Anda di halaman 1dari 23

Kepemimpinan dan Manajemen Rasulullah

Teladan Rasulullah bagaikan samudra yang luas, dengan mutiara tidak bertepi. Bagaiman taman
dengan banyak bunga berwarna-warni.Sayang kita sering melihat Rasulullah dengan mata yang
rabun dekat dan rabun jauh.

Siapa yang jumlah khatam Al Qur'an-nya lebih banyak dari usianya sekarang?
Siapa yang sudah khatam membaca terjemah?
Siapa yang sudah khatam membaca buku biografi Rasulullah?

Jika kita belum pernah selesai membaca biografi Rasulullah, maka sungguh kita hanya sangat
sedikit mengenal Rasulullah.

Seringkali kita hanya mengenal Rasulullah di awang-awang, di antara dua ekstrim. Pertama
sebagai nabi, yang berbeda dengan kita sebagai manusia biasa. Kedua Rasulullah hidup di masa
lalu, dengan prinsip yang bisa jadi sudah tidak sesuai dengan masa kini.

Padahal ada 3 sifat dari kebijaksanaan Rasulullah :


- bersifat holistik dan komprehensif dalam berbagai aspek kehidupan
- teortinya terbukti sudah diimplementasikan secara operasional
- diterima secara luas

8 Aspek kepemimpinan Rasulullah adalah :

Sebagai sentranya adalah religious spirituality, sebagai seorang nabi Allah.

Pertama, self development, sebagai seorang yang lahir yatim, dan ditinggalkan ibu di usia 6
tahun, lalu ditinggalkan kakek di usia 8 tahun, dan harus bisa mandiri di usia 9 tahun. Rasulullah
merupakan keteladanan bagaimana bisa bangkit dari kondisi yang sulit.

Kedua, business & entrepreneurship, yaitu Rasulullah sebagai pengusaha yang sukses.

Ketiga, family, sebagai menantu, mertua, suami idaman, ayah teladan, anak yang hormat kepada
Ibu susunya Halimatus Sa’diyah, kepada bibinya, serta kerabat kakeknya.

Keempat, dakwah, bagaimana beliau dapat menyampaikan dakwah kepada orang yang cerdas
seperti Abu Bakar, Ustman bin Affan, Saad bin Abi Waqash, Khalid bin Walid, dan juga kepada
seorang budak seperti Bilal bin Rabah, dalam satu majelis, dan semua bisa memahami.

Kelima, politik, bagaimana membangun Negara Madinah dengan masyarakat yang beraneka
ragam.

Keenam, education, Rasulullah memiliki 20 holistic learning method, salah satunya adalah
Rasulullah mengutamakan active interaction. Rasulullah selalu melakukan eye contact, jabatan
tangannya erat, berbalik dengan seluruh badan, tersenyum karena tersenyum dapat mendekatkan
jarak. Rasulullah berjalan seperti orang yang turun dari bukit.

Salah satu metode yang sering digunakan Rasulullah adalah story telling, yang merupakan
metode belajar yang paling efektif. Di dalamnya ada motivasi, bahwa ada yang mengalami
kesulitan, dan berhasil bangkit.

Contoh kisah sukses adalah dari Chairul Tanjung, yang ketika tidak memiliki uang untuk
membayar SPP, dan satu-satunya barang berharga yang dimiliki ibunya adalah kain halus,
namun ibunya melarang untuk dijual, hanya boleh digadikan. Maka kain halus pun digadaikan,
sebagian uangnya digunakan untuk membayar SPP, dan sebagian lagi untuk modal awal
berjualan diktat. Setelah terkumpul uang dari berjualan, kain halus pun dikembalikan ke ibu, dan
Chairul Tanjung minta didoakan agar tidak akan lagi menyusahkan ibunya dan dapat membantu
membayarkan SPP adik-adiknya.

Jika ingin sukses, bacalah kisah orang sukses, berjuanglah seperti orang sukses, berhematlah
seperti orang sukses, rendah hatilah seperti orang sukses, maka insya Allah akan sukses.

Ketujuh, legal system, yaitu berupa hukum Islam yang berasal dari Al Qur’an. Ustadz Syafi’i
pernah datang ke Supreme Court di Amerika Serikat, terdapat relief kayu 8 penegak hukum
dunia, yang salah satunya adalah Muhammad dari Arab.

