Anda di halaman 1dari 4

،‫ َوَعَلى آِلِه َوَصْحِبِه َوَمْن َواَلاُه‬،‫ َوالَّصَلاُة َوالَّسَلاُم َعَلى َسِّيِدَنا ُمَحَّمٍد َرُسْوِل اللِه‬،‫َاْلَحْمُد ِلّٰلِه‬

‫َوَأْشَهُد َأْن َّلا ِإلَه ِإَّلا اللُه َوْحَدُه َلا َشِرْيَك َلُه َوَأْشَهُد َأَّن َسِّيَدَنا ُمَحَّمًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه َلا َنِبَّي‬
‫ َوَتَزَّوُدوا َفِإَّن َخْيَر‬:‫ َفِإِّني ُأْوِصْيُكْم َوَنْفِسْي ِبَتْقَوى اللِه اْلَقاِئِل في ُمْحَكِم ِكَتاِبِه‬،‫ َأَّما َبْعُد‬.‫َبْعَدُه‬
‫ َيْرَفِع الّٰلُه اَّلِذْيَن ٰاَمُنْوا ِمْنُكْۙم َواَّلِذْيَن‬:‫ َوَقاَل‬.‫ َواَّتُقوِن َيا ُأوِلي اْلَأْلَباب‬،‫الَّزاِد الَّتْقَوى‬
‫ُاْوُتوا اْلِعْلَم َدَرٰجٍۗت‬

Jamaah Rahimakumullah
Adalah nikmat yang demikian berharga bila di kesempatan Jumat ini kita dipertemukan di
rumah Allah yang demikian istimewa. Apalagi bonus yang dapat diterima adalah berjumpa
dengan tetangga, sahabat, rekan bisnis dan mungkin juga saudara baru sesama muslim yang
tidak didapat di kesempatan lain. Karenanya, mari kesempatan yang ada dimanfaatkan
dengan sebaik mungkin. Termasuk Bersama saling mengingatkan untuk meningkatkan
takwallah yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Dengan demikian
diharapkan kita termasuk insan yang beruntung.

Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah


Sebuah pepatah bahasa Arab menyatakan bahwa keselamatan seseorang bergantung pada
cara bagaimana ia menjaga lisannya. Pepatah itu menyatakan:
‫َسَلاَمُة ْاِإلْنَساِن ِفي ِحْفِظ الِّلَساِن‬

Artinya: Keselamatan manusia terletak dalam menjaga lisannnya.

Pepatah itu mengingatkan sedemikian kuat hubungan antara keselamatan seseorang dengan
kemampuan menjaga lisannya. Dalam kaitan ini, allamah Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad
dalam kitabnya yang berjudul: Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudhâharah wal Muwâzarah (Dar
Al-Hawi, 1994, halaman: 83-84) menasihatkan tujuh adab menjaga lisan sebagai berikut:

1. Hendaklah tidak melibatkan diri dalam hal yang tidak ada gunanya.

Bergaul adalah baik dan dianjurkan, tetapi dalam pergaulan harus dihindari hal-hal yang tak
ada gunanya dan apalagi mendatangkan madharat, seperti ghibah atau menggunjing.
Mencampuri urusan orang lain yang jelas-jelas bukan kewenangan kita juga termasuk hal-hal
yang semestinya dihindari sebab tidak jarang menimbulkan ketidak-senangan dari pihak yang
merasa dilangkahi atau dicampuri urusannya.

Kadang-kadang kita menerima curhat dari seseorang. Kita tentu saja boleh memberikan
masukan-masukan agar permasalahan yang dihadapi segera terselesaikan. Tetapi kita harus
sadar sejauh mana kita boleh memberikan masukan agar tidak terlalu jauh masuk ke wilayah
orang lain. Hal seperti ini bisa menimbulkan masalah baru jika ada pihak-pihak yang merasa
telah diganggu wilayah kewenangannya.

Jamaah yang Berbahagia

2. Jangan bersumpah demi Allah kecuali mendesak


Sering menyebut nama Allah tentu saja baik sebab merupakan dzikir. Tetapi jika
penyebutannya merupakan sumpah yang bersifat main-main, hal ini tentu saja tidak baik.
Sumpah dengan berucap ‫ والله‬atau demi Allah dapat dibenarkan jika bersifat sungguh-
sungguh.
Imam al-Harits al-Muhasibi dalam kitabnya berjudul Risâlah al-Mustarsyidin halaman 136
mengingatkan kita untuk tidak sering-sering bersumpah sebagaimana kutipan berikut:

‫َوَلا ُتْكِثِر اْلَأْيَماَن َوِإْن ُكْنَت َصاِدًقا‬

Artinya: Dan janganlah sering bersumpah meskipun engkau benar.

Jadi, sekalipun kita jujur dan dalam posisi benar, janganlah kita mengobral sumpah apalagi
disertai dengan ucapan ‫ والله‬atau demi Allah. Namun dalam keadaan genting atau
mendesak, seperti dalam proses hukum di pengadilan, bersumpah demi Allah adalah tepat.

Jamaah Rahimakumullah
3. Hindarilah segala kebohongan karena berlawanan dengan iman

Secara umum berbohong adalah dosa kecuali keadaan memaksa demi kemaslahatan bersama
yang lebih luas. Artinya sebagian besar kebohongan adalah haram sehingga sebanyak
mungkin harus dihindari.

Sudah banyak terbukti kebohongan sebetulnya tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga
kepada orang lain yang mempercayainya. Kekacauan bisa timbul akibat kebohongan berupa
fitnah yang tersebar dan dipercayai masyarakat. Tidak jarang terjadi kerusuhan dalam
masyarakat bermula dari maraknya kabar bohong atau hoaks.

