Anda di halaman 1dari 20

PERCOBAAN I

“METODE UJI DIFUSI KIRBY BAUER”

OLEH:

NAMA : NURLAILI ABD. SALAM


NIM : B1D119113
KELAS : 2019 C

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGILABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Laporan yang berjudul (Metode Uji
Difusi Kirby Bauer) Ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
laporan ini adalah untuk memenuhi tugas [dosen pada bidang studi dasar
Bakteriologi] Selain itu, lapoan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang [topic laporan] bagi para pembaca dan juga bagi penulis. saya juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini. saya menyadari,
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan laporan ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR: ............................................................................................I
DAFTAR ISI:.......................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1 Latar belakang ......................................................................................
1.2 Tujuan ..................................................................................................
1.3 Manfaat.................................................................................................
BAB II TINJUAN PUSTAKA .................................................................................
II.1 ISK.......................................................................................................
II.2 E. COLI................................................................................................
II.3 ANTIBIOTIK.........................................................................................
II.4 METODE UJI SENSITIVITAS:.............................................................
a. METODE Difusi:...................................................................................
b. METODE Dilusi: ..................................................................................
BAB III METODE PRAKTIKUM:............................................................................
III.1 WAKTU DAN TEMPAT:......................................................................
III.2 ALAT DAN BAHAN:............................................................................
III.3 PROSEDUR KERJA:..........................................................................
III. 3.1 PEMBUATAN:.................................................................................
a. Media MHA:........................................................................................
b. Media NA:...........................................................................................
III. 3.2 SUBKULTUR BAKTERI UJI:...........................................................
III. 3.3 MEMBUAT SUSPENSIS BAKTERI:................................................
III. 3.4 UJI SENSITIVITAS:.........................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN:....................................................................
IV.1 HASIL PENGAMATAN:......................................................................
IV. 2 PEMBAHASAN:.................................................................................
BAB V PENUTUP:.................................................................................................
V. 1 KESIMPULAN:....................................................................................
V. 2 SARAN:..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA:..............................................................................................III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Uji sensitivitas antibiotik merupakan tes yang digunakan untuk
menguji kepekaan suatu bakteri terhadap suatu antibiotik. Uji sensitivitas
bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari suatu antibiotik. Uji sensitivitas
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: difusi cakram diffusion
test), pengenceran atau dilusi (dilusi test), antimicrobial gradient dan
short automated instrumen system. (Ari Khusuma 2019).

Resistensi terhadap antibiotik telah menjadi isu penting dalam bidang


kesehatan khususnya farmasi. Telah ditemukan beberapa jenis bakteri
yang memiliki kemampuan resisten terhadap antibiotik. Salah satu jenis
bakteri yaitu Escerichian coli (E. coli). E. coli merupakan salah satu
mikroorganisme penyebab diare. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui sensitivitas antibiotik terhadap E. coli Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental. sensitivitas menggunan metode
sumur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dosis 0.1 ppm semua
antibiotik dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Resistensi mulai
terjadi pada konsentrasi antibiotik sebesar 0.001 ppm. (Oksfriani Jufri
Sumampouw 2018).

Penyakit infeksi merupakan penyebab tingginya angka kesakitan dan


kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi
nosokomial yang merupakan infeksi yang didapat di rumah sakit. Infeksi
ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia. Di
Indonesia, khususnya di 10 Rumah Sakit Umum Pendidikan, infeksi
nosokomial cukup tinggi yaitu 6-16% dengan rata-rata 9,8% pada tahun
2010.2 Selain menjadi penyebab mortalitas dan morbiditas, infeksi
nosokomial dapat menambah keparahan penyakit dan stres emosional
yang mengurangi kualitas hidup pasien. (Silva Lestari 2016).
Pada umumnya infeksi nosokomial disebabkan oleh bakteri gram
negatif terutama kelompok Enterobacteriaceae (seperti E. coli,
Enterobacter, Klebsiella, Proteus, Shigella dan lain−lain). (Silva Lestari
2016).

