Anda di halaman 1dari 12

PEMBUATAN REAGEN DAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK ANALISIS MIKROBIOLOGI

Oleh:
Meita Ayu Puspitasari
181810401009

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. PENDAHULUAN

Larutan merupakan suatu komponen yang memerankan peranan


penting dalam kehidupan. Prinsip dari larutan merupakan suatu zat yang
dapat melarutkan suatu zat kimia ataupun campuran dari zat yang akan
membentuk suatu reaksi-reaksi kimia. Reaksi kimia banyak terjadi di
dalam larutan. Larutan sendiri merupakan fase yang homogen dan
mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terbentuk dalam
jumlah besar disebut sebagi pelarut ataupun solvent, sedangkan dalam
jumlah sedikit dapat disebut zat terlarut. Konsentrasi dari suatu pelarut
dapat dinyatakan sebagai molaritas, molalitas, normalitas dan lain-lain (
Reagen merupakan suatu zat yang digunakan untuk mengetahui
penjelasan dari suatu analisa dan penggunaannya berdasarkan
konsentrasi tertentu. Komponen penyusun reagen biasanya
menggunakan bahan-bahan kimia yang sifatnya berbahaya bagi tubuh
manusia. Proses pembuatan dari reagen sendiri memerlukan ketelitian
dan juga kehati-hatian dalam bekerja karena dapat menimbulkan
kecelakaan. Berdasarkan uraian tersebut, praktikum ini diadakan dengan
tujuan untuk mengetahui cara pembuatan reagen.
BAB 2. METODE PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
- Batang pengaduk
- Gelas Beaker
- Alumunium foil
- Gelas ukur

2.1.2 Bahan
- DNS (Kna tartrat 4,55 gr, NaOH 0,25 gr, 3,5-Dinitrosalicylic acid
(DNSA) 0,25 gr, fenol 0,05 gr, Na2SO3 0,0125 gr, dan akuades
steril 25 ml)
- Crystal violet (Crytal violet; (Hucker’s) solution A, 2000 gm
Crystal violet, 20.000 ml etanol 95%, solution B, 0,800 gm
ammonium oxalate, dan 80.000 ml distilled water)
- Iodin (0,340 gm iodine, 0,660 gm potassium iodide, dan 100.00
ml distilled water)

2.2 Langkah Kerja


a. Pembuatan larutan DNS
Ditimbang semua bahan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan
I
Diambil akuades steril dan dituangkan ke dalam gelas ukur
sebanyak 25 ml
I
Dilarutkan Kna tartrat dengan akuades sedikit demi sedikit hingga
homogen
I
Dituang ke gelas beaker yang baru
I
Dilarutkan NaOH dengan akuades dan setelah homogen
dituangkan ke wadah yang berisi Kna tartrat
I
Dilarutkan 3,5-Dinitrosalicylic acid dengan akuades dan setelah
homogen dituangkan ke dalam wadah yang sama
I
Dilarutkan fenol dengan akuades hingga homogen dan dituangkan
ke wadah yang sama
I
Dilarutkan Na2SO3 dengan akuades yang tersisa hingga homogen,
lalu dituangkan ke dalam wadah yang sama
I
Dimasukkan reagen DNS yang telah jadi ke dalam botol gelap
untuk proses penyimpanan
I

Hasil

b. Pembuatan larutan crytal violet


Formula : 2% crystal violet
Dimasukkan 20 ml metanol absolut ke dalam erlenmeyer
I
Ditambahkan 2 gr crystal violet (90% cye content)
I
Dihomogenkan menggunakan magnetik stirer selama 3 menit
I
Disimpan sebagai solution A
I
Dimasukkan 80 ml akuadestilat ke dalam erlenmeyer baru
I
Ditambahkan 0,8 gr ammonium oxalate
I
Dihomogenkan menggunakan magnetik stirer selama 3 menit
I
Disimpan sebagai solution B
I
Ditambahkan solution A dan solution B pada erlenmeyer yang
baru
I
Dihomogenkan menggunakan magnetik stirer selama 1 menit
dan didiamkan selama 24 jam
I
Difilter larutan crystal violet yang telah jadi dan disimpan dalam
botol schott atau botol gelap pada suhu yang sesuai
I
Hasil

c. Pembuatan larutan iodin


Dimasukkan 100 ml aquades ke dalam gelas beaker
I
Ditambahkan potassium iodida setengah spatula
I
Dishake menggunakan tangan agar larutan homogen
I
Ditambahkan crytal iodine dan lugol iodine ke dalam gelas beaker
I
Disimpan larutan pada botol gelap pada suhu yang sesuai
I

Hasil
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil
No. Larutan/Reagen Gambar Kegunaan
1. Reagen DNS Analisis gula
pereduksi

