Anda di halaman 1dari 20

Antara Ghibah & Dusta

‫بي الغية والبهتان‬

By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag


Sekretaris Dewan Pengawas Syaraih
Takaful Indonesia
Teks Hadits
‫ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال‬،‫عن أبي هريرة رضي ال عنه‬
‫ه أعلم قال ذك(رك أخاك بما يك(ره قيل‬/‫وا الله ورسول‬/‫ قال‬/‫أتدرون ما ال(غيبة‬
‫ فقد اغ(تبته‬/‫ول‬/‫ قال إن( كان فيه ما تق‬/‫ول‬/‫أفرأيت إن( كان في أخي ما أق‬
(‫ن فيه فقد بهت<ه )رواه مسلم‬/‫وإن( لم يك‬
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Tahukah kalian,
apakah itu ghibah? Para sahabat menjawab, ‘Allah dan rasul-Nya lebih
mengetahui.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘engkau membicarakan sesuatu
yang terdapat dalam diri saudaramu mengenai sesuatu yang tidak dia
sukai. Salah seorang sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah SAW,
bagaimana pendapatmu jika yang aku bicarakan benar-benar ada pada
diri saudaraku? Rasulullah SAW menjawab, jika yang kau bicarakan ada
pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mengghibahinya.
Sedangkan jika yang engkau bicarakan tidak terdapat pada diri
saudaramu, maka engkau sungguh telah mendustakannya. (HR. Muslim)
Perkataan Yang Baik Merupakan
Ciri Orang Beriman

• Dalam sebuah hadits diriwayatkan :


‫عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من كان يؤمن بالله‬
‫وال(يوم ال(آخر فل يؤذ جاره ومن كان يؤمن بالله وال(يوم ا(لخر فل(يك(رم ضيفه‬
(‫ا أو ليصمت )متفق عليه‬I‫ل( خير‬/‫ومن كان يؤمن بالله وال(يوم ا(لخر فل(يق‬
Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka janganlah ia menyakiti tetangganya. Barang siapa
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia
memuliakan tamunya. Dan barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata-kata
yang baik, atau hendaklah ia diam”. (Muttafaqun Alaih)
Perkataan Yang Baik Merupakan
Ciri Orang Beriman
• Allah SWT berfirman (QS. Al-Ahzab : 70 - 71)

‫يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قول سديدا* يصلح لكم أعمالكم‬
*‫فر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما‬3‫ويغ‬
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah
dan katakanlah perkataan yang benar (baik), niscaya Allah
memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni
bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta`ati Allah dan
Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan
yang besar. (QS. Al-Ahzab : 70 - 71)
Definisi Ghibah & Dusta
• Dari segi bahasa, ghibah berasal dari kata bahasa Arab
‘Ghaba’, yang berarti ghaib (baca; tidak tampak), atau tidak
terlihat:
‫ وهو كل ما غاب عن النسان‬،‫الغيبة لغة مشتق من فعل غاب أو الغيب‬
• Dari sisi bahasa ini, ghibah memiliki arti membicarakan orang
lain yang ghaib (baca; yang tidak hadir) diantara orang
yang sedang membicarakannya. Baik pembicaraan
tersebut mengenai hal-hal yang positif, ataupun yang
bersifat negatif.

• Adapun dari segi istilah, ghibah adalah pembicaraan yang


dilakukan seorang muslim mengenai saudaranya sesama
muslim lainnya dalam hal-hal yang bersifat keburukan dan
kejelekannya, atau hal-hal yang tidak disukaiya.
Definisi Ghibah & Dusta
• Sedangkan dusta, adalah kita membicarakan sesuatu yang
terdapat dalam diri seseorang yang sesungguhnya
sesuatu itu tidak terdapat dalam diri orang yang kita
bicarakan tersebut.
• Sehingga dari definisi ini, terlihat adanya perbedaan antara
ghibah dengan dusta, yaitu terletak pada obyek pembicaraan
yang kita lakukan :
– Dalam ghibah, yang kita bicarakan itu memang benar-
benar ada dan melekat pada diri orang yang menjadi
obyek pembicaraan kita.
– Sedangkan dalam dusta, sesuatu yang kita bicarakan
tersebut, ternyata tidak terdapat pada diri seseorang yang
kita bicarakan.
Dusta Merupakan Dosa Besar
• Allah SWT berfirman (QS. 22: 30):
*‫فاجتنبوا الر?جس من الوثان واجتنبوا قول الزور‬
‘Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-
perkataan dusta.’