Infeksi nosokomial terjadi akibat proses penyebaran dari sumber


pelayanan kesehatan. Salah satu sumber penularan adalah petugas
kesehatan yaitu perawat, yang menyebarkan infeksi melalui kontak
langsung. Cara penularannya melalui tangan petugas dan personel
kesehatan lainnya yang kurang menerapkan prinsip steril serta
kurangnya menjaga personal hygiene, jarum infeksi, kateter intravena,
kasa pembalut, dan cara yang keliru dalam menangani luka. (Silva
Lestari 2016).

1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui teknik uji sensitivitas

2. Untuk mengukur zona hambat pada masing-masing antibiotk


terdhadap bakteri E. Coli

3. Untuk mengetahui tingkat sensitivitas, intermediet dan resistennsi


antibiotic terhadap bakteri S. aureus dan E. coli.

1.3 MANFAAT

1. Praktikan dapat mengetahui uji sensitivitas

2. Praktikum dapat megetahui cara mengukur zona hambat pada masing-


masing terhadap bakteri E. coli

3. Praktikum dapat mengetahui tingkat sensitivitas,intermediet dan


resistensimantibiotik terhadap bakteri S. aureus dan E. coli
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
II.1 Infeksi merupakan penyakit yang sering ditemukan di
seluruh dunia, salah satunya yang tersering adalah Infeksi
Saluran Kemih (ISK). ISK adalah suatu proses peradangan
yang disebabkan oleh berkembang biaknya mikroorganisme di
dalam saluran kemih yang dapat merusak dinding saluran
kemih itu sendiri, yang dalam keadaan normal tidak
mengandung bakteri, virus, atau mikroorganisme lain
(Sudoyo, 2009) Tingkat kejadian ISK di Indonesia masih
cukup tinggi, hal ini disebabkan karena tingkat dan taraf
kesehatan masyarakat Indonesia yang masih jauh dari
standar dan tidak meratanya tingkat kehidupan sosial ekonom
(Debi Arivo 2017).

ISK dapat terjadi pada segala usia, pada remaja


meningkat 3,3% menjadi 5,8% dan pada Perempuan dewasa
diperkirakan pernah mengalami ISK dalam hidupnya (Debi
Arivo 2017).

Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh


mikroorganisme (bakteri, fungi, dan actinomycetes) yang
menekan pertumbuhan mikroorganisme lainnya.8 Antibiotik
yang sering digunakan untuk pengobatan ISK adalah
Cotrimoxazole, Fluoroquinolone, golongan β laktam Seperti
Penicillin dan Cephalosporin Saat ini resistensi antibiotik
menjadi masalah terdepan dalam pengobatan modern,
perubahan pola resistensi bakteri penyebab ISK terjadi lebih
cepat dibandingkan infeksi lainnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa E. coli yang diisolasi dari urin penderita
Infeksi Saluran Kemih di RS Muhammadiyah yogyakarta telah
resisten terhadap antibiotik ciprofloxacin, gentamicin,
trimethoprim, amoxicillin, dan cefixime Bakteri penyebab ISK
yang diisolasi dari pasien Diabetes Melitus (DM) di RSUD Ulin
Banjarmasin telah mengalami resisten terhadap antibiotik
cefriaxone (15,7%), Levofloxacine (3,8%), dan Gentamicin
(3,8%). (Debi Arivo 2017).

II.2. Escherichia coli (E. coli) merupakan bakteri yang hidup


di usus manusia dan hewan. Pada umumnya bakteri ini tidak
berbahaya dan merupakan bagian penting di saluran usus
manusia yang sehat. Namun, beberapa E. coli bersifat
patogen yang dapat menyebabkan penyakit seperti diare dan
penyakit saluran usus lainnya. Jenis-jenis E. coli yang dapat
menyebabkan diare dapat ditularkan melalui air atau makanan
yang terkontaminasi, atau melalui kontak dengan hewan atau
orang. (Oksfriani Jufri Sumampouw 2018).

