Anda di halaman 1dari 6

NABI MUHAMMAD SAW SEORANG WIRAUSAHAWAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kewirausahaan Islam
oleh dosen pengampu: Asikin, MA

Disusun oleh:
Nama: Desi
NIM: 190641126
Kelas: SD19 B2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, hidayah dan nikmatnya penulis dapat
menyelesaikan makaah tentang “Nabi Muhammad SAW seorang Wirausahawan” penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang di berikan Asikin, MA selaku
dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan islam.
Penulis harap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai “Nabi Muhammad SAW seorang Wirausahawan”. Penulis juga
menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, harapan adanya kritik, saran dan usulan dan demi perbaikan makalah yang
penulis buat.

Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Cirebon, Juli 2021

Penulis

1
PEMBAHASAN

NABI MUHAMMAD SAW SEORANG WIRAUSAHAWAN

A. Kewirausahawan
Setelah membandingkan berbagai definisi kewirausahaan dari berbagai ahli,
Eman Suherman menyatakan, "Jelaslah bahwa kewirausahaan pada dasarnya
merupakan jiwa dari seseorang yang diekspresikan melalui sikap dan perilaku yang
kreatif dan inovatif untuk melakukan suatu kegiatan. Adapun orang yang memiliki
jiwa tersebut tentu saja dapat melakukan kegiatan kewirausahaan atau menjadi pelaku
kewirausahaan atau lebih dikenal dengan sebutan wirausaha (entrepreneur)." Islam
merupakan agama yang memotivasi untuk berinovasi, di dalam al-Qur'an Allah ta'ala
memerintahkan Nabi Daud untuk berusaha dan membuat sesuatu yang benar-benar
baru, Allah ta'ala mencontohkan kepada manusia bahwa Ia meciptakan sesuatu yang
belum ada contoh sebelumnya, Rasulullah s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam
menganjurkan untuk melakukan suatu yang baru, ini semua adalah bukti pasti bahwa
Islam adalah agama yang sejak awal sudah mengenalkan hakikat kewirausahaan
sebelum terkenal kata yang mewakili hakikat tersebut.
1. Kewirausahawan Nabi Muhammad SAW
Para penulis Muslim semisal Syaiful Alim dan Muhammad Syafi'i Antonio
memastikan dalam karya mereka bahwa Nabi Muhammad s}allalla>hu ‘alaihi wa
sallam adalah seorang wirausahawan. Beliau memiliki berbagai sifat
wirausahawan handal. Beliau memiliki sifat fat}anah (kecerdasan), s}iddiq (jujur),
tabli>g (komunikatif), dan ama>nah (terpercaya).
B. Pendidikan Kewirausahaan Nabi Muhammad s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam
Pendidikan Kewirausahaan Nabi Muhammad s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam
adalah salah satu pembahasan inti penelitian ini, pembuktian bahwa Nabi Muhammad
s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam adalah seorang wirausahawan berbeda dengan
pembuktian Nabi Muhammad s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam mendidik untuk menjadi
seorang wirausahawan, karena tidak semua wirausahawan adalah pendidik dan begitu
juga sebaliknya. Saat menjelaskan hakikat seorang wirausahawan akan dijelaskan
bahwa jiwa seorang wirausahawan adalah jiwa yang inovatif, pencari peluang, dan
cerdas menghadapi resiko, maka dalam membuktikan bahwa Nabi Muhammad

2
s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam adalah seorang wirausahawan yang mendidik orang
lain menjadi wirausahawan. Anas bin Malik adalah salah satu contoh sahabat terkaya
yang dididik oleh Rasul sejak kecil. Anas bin Malik menuturkan. “…Sesungguhnya
aku tergolong orang Ansar yang memiliki kekayaan terbanyak…” “…Sesungguhnya
kebunku benar-benar berbuah dua kali setahun, tidak ada di negeri ini yang berbuah
dua kali setahun kecuali kebun ini…” Penuturan di atas bukanlah datang dengan tiba-
tiba akan tetapi melalui proses panjang yang dilalui oleh seorang Anas bin Malik.
Anas bin Malik melalui tahapan-tahapan pendidikan oleh Rasulullah s}allalla>hu
‘alaihi wa sallam, pada saat masih kecil Anas mendapatkan pendidikan-pendidikan
dasar dalam kewirausahaan dan setelah beranjak dewasa Anas bin Malik
mendapatkan pendidikan lanjutan dalam kewirausahaan.
C. Kisah Rosulullah Menjadi Wirausaha muda
Pada masa kecil, Rasulullah SAW  tumbuh sangat pesat. Malahan, dikatakan
bahwa pertumbuhannya sehari setara dengan sebulan manusia biasa. Ketika berumur
dua tahun, beliau tumbuh menjadi anak yang kuat dalam pangkuan Halimah As-
Sa’diah. Memasuki usia empat tahun, terjadi peristiwa Syaqqus Shadr (pembelahan
dada) oleh malaikat Jibril. Syeikh Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi mengatakan
dalam kitabnya,  Fiqh As-Sirah An-Nabawiyah, kejadian ini merupakan salah satu
indikasi kenabiannya dan bukti bahwa Allah SWT. memilih dan menyiapkannya
untuk mengemban tugas yang agung kelak (HR. Muslim). 
Setelah kejadian tersebut, Halimah pun merasa khawatir akan terjadi hal-hal
lain padanya. Lalu, dia bergegas mengembalikan Muhammad kepada  ibunda Siti
Aminah. Namun Sang Ibunda juga tak begitu lama membersamainya. Saat
Muhammad berusia enam tahun,  Siti Aminah wafat, dan meninggalkan Muhammad
hidup tanpa kehangatan kedua orang tuanya. Selepas kepergian ibunda, ia diasuh oleh
kakeknya,  Abdul Muthalib. Ia sungguh mencintai dan merawatnya dengan penuh
kasih sayang. Akan tetapi, ketika usia Muhammad  tepat  delapan tahun dua bulan dan
sepuluh hari, kakeknya pun wafat. Kemudian pengasuhan Muhammad  beralih kepada
pamannya,  Abu Thalib. Pada masa pengasuhan Abu Thalib inilah, beliau menjalani
masa remaja. Ketika Muhammad  berusia 12  tahun, Abu Thalib mengajaknya pergi
ke Syam (sekarang meliputi Suriah, Palestina, Yordania dan Lebanon) untuk
berbisnis.  Tatkala kafilahnya sampai di Bushra, mereka berjumpa dengan seorang
pendeta Nasrani bernama Buhaira. Dia mulai memperhatikan Muhammad, 
menghampiri dan berbicara dengannya. Tak lama, ia menengok ke Abu Thalib dan

