Anda di halaman 1dari 8

BAHAYA GHIBAH / MENGGUNJING

Sebagai agama yang sempurna, Islam mengajak bicara akal, hati, perasaan, jiwa, akhlak dan
pendidikan. Agama yang mulia ini menggariskan adanya peraturan-peraturan agar seorang
muslim dapat memiliki hati yang selamat, perasaan yang bersih, menjaga kehormatan lisan, dan
menjaga rahasia pribadinya, serta dapat berakhlak mulia terhadap Rabb-nya, dirinya dan seluruh
manusia.
Karena sesungguhnya syariat Islam datang untuk menjaga 5 hal; Agama, Jiwa, Akal,
Kehormatan, dan Harta.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اْج َتِنُبوا َك ِثيًرا ِم َن الَّظِّن ِإَّن َبْع َض الَّظِّن ِإْثٌم ۖ َو اَل َتَج َّسُسوا‬
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.
[al Hujurat/49 : 12].
Ini merupakan jawaban atas fenomena ghibah yang kita lihat saat ini. Yakni, agar kita terhindar
dari perbuatan ghibah (menggunjing), mencari-cari kesalahan orang lain. Karena menggunjing
ini dapat menyebabkan terlanggarnya kehormatan, terancamnya keselamatan hati dan
terganggunya ketenangan di masyarakat.
Perbuatan ghibah / menggunjing, merupakan salah satu dosa besar yang membinasakan, merusak
agama para pelaku yang terlibat dalam majelis ghibah tersebut, baik sebagai pelaku ataupun
orang yang rela mendengarkannya.
A. Pengertian
Ghibah adalah Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk
didengarkan orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

‫ َقاُلوا ُهَّللا‬.» ‫ َقاَل « َأَتْد ُروَن َم ا اْلِغ يَبُة‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َع ْن َأِبى ُهَر ْيَر َة َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا‬
‫ ِقيَل َأَفَر َأْيَت ِإْن َك اَن ِفى َأِخ ى َم ا َأُقوُل َقاَل « ِإْن‬.» ‫ َقاَل « ِذ ْك ُرَك َأَخ اَك ِبَم ا َيْك َر ُه‬. ‫َو َر ُسوُلُه َأْع َلُم‬
» ‫َك اَن ِفيِه َم ا َتُقوُل َفَقِد اْغ َتْبَتُه َو ِإْن َلْم َيُك ْن ِفيِه َفَقْد َبَهَّتُه‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan
orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika
tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim no. 2589).
Imam Nawawi: Ghibah adalah menyebutkan kejelekan orang lain di saat ia tidak ada saat
pembicaraan. (Syarh Shahih Muslim, 16: 129).

Dalam Al Adzkar (hal. 597), Imam Nawawi rahimahullah menyebutkan, “Ghibah adalah
sesuatu yang amat jelek, namun tersebar dikhalayak ramai. Yang bisa selamat dari
tergelincirnya lisan seperti ini hanyalah sedikit. Ghibah memang membicarakan sesuatu
yang ada pada orang lain, namun yang diceritakan adalah sesuatu yang ia tidak suka untuk
diperdengarkan pada orang lain.
B. Istilah – istilah yang berhubungan dengan Ghibah
Menggunjing orang lain, tidak lepas dari salah satu dari tiga istilah, yang semuanya disebutkan di
dalam Al Qur`an. Yaitu :
1. Ghibah, yaitu apabila yang Anda sebutkan tentang saudara Anda itu ada padanya.
2. Ifku, yaitu Apabila Anda menyampaikan semua yang Anda dengar tentang saudara Anda
3. Buhtan, yaitu apabila yang Anda sebutkan tidak ada pada diri saudaramu, maka ini
adalah buhtan.

C. Hukum Ghibah / Menggunjing


Ghibah diharamkan berdasarkan Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’ Ulama. Sebagaimana yang
dppahami dalam kaidah ushul fikih bahwa lafadz larangan asalnya menghasilkan hukum haram.
Dan Ghibah termasuk dari dosa-dosa besar.
Firman Allah subhanahu wata’ala:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا اْج َتِنُبْو ا َك ثيًرا ِم َن الَّظِّن ِإَّن َبْع َض الَّظِّن ِإثٌم ۖ َو اَل َتَج َّس ُسْو ا َو اَل َيْغ َتْب َبْعُض ُك ُم َبْعًضاۚ َأُيِح ُّب‬
‫َأَح ُد ُك م َأْن َيأُك َل َلْح َم َأِخ ْيِه َم ْيًتا َفَك ِر ْهُتُم ْو ُهۚ َو اَّتُقْو ا َهَّللاۚ ِإَّن َهَّللا َتّواٌب َر حيٌم‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak prasangka. Sesungguhnya sebagian
prasangka itu dosa. Janganlah kamu mencari kesalahan orang lain dan jangan di antara kalian
menggunjing sebagian yang lain. Apakah di antara kalian suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? tentu kalian akan merasa jijik. Bertakwalah kalian pada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 12)

