PERHITUNGAN MIKROBA
Oleh:
Kelompok 9
1. Anindya Ragilia Sandy (186221009)
2. Dimas Rizqi Muhammad (186221021)
3. Septiana (186221025)
4. Hilmy Fairuz Ridiananda Nizami (186221044)
5. Rachel Oktavian Sinaga (186221052)
6. Novia Rahmah Fitriana (186221056)
7. Hafiz Akmal Dzaki (186221057)
8. Najla Ghaisani Nasution (186221088)
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan praktikum Perhitungan Kuantitas Mikroba: Hitung Cawab (TPC) dan
Biomassa Sel (Metode Turbidimetrik) adalah untuk membuat mahasiswa paham
mengenai:
1. Teknik seri pengenceran dan penentuan konsentrasi biomassa bakteri yang
variabel dengan metode hitungan cawan (TPC)
2. Penentuan turbiditas suatu kultur mikroba dengan menggunakan
spektrofotometer dan korelasinya terhadap hitungan sel yang bersangkutan.
1.2 Dasar Teori
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme hidup yang berukuran
mikropis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti bakteri, virus,
dan fungi. Mikroba dapat tumbuh dan berkembang pada kondisi tertentu sehingga
medium pengencer yang digunakan berbeda-beda. Pada analisis mikroba, jenis
medium pengencer yang digunakan menyesuaikan dengan sifatnya, seperti mikroba
anaerob, osmofilik dan halofilik, serta medium pengencer untuk sampel cair atau
sampel padat dengan partikel halus dan lainnya. Pengenceran merupakan proses
yang dilakukan untuk melarutkan dan melepaskan mikroba dari substratnya ke
dalam air sehingga menjadi lebih mudah ditangani. Perlakuan pengenceran sangat
diperlukan sebelum ditumbuhkan pada medium agar di cawan petri supaya setelah
inkubasi terbentuk koloni dengan jumlah yang terbaik dan bisa dihitung antara 30
sampai 300 koloni. Pengenceran biasanya dilakukan secara desimal yaitu 1:10,
1:100, 1:1000 dan seterusnya (Widiastiti et al., 2019).
Perhitungan kuantitas / jumlah sel E. coli yang bisa dihambat dihitung dengan
hemositometer menggunakan metode Petroff Hausser yaitu hitungan mikroskopis
dengan pertolongan kotak-kotak skala yang telah ditentukan yang mana ini
merupakan perhitungan secara langsung yang cepat dan murah, tetapi mempunyai
beberapa kelemahan diantaranya: tidak bisa membedakan sel-sel yang hidup dari
yang mati sehingga yang terhitung jumlah total sel yang ada di dalam populasi, sel-
sel berukuran sangat kecil sukar dilihat di bawah mikroskop dan kadang-kadang
tidak terhitung (Widiastiti et al., 2019). Perhitungan jumlah bakteri merupakan
salah satu cara yang dilakukan untuk bisa mengetahui berapa banyak koloni bakteri
yang terdapat pada suatu media, baik itu koloni sel yang hidup maupun koloni sel
1
bakteri yang mati. Metode yang digunakan adalah perhitungan secara langsung dan
perhitungan secara tidak langsung.
Perhitungan jumlah bakteri secara langsung digunakan untuk menentukan
jumlah bakteri keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup. Sedangkan
perhitungan bakteri secara tidak langsung digunakan untuk menentukan jumlah
bakteri yang hidup saja. Setiap perhitungan jumlah bakteri baik secara langsung
maupun tidak langsung memiliki kelemahan masing-masing. Jumlah bakteri masih
belum mendekati hasil maksimal dikarenakan perhitungan yang melibatkan sel
hidup maupun sel mati bakteri, keterbatasan alat dan bahan saat perhitungan,
keperluan persiapan alat dan bahan yang cukup panjang, ketelitian penelitian oleh
peneliti dan lain-lain. Perhitungan bakteri secara Turbidimetri (kekeruhan) dengan
memakai alat spektrofotometer adalah contoh perhitungan jumlah bakteri secara
tidak langsung. Metode turbidimetri merupakan cara yang cepat untuk menghitung
jumlah bakteri dalam suatu larutan dengan menggunakan alat spektrofotometer.