2. Larutan crystal Pewarnaan


violet gram

3. Larutan iodin Uji kandungan


pati dan uji
hidrolisis
amilum
3.2 Pembahasan
Reagen merupakan suatu zat atau senyawa kimia yang
ditambahkan dengan tujuan untuk membawa atau melangsungkan
terjadinya reaksi kimia dan untuk melihat reaksi yang terjadi. Jenis reagen
sangat bervariasi, tergantung kebutuhan dan tujuan dari peneliti dan
bahan yang akan digunakan. Reagen DNS (Dinitrosalicylic acid) adalah
salah satu jenis reagen yang digunakan di dalam laboratorium
mikrobiologi. Reagen DNS biasanya digunakan untuk mengukur gula
pereduksi menggunakan teknik kalorimetri pada metode DNS.
Penggunaan metode DNS hanya dapat mendeteksi satu jenis gula
pereduksi saja, misalnya glukosa, fruktosa atau sukrosa. Glukosa memiliki
gugus adehida yang dapat dioksidasi menjadi gugus karboksil oleh asam
3,5-dinitrosalisilat yang menghasilkan 3-amino-5-salisilat pada kondisi
basa. Reagen DNS berwarna kuning dan sensitive terhadap cahaya,
sehingga penyimpanannya harus pada botol gelap dengan suhu yang
rendah (Pujiati et al., 2018).
Reagen DNS dibuat melalui beberapa tahapan. Tahap pertama
yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunaka, seperti gelas ukur,
gelas beaker, pengaduk, dan bahan-bahan yang digunakan perlu
ditimbang. Bahan yang digunakan untuk membuat reagen DNS, yaitu Kna
tartrat 4,55 gr, NaOH 0,25 gr, 3,5-Dinitrosalicylic acid (DNSA) 0,25 gr,
fenol 0,05 gr, Na2SO3 0,0125 gr, dan akuades steril. Tahap kedua yaitu
mengukur akuades dengan volume 25 ml sebagai pelarut. Tahap ketiga
yaitu melarutkan masing-masing bahan dengan akuades sedikit demi
sedikit lalu dimasukkan ke dalam gelas beaker yang baru. Tujuan dari
pemisahan pelarutan bahan yaitu untuk menghindari adanya
penggumpalan pada bahan,sehingga semua bahan dapat dipastikan
terlarut (Pujiati et al., 2014). Warna kuning pada reagen DNS disebabkan
oleh adanya penambahan fenol yang dilarutkan. Fenol sendiri bersifat
mudah terbakar, sehingga dalam proses pembuatan reagen DNS
diperlukan ketelitian saat bekerja. Reagen yang telah jadi dimasukkan ke
dalam botol gelap lalu disimpan pada suhu yang sesuai (Julaeha et al.,
2016).
Larutan crystal violet merupakan zat pewarna yang secara kuas
digunakan sebagai agen pewarna dalam berbagai bidang industri, seperti
industri tekstil dan industri farmasi. Larutan crystal violet merupakan jenis
zat warna kationik dengan daya absorbsi yang kuat. Crystal violet bersifat
stabil terhadap cahaya dan panas, serta sulit terurai (Buhani et al., 2020).
Larutan crystal violet juga dapat digunakan dalam bidang mikrobiologi,
seperti pada saat pewarnaan gram dalam proses identifikasi suatu bakteri
(Ibrahim et al., 2015). Larutan cystal violet dapat dibuat melalui beberapa
tahapan. Tahap pertama yaitu menyiapkan bahan yang akan digunakan,
yaitu crystal violet; (Hucker’s) solution A, 2000 gm Crystal violet, 20.000 ml
etanol 95%, solution B, 0,800 gm ammonium oxalate, dan 80.000 ml
akuadestilat. Tahap kedua yaitu mencampurkan bahan solution A, yaitu
crystal violet (Hucker’s) dengan etanol 95% atau metanol absolut (pada
video) sebagai pelarutnya. Tahap ketiga yaitu mencampurkan bahan
solution B, yaitu ammonium oxalate dengan akuadestilat sebagai bahan
pelarutnya. Penambahan ammonium oxalat berfungsi untuk mencegah
pengendapan kristal violet. Tahap keempat menghomogenkan solution A
dengan solution B lalu disimpah pada botol gelap dengan suhu yang
sesuai (Fillya, 2018).
Larutan iodin merupakan larutan yang tersusun atas campuran dua
senyawa, yaitu kalium iodida dengan iodium dalam air. Fungsi dari larutan
iodin dapat digunakan sebagai obat dan desinfektan dalam bidang
farmasi. Larutan iodin dalam bidang mikrobiologi biasanya digunakan
untuk uji kandungan pati ataupun uji hidrolisis amilum oleh mikrob
(Warsidah et al., 2018). Pembuatan larutan iodin dapat dilakukan dengan
beberapa tahapan. Tahap pertama yaitu mengukur akuades sebanyak
100 ml dan dimasukkan pada gelas beaker. Tahap kedua yaitu
menambahkan iodium yang berupa padatan berwarna hitam kebiruan
yang mudah menguap pada suhu kamar. Sifat iodium sulit untuk larut
dalam air, sehingga memerlukan penambahan potasium iodida. Tahap
keempat yaitu penambahan potasium iodida yang berfungsi meningkatkan
kelarutan iodium dalam akuades yang bersifat polar dan mengurangi
penguapan. Reaksi iodium dengan potasium iodida dapat membentuk
senyawa kompleks triiodida. Larutan iodida yang telah jadi akan berwarna
orange kemerahan dan harus disimpan pada botol gelap dengan suhu
yang sesuai (Rahman et al., 2015).
Pembuatan reagen dan larutan memerlukan keterampilan dan
keahlian khusus, serta ketilitian. Peneliti harus memperhatikan tahapan
dari setiap perlakuan yang dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan pada
saat pembuatan reagen dan larutan, yaitu berat (gram) dari bahan yang
akan dilarutkan, cara mengoperasikan neraca analitik, zat pelarut beserta
konsentrasi dan volume yang digunakan, dan pelabelan. Label sangat
penting dalam pembuatan suatu reagen dan larutan karena apabila salah
menggunakan jenis pelarut, maka tidak akan dihasilkan suatu reagen atau
larutan dengan baik. Pembuatan suatu reagen atau larutan juga perlu
memperhatikan komposisi bahan yang digunakan (Tarmizi, 2014).
BAB 4. KESIMPULAN

