

Endosopora tidak mudah diwarnai dengan zat pewarna pada umumnya, tetapi sekali
diwarnai, zat warna tersebut akan sulit hilang. Hal inilah yang menjadi dasar dari metode
pengecatan spora secara umum. Pada metode Schaeffer-Fulton yang banyak dipakai
dalam pengecatan endospora, endospora diwarnai pertama dengan malachite green
dengan proses pemanasan. Larutan ini merupakan pewarna yang kuat yang dapat
berpenetrasi ke dalam endospora. Setelah perlakuan malachite green, biakan sel dicuci
dengan air lalu ditutup dengan cat safranin. Teknik ini akan menghasilkan warna hijau
pada endospora dan warna merah muda pada sel vegetatifnya (Buchanan, 2003).

8
BAB III

METODE PRAKTIKUM

1.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Mikrobiologi yang berjudul “ Pewarnaan Bakteri, Endospora dan
Kapang” dilakasanakan pada hari Jumat tanggal 7 Maret 2018 . Bertempat di
laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
1.2 Alat dan Bahan
1.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu : objek glass/ gelas benda 6 buah,
jarum ose 1 buah, bunsen 1 buah, kertas label 1 pack, penjepit gelas benda 1 buah,
mikroskop 1 buah, rak wadah pewarna 1 buah, botol semprot berisi air 1 buah, beaker
glass 1 buah, kawat ram 1 buah, kertas saring 1 lembar, jarum enten jarm pentul satu
buah, objek glass dan cover glass tiga buah,

1.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu : kultur bakteri murni, aquadest
steril/ NaCl secukupnya, spirtus secukupnya, crystal violet (cat gram A) secukupnya,
larutan iodine (cat gram B) secukupnya, Alkohol 96% (cat gram C) secukupnya,
safranin (cat gram D) secukupnya, minyak immerse secukupnya, larutan pewarna
(malachite green) secukupnya, kultur murni kapang/jamur secukupnya, larutan
Lactophenol Cotton Blue (LCB) secukupnya.
1.3 Cara Kerja
1.3.1 Pembuatan apusan/pulasan bakteri

9
Dilabeli gelas benda yang kering dan bersih. Disterilkan jarum ose dengan
memijarkannya pada nyala bunsen dan dinginkan. Jika kultur dalam bentuk cair
(suspensi), diambil 1 ose penuh dan diletakkan di tengah-tengah gelas benda dan ratakan
seluas ± 1 cm2. Jika kultur dalam medium padat, diambil dengan jarum ose satu bagian
kecil kultur dan letakkan di tengah gelas benda yang sebelumnya telah diberi aquadest
steril/NaCl dan ratakan. Dibiarkan kering dengan mengangin-anginkan gelas benda.
Difiksasi pulasan bakteri dengan melewatkan di atas nyala bunsen (hati-hati, jangan
sampai terlalu kering/gosong), tergantung jenis pengecatannya. Pulasan bakteri siap
diwarnai.
1.3.2 Pewarnaan sel bakteri dengan Cat Gram
Dibersihkan objek gelas menggunakan alkohol 70% dan tissue untuk
menghilangkan noda dan lemak yang menempel.. Dibuat pulasan bakteri di atas gelas
objek, keringkan dan fiksasi dengan api (dilihat teknik Pembuatan apusan/pulasan
bakteri). Diteteskan cat crystal violet (Gram A) dan diamkan 60 detik. Dibuang sisa cat
dan cuci sisanya dengan air mengalir. Diteteskan larutan iodine (Gram B) dan diamkan
selama 60 detik. Dibuang sisa cat dan cuci sisanya dengan air mengalir. Diteteskan
larutan peluntur yaitu alkohol (Gram C) diamkan kira-kira 30 detik.(hati-hati jangan
sampai berlebihan yang mengakibatkan kesalahan hasil). Dibuang sisa cat dan cuci
sisanya dengan air mengalir Diteteskan safranin (Gram D) dan diamkan selama 60
detik. Dicuci kembali dengan air mengalir, keringkan dengan cara mengangin-anginkan
di udara dan keringkan sisa airmenggunkana kertas tisu. Diamati menggunakan
mikroskop perbesaran lemah sampai perbesaran kuat (1000x) dan diteteskan minyak
immersi. . Dicatat bentuk sel dan sifat Gramnya.