• Rasulullah SAW bersabda


‫ئكم بأك*بر‬0‫ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أل أنب‬،‫عن أبي بك*رة رضي الله عنه قال‬
‫ا فجلس‬6‫كئ‬7‫ال*كبائر قل*نا بلى يا رسول الله قال الشراك بالله وعقوق ال*والدين وكان مت‬
‫ى‬7‫ور فما زال يقولها حت‬D‫ور وشهادة الز‬D‫ور أل وقول الز‬D‫ور وشهادة الز‬D‫فقال أل وقول الز‬
(‫قل*ت ل يسكت )رواه البخاري‬
“Dari Abu Bakrah ra, Rasulullah SAW bersabda: ‘Maukah kalian aku beritahu
tentang dosa-dosa yang paling besar diantara dosa-dosa besar? Kami menjawab,
tentu wahai Rasulullah SAW. Rasulullah SAW mengatakan, ‘Yaitu, menyekutukan
Allah, durhaka kepada kedua orang tua.’ Beliau berdiri, kemudian duduk, lalu
mengatakan lagi, ‘dan perkataan dusta serta persaksian dusta.. perkataan dusta
dan persaksian dusta..’ Beliau terus mengucapkan itu, hingga aku katakan bahwa
beliau tidak berhenti mengucapkannya.” (HR. Bukhari)
Larangan Ghibah

‫تب‬3‫سوا ول يغ‬B‫ ول تجس‬D‫م‬3‫ بعض الظن? إث‬B‫يا أيها الذين آمنوا اجتنبوا كثيا من الظن? إن‬
‫كل لحم أخيه ميتا فكرهتموه واتقوا‬3‫بعضكم بعضا أيحب أحدكم أن يأ‬
*D‫ رحيم‬D‫اب‬B‫ الله تو‬B‫الله إن‬
‘Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa
dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.
Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.’ (QS. 49 : 12)
Larangan Ghibah
• Rasulullah SAW bersabda :
‫با الستطالة في‬S‫ صلى الله عليه وسلم قال إن من أربى الر‬0‫بي‬7‫ عن الن‬O‫عن سعيد بن زيد‬
(‫ )رواه أبو داود‬T‫عرض ال(مسلم بغير حق‬
Dari Said bin Zaid ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya riba yang
paling bahaya adalah berpanjang kalam dalam membicarakan (keburukan)
seorang muslim dengan (cara) yang tidak benar. (HR. Abu Daud)
• Kedua dalil di atas telah cukup menunjukkan kepada kita mengenai
bahaya ghibah. Dalam ayat (QS. 49 : 12) Allah mengumpamakan ghibah
seperti orang yang memakan daging saudaranya sendiri yang telah
meninggal. Sedangkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud,
Rasulullah SAW mengumpamakannya dengan riba yang paling berat
dan berbahaya.
• Oleh karena itulah, bagi setiap muslim harus berusaha secara maksimal
untuk meninggalkan kedua penyakit lisan yang ternyata sangat
berbahaya ini. Kita dapat membayangkan, sekiranya setiap hari kita
diumpamakan seperti menyantap makanan yang terbuat dari daging
saudara kita sendiri ? Selain itu kita juga diumpakan selalu berinteraksi
dengan riba yang paling berbahaya dan paling besar dosanya di sisi
Allah SWT ? Na’udzu billah min dzalik.
Dusta & Ghibah Yang Diperbolehkan