Kedelapan, military strategy. Dalam 10 tahun, Rasulullah mengalami 9 perang besar dan 53
ekspedisi. Artinya hampir setiap 2 bulan, Rasulullah harus menyusun strategi, untuk sekitar 120
ribu pasukan, dengan berbagai keterbatasan teknologi saat itu.

Tidak ada satu pun pemimpin dunia yang memiliki keberhasilan di seluruh aspek seperti
Rasulullah.

Lalu bagaimana menerapkan teladannya dalam kehidupan kita?

Rasulullah adalah seorang “credible business leader with super managerial competence”. Para
sahabat tidak dibayar, tetapi mati-matian mendukung perjuangan Rasulullah, bahkan
mengorbankan hartanya sendiri.

Contoh kepemimpinan yang dilakukan Rasulullah adalah “sharing the vision” & “hands on”.
Seringlah turun langsung ke lapangan, dan banyak persoalan akan terselesaikan.

Rasulullah juga mencontohkan global competitiveness, be global players with world class
product.
Hadits Rasullah menyatakan, “Sesungguhnya Allah sangat suka siapapun hamba, yang jika
diberikan tugas, ia melakukannya dengan serius dan dengan kualitas terbaik yang mungkin
(bukan asal-asalan).

Jika kita commit pada kualitas, sukses akan commit kepada kita. Success only belongs to those
who commit to quality.
Rasulullah terbaik dalam berbagai aspek, maka kita dalam bidang apa pun tugas kita, jadilah
terbaik di bidang kita tersebut. Maksimalkan apa yang dapat kita lakukan dalam bidang kita.
Capailah KPI yang telah ditetapkan bagi kita sebagai pimpinan. Akan ada reward sesuai
performance kita.

Dan di bulan Ramadhan ini, yakinlah Allah tidak tidur, tidak lengah. Ikhlas dan yakin Allah adil
akan apresiasi, baik sekarang, mid term, ataupun long term. Dalam bentuk uang, ataupun dalam
bentuk terhindar dari mara bahaya.

Seperti filosofi sa'i, ketika kita lelah berlari dari Shafa ke Marwa, 7 kali bolak-balik, reward akan
kita peroleh, yaitu air zamzam di dekat ka’bah. Kita bekerja keras, yang penting maksimalkan
usaha dulu, akan ada reward dalam bentuk apa pun, dekat ataupun jauh.

Rasulullah berdagang sampai lebih dari 1000 km, dalam waktu 25 tahun hidupnya (masa
kenabian 23 tahun), dengan omset yang besar. Rasulullah merupakan teladan di masjid, di
keluarga, juga di bisnis.

Jika kita termasuk pedagang (taajirun) yang jujur, karyawan pun termasuk pedagang sebagai
bagian dari sistem yang menjual produk perusahaan, jujur pada pelanggan dengan produk dan
layanan yang reliable, dijanjikan akan dibangkitkan bersama para nabi, siddiqin, syuhada, dan
shalihin. Karena berdagang memang banyak kesulitan dan tantangannya.

Meneladani Rasulullah merupakn “a lifetime process”. Pada Rasulullah ada contoh aplikasi,
walk the talk, dari Islam. Mari kita pelajari kehidupan rasulullah, dan ambil dalam khidupan kita.

MANAJEMEN RASULULLAH SAW DALAM BIDANG PENDIDIKAN

Mengkaji perjalanan hidup Rasulullah Saw adalah bagaikan mengarungi lautan yang tidak
bertepi karena sangat luas, sangat kaya, dan mencerahkan. Keluasan suri teladan Rasulullah Saw
mencakup semua aspek kehidupan. Manfaat mengkaji sirah Rasulullah Saw adalah agar setiap
muslim memperoleh gambaran tentang hakikat Islam secara paripurna, yang tercermin di dalam
kehidupan Nabi Muhammad Saw, sesudah ia dipahami secara konseptional sebagai prinsip,
kaidah dan hukum. Kajian Sirah Rasulullah Saw hanya merupakan upaya aplikatif yang
bertujuan memperjelas hakikat Islam secara utuh dalam keteledanannya yang tertinggi, Nabi
Muhammad Saw.