Digunakan untuk uji antibakteri, dimana jumlah bakteri nya dihitung dengan
membandingkan kekeruhan suspensi bakteri dengan menggunakan larutan standar
McFarland (Rosmania & Yanti, 2020).
Larutan McFarland standar digunakan sebagai referensi untuk menyesuaikan
kekeruhan bakteri suspensi sehingga jumlah bakteri dalam kisaran yang diberikan
untuk membakukan mikroba pengujian. Keakuratan jumlah bakteri standar
McFarland dapat dilakukan dengan metode hitungan cawan. Metode ini termasuk
metode perhitungan bakteri secara tidak langsung. Prinsip metode hitungan cawan
adalah jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka
sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan
cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba
karena hanya sel yang masih hidup yang dihitung dan beberapa jenis mikroba dapat
dihitung sekaligus. Metode hitungan cawan memiliki kelemahan yaitu
membutuhkan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari untuk menghitung
pertumbuhan koloni bakteri (Rosmania & Yanti, 2020).
2
BAB II
METODE PRAKTIKUM
3
Langkah pertama dalam perhitungan mikroba secara langsung menggunakan
haemositometer adalah alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu. Meja kerja
disterilkan menggunakan alkohol yang disemprotkan. Bagian kaca yang timbul
pada haemositometer diberi air dan diratakan agar cover glass dilekatkan. Cover
glass diletakkan diatas kaca yang timbul pada haemositometer. Biakan
Saccharomyces cereviseae dengan OD 0.2 diteteskan pada sela haemositometer
dengan cover glass. Haemositometer diletakkan pada meja kerja mikroskop. Bilik
perhitungan (25 kotak besar) pada haemositometer dicari menggunakan mikroskop
dengan perbesaran dari kecil ke besar hingga perbesaran 100x. Hasil mikroskop
dipotret dengan gawai. Keberadaan Saccharomyces cereviseae dihitung pada kotak
ke 1, 5, 13, 20, dan 25. Hasil perhitungan dianalisis lebih lanjut
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
cukup banyak pula. Oleh karena itu, pengukuran besar kecilnya bakteri
perludidasarkan pada standar yang sama
Acara praktikum mikrobiologi lingkungan kali ini dilaksanakan pada Selasa, 31
Oktober 2023. Praktikum ini bertujuan agar praktikan mampu memahami
perhitungan mikroorganisme dengan teknik seri pengenceran dan penentuan
konsentrasi biomassa mikroorganisme yang variabel dengan metode
haemositometer. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu;
haemositometer, cover glass, mikroskop, spektrofotometer, dan pipet tetes. Serta
bahan yang digunakan yaitu; kultur khamir Saccharomyces cerevisiae, Media NB
(Nutrient Broth), Media SDB (Medium Sabouraud Dextrose) dan aquades.
Saccharomyces cerevisiae atau ragi adalah spesies khamir (mikroorganisme jamur
bersel tunggal) yang memiliki banyak sekali peran penting baik di rumah dan di
industri (Setiarto, 2020).
6
Saccharomyces cerevisiae yang diuji menggunakan metode haemositometer,
sehingga praktikan dapat mengetahui dengan baik tentang proses uji kerapatan
Saccharomyces cerevisiae dengan menggunakan haemositometer (Rohmah & Alif,
2021).
Media yang digunakan pada praktikum ini yaitu media SDB (Saborroud
Dextrose Broth). SDB adalah sebuah media pepton yang ditambahkan dengan
dextrose untuk mendukung pertumbuhan jamur, dimana pepton akan
memberikan nitrogen, vitamin, mineral, asam amino dan faktor pertumbuhan
lainnya (Sihmawati, et al., 2017). Mikroorganisme yang menggunakan media SDB
akan tumbuh optimal pada pH 5.6 ± 0.2. Media SDB sangat berguna dalam
perkembangbiakan Saccharomyces cerevisiae untuk perhitungan mikroba. Media
SBD berguna untuk mengukur standar perhitungan sel khamir dalam sampel,
sebagai tempat reproduksi khamir, kultivasi khamir dan lainnya. Media SDB juga
berfungsi untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain yang bersaing
dalam sampel karena media SDB mengandung glukosa yang digunakan sebagai
sumber karbon utama.