1.3.3 Pewarnaan endospora bakteri

Dibuat preparat apusan/pulasan bakteri. Disiapkan beaker glass berisi air dan
didihkan air dengan hot plate. Diletakkan kawat ram diatas beaker glass. Diletakkan
preparat bakteri di atas kawat ram dan tutup dengan kertas saring/kertas tisu. Diteteskan
larutan malachite green diatas kertas tisu hingga basah. Biarkan selama 5-6 menit,

10
ditambahkan tetesan pewarna malachite green jika kertas tisu terlihat kering (jangan
dibiarkan preparat kering). Pindahkan gelas preparat dan ambil kertas tisu yang menutup
preparat. Dibiarkan hingga agak dingin. Cuci preparat dengan air selama 30 detik,
keringanginkan. Diteteskan pewarna safranin dan diamkan selama 90 detik. Dicuci dan
bilas pewarna menggunakan air selama 30 detik. Dikeringanginkan dan amati
menggunakan mikroskop pada perbesaran lemah hingga perbesaran kuat (tidak perlu
ditutup cover glass). Diamati spora dan letak spora Spora bebas dan endospora akan
berwarna hijau sedangkan sel vegetatif berwarna merah.

1.3.4 Pewarnaan jamur/fungi


Dibersihkan objek glass dan cover glass menggunakan alkohol 70% dan tissue
untuk menghilangkan noda dan lemak yang menempel. Diteteskan sedikit larutan LCB
di tengah permukaan objek glass. Diambil sedikit hifa kapang yang berada di bagian
tepi, taruh di permukaan objek glass yang telah ditetesi LCB. Diuraikan hifa secara hati-
hati menggunakan dua jarum pentul steril sambal diamati menggunakan
stereomikroskop. Ditutup sediaan kapang menggunakan cover glass secara hati-hati dan
usahakan tidak ada gelembung udara dalam preparat. Dibersihkan kelebihan LCB
dengan kertas hisap. Dimati menggunakan mikroskop pada perbesaran lemah hingga
kuat. Dimati morfologi kapang yang terlihat serta bagian-bagiannya.

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil :

Jenis
Pewarnaan Bakteri Warna Gambar Pengamatan
Bakteri

Gram
Cat Gram Bacillus megaterium Ungu
positif

Perbesaran 400 x

Gram
Endospora Bacillus megetereum Hijau
positif

Perbesaran 100 x

12
Endospora Bakteri tanah - Hijau

Gram
Endospora Bacillus cereus Hijau
positif

Perbesaran 400 x

Cat Gram
Bacillus cereus Ungu
pewarna positif

Perbesaran 400 x

Gram
Bakteri tanah Ungu
Cat Gram positif

Perbesaran 400 x

13
4.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, telah dibuat apusan bakteri Bacillus


megatereum. Setelah diberi pewarnaan dengan crystal violet dan safranin, hasilnya yaitu
berwarna ungu setelah diamati pada mikroskop. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri .
Bacillus megatereum merupakan bakteri Gram positif. Disebabkan karena sifat dinding
sel dan sitoplasmanya yang mempunyai afinitas kuat terhadap kompleks terhadap
kompleks crystal violet dan iodine (iodium). Hal ini sesuai dengan pernyataan Veibrita
(2010) bahwa Crystal violet dipakai sebagai zat warna primer dikarenakan mampu
melekatkan bakteri pada kaca dan mencegah autolisis pada sel, membuat sel-sel lebih
kuat atau keras, mencegah mengkerutnya globula-globula protein sel, mempertinggi sifat
reaktif gugusangugusan,membunuh bakteri secara cepat dengan tidak mengubah bentuk
dan strukturnya dan mengubah afinitas cat. Bakteri ini juga memiliki struktur yang aktif
berupa sel vegetative dan struktur yang pasif yaitu spora. Spora dapat tahan terhadap
kondisi yang kurang menguntungkan bagi bakteri ini. Spora dapat diwarnai dan dapat
dimati. Dengan pewarna endospore, bakteri Bacillus megatereus berubah menjadi
bewarna hijau. Hal ini membuktikan adanya spora yang dibentuk bakteri B.megatereus
karena mempertahankan diri karena merasa terancam.
Menurut study literature oleh Veibrita (2010) bahwa Ciri-ciri bakteri gram positif
yaitu:
1. Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer.
2. Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang
sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan.
Mengandung asam tekoat.
3. Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
4. Pertumbuhan dihambat secara nyataoleh zat-zat warna seperti crystalviolet.
5. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
6. Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
Bakteri tanah setelah diberi pewarnaan dengan crystal violet dan safranin
hasilnya berwarna ungu setelah diamati pada mikroskop. Hal ini menunjukkan bahwa

14
bakteri tanah terdapat bakteri Gram positif. Sesuai dengaan pernyataan Razali (1987)
bahwa Gram positif , bila warna zat pewarna pertama (karbol gentian violet) tetap
bertahan, dengan demikian warna bakteri tampak ungu tua; dan Gram negatif, bila
warna zat pewarna pertama tidak bertahan (luntur) kemudian tercat oleh zat pewarna
tandingannya, misal: air fuchsin, safranin, dan oleh zat pewarna tandingan lainnya.