Kondisi diperbolehkannya dusta


• Dalam hadits dijelaskan oleh Rasulullah SAW mengenai
beberapa keadaan dimana seseorang dihalalkan untuk
berdusta, berdasarkan hadits berikut:
‫ ال(كذب‬X‫ ل يحل‬،‫ بنت يزيد قالت قال رسول الله صلى الله عليه وسلم‬Q‫عن أسماء‬
‫ امرأته ليرضيها وال(كذب في ال(حرب وال(كذب‬/‫ الر<جل‬/‫ث‬S‫إل في ثلث[ يحد‬
(‫ليصلح بين الن<اس )رواه الترمذى‬
“Dari Asma’ binti Yazid ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Dusta tidak diperkenankan melainkan dalam tiga hal; seorang
suami berbicara kepada istrinya agar istrinya (lebih
mencintainya), dusta dalam peperangan dan dusta untuk
mendamaikan diantara manusia (yang sedang bertikai)” (HR.
Turmudzi)
Dusta & Ghibah Yang Diperbolehkan
Kondisi diperbolehkannya ghibah
• Dr. Sayid Muhammad Nuh dalam Afat Ala al-Thariq (1996 : III/
52) mengungkapkan ada enam hal, dimana seseorang
diperbolehkan untuk ghibah, yaitu:
1. Tadzalum.
• Yaitu orang yang teraniaya, kemudian mengadukan derita
yang diterimanya kepada hakim, ulama dan penguasa agar
dapat mengatasi problematika yang sedang dialaminya.
Dalam pengaduan tersebut tentu ia akan menceritakan
keburukan orang yang menganiaya dirinya. Dan hal seperti ini
diperbolehkan. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:
*‫قول إل من ظلم وكان الله سميعا عليما‬3‫جهر بالسوء منال‬3‫ل يحب اللهال‬
“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan
terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. 4 : 148)
Dusta & Ghibah Yang Diperbolehkan

2 Meminta bantuan untuk merubah kemungkaran &


mengembalikan orang yang maksiat menjadi taat kepada
Allah SWT, kepada orang yang dirasa mampu untuk
melakukannya. Seperti ulama, ustadz atau psikolog.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda,
‫ره بيده فإن( لم يستطع فبلسانه فإن( لم يستطع‬S‫ا فل(يغي‬I‫م منكر‬/‫من رأى منك‬
(‫فبقل(به وذلك أضعف ال(إيان )رواه مسلم‬
‘Barang siapa diantara kalian yang melihat kemungkaran maka
hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu,
maka dengan lisannya, dan jika tidak mampu maka dengan
hatinya. (HR. Muslim).
• Dan meminta bantuan kepada orang yang lebih mampu,
masuk dalam kategori merubah kemungkaran dengan lisan.
Dusta & Ghibah Yang Diperbolehkan

3 Meminta fatwa.
• Seperti seseorang yang meminta fatwa kepada ulama dan
ustadz, bahwa saudaraku misalnya mendzolimiku seperti ini,
maka bagaimana hukumnya bagi diriku maupun bagi
suadaraku tersebut.
• Dalam salah satu riwayat pernah digambarkan, bahwa Hindun
binti Utbah (istri Abu Sufyan) mengadu kepada Rasulullah
SAW dan mengatakan, wahai Rasulullah SAW, suamiku
adalah seorang yang bakhil. Dia tidak memberikan padaku
uang yang cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah
tangga kami, kecuali yang aku ambil dari simpanannya dan dia
tidak mengetahuinya. Apakah perbuatanku itu dosa ?
Rasulullah SAW menjawab, ambilah darinya sesuatu yang
dapat memenuhi kebutuhanmu dan anak-anakmu dengan
cara yang baik (baca; ma’ruf)” (HR. Bukhari)
Dusta & Ghibah Yang Diperbolehkan

4 Peringatan terhadap keburukan tertentu atau adanya


bahaya tertentu.
• Seperti ketika Fatimah binti Qais ra datang kepada Rasulullah
SAW dan memberitahukan bahwa ada dua orang pemuda
yang akan meminangnya, yaitu Muawiyah dan Abu Jahm.
Rasulullah SAW mengatakan terhadap kedua orang ini
dengan sabda beliau : , ‘Adapun Muawiyah, ia adalah
seseorang yang sangat miskin, sedangkan Abu Jahm,
adalah seseorang yang ringan tangan (suka memukul
wanita).” (HR. Muslim)
Dusta & Ghibah Yang Diperbolehkan