‫ حَّرم هللا أن ُيغتاب المؤمن بشيء كما حَّرم الميتة‬:‫قال ابن عباس‬
Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu berkata ; Allah telah mengharamkan untuk menggibahi /
menggunjing seorang mukmin sedikitpun sebagaimana Allah telah mengharamkan memakan
bangkai sedikitpun.
Ibnu Katsir menjelaskan dalam Tafsirnya bahwa pada ayat ini terdapat pelarangan dari perbuatan
ghibah.
Penjelasan hal tersebut sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah yang telah disebutkan
sebelumnya.
Ghibah tetap haram, baik itu sedikit atau banyak sebagaimana dijelaskan dalam Sunan Abu
Dawud (4875), diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:

‫ َلَقْد ُقْلِت َك ِلَم ًة َلْو ُم ِز َج ْت ِبَم اِء اْلَبْح ِر َلَم َز َج ْتُه‬: ‫ َفَقاَل‬.‫ َقاَل َغ ْيُر ُمَس َّد ٍد َتْع ِنْي َقِص ْيَر ًة‬.‫َح ْس ُبَك ِم ْن َص ِفَّيَة َك َذ ا َو َك َذ ا‬.
“Wahai Rasulullah, cukuplah menjadi bukti bagimu kalau ternyata Shafiyah itu memiliki sifat
demikian dan demikian.” Salah seorang periwayat hadits menjelaskan maksud ucapan ‘Aisyah,
yaitu bahwa Shafiyah itu orangnya pendek. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Sungguh engkau telah mengucapkan sebuah kalimat yang seandainya
dicelupkan ke dalam lautan maka niscaya akan merubahnya”. Hadits ini dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Abu Dawud.
Sebagaimana juga dalam kitab Shahihain, hadits dari Abu Bakrah radhiyallahu
‘anhu bahawasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

.‫ِإَّن ِد َم اَء ُك ْم َو َأْم َو اَلُك ْم َحَر اٌم َع َلْيُك ْم َكُحْر َم ِة َيْو ِم ُك ْم َهَذ ا ِفْي َشْهِر ُك ْم َهَذ ا ِفْي َبَلِد ُك ْم َهَذ ا‬
“Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian (juga kehormatan kalian) adalah haram
di antara kalian seperti haramnya hari ini, bulan ini, dan negeri ini.”
‫ َال َتَح اَس ُدوا َو َال َتَناَج ُش وا َو َال‬: ‫لم‬¢¢‫ه وس‬¢¢‫لى هللا علي‬¢¢‫ َق اَل َر ُس ْو ُل ِهللا ص‬: ‫َع ْن َأِبي ُهَر ْي َر َة َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه َق اَل‬
‫ اْلُم ْس ِلُم َأُخ و اْلُم ْس ِلِم َال َيْظ ِلُم ُه َو َال‬.‫َتَباَغُضوا َو َال َتَداَبُروا َو َال َيِبْع َبْعُض ُك ْم َع َلى َبْيِع َبْع ٍض َو ُك ْو ُنوا ِعَباَد ِهللا ِإْخ َو انًا‬
‫ الَّتْقَو ى َهُهَنا –َو ُيِش ْيُر ِإَلى َص ْد ِر ِه َثَالَث َم َّراٍت – ِبَح َسِب اْم ِرٍئ ِم َن الَّش ِّر َأْن َيْح ِق َر‬.‫َيْخ ُذُلُه َو َال َيْك ِذ ُبُه َو َال َيْح ِقُر ُه‬
)‫ ُك ُّل اْلُم ْس ِلِم َع َلى اْلُم ْس ِلِم َحَر اٌم َد ُم ُه َو َم اُلُه َو ِع ْر ُضُه (رواه مسلم‬، ‫َأَخاُه اْلُم ْس ِلَم‬
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam
bersabda: Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan
hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah
kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang
lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak
menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang
muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim
yang lain; haram darahnya, hartanya dan kehormatannya “ (Riwayat Muslim).
Ghibah diharamkan oleh ijma’. Tidaklah ghibah diharamkan, kecuali jika di sana
mendatangkan maslahat sebagaimana Allah ta’ala telah menyerupakan gibah seperti seseorang
memakan daging manusia yang mati dalam firman-Nya yang artinya: “Apakah di antara kalian
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentu kalian akan merasa jijik”. Maknanya
adalah sebagaimana kalian membenci watak atau perbuatan ini maka tentulah kalian membenci
terjurumus ke dalamnya.
Oleh karena itu, ghibah sangatlah berbahaya maka hendaknya seseorang agar senantiasa waspada
terhadap diri sendiri agar tidak terjerumus dalam perbuatan yang diharamkan. Adapun jika
sudah terlanjur terjatuh ke dalamnya maka hendaknya kita bersegera untuk bertaubat.
D. Sarana yang digunakan untuk mengghibah
Dalam Majma’ Al Anhar (2: 552) segala sesuatu yang ada maksud untuk mengghibah
termasuk dalam ghibah dan hukumnya haram.