Prosedur yang digunakan pada praktikum pengukuran mikroba yaitu dengan
menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu dan meja disterilkan menggunakan
alkohol, hal tersebut bertujuan untuk menghindari kontaminasi dari mikroba
lainnya. Prosedur kedua yaitu haemositometer diberi air dan diratakan pada bagian
kaca yang timbul, hal tersebut berguna untuk menempelkan coverglass pada
haemositometer dengan kuat. Prosedur ketika yaitu menempelkan coverglass pada
haemositometer yang telah diberi air. Prosedur ketiga yaitu biakan Saccharomyces
cerevisiae diteteskan pada sela antara hacmositometer dan coverglass hingga
biakan tepat berada di tengah haemositometer. Haemositometer digunakan untuk
dapat melakukan perhitungan jumlah sel secara cepat dan akurat (Mahardika, et al.,
2018). Prosedur keempat yaitu haemositometer diletakkan pada meja kerja
mikroskop. Mikroskop digunakan hingga perbesaran 100x dan ditemukan 25 kotak
besar haemositometer, hasil mikroskop didokumentasikan menggunakan HP.
Prosedur kelima yaitu menghitung keberadaan Saccharomyces cerevisiae pada
kotak ke-1, 5, 13, 20, 25. Hasil yang didapat pada praktikum ini dianalisis dan
dihitung untuk mendapatkan kerapatan Saccharomyces cerevisiae.
7
3.2 Jumlah Mikroba yang Didapatkan dalam Perhitungan
Praktikum Mikrobiologi Lingkungan kali ini menggunakan metode
hemositometer. Hemositometer adalah alat yang terbuat dari kaca optik yang
digunakan untuk pengamatan di bawah mikroskop dan terdiri dari 2 bagian yaitu
slide kaca tebal dan kaca penutup dengan celah kecil untuk menampung suspensi
sel dalam 0,1 µl area kisi-kisi kecil berukuran 1×1 mm. Hemositometer dahulu
digunakan untuk menghitung sel darah, dan sekarang banyak digunakan di
laboratorium karena harganya yang murah dan serbaguna. Hemositometer tidak
dapat digunakan untuk menghitung sel dengan konsentrasi tinggi secara akurat
karena sel terlalu padat dan sulit dihitung, maka sel-sel tersebut harus diencerkan
lagi. (Thunyaporn et al., 21021). Alat dan bahan yang digunakan adalah
hemositometer, cover glass, mikroskop, dan pipet tetes, kultur khamir
Saccharomyces cerevisiae, media NB (Nutrient Broth), media SDB (Sabouraud
Dextrose) dan akuades.
Pengenceran seri dan metode kultur yang digunakan dapat mempengaruhi
hasil perhitungan jumlah koloni bakteri. Pengenceran seri dapat mengurangi
kerapatan pertumbuhan koloni bakteri sampel. (Utami et al., 2018). Namun,
perhitungan mikroba kali ini tidak menggunakan pengenceran. Penghitungan
bakteri dilakukan dengan menggunakan alat hemositometer di bawah mikroskop
untuk menghitung bakteri di dalam kotak dan yang menempel di bagian atas dan
kiri setiap kotak. Dihitung lima kolom, masing-masing berisi kotak berukuran 4 x
4. Didapat jumlah mikroba pada kolom 1 dan 5 berturut turut adalah 83, 81, 86, 79,
dan 81. Lalu dihitung total sel dengan menjumlahkan hasil jumlah mikroba pada
setiap kolom dan dikalikan dengan 5. Didapat hasil 410 x 5 yaitu sebesar 2050,
kemudian dikalikan dengan 10⁶ maka didapat hasil jumlah mikroba sebesar 2,05 ×
10⁷.
8
al., 2013). Dalam analisis bakteri, untuk menentukan konsentrasi sel bakteri
panjang gelombang yang sering digunakan adalah 600 nm. Karena sel bakteri yang
menyerap pada 600 nm mungkin tidak akan menyerap pada panjang gelombang
lebih tinggi atau lebih rendah dari 600 nm (Buch, 2019).