3
bertanya “Apa hubunganmu dengan anak kecil ini ?” “Ia anakku,” jawabnya. “Ia
bukan anakmu, dan semestinya anak itu tidak memiliki ayah yang masih hidup,” kata
Buhaira.  Abu Thalib pun mengakui bahwa dia adalah keponakannya. Pendeta itu lalu
meminta kepada Abu Thalib untuk membawanya  pulang kembali, takut akan orang-
orang Yahudi yang hendak menyakitinya. Lantas ia pun membawanya kembali ke
Mekkah. 
Setelahnya, Ahmad (nama lain Nabi SAW)  menjalani masa remajanya
dengan menggembala kambing, kendati upah yang didapat hanya beberapa qirath
(satu qirath:  0,2 g berlian) (HR. Bukhari). Tidak lain kecuali untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan membantu paman yang menanggung banyak anak. Layaknya
remaja zaman itu, banyak sekali yang rusak akibat perbuatan maksiat. Tapi dengan
izin Allah, Ahmad muda nan gagah terjaga dari perbuatan yang merugikan
kebanyakan kawan sebayanya. Sampai suatu ketika Nabi bercerita tentang dirinya,
bahwa dia pernah dua kali duduk mendengarkan pesta perkawinan ketika zaman
jahiliah, tapi Allah tutup telinganya hingga tertidur dan terbangun esoknya dengan
terik matahari. “Setelah itu, aku tidak pernah lagi berniat (mengikuti) perbuatan
buruk.” (HR. Thabrani).
Ketika Muhammad menginjak usia 20  tahun, di Mekkah terjadi peristiwa
Harbul Fijar (Peperangan Fijar). Perang yang meletup antara Kabilah Quraisy
bersama Bani Kinanah melawan Qais dan ‘Aylan. Beliau pun ikut berperang dengan
paman-pamannya dan menyiapkan anak panah untuk mereka.
Pasca kemenangan Kabilah Quraisy  dalam peperangan tersebut, disepakatilah
perjanjian yang diabadikan dengan istilah Halful Fudhul. Bertambahlah
pengalamannya dalam masalah diplomasi dan negosiasi. Sedemikian terkesannya,
beliau berkata -- setelah diutus menjadi Rasul -- “Aku telah menyaksikan di rumah
Abdullah bin Jad’an perjanjian yang lebih aku sukai daripada unta merah [kendaraan
elit waktu itu], dan sekiranya aku diundang pada momen yang sama pada hari ini,
tentu aku memenuhinya.” Menjelang usia dewasa yang matang, Muhammad  semakin
menekuni dunia bisnis. Menurut Syeikh Mubarikfuri dalam Ar-Rahiq Al-Makhtum, 
Nabi berdagang dengan mitra terbaiknya Saib bin Abi Saib. Barulah ketika berumur
dua puluh lima tahun, Muhammad menjalin kerja sama bisnis dengan Siti Khadijah,
wanita kaya raya nan mulia.  
Mengenal lebih jauh pribadi Nabi SAW  bukan hanya ketika peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW yang bertepatan 12 Rabiul Awwal setiap tahun.

4
Namun, kewajiban kita sebagai umatnya patut terus menggali sejarah kehidupannya
(sirah) dari berbagai aspek dan masa.  Kiranya, gambaran masa remaja Rasulullah
tersebut dapat menguatkan hati kita untuk lebih mencintai  dan menjadikannya
panutan dalam merangkai kehidupan. Juga menceritakannya kepada keluarga dan
sanak saudara serta masyarakat luas. Apalagi disaat Rasulullah dinistakan oleh
Presiden Perancis Macron dan para pembeci Islam beberapa waktu lalu. 

Anda mungkin juga menyukai