Cara ghibah bisa jadi melakui lisan, tulisan, isyarat baik dengan mata, tangan, kepala atau
semisal itu.

E. Hal hal yang dijadikan bahan ghibah / gunjingan


Yaitu sesuatu yang diceritakan bisa jadi pada badan, agama, dunia, diri, akhlak, bentuk
fisik, harta, anak, orang tua, istri, pembantu, budak, pakaian, cara jalan, gerak-gerik,
wajah berseri, kebodohan, wajah cemberutnya, kefasihan lidah, atau segala hal yang
berkaitan dengannya.

F. Sebab orang melakukan ghibah


1. Lemahnya Iman
2. Berteman dengan orang orang yang buruk akhlaknya
3. Hasad
4. Cinta dunia

‫ وكره أن‬،‫ ما ِم ن أحد أحَّب الرياسة إال حَس د وَبغى وتتَّبع عورات الناس‬:‫يقول الفضيل بن عياض‬
.‫ُيذكر أحٌد بخير‬
Berkata Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah; Tidaklah seseorang yang suka mengejar
kedudukan melainkan dia akan suka hasad dan memusuhi serta mencari-cari celah
dan kesalahan orang lain dan dia tidak suka bila ada orang yang disebut dengan
.kebaikan

5. Waktu luang

G. Bahaya Ghibah
1. Bahaya di Dunia
- Dibenci oleh manusia
- Allah Akan membuka Aibnya juga di dunia ini.
Dalam Sunan At-Tirmidzi (2032) dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:
“Rasulullah dulu berdiri di atas mimbar lalu menyeru dengan suara yang
keras: ’Wahai sekumpulan manusia yang merasa aman dengan lisan dan yang tidak
menjadikan iman dalam hatinya. Janganlah kalian mengganggu
muslimin, janganlah kalian mencela mereka, dan janganlah kalian mencari aib
mereka. Barangsiapa yang mencari aib saudaranya muslim maka Allah akan
membuka aibnya. Dan barang siapa yang Allah buka aibnya maka allah membongkar
keburukannya walaupun dia bersembunyi.’” Hadits ini dihasankan Al-Albani
dalam Shahih At-Tirmidzi.

- Merusak agama seseorang


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫من حسن إسالم المرئ تركه ما ال يعنيه‬
“Diantara tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan apa apa yang
tidak bermanfaat baginya.”

Hasan Al Bashri, perbuatan bergunjing lebih cepat merusak agama dibandingkan


dengan penyakit yang menggerogoti tubuh.

2. Adzab / Siksa di dunia dan di Akhirat.


Allah ta’ala berfirman :

‫ُّد ْنَيا َو ٱْل َء اِخ َر ِةۚ َو ٱُهَّلل َيْع َلُم‬¢ ‫ِإَّن ٱَّلِذ يَن ُيِح ُّبوَن َأن َتِش يَع ٱْلَٰف ِح َش ُة ِفى ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا َلُهْم َع َذ اٌب َأِليٌم ِفى ٱل‬
‫َو َأنُتْم اَل َتْع َلُم وَن‬
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu
tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia
dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui. (QS. An
Nur ; 19)