Infeksi E. coli disebabkan oleh makanan dan air minum


yang terkontaminasi, atau kontak langsung dengan seseorang
yang sakit atau dengan hewan yang membawa bakteri. Infeksi
dapat disebabkan oleh daging sapi yang tidak dimasak
dengan benar, buah-buahan mentah dan sayuran mentah, air
minum yang tidak sehat, susu yang dipasteurisasi dan
produknya dan kontak langsung dengan hewan di kebun
binatang petting atau peternakan. Infeksi E. coli juga dapat
menyebar dengan mudah dari orang ke orang. Kebersihan
dalam persiapan dan penanganan makanan yang aman
merupakan kunci untuk mencegah penyebaran E. coli.
(Oksfriani Jufri Sumampouw 2018).

Sebuah resisten Escherichia coli isolat ditemukan di


Australia menghasilkan carbapenem-hidrolisis β-laktamase.
Penyelidikan molekular mengungkapkan identifikasi pertama
dari blaNDM-1 gen metalo-β-laktamase di negara tu. Selain
itu, ini E. coli isolat menyatakan diperpanjang-spektrum β-
laktamase CTX-M-15, bersama dengan dua 16S rRNA
methylases, (Oksfriani Jufri Sumampouw 2018).

.II.3. Antibiotik merupakan senyawa alami maupun sintetik


yang mempunyai efek menekan atau menghentikan proses
biokimiawi di dalam organisme, khususnya dalam proses
infeksi oleh mikroba. Macam-macam kelompok antibiotik,
yaitu:2

1. Antibiotik yang mengganggu biosintesis dinding sel bakteri,


contohnya adalah kelompok β-laktam dan kelompok
glikopeptida. Contoh antibiotik β-laktam adalah penisilin dan
sefalosporin, sedangkan antibiotik kelompok glikopeptida
contohnya adalah vankomisin.

2.Antibiotik yang termasuk kelompok peptide yang


mengandung lanthionine (contoh: nisin dan subtilin) merusak
molekul membran sel bakteri.

3. Antibiotik kelompok makrolid bekerja menghambat sintesis


protein bakteri.

4. Antibiotik kelompok aminoglikosida menghambat proses


translasi.

5. Antibiotik kelompok tetrasiklin bekerja pada ribosom


bakteridengan cara menghambat interaksi kodon-antikodon
antara mRNA dengan tRNA. (Tri Umiana Soleha 2015).

Meskipun sejak awal abad 20 antibiotik sebagai agen


kemoterapi telah sukses dalam memerangi penyakit infeksi
oleh bakteri, namun penyakit infeksi masih menjadi penyebab
utama kematian di seluruh dunia Bakteri penyebab infeksi
telah mengembangkan perlindungan terhadap senyawa
biokimia lingkungan, dan untuk resisten terhadap antibiotik
yang berbahaya bagi mereka. Resistensi mikroorganisme
patogen tersebut memberikan perlindungan terhadap
intervensi kemoterapi antibiotik dan dapat menyebabkan
infeksi yang menjadi lebih sulit untuk disembuhkan. (Tri
Umiana Soleha 2015).

II.4. Uji sensitivitas antibiotik merupakan tes yang digunakan untuk


menguji kepekaan suatu bakteri terhadap suatu antibiotik. Uji
sensitivitas bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari suatu
antibiotic. (Ari Khusuma 2019).

Uji sensitivitas bakteri terhadap suatu antibiotik dapat


dilakukan dengan beberapa cara yaitu: difusi cakram (diffusion
test), pengenceran atau dilusi (dilusi test), antimicrobial
gradient dan short automated instrumen system. Uji
sensitivitas dengan cara difusi merupakan cara yang paling
banyak digunakan karena teknis pemeriksaan lebih mudah
dilakukan. (Ari Khusuma 2019).

a. Metode Difusi

metode difusi agar plate dapat dilakukan dengan cara


Kirby Bauer dengan teknik disc diffusion (cakram disk)
atau bisa juga menggunakan teknik sumuran. Teknik kerja
dari metode Kirby Bauer cukup sederhana dimana teknik
disc diffusion akan lebih mudah dikerjakan dibandingakan
dengan teknik sumuran, akan tetapi uji sensitivitas
menggunakan teknik disc diffusion memiliki harga disk
antibiotik yang relatif mahal sehingga tidak selalu tersedia
ketika dibutuhkan untuk praktikum, sehingga teknik
sumuran menjadi lebih efisien untuk digunakan. (Ari
Khusuma 2019).

