PENDAHULUAN
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain
bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Selain itu bakteri yang hidup
akan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Sedangkan,
untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri,
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati (Wiegel, 1982). Oleh karena itu
teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya
ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang
disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen
seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan
pewarna asam dan pewarna basa.
1
Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri sangat kecil,
bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan
pembesaran 1.000 X atau lebih (Waluyo, 2004). Sel bakteri memiliki panjang yang
beragam, sel beberapa spesies dapat berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel
spesies yang lain. Bakteri merupakan makhluk hidup dengan ukuran antara 0,1 sampai
0,3 µm. Bentuk bakteri bermacam – macam yaitu elips, bulat, batang dan spiral. Bakteri
lebih sering diamati dalam olesan terwarnai dengan suatu zat pewarna kimia agar mudah
diamati atau dilihat dengan jelas dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan keadaan
struktur internal dan butiran. Sel sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola/elips,
batang (silindris), atau spiral (heliks) (Pelczar & Chan, 2007).
Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga
bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari
benang-benang yang disebut hifa. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada
juga dengan cara generatif. (Buchanan, 2003).
Endospora merupakan sebuah fasa yang dilakukan oleh beberapa bakteri, seperti
Bacillus sp. dan Clostridium sp. memproduksi bentuk pertahanan hidup pada kondisi
yang tidak menguntungkan. Proses ini dikenal sebagai sporulasi. Endospora ini tahan
terhadap kondisi lingkungan ekstrim. Endospora mampu bertahan sampai kondisi
lingkungan kembali menguntungkan, kemudian membentuk proses germinasi, dan
membentuk bakteri sel tunggal (Burrows, 2004).
2
difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan
perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik
pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 2007).
3
1.4 Manfaat
Manfaat praktikum ini yaitu :
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri yang diwarnai dengan teknik pewarnaan Gram terbagi dua golongan,
yaitu: Gram positif , bila warna zat pewarna pertama (karbol gentian violet) tetap
bertahan, dengan demikian warna bakteri tampak ungu tua; dan Gram negatif, bila
warna zat pewarna pertama tidak bertahan (luntur) kemudian tercat oleh zat pewarna
tandingannya, misal: air fuchsin, safranin, dan oleh zat pewarna tandingan lainnya.
(Razali, 1987)
Penyebab terjadinya dua golongan bakteri yaitu Gram positif dan Gram negatif
ialah setelah diberi zat pewarna fenomenanya ini, berhubungan dengan struktur dan
komposisi dinding sel. Perbedaan ketebalan antara kedua golongan itu dapat merupakan
hal yang penting; dinding sel bakteri Gram negatif pada umumnnya lebih tipis dari yang
dimiliki bakteri Gram positif. Presentasi kandungan lipid bakteri Gram negatif lebih
tinggi daripada Gram positif. Kenyataannya dalam eksperimen pengecatan mennjukkan
bahwa perlakuan dengan alkohol mengeskstrak lipid, yang menyebabkan poisitas atau
permeabilitas didding sel meningkat. Denagn demikian, kompleks karbol gentian violet
dan lugol dapat disari keluar dan bakteri Gram negatif terwarnakan. Keterangan lain
yang hampir sama juga mendasarkan pada perbedaan permeabilitas antara kedua
golongan bakteri itu, yaitu pada bakteri Gram negatif kandungan peptidoglikan jauh
lebih sedikit sehingga kerapatan jalinannya jauh lebih sedikit daripada baktri gram
5
posiif. Pori-pori dalam peptidoglikan bakteri Gram negatif tetap masih cukup besar
untuk dapat disari keluar kompleks karbol gentian violet dan lugol. Selautnya, bila sel-
sel Gram psitif diperlakukan dngan lisozim untuk menyingkirkan dinding selnya, sisa
strukturnya yang disebut protoplas atau sel tanpa dinding akan tercatat juga oleh
kompleks karbol gentian violet dan lugol. Tetapi, sel ini mudah dihapuskan oleh alkohol.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa struktur dinding sel bakteri Gram positif itu yag
menjadi tempat tertahannya zat pewarna pertama yaitu karbol gentian violet. (Razali,
1987)
Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya
berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-
senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan
sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai
dasar pewarnaan bakteri. Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam
dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna
basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat
warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya
pada umumnya adalah Cl-, SO4-, CH3COO-, COOHCOO. Zat warna asam umumnya
mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan
zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi
pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Sutedjo, 1991).
Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, salah
satu di antaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna terdapat pada ion
positif (zat pewarna+ Cl-) dan pada pewarna asam, warna akan terdapat pada ion negatif
(zat pewarna-Na+). Hubungan antara bakteri dengan zat pewarna basa yang menonjol
disebabkan terutama oleh adanya asam nukleat dalam jumlah besar dalam protoplasma
sel. Jadi, jika bakteri itu diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat bakteri akan
bereaksi dengan ion positif zat pewarna basa, Kristal violet, safranin dan metilin blue
6
adalah beberapa zat pewarna basa yang biasa digunakan. Sebaliknya zat pewarna asam
ditolak oleh muatan negatif bakteri menyeluruh. Jadi, mewarnai bakteri dengan zat
pewarna asam akan menghasilkan hanya pewarnaan pada daerah latar belakang saja.
Karena sel bakteri tak berwarna di atas latar belakang yang berwarna (Volk & Wheeler,
1993).
Teori Salton menjelaskan bahwa ada konsentrasi lipid yang tinggi pada dinding
sel bakteri Gram negatif. Sehingga jika lipid dilarutkan dalam pemberian alcohol, maka
pori‐pori akan membesar dan tidak mengikat pewarna. Hal ini menyebabkan bakteri
menjadi tidak berwarna. Sedangkan bakteri Gram positif akan mengalami denaturasi
selama pemberian alkohol. Hal ini akan mengecilkan pori‐pori sehingga menghasilkan
kompleks kristal iodium. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang kuat dan
lapisan peptidoglikan sebanyak 30 lapisan sehingga permeabilitas dinding selnya
menjadi berkurang. Sedangkan bakteri Gram negatif hanya memiliki 1‐2 lapisan
peptidoglikan sehingga memiliki permeabilitas dinding sel yang lebih besar. Pewarnaan
Gram terdiri atas Gram A (violet) (Kristal violet, Aalkohol, Ammonium oksalat,
7
Aquades), Gram B (cokelat) (Iodium, Kalium iodide, Aquades), Gram C (Aseton,
Alcohol), Gram D (merah) (Safranin, Alcohol, Aquades) (Madigan, 2003).
Endosopora tidak mudah diwarnai dengan zat pewarna pada umumnya, tetapi sekali
diwarnai, zat warna tersebut akan sulit hilang. Hal inilah yang menjadi dasar dari metode
pengecatan spora secara umum. Pada metode Schaeffer-Fulton yang banyak dipakai
dalam pengecatan endospora, endospora diwarnai pertama dengan malachite green
dengan proses pemanasan. Larutan ini merupakan pewarna yang kuat yang dapat
berpenetrasi ke dalam endospora. Setelah perlakuan malachite green, biakan sel dicuci
dengan air lalu ditutup dengan cat safranin. Teknik ini akan menghasilkan warna hijau
pada endospora dan warna merah muda pada sel vegetatifnya (Buchanan, 2003).
8
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu : kultur bakteri murni, aquadest
steril/ NaCl secukupnya, spirtus secukupnya, crystal violet (cat gram A) secukupnya,
larutan iodine (cat gram B) secukupnya, Alkohol 96% (cat gram C) secukupnya,
safranin (cat gram D) secukupnya, minyak immerse secukupnya, larutan pewarna
(malachite green) secukupnya, kultur murni kapang/jamur secukupnya, larutan
Lactophenol Cotton Blue (LCB) secukupnya.
1.3 Cara Kerja
1.3.1 Pembuatan apusan/pulasan bakteri
9
Dilabeli gelas benda yang kering dan bersih. Disterilkan jarum ose dengan
memijarkannya pada nyala bunsen dan dinginkan. Jika kultur dalam bentuk cair
(suspensi), diambil 1 ose penuh dan diletakkan di tengah-tengah gelas benda dan ratakan
seluas ± 1 cm2. Jika kultur dalam medium padat, diambil dengan jarum ose satu bagian
kecil kultur dan letakkan di tengah gelas benda yang sebelumnya telah diberi aquadest
steril/NaCl dan ratakan. Dibiarkan kering dengan mengangin-anginkan gelas benda.
Difiksasi pulasan bakteri dengan melewatkan di atas nyala bunsen (hati-hati, jangan
sampai terlalu kering/gosong), tergantung jenis pengecatannya. Pulasan bakteri siap
diwarnai.
1.3.2 Pewarnaan sel bakteri dengan Cat Gram
Dibersihkan objek gelas menggunakan alkohol 70% dan tissue untuk
menghilangkan noda dan lemak yang menempel.. Dibuat pulasan bakteri di atas gelas
objek, keringkan dan fiksasi dengan api (dilihat teknik Pembuatan apusan/pulasan
bakteri). Diteteskan cat crystal violet (Gram A) dan diamkan 60 detik. Dibuang sisa cat
dan cuci sisanya dengan air mengalir. Diteteskan larutan iodine (Gram B) dan diamkan
selama 60 detik. Dibuang sisa cat dan cuci sisanya dengan air mengalir. Diteteskan
larutan peluntur yaitu alkohol (Gram C) diamkan kira-kira 30 detik.(hati-hati jangan
sampai berlebihan yang mengakibatkan kesalahan hasil). Dibuang sisa cat dan cuci
sisanya dengan air mengalir Diteteskan safranin (Gram D) dan diamkan selama 60
detik. Dicuci kembali dengan air mengalir, keringkan dengan cara mengangin-anginkan
di udara dan keringkan sisa airmenggunkana kertas tisu. Diamati menggunakan
mikroskop perbesaran lemah sampai perbesaran kuat (1000x) dan diteteskan minyak
immersi. . Dicatat bentuk sel dan sifat Gramnya.