Rasulullah bersabda bahwa kebohongan merupakan salah satu tanda orang munafik
sebagaimana hadits berikut:

‫ َوِإَذا اْؤُتِمَن َخاَن‬، ‫ َوِإَذا َوَعَد َأْخَلَف‬، ‫آَيُة اْلُمَناِفِق َثَالٌث ِإَذا َحَّدَث َكَذَب‬

Artinya: Pertanda orang munafik ada tiga: Apabila berbicara bohong, apabila berjanji
mengingkari janjinya dan apabila dipercaya berbuat khianat. (HR al-Bukhari).

Jamaah Hafidhakumullah
4. Jauhkan dari pergunjingan dan fitnah serta bercanda secara keterlaluan

Menggunjing, memfitnah, dan bercanda yang kelewatan adalah tidak baik. Seorang muslim
hendaklah selalu berusaha menghindari ketiga hal ini karena berpotensi besar menimbulkan
ketidak-nyamanan dan bahkan permusuhan.

Dalam Islam menggunjing diibaratkan memakan bangkai saudara sendiri yang telah mati.
Fitnah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, adalah lebih kejam dari pada pembunuhan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

‫َواْلِفْتَنُة َأَشُّد ِمَن اْلَقْتِۚل‬

Artinya: Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. (Al-Baqarah: 91).


Demikian pula bercanda yang keterlaluan atau kelewat batas tidak hanya sia-sia tetapi juga
bisa membuat orang lain marah karena merasa tersinggung.

5. Hindarilah setiap ucapan keji

Dan hal kelima yang harus diingat adalah bahwa berbicara kepada orang lain adalah salah
satu cara berkomunikasi dalam kerangka silaturrahim. Hal ini tentu saja baik. Tetapi jika dalam
pembicaraan itu mengandung ucapan-ucapan keji sudah pasti tidak baik. Sebab Islam justru
menganjurkan supaya kita berbicara yang baik.

Oleh karena itu, ucapan-ucapan keji seperti misuh-misuh dan hujatan-hujatan dengan
menggunakan kata-kata kotor harus dihindari sebanyak mungkin demi kerukunan dan
perdamaian bersama. Hal ini berlaku untuk semua pihak karena pada dasarnya persoalan
kerukunan dan perdamaian menjadi tanggung jawab bersama.

Jamaah yang Berbahagia

6. Menjaga dari ucapan kurang baik apalagi tercela

Ucapan yang kurang baik, apalagi yang tercela harus dihindari sebanyak mungkin. Contoh dari
ucapan yang kurang baik adalah penggunaan kata-kata yang menghina atau merendahkan
orang lain. Atau ungkapan-ungkapan yang menampakkan kesombongan baik di mata manusia,
dan apalagi di hadapan Allah Subhanahu Wa Taala.

Untuk menghindari hal seperti itu, sebaiknya kita membiasakan diri tawadhu atau rendah hati
kapanpun dan di manapun kita berada. Kebiasaan yang baik seperti itu akan lebih menjamin
keselamatan dan nama baik kita baik hadapan manusia maupun di hadapan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala. Di akhirat pun kita akan selamat dari ancaman api neraka karena neraka adalah
tempat yang sesuai bagi orang-orang sombong.

Jamaah yang Dirahmati Allah

7. Pikirkan baik-baik yang akan diucapkan

Dengan demikian jika hal yang akan disampaikan itu baik, katakanlah. Akan tetapi jika tidak,
hendaknya diam. Karena sebuah pepatah menyatakan: Pikir dahulu pendapatan, sesal
kemudian tak berguna. Pepatah ini sejalan dengan apa yang dinasihatkan oleh allamah Sayyid
Abdullah al-Haddad di atas. Jadi pada prinsipnya kita tidak boleh grusa-grusu dalam berucap
atau mengucapkan sesuatu tanpa mempertimbangkan tentang manfaat dan madharatnya.

Harus pula kita pertimbangkan sebelumnya tentang dampak atau risiko terhadap diri sendiri
atau orang lain dari apa yang akan kita katakan. Sekiranya tidak ada manfaat dan bahkan
membawa madharat baik bagi diri sendiri maupun orang lain, maka sebaiknya kita urungkan
niat kita untuk mengatakan sesuatu tersebut. Sikap memilih diam demi menjaga semua pihak
seperti ini sangat berharga karena diam adalah emas sebagaimana kata pepatah.
Hadirin Rahimakumullah

Demikianlah ketujuh adab menjaga lisan sebgaimana nasihat Sayyid Abdullah bin Alawi al-
Haddad yang patut kita perhatikan baik-baik. Semoga kita termasuk orang-orang yang
mendapat rahmat dan pertolongan dari Allah Subhanahu Wa Taala sehingga dapat
melaksanakan ketujuh adab tersebut dengan sebaik-baiknya. Dengan cara ini insyaallah lisan
kita akan terjaga dari hal-hal yang dapat mengancam keselamatan baik di dunia maupun di
akhirat. Amin ya rabbal alamin.

‫باَرَك اللُه ِلي وَلُكْم ِفي اْلُقْرءاِن اْلَعِظيِم وَنَفَعِني وِإَّياُكْم ِمَن اْلآياِت َوالِّذْكِر اْلَحِكيِم َأُقُل‬
‫َقْوِلي هذا َوَأْسَتغِفُر اللَه ِلْي وَلُكْم وِلَجِميِع اْلٌمسِلِمين فاْسَتْغِفُرْوُه ِإَّنه تعالى َجواٌد َكِريٌم َمِلُك َبٌّر‬
‫َرُءْوٌف َرِحيٌم‬.

Anda mungkin juga menyukai