Anda di halaman 1dari 3

Islam telah menggariskan aturan dan adab-adab kehidupan yang semestinya diterapkan oleh

setiap muslim dalam kehidupan mereka, baik dalam perkara besar ataupun kecil yang
nampaknya sepele. Diantara adab yang diatur islam adalah adab ketika menguap. Walaupun hal
ini sering ada dalam keseharian kita, tapi sebagian umat islam nampaknya belum terlalu paham
tentang adab-adab dalam masalah ini padahal ia merupakan adab dan sunnah islami yang sangat
dianjurkan.

Adab-Adab Menguap
1.Seorang muslim dianjurkan untuk tidak menyukai perbuatan menguap, diantara sebabnya
adalah :
-Allah ta’ala juga membenci perbuatan menguap, dan kita diwajibkan untuk membenci apa
yang dibenci oleh Allah ta’ala.
-Menguap berasal dari syaithan, dan segala sesuatu yang bersumber darinya adalah hal yang
buruk dan berbahaya. Sebab itu setiap perbuatan atau hal yang buruk selalu disandarkan pada
syaithan karena dialah yang merupakan penyebab dan perantara terjadinya hal buruk tersebut.
-Sebab adanya menguap adalah karena banyak makan dan minum sehingga menyebabkan
keseringan ngantuk yang berimbas pada sikap malas untuk beribadah dan beraktifitas. Dan
diantara alasan menguap ini disandarkan pada syaithan, adalah karena menguap ini dapat
mengundang pada syahwat karena disebabkan oleh rasa kenyang dan rasa berat untuk
beraktifitas yang positif. Sebagaimana diungkapkan oleh Imam Nawawi dalam Syarah Shahih
Muslim (18/122).

Dalam hadis, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda :


” ‫ فإنما هو من‬:‫ وأما التثاؤب‬،‫ فحق على كل مسلم سمعه أن يشمته‬،‫ فإذا عطس فحمد هللا‬،‫ ويكره التثاؤب‬،‫إن هللا يحب العطاس‬
‫ ضحك منه الشيطان‬،‫ ها‬:‫ فإذا قال‬،‫ فليرده ما استطاع‬،‫” الشيطان‬
“Sesungguhnya Allah ta’ala membenci perbuatan menguap dan menyukai bersin, jika ia bersin
maka hendaknya memuji Allah ta’ala (dengan mengucapkan “Alhamdulillah”, dan wajib bagi
muslim yang mendengarnya untuk mengucapkan padanya doa “Yarhamukallaah” (Semoga
Allah merahmatimu).Adapun menguap maka ia berasal dari syaithan sebab itu hendaknya ia
menahannya semampunya, karena jika ia telah menguap maka syaithan akan menertawainya”.
(HR Bukhari : 6223).

2.Jika hendak menguap maka harus berusaha menahannya dengan cara mengatupkan mulut
rapat-rapat dan tidak membukanya, sambil menutup mulut dengan tangan kiri karena tangan
kiri digunakan untuk memegang sesuatu yang kotor , Sebagaimana dalam hadis Abu Said Al-
Khudri :
«‫ فإن الشيطان يدخل‬،‫ فليمسك بيده على فيه‬،‫»إذا تثاءب أحدكم‬
“Jika salah seorang diantara kamu menguap, hendaknya menutup mulutnya dengan tangannya,
karena syaithan akan masuk (lewat mulutnya)”.(HR Muslim : 2995).

3.Dan ini sangat dianjurkan bila dalam keadaan shalat, agar tidak memberikan kesempatan pada
syaithan untuk mengganggunya: sebagaimana dalam riwayat Muslim yang lain : “Jika salah
seorang diantara kamu menguap, hendaknya menutup mulutnya dengan tangannya, karena
syaithan akan masuk (lewat mulutnya)”.
Sebagian ulama menganggap bahwa menguap dalam shalat hukumnya makruh, kecuali bila
dapat ditahan, dan bila dating tatkala shalat hendaknya ia harus menahannya semampunya, agar
syaithan tidak mempermainkannya dalam shalat.

4.Seharusnya tidak menguap dihadapan orang-orang atau ketika shalat dan beribadah, jika
terpaksa maka harus berusaha menahannya dengan cara yang telah disebutkan sebelumnya.