Dibuat preparat apusan/pulasan bakteri. Disiapkan beaker glass berisi air dan
didihkan air dengan hot plate. Diletakkan kawat ram diatas beaker glass. Diletakkan
preparat bakteri di atas kawat ram dan tutup dengan kertas saring/kertas tisu. Diteteskan
larutan malachite green diatas kertas tisu hingga basah. Biarkan selama 5-6 menit,
10
ditambahkan tetesan pewarna malachite green jika kertas tisu terlihat kering (jangan
dibiarkan preparat kering). Pindahkan gelas preparat dan ambil kertas tisu yang menutup
preparat. Dibiarkan hingga agak dingin. Cuci preparat dengan air selama 30 detik,
keringanginkan. Diteteskan pewarna safranin dan diamkan selama 90 detik. Dicuci dan
bilas pewarna menggunakan air selama 30 detik. Dikeringanginkan dan amati
menggunakan mikroskop pada perbesaran lemah hingga perbesaran kuat (tidak perlu
ditutup cover glass). Diamati spora dan letak spora Spora bebas dan endospora akan
berwarna hijau sedangkan sel vegetatif berwarna merah.
11
BAB IV
4.1 Hasil
Jenis
Pewarnaan Bakteri Warna Gambar Pengamatan
Bakteri
Gram
Cat Gram Bacillus megaterium Ungu
positif
Perbesaran 400 x
Gram
Endospora Bacillus megetereum Hijau
positif
Perbesaran 100 x
12
Endospora Bakteri tanah - Hijau
Gram
Endospora Bacillus cereus Hijau
positif
Perbesaran 400 x
Cat Gram
Bacillus cereus Ungu
pewarna positif
Perbesaran 400 x
Gram
Bakteri tanah Ungu
Cat Gram positif
Perbesaran 400 x
13
4.2 Pembahasan
14
bakteri tanah terdapat bakteri Gram positif. Sesuai dengaan pernyataan Razali (1987)
bahwa Gram positif , bila warna zat pewarna pertama (karbol gentian violet) tetap
bertahan, dengan demikian warna bakteri tampak ungu tua; dan Gram negatif, bila
warna zat pewarna pertama tidak bertahan (luntur) kemudian tercat oleh zat pewarna
tandingannya, misal: air fuchsin, safranin, dan oleh zat pewarna tandingan lainnya.
Bacteri Bacillus cereus berwarna ungu setelah diwarnai dengan pewarnaan cat
bakteri. Hal ini membuktikan bahwa bakteri ini juga termasuk bakteri Gram positif.
Bakteri Gram positif dapt mengikat cat utama yaitu crystal violet secara kuat. Sesuai
namanya B.cereus adalah bakteri yang berbentuk basil atau batang. Menurut Grande
(2006) Bakteri B.cereus adalah golongan bakteri gram positif (bakteri yang
mempertahankan zat warna Kristal violet sewaktu proses pewarnaan gram) dan dapat
membentuk spora. Menurut Cappucino dan Sherman (1983) menyatakan bahwa Contoh
bakteri Gram positif adalah Streptococcus, Bacillus, Stapilococcus, Clostridia,
Corynebacterium dhypteriae, Peptococcus, Peptostreptococcus, dll. Sedangkan bakteri
Gram negatif akan terdekolorisasi oleh alcohol dan pemberian safranin akan
memberikan warna merah pada bakteri Gram negatif.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
15
1. Pembuatan apusan bakteri merupakan tahap awal sebelum dilakukan pewarnaan.
Pembuatan preparat bakteri atau apusan bakteri yang paling banyak digunakan
dalam pengecatan bakteri adalah dengan membuat lapisan suspensi/pulasan bakteri
di atas gelas benda, kemudian dikeringanginkan dan dilalukan beberapa kali di atas
api spirtus.
5.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. W.B. Saunders
Company. Philadelphia.
Cappuccino, J., G., & Natalie., S, 1983, Microbiology A Laboratory Manual, Addison-Wesley
Publishing Company : New York.
Lay, B.W, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Madigan, M.T, 2003, Brock Biology of Microorganism, Pearson Education : inc. United State of
America.
17
Wiegel and Quand. 1982. Determination of the Gram Type Using the Reaction
Between Polymyxin B and Lippolysaccharides of the Outer Cell Wall of
Whole Bacteria. Journal of General Microbwlogy. Vol.128
18