Bangsa dan umat ini membutuhkan suri teladan yang layak untuk ditiru dan sanggup membawa
setiap insan Indonesia lebih maju dan lebih bermartabat. Indonesia membutuhkan teladan hampir
dalam semua spektrum kehidupan, terutama dalam dunia pendidikan, sangat membutuhkan figur
pendidik dan tenaga kependidikan dalam mengelola pendidikan dan memperlakukan siswa
sebagai orgasma yang tumbuh dan perlu diperhatikan dari waktu ke waktu. Karena memang
pendidikan sejatinya merupakan proses transformasi nilai dan budi pekerti bukan sekedar
transmisi informasi dan data belaka.
Indonesia membutuhkan suri teladan leadership dan manajemen yang meyakini bahwa jabatan
adalah tanggung jawab dunia akhirat dan bukan kemegahan serta peluang untuk menambah
kekayaan semata dengan berbagai cara. Teladan kepemimpinan itu sesungguhnya terdapat pada
diri Rasulullah Saw, karena beliau adalah pemimpin yang holistic, accepted, dan proven. holistic
(menyeluruh) karena beliau adalah pemimpin yang mampu mengembangkan leadership dalam
berbagai bidang termasuk salah satunya yaitu pendidikan yang bermoral dan mencerahkan.
Accepted (diterima) karena diakui lebih dari 1,3 miliar manusia. Dan proven (terbukti) karena
sudah terbukti sejak lebih dari 15 abad yang lalu hingga hari ini masih relevan diterapkan.

Sejarah mencatat Rasulullah Saw telah menanamkan kasih sayang dalam kepemimpinanya.
Jelas, bagaimana cara beliau memimpin, berinteraksi dan mendidik pengikutnya. Tak heran,
kejayaan Islam pertama di pegang oleh tokoh-tokoh yang tidak diragukan lagi kapabilitasnya.
Kita bisa melihat bagaimana ‘preman pasar’ semacam Umar bin Khattab yang kemudian menjadi
kepala negara yang susah dicari tandingannya di masa sekarang atau Khalid bin Walid menjelma
menjadi seorang panglima perang dari hanya seorang ‘jagoan kampung’. Dan hamba sahaya
semacam Salman Al Farisi yang sebelumnya hanya mengenal cara menanam dan merawat kurma
di Madinah bisa menjadi gubernur yang sukses di Persia. Serta bagaimana pengembala kambing
seperti Abdullah bin Mas’ud bisa menjadi ‘guru’ dan ahli tafsir al Qur’an.

Rasulullah Saw adalah teladan yang baik dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu dimensi
dari kesuksesan Rasulullah Saw dalam manajemen dalam bidang pendidikan. Memang, beliau
adalah seorang yatim yang tidak mendapatkan pendidikan sekolah yang mengajarkannya baca
tulis, namun beliau sangat menekankan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kualitas
manusia. Beliau tidak pernah mengenyam pendidikan di pusat-pusat pendidikan Yunani dan
diasuh oleh para filosof, namun pemikiran yang beliau hasilkan mampu menjawab berbagai
persoalan manusia.

Tidak ada manusia yang demikian sempurna dapat diteladani karena di dirinya terdapat berbagai
sifat mulia. Di samping itu, Rasulullah Saw juga pernah mengalami berbagai keadaan dalam
hidupnya. Beliau pernah merasakan hidup yang susah sehingga dapat menjadi teladan bagi
orang-orang yang sedang mengalami kesulitan hidup. Beliau juga pernah menjadi orang kaya,
sehingga dapat jadi teladan bagaimana seharusnya menggunakan kekayaan. Beliau pernah
menjadi manajer atau pemimpin di berbagai bidang sehingga kita dapat meneledani manajerial
beliau.

Rasulullah Saw sebagai Perencana (Planning)

Perencanaan adalah aktivitas memikirkan dan memilih rangkaian tindakan-tindakan yang tertuju
pada tercapainya maksud-maksud dan tujuan pendidikan. Dan dalam proses perencanaan,
terdapat beberapa tahap, yaitu: 1) identifikasi masalah, 2) perumusan masalah, 3) penetapan
tujuan, 4) identifikasi alternatif, 5) pemilihan alternatif, dan 6) elaborasi alternatif.