5.Tidak disunnahkan membaca ta’awwudz (A’udzubillaahi minasysyaithanirrajim) atau doa dan


dzikir lainnya ketika menguap, yang disunatkan adalah tidak membaca doa apapun, karena
tidak ada dalil yang menunjukkan adanya doa khusus tatkala menguap.

6.Orang yang sedang membaca Al-Quran, ketika menguap hendaknya menghentikan dulu
bacaannya sebentar hingga selesai menguap karena menguap dapat merubah bacaan dan huruf-
huruf yang diucapkan. Hal ini juga merupakan anjuran dari para tabiin diantaranya Mujahid dan
Ikrimah.
Oleh Maulana La Eda, L.c

Agama Islam mengajarkan manusia akhlak-akhlak yang mulia dan melarang manusia dari akhlak-akhlak yang
tercela. Diantara akhlak mulia dalam Islam adalah Islam mengajarkan adab ketika menguap.
Yang hendaknya dilakukan ketika menguap
Diantara adab yang diajarkan Islam ketika menguap adalah berusaha menahannya sebisa mungkin. Tidak
membiarkan mulutnya ternganga dan terbuka ketika menguap. Dari Abu
Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ُ َ‫ َوَأ َّما التَّث‬، ُ‫ش ِّمتَه‬
‫اُؤب فَِإنَّ َما ه َُو‬ َ ُ‫س ِم َعهُ َأنْ ي‬ َ َ‫ فَِإ َذا َعط‬، ‫اُؤب‬
ٌّ ‫س فَ َح ِم َد هَّللا َ فَ َح‬
ْ ‫ق َعلَى ُك ِّل ُم‬
َ ‫سلِ ٍم‬ َ َ‫ َويَ ْك َرهُ التَّث‬، ‫اس‬
َ َ‫ِإنَّ هَّللا َ يُ ِح ُّب ا ْل ُعط‬
ُ‫ش ْيطَان‬
َّ ‫ض ِحكَ ِم ْنهُ ال‬َ ‫ هَا‬: ‫ستَطَا َع فَِإ َذا قَا َل‬ ْ ‫ش ْيطَا ِن فَ ْليَ ُر َّدهُ َما ا‬
َّ ‫ِمنْ ال‬
“sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan tidak menyukai tasa’ub (menguap). Jika seseorang bersin maka
ucapkanlah hamdalah, dan merupakan hak baginya terhadap setiap muslim yang mendengarnya untuk ber-
tasymit. Adapun menguap, itu dari setan. Maka hendaknya ia menahannya sebisa mungkin. Jika ia menguap
sampai mengeluarkan suara “hah” maka setan pun tertawa” (HR. Bukhari no. 6223, Muslim no. 2994).

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:


‫ فَِإ َّن ال َّش ْيطَانَ يَ ْد ُخ ُل‬، ‫ب َأ َح ُد ُك ْم فَ ْليُ ْم ِس ْك بِيَ ِد ِه َعلَى فِي ِه‬َ ‫ِإ َذا تَثَا َو‬
“Jika kalian menguap maka tutuplah mulutnya dengan tangannya. Karena setan akan masuk”
Dalam lafadz yang lain:
‫صاَل ِة فَ ْليَ ْك ِظ ْم َما ا ْستَطَا َع‬
َّ ‫ب َأ َح ُد ُك ْم فِي ال‬ َ ‫او‬ َ َ‫ِإ َذا تَث‬
“Jika kalian menguap dalam shalat maka tahanlah sebisa mungkin” (HR. Muslim no. 2995).
Ibnu Allan Asy Syafi’i mengatakan:
‫ فإن لم يندفع بذلك فبوضع اليد عليه‬، ‫ وذلك بإطباق فيه‬، ‫أي قدر استطاعته‬
“Maksudnya tahanlah sebisa mungkin. Yaitu dengan melakukan ithbaq (menggabungkan bibir). Jika tidak bisa
ditahan maka dengan meletakkan tangan di mulut” (Dalilul Falihin, 6/175).
Dari dalil-dalil di atas, bisa kita simpulkan bahwa yang pertama kali diusahakan ketika menguap adalah
menahan mulut dengan menggabungkan bibir. Jika tidak mampu maka baru menggunakan tangan. Kemudian
bersamaan dengan itu, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara apapun baik suara “hah” atau suara apapun.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan:
.‫ أنه يضع يده على فيه‬:‫ الثاني‬.‫ يضم فمه ما استطاع حسب الطاقة‬:‫ أنه يكظم ما استطاع يعني‬:‫ األمر األول‬.‫إذا حصل التثاؤب يشرع له أمور عدة‬
‫ بل يحفظ لسانه وال يتكلم بشيء ال قليل وال كثير‬،‫ هاه‬:‫ أنه ال يقول‬:‫الثالث‬
“Jika menguap, disyariatkan beberapa perkata:
Pertama, menahan mulut sebisa mungkin, yaitu dengan cara menggabungkan bibir sebisa mungkin.
Kedua, (jika tidak mampu maka) meletakkan tangan di mulutnya.
Ketiga, menjaga lisannya agar tidak berkata-kata baik sedikit maupun
banyak” (https://binbaz.org.sa/fatwas/8418).