3. Adzab / siksa di dalam kubur

‫ َو َأَّما اآلَخ ُر َفَك اَن َي ْم ِش ي ِبالَّن ِمْيَمِة‬، ‫َأَّما َأَح ُد ُه َم ا َفَك اَن َال َي ْس َت ِتُر ِمَن اْلَب ْو ِل‬، ‫ِإَّن ُهَم ا َلُيَع َّذ َب اِن َو َم ا ُيَع َّذ َب اِن ِفْي َك ِبْي ٍر‬
“Sungguh kedua penghuni kubur itu sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena
perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari dua orang ini, (semasa
hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing. Sedangkan yang satunya lagi, dia keliling
menebar namiimah (mengadu domba).” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-
Bukhari, no. 216 dan Muslim, no. 292)
4. Adzab / siksa pada hari Kiamat
- Hadits Muflis (yang merugi) pada hari kiamat
:‫ قالوا‬،))‫ ((أتدرون ما الُم فِلس؟‬:‫لم قال‬¢‫ه وس‬¢‫لى هللا علي‬¢‫ول هللا ص‬¢‫عن أبي هريرة أن رس‬
‫وم القيامة بصالة‬¢¢‫ ((إَّن المفلس من أمتي يأتي ي‬:‫الُم فلس فينا َم ن ال درهم له وال َم تاع! فقال‬
،‫ وضرب هذا‬،‫ وسفك دم هذا‬،‫ وأكل مال هذا‬،‫ وقذف هذا‬،‫ ويأتي قد شَتم هذا‬،‫وصيام وزكاة‬
‫ ُأخذ‬،‫ه‬¢¢‫ فإن فنيت حسناته قبل أن ُيقضى ما علي‬،‫ وهذا من حسناته‬،‫فُيعطى هذا من حسناته‬
.))‫ِم ن َخ طاياهم فُطرحت عليه ثم ُطرح في النار‬

Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wasallam bertanya : “Tahukah kalian siapakah orang orang yang bangkrut itu?”
Para sahabat _rodiyallahu ‘anhum_menjawab, “Orang yang bangkrut menurut
kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta.”
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah
orang yang pada hari kiamat datang membawa pahala sholat, puasa, dan zakat,
namun dia juga membawa dosa mencaci maki si A, menuduh zina si B tanpa
bukti, memakan hartanya si C, membunuh si D, dan memukul si E.
karena itu, sebagian pahala amal kebajikannya diberikan kepada mereka. Jika
pahala kebajikannya sudah habis, sedangkan belum selesai urusannya maka dosa
orang yang dianiaya diberikan kepadanya. Kemudian dia dicampakkan ke dalam
neraka.” [HR. Muslim]
maka orang yang merugi tersebut seperti orang yang disebutkan oleh Allah
ta’ala dalam Firman-Nya

‫َو َقِدْم َنا ِإَلى َم ا َع ِم ُلوا ِم ْن َع َم ٍل َفَجَع ْلَناُه َهَباًء َم ْنُثوًرا‬


“ Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS. Al Furqan : 23)

- Merasakan Adzab di Neraka


Firman Allah ta’ala:

‫َو ْيٌل ِلُك ِّل ُهَم َز ٍة ُلَم َز ٍة‬


Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, (QS. Al Humazah : 1)

Dalam Shahih Musnad (131) dan di Sunan Abu Dawud (4878) dari Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: ‘Tatkala aku dimi’raj, aku berpapasan dengan kaum yang
kukunya dari tembaga lalu mereka mencakar wajah mereka dan dada mereka
maka aku berkata: ‘Siapa mereka wahai Jibri?’ Jibril berkata: ‘Mereka adalah
orang yang memakan daging manusia karena mereka menjatuhkan harga diri
manusia.’”

H. Cara Menghindari Ghibah


1. Meningkatkan ketakwaan
2. Mengingat bahwa semua amalan akan dicatat termasuk ucapan
Kita harus sadar bahwa segala sesuatu apa yang telah kita ucapkan semuanya akan
dicatat dan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah subhanahu wa
ta’ala sebagaimana Allah berfirman yang artinya :

‫ما َيلِفُظ ِم ن َقوٍل ِإاّل َلَديِه َر قيٌب َعتيٌد‬

“Tiada suatu ucapan apapun yang diucapkan melaikan ada didekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf : 18)

3. Senantiasa Muhasabah diri


Perkataan Umar bin Khattab:
‫حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا ووازنوا قبل أن توزنوا‬

