Anda di halaman 1dari 3

Nabi Muhammad saw merintis karir bisnisnya ketika berumur 12 tahun dan memulai

usahanya sendiri ketika berumur 17 tahun. Pekerjaan ini terus dilakukan sampai
menjelang beliau menerima wahyu (beliau berusia sekitar 37 tahun). Dengan demikin
Nabi Muhammmad saw telah berprofesi sebagai pedagang selama 25 tahun ketika beliau
menerima wahyu. Angka ini sedikit lebih lama dari masa kerasulan beliau yang
berlangsung selama sekitar 23 tahun.

Aspek bisnis Nabi Muhammad saw ini juga luput dari perhatian kebanyakan perhatian
orientalis. Mungkin dianggap kontroversial dan tidak menarik dalam perdebatan teologis.
Sebagian mereka juga sering melancarkan serangan terhadap pribadi Nabi Muhammad
saw tetapi jarang sekali yang mengkaji secara mendalam perilaku bisnis beliau.

Perhatian terhadap aspek bisnis Nabi Muhammad saw ini mulai mengemuka seiring
dengan munculnya kembali konsep ekonomi Islam. Selain membangun kerangka teori
ekonomi Islam dan berbagai aspeknya, dan dicari tokoh yang dapat dijadikan teladan
dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi. Nabi Muhammad saw adalah figur sangat
tepat sebagai teladan dalam bisnis dan perilaku ekonomi yang baik. Beliau tidak hanya
memberikan tuntunan dan pengarahan tentang bagaimana kegiatan ekonomi
dilaksanakan, tetapi beliau mengalami sendiri menjadi seorang pengelola bisnis atau
wirausaha.

Kewirausahaan (entrepreneurship) tidak terjadi begitu saja tetapi hasil dari suatu proses
yang panjang sejak beliau masih kecil. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Collin dan
Moores (1964) dan Zeleznik (1976) yang menyatakan berkesimpulan bahwa The act of
entrepreneurship is an act patterned after modes of coping with early childhood
experience . Pendapat ini diamini oleh kebanyakan guru leadership. Mereka sepakat
bahwa apa yang terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan kita akan membuat
perbedaan yang berarti dalam kehidupan berikutnya.

Mungkin sebagian besar dari kita melihat sosok Nabi Muhammad sebagai seorang tokoh
besar dunia yang hidup seadanya, tidak kaya dan tidak sukses dalam bisnis. Namun
tahukah Anda, bahwa sesungguhnya beliau adalah pedagang yang handal yang dengan
kemampuan berdagangnya bisa mendapatkan keuntungan dengan modal nominal nol?

Dalam konteks Nabi Muhammad saw, beliau mempunyai pengalaman yang pahit
dilahirkan dalam keadaan yatim, ketika ayahnya sudah tiada. Pada usia enam tahun,
dalam perjalanan kembali dari Yatsrib sesudah menengok makam ayahnya, Nabi
Muhammad kembali kehilangan orangtua karena saat itu ibunya pun wafat. Bisa
dibayangkan dalam usia enam tahun Nabi Muhammad sudah menjadi yatim piatu.
Sampai usia delapan tahun 2 bulan beliau dibina dan dididik oleh kakeknya, Sayyid
Abdul Muthalib, seorang yang terpandang waktu itu. Usia itu sepeninggal kakeknya,
diasuh oleh pamannya, Sayyid Abu Thalib. Mulai saat itulah pemuda kecil Muhammad
mulai mencari nafkah sendiri dengan menggembala kambing.

Pada usia 12 tahun, Nabi Muhammad diajak oleh pamannya berdagang ke Syiria yang
berjarak ribuan kilometer dari kota Makkah. Perjalanan yang begitu jauh yang ditempuh
oleh seorang anak berusia 12 tahun tanpa menggunakan mobil ataupun pesawat
sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang zaman sekarang. Sepulang dari Syiria,
Nabi Muhammad sangat sering mengadakan bisnis sampai beliau dikenal di Jazirah Arab
sebagai seorang pengusaha Muda yang sukses.

Bahkan Jumlah kekayaan Nabi Muhammad adalah terbanyak pada masa itu. Seorang
Ahli sejarah Islam yang bernama Syaikh Al-Mufid [337-413 M] meriwayatkan bahwa
Pada usia 20 tahunan kekayaan Nabi Muhammad adalah yang paling terbanyak, baik
berupa emas permata, unta, kuda, karyawan, dan beberapa asset tanah di Jazirah Makkah.
Pada masa itu, tidak ada seorang pun yang lebih kaya daripada Nabi Muhammad. Namun
demikian, Nabi Muhammad bukan sekedar Konglomerat dan Pengusaha biasa, beliau
adalah seorang Nabi. Maka sebagian besar kekayaan Nabi Muhammad dipergunakan
untuk memerdekakan budak, menurut riwayat Syaikh Al-Mufid, Rasulullah tercatat
sebagai orang yang memerdekakan budak terbanyak sampai saat ini, yaitu 7000 orang
budak telah dimerdekakan oleh Rasulullah. Bahkan beliau pula yang menyantuni semua
anak-anak yatim di Makkah, menyantuni para janda-janda miskin yang memiliki banyak
anak yatim, dan orang-orang tua yang jompo dan papa. Meskipun Rasulullah saw adalah
Nabi Yang paling kaya, namun beliau hidup sederhana, kediaman Rasulullah hanya untuk
beristirahat dan menerima tamu. Rasulullah tidak mau mendirikan istana megah,
sementara disekelilingnya adalah banyak orang-orang yang miskin dan kelaparan.
Rasulullah tidak mau hidup mewah, sementara masih banyak perbudakan.