Menutup mulut dengan tangan kanan atau kiri?


Sebagian ulama menganjurkan untuk menutup mulut dengan tangan kiri. Karena menguap adalah keburukan,
sehingga lebih didahulukan tangan kiri. Sebagaimana kaidah yang ditetapkan sebagian ulama:
‫ وتقديم الشمال في كل ما كان من باب المهانة‬، ‫تقديم اليمين في كل ما كان من باب الكرامة‬
“Didahulukan tangan kanan dalam semua perkara yang mulia. Dan didahulukan tangan kiri dalam semua
perkara yang hina”.

Namun masalah ini longgar, yang penting berusaha menutup mulut ketika menguap. Syaikh Muhammad bin
Shalih Al Utsaimin ketika ditanya: “apakah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika menguap beliau
menutup tangannya dengan tangan kanan atau tangan kiri ataukah keduanya bersamaan?”. Beliau menjawab:
‫ وإنما ورد ذلك من قوله حيث أمر صلى هللا عليه وسلم الرجل عند التثاؤب‬، ‫ال أعلم أن النبي صلى هللا عليه وسلم كان يضع يده على فمه إذا تثاءب‬
‫ المهم أن ال‬، ‫ ويضع اليد اليمنى أو اليسرى‬، ‫ يمنع فتح فمه ما استطاع – فإن لم يستطع فليضع يده على فمه‬: ‫ أو المرأة – أن يكظم – يعني‬: ‫– يعني‬
‫يبقي فمه مفتوحا ً عند التثاؤب‬
“Tidak kami ketahui ada hadits tentang Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menutup tangannya ketika menguap.
Yang ada adalah hadits berisi perintah beliau kepada orang yang menguap. Yaitu dengan menahan mulutnya
agar tidak terbuka sebisa mungkin. Jika tidak mampu ditahan, maka letakkanlah tangan di mulutnya. Boleh
dengan tangan kanan atau tangan kiri. Yang penting tidak membiarkan mulut terbuka ketika menguap” (Fatawa
Nurun ‘alad Darbi, 13/61).

Menguap di tengah shalat


Menguap tanpa ada usaha untuk menahannya atau menutupnya atau mengeluarkan suara ketika itu, hukumnya
makruh. Dan jika dilakukan di dalam shalat lebih makruh lagi. Dan menguap ketika shalat adalah bentuk upaya
setan untuk menganggu orang yang shalat. Sebagaimana dalam riwayat lain yang disebutkan oleh Imam
Muslim di atas:
‫صاَل ِة فَ ْليَ ْك ِظ ْم َما ا ْستَطَا َع‬
َّ ‫ب َأ َح ُد ُك ْم فِي ال‬ َ َ‫ِإ َذا تَث‬
َ ‫او‬
“Jika kalian menguap dalam shalat maka tahanlah sebisa mungkin” (HR. Muslim no. 2995).

Dan hendaknya orang yang shalat berusaha menghindarkan dirinya dari sebab-sebab yang bisa membuat ia bisa
menguap dalam shalat. Dengan mempersiapkan dirinya semaksimal mungkin sebelum shalat. Dan meminta
pertolongan dan perlindungan Allah sebelum shalat agar tidak diganggu oleh setan dalam shalatnya.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/50986-adab-islam-ketika-menguap.html

Anda mungkin juga menyukai