4. Mengingat ‘aib sendiri yang lebih seharusnya diperhatikan


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

‫ أو الجذع – في عين نفسه‬-‫ وينسى الجذل‬،‫يبصر أحدكم القذاة في أعين أخيه‬

“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya, tetapi
dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” [semut di seberang lautan nampak,
gajah di pelupuk mata tak nampak, pen] (Az-Zuhd war Raqaiq Ibnul Mubarak, 211)

5. Anggap diri kita lebih rendah dari orang lain


‘Abdullah Al Muzani mengatakan,

‫بقني هذا‬¢¢‫ فإن كان أكبر منك فقل قد س‬،‫إن عرض لك إبليس بأن لك فضًال على أحد من أهل اإلسالم فانظر‬
‫توجبت‬¢¢‫ذنوب واس‬¢¢‫ وإن كان أصغر منك فقل قد سبقت هذا بالمعاصي وال‬،‫باإليمان والعمل الصالح فهو ير مني‬
.‫ فإنك ال ترى أحدًا من أهل اإلسالم إال أكبر منك أو أصغر منك‬،‫العقوبة فهو خير مني‬

“Jika iblis memberikan was-was kepadamu bahwa engkau lebih mulia dari muslim
lainnya, maka perhatikanlah. Jika ada orang lain yang lebih tua darimu maka
seharusnya engkau katakan: “Orang tersebut telah lebih dahulu beriman dan
beramal shalih dariku maka ia lebih baik dariku.” Jika ada orang lainnya yang lebih
muda darimu maka seharusnya engkau katakan, “Aku telah lebih dulu bermaksiat
dan berlumuran dosa serta lebih pantas mendapatkan siksa dibanding dirinya, maka
ia sebenarnya lebih baik dariku.” Demikianlah sikap yang seharusnya engkau
perhatikan ketika engkau melihat yang lebih tua atau yang lebih muda darimu”.
(Hilyatul Auliya, 2/226)

6. Tetap di rumah kecuali ada keperluan mendesak

Berkata Muhammad Al Marji rahimahullah:

.‫ فَم ن الزم بيته حوى األمان‬..‫ والَز ْم ُدويرتك في هذا الزمان‬:‫يقول محمد المرجي‬

Pada zaman ini hendaklah engkau Tetap berada di rumahmu... Barang siapa yang
senantiasa berada di rumahnya maka dia telah mengumpulkan rasa aman.

I. Cara bertaubat dari ghibah

Dalam masalah ini, ada dua pendapat ulama. Keduanya dari riwayat Imam
Ahmad rahimahullah, yaitu: Apakah bertaubat dari ghibah cukup dengan memintakan
ampunan untuk orang yang dighibahi? Atau apakah harus diumumkan untuk orang yang
dighibahi? Atau apakah harus diumumkan dan meminta penghalangnya?
Pendapat yang benar adalah tidak perlu diumumkan. Sebaliknya, dia cukup memintakan
ampunan untuknya dan menyebutkan kebaikan-kebaikannya di tempat-tempat ia
menggibahinya. Pendapat ini dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan yang lainnya.

Sedangkan yang berpendapat bahwa pelaku gibah harus mengumumkan taubatnya, mereka
menganggap gibah seperti hak harta.

Perbedaan keduanya sangat jelas. Sesungguhnya hak-hak harta, orang terzalimi masih dapat
mengambil manfaat dengan dikembalikannya harta yang sebanding. Bila mau, dia dapat
mengambilnya atau dapat pula menyedekahkannya..

Adapun ghibah, yang demikian tersebut tidak mungkin. Orang yang di-ghibah-i tidak
memperoleh sesuatu dengan diumumkannya taubat itu, kecuali sesuatu yang berlawanan
dengan tujuan syariat. Sesungguhnya pengumuman taubat itu justru akan membangkitkan
kemarahannnya, dan menyakitkannya jika dia mendengar sesuatu yang dituduhkan kepadanya.
Bahkan mungkin akan membangkitkan permusuhannya dan tidak akan menjernihkan
permasalahannya selama-lamanya.

Ini bukanlah jalan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya penetapan syariat yang
bijaksana tidak membolehkannya terlebih lagi mewajibkannya dan memerintahkannya. Poros
perputaran syariat adalah menghilangkan dan mempersedikit kerusakan, bukan mendatangkan
dan menyempurnakannya.