5 Terhadap orang yang menampakkan kefasikan &


kemaksiatannya,
• Seperti seseorang yang suka minum khamer, berzina, judi,
mencuri, dan membunuh. Terhadap orang yang seperti ini kita
boleh ghibah. Apalagi terhadap orang yang menampakkan
permusuhannya kepada agama Islam dan kaum muslimin.
6 Untuk pengenalan.
• Adakalanya seseorang telah dikenal dengan julukan tertentu
yang terkesan negatif, seperti para periwayat hadits ada yang
dikenal dengan sebutan A’masy (si rabun), A’raj (pincang),
Asham (tuli), A’ma (buta) dsb. Mereka semua sangat dikenal
dengan nama tersebut. Jika disebut nama lain bahkan banyak
perawi lainnya yang kurang mengenalnya. Meskipun demikian,
tetap menggunakan nama aslinya adalah lebih baik. Bahkan
jika dengan namanya tersebut dia telah dikenal, maka tidak
boleh menggunakan julukan yang terkesan negatif.
Cara Menghindari Ghibah & Dusta

1 Dengan meningkatkan rasa ‘muraqabatullah’ yaitu sebuah


rasa dimana kita senantiasa tahu, bahwa Allah sangat
mengetahui segala tindak tanduk yang kita lakukan, baik
ketika seorang diri maupun di saat bersama-sama. Baik ketika
orang yang kita bicarakan ada diantara kita ataupun tidak ada.
Allah pasti mengetahuinya.
2 Meningkatkan keyakinan kita bahwa setiap orang yang
kita bicarakan, pasti akan dimintai pertanggung
jawabannya dari Allah SWT kelak. Dalam salah satu
ayatnya, Allah berfirman (QS. 50 : 18) :
*D‫ عتيد‬D‫ إل لديه رقيب‬V‫فظ من قول‬3‫ما يل‬
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
Cara Menghindari Ghibah & Dusta

3 Menahan emosi dan mencegah amarah. Karena keduanya


merupakan faktor yang dapat membawa seseorang pada
ghibah dan dusta.
4 Tabayun (baca; mengecek) terhadap informasi yang
datang dari seseorang, sebelum membicarakannya pada
orang lain. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 49 : 6)
‫ فتصبحوا على‬V‫نوا أن تصيبوا قوما بجهالة‬B‫ فتبي‬V‫ بنبأ‬D‫يا أيها الذين آمنوا إن جاءكم فاسق‬
*‫تم نادمي‬3‫ما فعل‬
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu.”
Cara Menghindari Ghibah & Dusta
5 Beramal & berusaha untuk dapat menciptakan suasana yang
‘Islami’, dilingkungan kerja, dirumah, di kantin dsb, dengan
membuat kesepakatan dan ketauladanan untuk tidak
membicarakan kejelekan orang lain, apalagi berbohong. Di
samping itu juga keharusan adanya teguran, kepada orang yang
secara sengaja atau tidak dalam membicarakan orang lain.
6 Jika kita merupakan orang yang menjadi obyek pembicaraan,
kitapun harus menanggapinya dengan akhlak yang baik dan
bijaksana. Kita mencek kembali, mengapa mereka membicarakan
kita, siapa saksinya kemudian diselesaikan dengan baik.
7 Himbauan secara khusus kepada orang-orang yang menjadi
panutan, baik dalam kantornya, masyarakatnya atau di mana
saja, untuk menjauhi hal ini (ghibah dan dusta), supaya mereka
yang berada di bawahnya dapat mencontoh. Karena apabila para
panutan ini memberikan keteladanan yang buruk, maka para
bawahannya pun akan mengikutinya.
Cara Menghindari Ghibah & Dusta

8 Membiasakan diri untuk bertanya sesegera mungkin


manakala melihat adanya fenomena seseorang yang
berbuat sesuatu yang melanggar syariat, hingga kita
tidak terjerumus pada keghibahan.
9 Mengajak umat secara keseluruhan untuk
menghindari diri dari penyakit ini, dengan cara tidak
membicarakan orang lain, tidak mendengarkan jika ada
orang yang membicarakan orang lain, memberikan
teguran dan lain sebagainya.
10 Mengingat-ingat kembali, tentang hukum dusta dan
ghibah serta akibat yang akan ditimbulkan dari
adanya hal seperti ini.
‫وال تعال أعلى وأعلم بالصواب‬
‫والمد ل رب العالي‬

Anda mungkin juga menyukai