Reagen merupakan suatu senyawa kimia yang ditambahkan


dengan tujuan untuk melangsungkan terjadinya reaksi kimia dan melihat
reaksi yang terjadi. Reagen yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
reagen DNS (Dinitrosalicylic acid). Larutan merupakan zat kimia ataupun
campuran dari zat yang akan membentuk suatu reaksi-reaksi kimia.
Larutan yang dibuat pada praktikum ini yaitu larutan crystal violet dan
larutan iodin. Hal yang perlu diperhatikan pada saat membuat suatu
reagen dan larutan, yaitu komposisi bahan dan beratnya, jenis pelarut
yang digunakan, serta besarnya volume yang akan dibuat.
DAFTAR PUSTAKA

Buhani, D. Permatasari, Suharso, dan I. Aditya. 2020. Investigasi Kinetika


Adsorpsi Kristal Violet Dan Metilen Biru Pada Hibrida Alga Spirulina
sp.-silika. Prosiding Nasional Ilmu Teknik dan Aplikasi Industri
(SINTA). 3.120. Hal: 1-5.
Fillya, D.S. 2018. Uji Kepekaan Isolat Klinis Staphylococcus aureus
Terhadap Antibiotika. SKRIPSI. Program Studi Sarjana Farmasi,
Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.
Ibrahim, A., A. Fridayanti, dan F. Delvia. 2015. Isolasi Dan Identifikasi
Bakteri Asam Laktat (BAL) Dari Buah Mangga (Mangifera indica L.).
jurnal Ilmiah Manuntung. 1(2): 159-163.
Julaeha, E., S. Rustiyaty, N.N. Fajri, F. Ramdiani, dan R. Tantra, G. 2016.
Pemanfaatan Tepung Gadung (Dioscorea Hispida Dennst.) Pada
Produksi Amilase Menggunakan Bacillus sp. FORTECH. 1(1): 45-
52.
Pujiati, R.B. kiswardianta, dan W. Solikati. 2014. Pengaruh Konsentrasi
Dan Lama Inkubasi Terhadap Aktivitas Enzim Selulase Dari
Kapang Aspergillus niger. Jurnal LPPM. 2(1): 19-24.
Pujiati, M.W. Ardhi, dan E.N. Prasetyo. 2018. Bioteknologi Berbasis
Proyek: Produksi Purifikasi Enzim Selulase dari Kapang
Trichoderma viride dan Potensinya dalam Bioscouring. Magetan:
CV. Ae Media Grafika.
Rahman, N., M. Ofika, dan I. Said. 2015. Analisis Kadar Vitamin C
Mangga Gadung (Mangifera sp.) Dan Mangga Golek (Mangifera
indica L.) Berdasarkan Tingkat Kematangan Dengan Menggunakan
Metode Iodimetri. Jurnal Akademika Kimia. 4(1).
Tarmizi. 2014. Pembuatan Pereksi Kimia. Universitas Negeri Padang:
UNP Press.
Warsidah, M.S.R. Marlangen, dan M.S.J. Sofiana. 2018. Aktivitas
Amilolitik Mikrofungi Endofit Serasah Daun dan Daun Mangrove
Avicennia di Desa Sungai Bakau Kabupaten Mempawah. Jurnal
Laut Khatulistiwa. 1(3): 60-65.

Anda mungkin juga menyukai