Pengukuran OD menggunakan Spektrofotometer dengan melihat nilai
absorbansinya (Seniati, et al., 2019). Spektrofotometri bergantung pada fakta
bahwa sel mikroba menghamburkan cahaya yang mengenainya. Tingkat hamburan
cahaya (yaitu, penurunan cahaya yang ditransmisikan) yang diukur dengan
spektrofotometer disebut absorbansi (kepadatan optik atau optical density) medium.
Karena sel mikroba dalam suatu populasi memiliki ukuran yang kurang lebih
konstan, jumlah hamburan berbanding lurus dengan biomassa sel yang ada dan
secara tidak langsung berhubungan dengan jumlah sel. Semakin tinggi nilai
konsentrasi maka lebih sedikit cahaya yang ditransmisikan melalui media dan
kekeruhan yang dihasilkan akan lebih besar (Gambar 5.1) (Willey, et al., 2014).
9
Semakin tinggi seri pengenceran maka hasil perhitungan kepadatan bakteri semakin
kecil. Hal ini disebabkan karena kandungan sel bakteri yang terlarut semakin encer
atau semakin berkurang. Pengenceran sel dapat membantu untuk memperoleh
perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar. Namun pengenceran yang terlalu
tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan jumlah koloni yang umumnya
relatif rendah (Seniati, et al., 2019).
Mikroba yang dihitung menggunakan haemocytometer dalam praktikum ini
adalah Saccharomyces cerevisiae. Melalui uraian teori diatas, jumlah
Saccharomyces cerevisiae akan berbanding lurus dengan nilai OD yang telah
ditentukan. Praktikum kali ini menggunakan nilai pengenceran OD 0,05; 0,1; dan
0,2. Perhitungan jumlah mikroba pada nilai pengenceran OD 0,05 menunjukkan
hasil jumlah sel Saccharomyces cerevisiae adalah 5,55 x 10^6 dan 8,65 x 10^6.
Nilai pengenceran OD 0,1 menunjukkan hasil jumlah sel Saccharomyces cerevisiae
adalah 2,05 x 10^7 dan 2,06 x 10^7. Nilai pengenceran OD 0,2 menunjukkan hasil
jumlah sel Saccharomyces cerevisiae adalah 1,99 x 10^7 dan 1,84 x 10^7. Data
komunal dan analisis perhitungan yang didapatkan terlampir pada tabel di
lampiran.
Hasil pada praktikum kurang sesuai dengan literatur yang ada. Seharusnya
jumlah total sel Saccharomyces cerevisiae pada pengenceran OD 0,2 lebih besar
dibandingkan dengan total sel Saccharomyces cerevisiae pada pengenceran OD 0,1
dan 0,05. Data hasil percobaan dan perhitungan yang tidak sesuai biasa disebut
sebagai faktor error. Terdapat dua faktor utama yang menjadi penyebab error ini.
Pertama, faktor human error, dikarenakan ketidaktelitian praktikan dalam
melakukan praktikum dan bisa juga karena melakukan langkah kerja yang masih
kurang sesuai. Kedua, faktor alat yang digunakan sudah cukup berumur, sehingga
menyebabkan alat tidak dapat membaca data dengan benar (Larassaty, et al., 2015).
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum perhitungan mikroba kali ini adalah perhitungan
mikroba secara langsung menggunakan haemositometer dan mikroskop, serta
menggunakan nilai OD pada biakan mikroba. Biakan mikroba yang digunakan
adalah Saccharomyces cervisiae dengan nilai OD 0,1; 0,2; 0,5. Perhitungan jumlah
mikroba pada nilai pengenceran OD 0,05 menunjukkan hasil jumlah sel
Saccharomyces cerevisiae adalah 5,55 x 10^6 dan 8,65 x 10^6. Nilai pengenceran
OD 0,1 menunjukkan hasil jumlah sel Saccharomyces cerevisiae adalah 2,05 x 10^7
dan 2,06 x 10^7. Nilai pengenceran OD 0,2 menunjukkan hasil jumlah sel
Saccharomyces cerevisiae adalah 1,99 x 10^7 dan 1,84 x 10^7.