Sudah menjadi kebiasaan orang-orang Arab masa itu bahwa sebagian golongan mereka berpikir
selama beberapa waktu tiap tahun untuk menjauhkan diri dari keramaian orang, berkhalwat dan
mendekatkan diri kepada Tuhan-tuhan mereka dengan bertapa dan berdoa, mengharapkan diberi
rezeki dan pengetahuan. Rasulullah Saw juga mengasingkan diri di gua Hira’. Di tempat ini
rupanya beliau mendapat tempat yang paling baik guna mendalami pikiran dan renungan yang
berkecamuk dalam dirinya.

Tujuan Rasulullah Saw berkhalwat dan bertafakkur dalam gua Hira’ tersebut adalah untuk
mengidentifikasi masalah yang terjadi pada masyarakat Mekkah. Selain itu, beliau juga
mendapatkan ketenangan dalam dirinya serta obat penawar hasrat hati yang ingin menyendiri,
mencari jalan memenuhi kerinduannya yang selalu makin besar, dan mencapai ma’rifat serta
mengetahui rahasia alam semesta.

Pada usia 40 tahun, Rasulullah Saw menerima wahyu pertama. Jibril memeluk tubuh Rasulullah
Saw ketika beliau ketakutan. Tindakan Jibril tersebut merupakan terapi menghilangkan segala
perasaan takut yang terpendam di lubuk hati beliau. Pelukan erat itu mampu membuat Rasulullah
Saw tersentak walau kemudian membalasnya. Sebuah tindakan refleks yang melambangkan
sikap berani. Setelah kejadian itu, Rasulullah Saw tidak pernah dihinggapi rasa takut, apalagi
bimbang dalam menyebarkan Islam ke seluruh pelosok dunia.

Pendidikan Islam mempunyai kedudukan yang tinggi, ini dibuktikan dengan wahyu pertama di
atas yang disampaikan Rasulullah Saw bagi pendidikan. Beliau menyatakan bahwa pendidikan
atau menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang, laki-laki dan perempuan. Rasulullah Saw diutus
dengan tujuan untuk menyempurnakan akhlak manusia. Itulah yang menjadi visi pendidikan
pada masa Rasulullah Saw.

Selain itu, ketika Rasulullah Saw menentukan tempat hijrah pertama untuk para sahabatnya ke
Ethiopia (Habasyah), tampak sekali bahwa hal itu tidak lahir dari sebuah gagasan yang datang
tiba-tiba tanpa perencanaan dan pertimbangan yang matang terhadap situasi dan kondisi
geopolitik dan keagamaan di wilayah tersebut. Pemilihan Ethiopia yang secara geografis tidak
masuk bagian Jazirah Arab dan cukup jauh dari Mekkah bahkan dibatasi oleh laut
memungkinkan para sahabat Rasulullah Saw yang berhijrah tidak terkejar oleh kaum Quraisy
yang saat itu memiliki pengaruh dan kekuatan cukup besar. Rasulullah Saw juga tidak meminta
para sahabat untuk pergi ke tempat yang lebih jauh lagi sehingga justru mempersulit para
muhajirun dan menyebabkan terputusnya kabar dari mereka. Ethiopia saat itu berada di bawah
kekuasaan seorang pemimpin yang dikenal cukup bijak dan adil sehingga menjamin keamanan
para muhajirun. Situasi keagamaan di wilayah itu juga cukup kondusif, karena raja dan
penduduknya memeluk agama Nasrani yang secara psikologis relatif lebih memiliki kedekatan
dibanding dengan kaum pagan.