Uji sensitivitas dengan teknik sumuran dilakukan


dengan cara membuat suatu lubang atau sumuran pada
media agar plate sehingga antibiotik dapat dimasukkan,
akan tetapi pada saat pembuatan sumuran memiliki
beberapa kesulitan seperti terdapatnya sisa-sisa agar
pada suatu media yang digunakan untuk membuat
sumuran, selain itu juga besar kemungkinan media agar
retak atau pecah disekitar lokasi sumuran sehingga dapat
mengganggu proses peresapan antibiotik kedalam media
yang akan mempengaruhi terbentuknya diameter zona
bening saat melakukan uji sensitivitas, sehingga
diperlukan teknik yang cukup baik untuk mendapatkan
sumuran utuh yang tidak mengganggu kerja dari uji
sensitifitas antibiotik terhadap suatu bakteri. (Ari Khusuma
2019).

b. Metode Dilusi

Metode Dilusi Metode dilusi terdiri dari dua teknik

pengerjaan, yaitu teknik dilusi perbenihan cair dan teknik


dilusi agar yang bertujuan untuk penentuan aktivitas
antimikroba secara kuantitatif, antimikroba dilarutkan
kedalam media agar atau kaldu, yang kemudian ditanami
bakteri yang akan dites. Setelah diinkubasi semalam,
konsentrasi terendah yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri disebut dengan MIC (minimal
inhibitory concentration). Nilai MIC dapat pula
dibandingkan dengan konsentrasi obat yang didapat di
serum dan cairan tubuh lainnya untuk mendapatkan
perkiraan respon klinik. (Tri Umiana Soleha 2015)