Perhitungan tiap nilai OD tidak sesuai dengan literatur karena jumlah total sel
Saccharomyces cerevisiae pada pengenceran OD 0,2 lebih besar dibandingkan
dengan total sel Saccharomyces cerevisiae pada pengenceran OD 0,1 dan 0,05. Hal
ini dapat disebabkan oleh dua faktor utama. Human error, dikarenakan
ketidaktelitian praktikan dalam melakukan praktikum dan bisa juga karena
melakukan langkah kerja yang masih kurang sesuai. Yang kedua, faktor alat yang
digunakan sudah cukup berumur, sehingga menyebabkan alat tidak dapat membaca
data dengan benar
4.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan saran untuk praktikum
selanjutnya agar dapat berjalan lebih baik.
1. Praktikan lebih berhati-hati dalam menggunakan haemositometer agar
tidak merusak haemositometer yang dapat mempengaruhi hasil praktikum.
2. Penggunaan mikroskop harus lebih berhati-hati agar tidak merusak
mikroskop.
11
DAFTAR PUSTAKA
Bunch, T & Michaela, R. 2019. Bacterial Growth Curve by OD600 and SoloVPE.
Biofactory Competence center
Hasyimuddin, A., Djide, M. N., & Samawi, M. F. (2016). Isolasi Bakteri Pendegradasi
Minyak Solar Dari Perairan Teluk Pare-Pare. Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi,
4(1), 41-46.
Larassaty, A. A., Bandoro, A., & Fatimah, I. Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff. Jurnal
Sains dan Seni ITS. Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520
Lestari, P. B., & Hartati, T. W. (2017). Mikrobiologi Berbasis Inkuiry. Penerbit Gunung
Samudera [Grup Penerbit PT Book Mart Indonesia].
Mahardika, G. R., et al. 2018. Analisis Ketahanan Microalga pada Material Baja AH 36
dengan Menggunakan Metode Impressed Current Anti Fouling (ICAF). Jurnal
Teknik ITS, 7(2), 145-150.
Mayers, J. A., Brandon, S., & Wayne, R. C. 2013. Improving Accurancy Of Cell And
Chromophore Concentration Measurements Using Optical Density. BMC
Biophysic. Vol. 6, No.4. Hal : 1-15.
Rohmah, I. N. & Alif, T. 2021. Uji Pengembangan Spora Entomopatogen Bunga
Entomopatogen Lecanicillium lecanii Menggunakan Haemocytometer. Jurnal
Matematika & mSains, 1(2), 143-150.
Rosmania & Yanti, F. 2020. Perhitungan Jumlah Bakteri di Laboratorium Mikrobiologi
Menggunakan Pengembangan Metode Spektrofotometer. Jurnal Penelitian Sains,
22(2), 76-86.
Rosmania, R., & Yanti, F. (2020). Perhitungan jumlah bakteri di Laboratorium
Mikrobiologi menggunakan pengembangan metode Spektrofotometri. Jurnal
Penelitian Sains, 22(2), 76-86.
Seniati, S., Marbiah, M., & Irham, A. (2019). Pengukuran kepadatan bakteri Vibrio
harveyi secara cepat dengan menggunakan spectrofotometer. Agrokompleks, 19(2),
12-19.
12
Suryaningsih, V., Ferniah, R. S., & Kusdiyantini, E. (2018). Karakteristik morfologi,
biokimia, dan molekuler isolat khamir IK-2 hasil isolasi dari jus buah sirsak
(Annona muricata L.). Jurnal Akademika Biologi, 7(1), 18-25.
Thunyaporn, R., Doh, I., & Lee, D. W. (2021). Multi-volume hemacytometer. Scientific
Reports, 11(1), 14106.
Utami, S., Bintari, S. H., & Susanti, R. (2018). Deteksi Escherichia coli pada jamu
gendong di Gunungpati dengan medium selektif diferensial. Life science, 7(2), 73-
81.
Widiastiti, I. G. A. A., I WWP, P., AS, D., & LP, D. (2019). Analisis Potensi Beberapa
Larutan Pengencer Pada Uji Antibakteri Teh Temu Putih (Curcuma zedoaria(Berg.)
Roscoe) Terhadap Escherichia coli. Scientific Journal of Food Technology, 6(2),
117-125.
Willey, J. M., Sherwood, L. M., and Woolverton, C. J., 2014. Prescott’s Microbiology,
Ninth Edition. New York, USA: The McGraw-Hill.
13
LAMPIRAN
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒
= ∑ 𝑠𝑒𝑙 × 10000
= 2050 × 10000
= 2.05 × 107
14