Bacteri Bacillus cereus berwarna ungu setelah diwarnai dengan pewarnaan cat
bakteri. Hal ini membuktikan bahwa bakteri ini juga termasuk bakteri Gram positif.
Bakteri Gram positif dapt mengikat cat utama yaitu crystal violet secara kuat. Sesuai
namanya B.cereus adalah bakteri yang berbentuk basil atau batang. Menurut Grande
(2006) Bakteri B.cereus adalah golongan bakteri gram positif (bakteri yang
mempertahankan zat warna Kristal violet sewaktu proses pewarnaan gram) dan dapat
membentuk spora. Menurut Cappucino dan Sherman (1983) menyatakan bahwa Contoh
bakteri Gram positif adalah Streptococcus, Bacillus, Stapilococcus, Clostridia,
Corynebacterium dhypteriae, Peptococcus, Peptostreptococcus, dll. Sedangkan bakteri
Gram negatif akan terdekolorisasi oleh alcohol dan pemberian safranin akan
memberikan warna merah pada bakteri Gram negatif.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

15
1. Pembuatan apusan bakteri merupakan tahap awal sebelum dilakukan pewarnaan.
Pembuatan preparat bakteri atau apusan bakteri yang paling banyak digunakan
dalam pengecatan bakteri adalah dengan membuat lapisan suspensi/pulasan bakteri
di atas gelas benda, kemudian dikeringanginkan dan dilalukan beberapa kali di atas
api spirtus.

2. Teknik pewarnaan bakteri antara lain : Pewarnaan negatif (negative staining),


pewarnaan sederhana, pewarnaan asam (acid fast staining – Ziehl-Neelsen and
Kinyoun), pewarnaan endospora (Endospore staining – Schaeffer-Fulton or Wirtz-
Conklin), pewarnaan Gram (Gram staining), dsb. Konfirmasi jenis Gram bakteri
dapat dilakukan menggunakan KOH 10%. Pewarnaan untuk jamur diantaranya
menggunakan teknik: Lactophenol blue stain, PAS and methenamine silver staining
dan Gomori methenamine silver (GMS) stain.

3. Bakteri Bacillus megaterium merupakan jenis bakteri Gram positif cirinya


berwarna ungu saat pewarnaan, bakteri tanah termasuk bakteri Gram positif cirinya
berwarna ungu saat pewarnaan, bakteri tanah memiliki endospore cirinya yaitu
berwarna hjiau, Bakteri Bacillus cereus merupakan bakteri gram positif cirinya
berwarna ungu, dan juga membentuk endospore karea berwarna hijau saat diuji
endospore, bakteri Bacillus megatereum membentuk edosporan ang berwarna hijau.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu hendaknya praktikan mejaga tempat


praktikum dan memakai safety tools yang steril agar tetap steril saat bekerja dengan
bakteri. Supaya menghindari adanya kontam.

16
DAFTAR PUSTAKA

Buchanan,RE. & Gibbons,NE.2003. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. The


William & Wilkins Company Baltimore.USA.

Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. W.B. Saunders
Company. Philadelphia.

Cappuccino, J., G., & Natalie., S, 1983, Microbiology A Laboratory Manual, Addison-Wesley
Publishing Company : New York.

Grande, et al. 2006. Inhibition


of toxicogenic Bacillus cereus in rice
based foods by enterocin AS-48. International Journal of Food Microbiology
Hadiotomo, Ratna Siri., 1990, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Pt Gramedia.

Lay, B.W, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Madigan, M.T, 2003, Brock Biology of Microorganism, Pearson Education : inc. United State of
America.

Reliability of Diagnosing Bacterial


Nugent, et al. 1991.

Vaginosis Is Improved by a Standardized Method of


Gram Stain Interpretation. JOURNAL OF CLINICAL MICROBIOLOGY. Vol.29.No
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S, 2007, Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book Company: New
York. Razali, U., 1987, Mikrobiologi Dasar, Jatinangor: FMIPA UNPAD.

Sardiani. 2015. POTENSI TUNIKATA Rhopalaea sp SEBAGAI SUMBER


INOKULUM BAKTERI ENDOSIMBION PENGHASIL ANTIBAKTERI; 1.
KARAKTERISASI ISOLAT Jurnal Alam dan Lingkungan Vol.6 No.11
Sutedjo, M., 1991, Mikrobiologi Tanah, Rineka Cipta. Jakarta.

Volk & Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga : Jakarta

17
Wiegel and Quand. 1982. Determination of the Gram Type Using the Reaction
Between Polymyxin B and Lippolysaccharides of the Outer Cell Wall of
Whole Bacteria. Journal of General Microbwlogy. Vol.128

18

Anda mungkin juga menyukai