Singkat kata, sebelum kenabian Rasulullah telah meletakkan prinsip-prinsip dasar dalam
melakukan transaksi bisnis secara adil. Kejujuran dan keterbukaan Rasulullah dalam
melakukan transaksi perdagangan merupakan teladan bagi seorang pengusaha generasi
selanjutnya. Beliau selalu menepati janji dan mengantarkan barang dagangan dengan
standar kualitas sesuai dengan permintaan pelanggan sehingga tidak pernah membuat
pelanggannya mengeluh atau bahkan kecewa. Reputasi sebagai pelanggan yang benar-
benar jujur telah tertanam dengan baik. Sejak muda, beliau selalu memperlihatkan rasa
tanggung jawabnya terhadap setiap transaksi yang dilakukan.

Kesuksesan Nabi Muhammad dalam berbisnis banyak didengar oleh para pengusaha-
pengusaha lainnya. Sehingga banyak para pengusaha menitipkan barang dagangannya
agar dijualkan oleh Rasulullah Saw. Di antara pengusaha yang bermitra dengan
Rasulullah adalah Sayyidah Khadijah Al-Kubra.
Khadijah adalah mitra bisnis Nabi Muhammad, dan bukan bos Nabi Muhammad. Karena
kekayaan Nabi Muhammad 1000 kali lebih banyak dari kekayaan Khadijah. Yang
menjadi The bigest boss saat itu adalah Nabi Muhammad saw.

Bermitra dengan Nabi Muhammad menjadikan bisnis Khadijah semakin maju dan
bertambah maju. Banyak keuntungan yang didapatkan dari berbisnis dengan Nabi
Muhammad.

Maka di usia 25 tahun, Nabi Muhammad diminta oleh Naufal Al-Quraisyi [paman
Khadijah] untuk menikah dengan Khadijah. Dan akhirnya Nabi Muhammad meminta
pamannya yang bernama Abu Thalib untuk meminang Sayyidah Khadijah menjadi
istrinya. Akhirnya Nabi Muhammad menikah dengan Siti Khadijah dengan mahar 100
ekor unta muda. Saya kira, di Indonesia saat ini masih sulit kita dapati pemuda yang
berani memberi mahar sebanyak atau setara dengan itu. Dalam buku Muhammad sebagai
seorang Pedagang diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW Adalah seorang profesional,
namun itulah yang amat jarang kita bahas, yaitu bagaimana beliau menjadi seorang
profesional dan bagaimana etos kerja beliau? Padahal beliau memulai usaha tanpa modal
sepeserpun.

Jadi kalau ada yang mengeluh karena terlahir dari orang miskin maka bandingkan dengan
Nabi Muhammad yang terlahir tanpa ayah di sisinya. Ketika pendidikan rendah menjadi
alasan, bandingkan dengan Nabi Muhammad yang tidak pernah sekolah. Dan ketika
ketiadaan modal menjadi halangan, bandingkan dengan Nabi Muhammad yang tidak
berbekal modal materi. Dengan begitu tidak ada satu alasan pun bagi kita untuk
mengeluh. Kita pasti bisa Kaya Raya, jika kita mau meneladani Spirit berbisnis Nabi
Muhammad saw.

Sikap mandiri dan tidak bergantung pada orang lain adalah salah satu sikap yang harus
dimiliki oleh seorang entrepreneur sejati. Kecerdasan emosional yang dimiliki Rasulullah
juga sangat baik dalam membangun sebuah jaringan. Tidak tanggung-tanggung, rekanan
bisnis Rasulullah adalah para pembesar-pembesar kaum Quraisy, yang juga merupakan
teman kakeknya, Sayyid Abdul Muthalib. Jaringan yang dipupuknya dengan
kepercayaan. Kepercayaan yang bibitnya adalah kejujuran. Buahnya lebih hebat lagi.
Saudagar wanita yang cantik lagi sukses, bernama Siti Khadijah, terpesona akan sikapnya
yang kemudian menjadi istrinya.

Kehidupan masa kecil Nabi Muhammad yang langsung dididik oleh alam, membuatnya
lebih luas dalam melihat peluang. Lebih berani dalam mencoba. Dan lebih tahan banting.
Sifat kepemimpinannya dilatih melalui pekerjaannya sebagai penggembala domba.
Namun begitu, semuanya didasarkan atas ridha Sang Allah SWT.

Ada dua prinsip utama yang patut kita contoh dari perjalanan bisnis Rasulullah saw.
Pertama, uang bukanlah modal utama dalam berbisnis, modal utama dalam usaha adalah
membangun kepercayaan dan dapat dipercaya (al-amin). money is not number one capital
in business, the number one capital is trust .Kedua , kompetensi dan kemampuan teknis
yang terkait dengan usaha. Beliau mengenal dengan baik pasar-pasar dan tempat-tempat
perdagangan di Jazirah Arab. Beliau juga mengetahui seluk beluk aktifitas perdagangan
dan bahayanya riba sehingga beliau menganjurkan jual beli dan menghapuskan sistem
riba.

Sikap-sikap Rasulullah tersebut hendaknya dapat memberikan gambaran bagi kita,


bagaimana sebenarnya sebuah bisnis seharusnya dimulai dan dikelola. Tidak mungkin
tidak sukses apabila kita menerapkan apa-apa yang telah Rasulullah contohkan, karena
semua yang dilakukan oleh Rasulullah merupakan implementasi dari Wahyu Allah SWT.
Wallahu a’lamu Bish Shawwab

Anda mungkin juga menyukai