J. Beberapa keadaan yang tidak termasuk ghibah


1. Melaporkan kezholiman kepada hakim atau pihak yang berwenang,
Firman Allah ta’ala :

‫اَل ُي ِح ُّب ال َّل ُه ا ْل َج ْه َر ِب الُّس و ِء ِم َن ا ْل َق ْو ِل ِإ اَّل َم ْن ُظ ِل َم ۚ َو َك اَن ال َّل ُه َس ِم يًع ا َع ِل ي ًم ا‬

Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali
oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS. An Nisa : 148)

2. Terang terangan berbuat bid’ah dan kefasikan


Berkata Hasan Al Bishri rahimahullah:
.‫ليس لصاحب الِبدعة والفاسق الُم عِلن بفسِقه غيبة‬
Membicarakan orang pelaku bid’ah dan kefasikan yang telah terang terangan “
”.melakukan kefafikan bukanlah termasuk ghibah

3. Meminta fatwa atau pendapat dalam keadaan tertentu


Sebagaimana yang dilakukan oleh Hindun istri Abi Sufyan ketika bertanya kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata :
‫ك‬¢¢‫ ((خذي ما يكفي‬:‫لم‬¢¢‫ه وس‬¢¢‫ فقال صلى هللا علي‬،‫إن أبا سفيان رجل شحيح وال يعطيني ما يكفيني‬
.))‫وولدك بالمعروف‬
Sesungguhnya Abu Sufyan sangat pelit, dia tidak memberikanku apa yang
mencukupkanku, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ((Ambillah yang
mencukupimu dan anak anakmu dengan cara yang baik)) [Muttafaq ‘alaihi]

4. Mempelajari ilmu Jarh wat Ta’dil

5. Bertanya tentang lelaki yang melamar untuk menikah


Sebagaimana yang dilakukan oleh Fatimah Bintu Qais yang bertanya kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam tentang beberapa orang yang telah datang kepadanya
untuk melamarnya seraya berkata:

،‫ة‬¢‫ وأما معاوي‬،‫ فال يضع عصاه عن عاتقه‬،‫ ((أما أبو جهم‬:‫ فقال‬،‫إن معاوية وأبا جهم خطباني‬
،‫ فنكحُت ه‬،))‫ ((انكحي أسامة‬:‫ ثم قال‬،‫ فكرهُته‬:‫ قالت‬،))‫ انكحي أسامة بن زيد‬،‫فصعلوك ال مال له‬
.‫ فاغتبطت به‬،‫فجعل هللا فيه خيًرا‬
“Sesungguhnya Mu’awiyah dan Abu Jahm telah melamar saya, maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : ((Adapun Abu Jahm, maka ia tidak
meletakkan tongkatnya dari pundaknya, adapun Mu'awiyah, maka ia adalah orang
yang miskin, tidak memiliki harta. Menikahlah dengan Usamah bin Zaid." Fathimah
berkata; Lalu aku tidak menyukai hal tersebut, kemudian beliau berkata:
"Menikahlah dengan Usamah bin Zaid." Kemudian aku menikah dengannya dan
Allah ta'ala menjadikan pada dirinya terdapat kebaikan yang sangat banyak)) [HR.
Abu Daud]

6. Meminta bantuan orang yang memiliki kemampuan untuk merubah


kemungkaran.

7. Untuk memperkenalkan dengan menyebutkan sebagian ciri-cirinya, agar


orang yang diajak bicara lebih yakin dan mengetahui siapa orang ketiga yang
dimaksud.

SEBUAH NASEHAT :

. ‫ وأعمال أهل الفجور‬،‫ وإدام الفَّس اق‬،‫ إن الغيبة مائدة الكالب‬:‫ وقد قيل‬،‫الغيبة شيمة الُح قاد‬
.‫ فلَيغتْب والديه؛ فإنهما أحق بخيراته‬،‫ومتى أراد اإلنسان الغيبة‬
“Ghibah adalah Tanda yang jelas yang dimiliki oleh orang-orang yang suka membenci,
dan telah dikatakan bahwa sesungguhnya ghibah itu hidangan anjing-anjing kelaparan,
dan merupakan lauk orang orang fasik, dan perbuatan para pendosa.
Dan ketika seseorang ingin melakukan ghibah maka hendaklah dia mengghibahi kedua
orang tuanya karena sesungguhnya kedua orang tuanya lebih berhak untuk mendapatkan
kebaikan-kebaikan darinya.

Anda mungkin juga menyukai