Demikian pula dengan proses perjalanan hijrah Rasulullah Saw ke Madinah mengungkapkan
ketelitian dan kecermatan perencanaan yang dilakukan oleh beliau. Dalam proses hijrah ke
Madinah Munir Muhamad Ghadlban mencatat sejumlah point penting perencanaan Rasulullah
Saw seperti pemilihan waktu keluar Mekkah di siang hari di bawah terik matahari dengan
menutup muka di saat kebanyakan orang sedang malas ke luar rumah, pembelian dua binatang
kendaraan perjalanan empat bulan sebelumnya, penyiapan bekal Asma’ binti Abu Bakar, keluar
rumah Abu Bakar tidak melalui pintu yang biasanya, menugaskan Abdullah ibn Abu Bakar
sebagai pengumpul informasi, penunjukan Abdullah Ibn Uraqit yang non-muslim sebagai
pemandu terpercaya, menggunakan jalur perjalanan yang tidak biasa dilalui manusia, menjadikan
gua Tsur sebagai tempat transit dan lain-lain.
Hijrah ke Madinah adalah hijrah yang paling utama sewaktu umat Islam dihina dan disiksa di
Mekkah. Ketika itu umat Islam menunggu perintah berhijrah dari Allah mengenai kebenaran
berhijrah. Meskipun izin sudah didapat, Rasulullah Saw tidak segera melaksanakan hijrah.
Beliau terlebih dahulu memikirkan dan merumuskan manajemen yang rapi dan strategi yang
tepat sehingga pelaksanaan hijrah bisa berhasil dilakukan dengan lancar dan sukses.

Perencanaan ini berguna untuk menetapkan tujuan yang jelas. Selain itu, keberadaan tujuan juga
berfungsi untuk menentukan tindakan yang sesuai agar mencapai tujuan itu. Sebelum melakukan
hijrah, Rasulullah Saw dibantu para sahabatnya merumuskan rencana perjalanan ke Madinah
dengan rapi, termasuk memikirkan cara-cara yang perlu dilakukan kalau ada perlawanan dari
kaum kafir Qurasiy. Beberapa strategi yang dirumuskan Rasulullah Saw bersama para
sahabatnya antara lain: 1) Pelaksanaan hijrah dilakukan pada waktu malam hari; 2) Jalur hijrah
melewati jalan alternatif; 3) Saat berhijrah, para sahabat tidak membawa harta benda yang akan
menimbulkan kecurigaan dari penduduk Mekkah; 4) Sebelum berangkat, harus dipastikan
terlebih dahulu bahwa penduduk Madinah bersedia menerima para sahabat sebagaimana yang
mereka nyatakan saat Perjanjian Aqabah I dan II.

Pelaksanaan hijrah jelas ditunjukkan untuk memelihara akidah dan menjaganya agar tidak lagi
tercampur dengan amalan menyembah berhala. Oleh karena itu, seyogianya juga manajer atau
pemimpin pendidikan mempunyai niat yang jelas pada bidang pendidikan yang akan digelutinya.

Pada masa-masa awal dakwah Rasulullah Saw, tepatnya pada tahun kelima kenabian Rasulullah
Saw menjadikan sebuah rumah milik al Arqam ibn al Arqam al Makhzumi sebagai tempat
pertemuan beliau dengan para sahabatnya yang saat itu merupakan minoritas yang senantiasa
dijadikan objek tekanan dan penindasan kaum kafir Quraisy.

Menurut analisis, setidaknya ada tiga alasan penting pemilihan rumah al Arqam, antara lain:

1. Al Arqam bernaung di bawah klan Bani Makhzum yang merupakan musuh tradisional Bani
Hasyim. Dengan alasan ini, akan sangat sulit bagi kaum kafir membayangkan bahwa Rasulullah
Saw yang datang dari klan Bani Hasyim justru menggunakan rumah anggota klan Bani Makhzum.
2. Saat itu usia al Arqam ibn al Arqam masih sangat belia, yakni baru berusia 16 tahun, sehingga
anggapan kaum kafir akan sulit mengerti bagaimana sebuah rumah milik seorang anak muda
belia akan dijadikan pusat dakwah oleh Rasulullah Saw.
3. Keislaman al Arqam masih belum diketahui siapapun kecuali oleh kalangan umat Islam saat itu
saja.

Pada tahun ke-6 Hijriyah, Rasulullah Saw bersama 1.500 kaum Muslim berangkat dari Madinah
ke Mekkah dengan maksud hendak berumrah. Namun, kafir Quraisy mencegat rombongan itu di
tempat bernama Hudaibiyyah. Di tempat itulah terumuskan perjanjian tertulis antara kafir
Quraisy dengan kaum Muslim yang disebut dengan Perjanjian Hudaibiyyah (shulhul
Hudaibiyyah).

