Anda di halaman 1dari 2

20 Tahun Sebelum Sebelum Perang

Salib Berkobar
Senin, 5 Januari 2015 - 06:01 WIB
Perang Manzikert menghenyakkan pasukan Romawi. Kemenangan pasukan Muslimin yang jumlah dan peralatannya lebih kecil

Oleh: Nugra Fatah

DAERAH Van, tepi danau sebelah timur Turki tanggal 26 DzulQoidah 464 H (Agustus 1071 M), Sultan Alp Arsalan, penguasa Turki
Saljuk, mendapatkan informasi bahwa Kaisar Bizantium, Romanus Diagenes IV sedang menyiapkan bala tentara besar untuk
menjajah Azerbaijan dan daerah-daerah Islam di Asia Kecil.

Kaisar Romanus berangkat dalam satu pasukan besar laksana gunung yang terdiri dari pasukan Romawi, Georgia (Azerbaijan) dan
Perancis. Jumlah dan persenjataannya sangat kuat dengan 200.000 pasukan terlatih. Maka sang Sultan pun menggalang 20.000
pasukan Muslimin untuk mencegah datangnya penjajah.

Ketika sang Sultan yang digelari Singa Pemberani ini melihat pasukan besar Bizantium, ia sempat gentar. Namun seorang ulama
yang bernama Abu Nashr Muhammad bin Abdul Malik al Bukhari menasihati sultan;

“Sesungguhnya engkau berperang dalam membela agama yang Allah janjikan untuk menolongnya dan akan Allah menangkan atas
semua agama. Saya berharap Allah telah menuliskan kemenangan ini atas namamu. Maka hadapilah mereka di jam-jam saat para
khatib Juma’at sedang berdoa di atas mimbar, sebab mereka berdoa untuk kemenangan kaum mujahidin.”

Ketika masuk hari Jumat, Sultan menjadi imam shalat Muslimin. Ia menangis yang diikuti isak tangis mujahidin. Ia lalu berdoa dan
diaminkan oleh seluruh pasukan. Kemudian ia berkata lantang,

“Siapa yang ingin meninggalkan tempat ini, maka tinggalkanlah. Sebab di sini, tidak ada seorang sultan yang menyuruh dan
melarang.”

Sultan mengambil busur, anak panah dan pedangnya. Kuda pelana pun ia pasang sendiri di punggung kuda dan diikuti oleh seluruh
pasukan. Tidak ada lagi bayangan keindahan dunia yang tersemat di benaknya, kemilau emas dan perak, wanita-wanita, istana
yang asri dan tempat tidur yang empuk. Yang terlintas di hatinya hanyalah bayangan kematian, bayangan bertemu dengan Allah
dan Rasul yang dirindukan. Lalu ia memakai pakaian putih-putih dan bersumpah untuk berjuang hingga titik darah penghabisan
sembari berkata,

“Jika saya terbunuh, maka inilah kafanku!”

Perang Manzikart
Detik-detik perang menentukan mulai berdetak, kedua pasukan telah berhadap-hadapan. Sultan turun dari kudanya dan bersujud
kepada Allah, meminta kemenangan dari Yang Maha Pemberi Kemenangan. Maka berkobarlah pertempuran dahsyiat yang dikenal
sebagai Perang Maladzkird atau Manzikart.

Pertempuran Manzikart terjadi antara Kekaisaran Bizantium dan tentara Saljuk pimpinan Alp Arslan pada 26 Agustus 1071 di dekat
Manzikart (kini Malazgirt, Turki, di wilayah Mus). Peristiwa ini berakhir dengan salah satu kekalahan terburuk Kekaisaran Bizantium
dan penawanan Kaisar Bizantium Romanos IV Diogenes.

Perang yang menghenyakkan pasukan Romawi, karena kemenangan justru diperoleh pasukan Muslimin yang jumlah dan
peralatannya jauh di bawah pasukan Bizantium. Keimanan, sekali lagi, telah membuktikan kekuatannya yang tak terbatas.

Puluhan ribu pasukan Bizantium tewas, dan sang Kaisar sendiri tertawan. Ketika ia dihadapkan pada Sultan Alp Arsalan, ia
ditampar tiga kali sambil berkata;

“Jika aku menjadi tawananmu, apa yang akan kau lakukan terhadapku?”

“Pasti semua yang buruk-buruk.” Jawab Romanus.

“Lalu apa yang kuperbuat menurutmu?”

“Mungkin kau akan membunuhku dan kau giring aku di negerimu, atau mengampuniku dan mengambil tebusan dariku dan
mengembalikan aku ke negeriku.”

“Tak ada yang aku inginkan kecuali mengambil tebusan darimu.” Jawab Sultan.

Romanus menebus dirinya dengan harga yang sangat mahal, yakni 150.000 dinar (atau 637.500 gram emas. Sekitar Rp 255 milyar
dengan asumsi 1 gram emas = Rp 400.000 rupiah). Lalu ia berdiri di hadapan Sultan dan memberi minum padanya.

Sultan memberinya bekal 1.000 dinar untuk pulang dan mengirim beberapa komandan pasukan untuk menjaga hingga selamat ke
negerinya. Sultan sendiri mengantarnya sejauh 4 mil dengan sebuah pasukan yang membawa panji-panji bertuliskan ‘Laa ilaaha
illALlah Muhammad Rasulullah,.( Dalam Ibnu Katsir, al-Bidayah wal Nihayah 12/108).

Anda mungkin juga menyukai