BAB III
METODE PENELITIAN
II.1. WAKTU DAN TEMPAT
1. Waktu
Adapun waktu yang digunakan pada praktikum kali ini
Yaitu:
Hari : Selasa
Tanggal : 27 Juli 202
Pukul : 09:00-10:00 WITA
2. Tempat
Adapun tempat dilaksanakan praktikum Bakteriologi di
Laboratorium Mikrobiologi DIV Analisis Kesehatan
Lantai 1 Gedung Di Universitas Megarezky Makassar
III. 2. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Bunsen
Cawan Petri
Rak Tabung
Pinset
Ose Bulat
2. Bahan
Bakteri E. Coli
Media MHA
Mcffarland
Bakteri Uji E. Coli -> NA
Swab Steril
NaCL 0,5
III.3 PROSEDUR KERJA
1. Siapkan alat dan bahan
2. Mengambil satu ose koloni bakteri dari media subkultur,
kemudian suspensikan ke dalam tabung berisi NaCl 0.85
% sampai kekeruhan sama dengan standar McFarland
0.5
3. Menggunakan swab steril, celupkan ke dalam suspensi
bakteri yang sudah sesuai standar, kemudian angkat
swab sambil menekankan pada dinding tabung bagian
dalam dan gores ke media MHA
4. Goreskan swab pada permukaan cawan MHA sampai
seluruh permukaan tertutup rapat dengan goresan-
goresan
5. Goresan dilalukan menyeluruh ke semua permukaan
cawan sampai 3x goresan dengan memutar cawan 90°
setiap kali menggores dengan posisi swab dibolak balik
6. Biarkan cawan MHA di atas meja selama 5 -15 menit
agar suspensi meresap ke dalam agar
III.4 PEMBUATAN MEDIA
a. Media Muler Agar (MHA)
Pertama- tama disiapkan alat dan bahan yang
di
Gunakan kemudian, disterilkan alat dan bahan
yang digunakan Media MHA (Muller Hinton Agar)
dibuat dengan menimbang sejumlah 38 g sesuai
dengan komposisi dengan kemasan (29 beet
extrac. 17. 5 g casein hydrolysate. 2.5 g starch 17
g agar) kemudia dilarutkan dalam 1 l akuades bila
perlu dengan bantuan pemanasan selanjutnya
media disertakan dengan autoklaf pada
suhu121℃ selama 20 menit Media MHA
digunakam pada cawan petri steril, didiamkan
pada suhu kamar hingga memadat. Kemudian
disimpan pada suhu 4℃ (dilemari es)
b. Media NA (Nutrent Agar) Pertama-tama disiapkan
alat dan bahan yang digunakan kemudian
disterilkan alat dan bahan yang digunakan yang
sudah siap dimasukan ke dalam beberapa tabung
reaksi masing-masing sebanyak 5ml kemudian
disterilisasi menggunakan autoklaf selama 15
menit atm, suhu 12℃ tabung reaksi selanjutnya
dimiringkan agar media NA didalamnya membeku
berbentuk miring. Setiap kultur bakteri diambil 1
ose dan digoreskan pada tabung reaksi yang berisi
media NA miring. Bakteri dalam media NA miring
kemudian diinkubasi selama 12-18 jam dalam
inkubator pada suhu 37℃
21Koloni.
III.3.2 Subkultur Bakteri Uji
Subkultur bakteri merupakan prosedur
pemindahan mikro organisme dari suatau media yang
lain.
III.3.3 Membuat Suspensi Bakteri
Mengambil satu ose koloni bakteri dari media
subkultur, kemudian suspensikan ke dalam tabung
berisi NaCl 0.85 % sampai kekeruhan sama dengan
standar McFarland 0.5
Menggunakan swab steril, celupkan ke dalam
suspensi bakteri yang sudah sesuai standar, kemudian
angkat swab sambil menekankan pada dinding tabung
bagian dalam dan gores ke media MHA
III.3.4 Uji Sensivitas
Uji Sensitivitas Antibiotik merupakan suatu
metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri
terhadap zat antibakteri (antibiotik) dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 HASIL PENGAMATAN


Media 1

Antibiotik Kandunga Resisten Intermediet Sensitif


n cakram
Siprolakin 29 mcg 
Gentamisin 21 mcg 
Basitrasin 10 mcg 

Media 2

Antibiotik Kandunga n Resisten Intermediet Sensitif


cakram
Kanamisin 20 mcg 
Ampislin 15 mcg 
Amokslin 12 mcg 

Media 3

Antibiotik Kandungan Resisten Intermediet Sensitif


cakram
Ampislin 30 mcg 
Gentamisin 20 mcg 
Kanamisin 12 mcg 
Media 4

Antibiotik Kandungan Resisten Intermediet Sensitif


cakram
Amokslin 13 mcg 
Basitrasin 10 mcg 
Ampslin 

II.V.2 PEMBAHASAN
Uji Sensitivitas Antibiotik merupakan suatu metode untuk
menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri
(antibiotik) dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki
aktivitas antibakteri.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu uji
sensitivitas dengan metode uji difusi Kirby Bauer dan uji pengenceran
(Dilusi). Seorang ilmuwan dari perancis menyatakan bahwa metode
difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk
mengetahui sensitivitas bakteri.
Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap
pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat
sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat
antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri
menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya
dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang
terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif.
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat
peka terhadap antibiotik atau sensitivitas adalah kepekaan suatu
antibiotik 2 yang masih baik untuk memberikan daya hambat
terhadap mikroba. Intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi
pergeseran dari keadaan sensitif ke keadaan yang resisten tetapi
tidak resisten sepenuhnya. Sedangkan Resisten adalah suatu
keadaan dimana mikroba sudah peka atau sudah kebal terhadap
antibiotik.
Penyebab terjadiya resisten terhadap mikroorganisme adalah
penggunaan antibiotik yang tidak tepat, misalnya penggunaan
dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian yang tidak teratur,
demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama, sehingga
untuk mencegah atau memperlambat terjadinya resisten tersebut,
maka cara pemakaian antibiotik perlu diperhatikan.
Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan
mikroorganisme yang dalam jumlah amat kecil atau rendah bersifat
merusak atau menghambat mikroorganisme lain. Antibiotik
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi terutama di bidang kesehatan,
karena kegunaanya dalam mengobati berbagai penyakit infeksi.
Adanya penemuan antibiotik-antibiotik baru sangat dibutuhkan dalam
bidang kedokteran karena banyak kuman yang telah resisten
terhadap antibiotik-antibiotik yang sudah ada. Untuk itu perlu
dilakukan penelitian eksplorasi untuk mendapatkan isolasi bakteri
yang dapat menghasilkan antibiotik. Antibiotik banyak dihasilkan oleh
alga, lichen, tumbuhan tingkat tinggi, hewan tingkat rendah,
vertebrata dan mikroorganisme.
Antibiotik sering digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit infeksi bakterial. Dalam melakukan terapi dengan
menggunakan antibiotik guna penanggulangan penyakit infeksi
bakterial, kadang diperlukan pemeriksaan kepekaan (tes sensitivitas)
kuman terhadap antibiotik yang tersedia, karena pada masa kini telah
banyak ditemukan kuman yang resisten terhadap antibiotik.
metode difusi agar plate dapat dilakukan dengan cara Kirby
Bauer dengan teknik disc diffusion (cakram disk) atau bisa juga
menggunakan teknik sumuran. Teknik kerja dari metode Kirby Bauer
cukup sederhana dimana teknik disc diffusion akan lebih mudah
dikerjakan dibandingakan dengan teknik sumuran, akan tetapi uji
sensitivitas menggunakan teknik disc diffusion memiliki harga disk
antibiotik yang relatif mahal sehingga tidak selalu tersedia ketika
dibutuhkan untuk praktikum, sehingga teknik sumuran menjadi lebih
efisien untuk digunakan.
Metode Dilusi Metode dilusi terdiri dari dua teknik pengerjaan,
yaitu teknik dilusi perbenihan cair dan teknik dilusi agar yang
bertujuan untuk penentuan aktivitas antimikroba secara kuantitatif,
antimikroba dilarutkan kedalam media agar atau kaldu, yang
kemudian ditanami bakteri yang akan dites. Setelah diinkubasi
semalam, konsentrasi terendah yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri disebut dengan MIC (minimal inhibitory
concentration). Nilai MIC dapat pula dibandingkan dengan
konsentrasi obat yang didapat di serum dan cairan tubuh lainnya
untuk mendapatkan perkiraan respon klinik.
BAB V
PENUTUP
V.I KESIMPULAN
Berdasekan uji sensitivitas antbiotic diambil kesimpulan bahwa
bakteri E. coli resisten terhadap Ampiclin, amokslin, sensitive terhadap
genatasimin, siprolaksin, kanamisin, intermediet terhadap basitrasin.

V.I SARAN

Diharapkan kepada praktikum untuk menggunakan APD saat


melakukan praktikum ini, seabab kemungkinan dampaknya akan
menimbulkan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Ari Kusuma (2019) Uji Teknik Difusi Menggunakan Kertas Saring Media
Tampung Antibiotik dengan Escherichia Coli Sebagai Bakteri Uji Vol. 13 No. 2

Debi Arivo (2017) Uji Sensitivitas Antibiotik Terhadap Escherichia Coli


Penyebab Infeksi Saluran Kemih Vol. 4 No. 4

Oksfriani Jufri Sumampouw (2018) Uji Sensitivitas Antibiotik Terhadap Bakteri


Escherichia Coli Penyebab Diare Balita Di Kota Manado Vol 2. No 1

Tri Umiana Soleha (2015) Uji Kepekaa Terhadap Antibiotik Vol 1. No.5

Anda mungkin juga menyukai