Dari perjanjian tersebut terkesan Rasulullah Saw kalah dalam berdiplomasi dan terpaksa
menyetujui beberapa hal yang berpihak kepada kafir Quraisy. Kesan tersebut ternyata terbukti
sebaliknya setelah perjanjian tersebut disepakati. Disinilah terlihat kelihaian Rasulullah Saw dan
pandangan beliau yang jauh ke depan.
Rasulullah Saw adalah insan yang selalu mengutamakan kebaikan yang kekal dibandingkan
kebaikan yang hanya bersifat sementara. Walaupun perjanjian itu amat berat sebelah, Rasulullah
Saw menerimanya karena memberikan manfaat di masa depan saat umat Islam berhasil
membuka kota Mekkah (fath al Makkah) pada tahun ke-8 Hijriyah (dua tahun setelah perjanjian
Hudaibiyah).

Penghargaan dan perlindungan Hak Asasi Manusia yang dideklarasikan PBB dan dunia barat
pada abad 20 sebenarnya sudah dicetuskan dan diberlakukan pada saat Rasulullah Saw hijrah ke
Madinah dengan menghargai semua golongan dan kepercayaan, sehingga semua orang yang
tinggal di kota Madinah merasa aman dan saling menghargai. Dan secara administratif
ditetapkan di dalam Piagam Madinah (Madeena Charter).

Rasulullah Saw sebagai Pengorganisir (Organizing)

Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum, yang pertama pengorganisasian diartikan
sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional. Kedua merujuk pada proses pengorganisasian
yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara para anggota, sehingga tujuan
organisasi itu dapat dicapai secara efektif.

Pada masa Rasulullah Saw dan awal Islam terdapat beberapa lembaga yang menjadi central
pendidikan. Tentu saja, lembaga-lembaga ini belum seperti lembaga-lembaga pendidikan formal
atau seperti lembaga-lembaga pendidikan di Yunani. Namun, lembaga-lembaga ini telah turut
serta dalam memajukan pendidikan masyarakat Muslim pada waktu itu. Lembaga-lembaga itu
antara lain sebagai berikut.

Dar al Arqam

Rumah merupakan tempat pendidikan awal yang diperkenalkan ketika Islam mulai berkembang
di Makkah. Rasulullah Saw menggunakannya sebagai tempat pertemuan dan pengajaran dengan
para sahabat. Bilangan kaum Muslim yang hadir pada masa awal Islam ini masih sangat kecil,
tetapi makin bertambah sehingga menjadi 38 orang yang terdiri dari golongan bangsawan
Quraisy, pedagang dan hamba sahaya.

Di Dar al Arqam, Rasulullah Saw mengajar wahyu yang telah diterimanya kepada kaum Muslim.
Beliau juga membimbing mereka menghafal, menghayati dan mengamalkan ayat-ayat suci yang
diturunkan kepadanya.

Masjid

Fungsi masjid selain tempat ibadah, juga sebagai tempat penyebaran dakwah, ilmu Islam,
penyelesaian masalah individu dan masyarakat, menerima duta-duta asing, pertemuan
pemimpin-pemimpin Islam, bersidang, dan madrasah bagi orang-orang yang ingin menuntut
ilmu khususnya tentang ajaran Islam.

Setelah hijrah ke Madinah, pendidikan kaum Muslim berpusat di masjid-masjid. Masjid Quba’
merupakan masjid pertama yang dijadikan Rasulullah Saw sebagai institusi pendidikan. Di
dalam masjid, Rasulullah Saw mengajar dan memberi khutbah dalam bentuk halaqah di mana
para sahabat duduk mengelilingi beliau untuk mendengar dan melakukan tanya-jawab berkaitan
urusan agama dan kehidupan sehari-hari. Di antara masjid yang dijadikan pusat penyebaran ilmu
dan pengetahuan ialah Masjid Nabawi, Masjidil Haram, Masjid Kufah, Masjid Basrah dan
banyak lagi.

Al Suffah

Al Suffah merupakan ruang atau bangunan yang bersambung dengan masjid. Suffah dapat dilihat
sebagai sebuah sekolah karena kegiatan pengajaran dan pembelajaran dilakukan secara teratur
dan sistematik. Contohnya Masjid Nabawi yang mempunyai suffah yang digunakan untuk
majelis ilmu. Lembaga ini juga menjadi semacam asrama bagi para sahabat yang tidak atau
belum mempunyai tempat tinggal permanen. Mereka yang tinggal di suffah ini disebut Ahl al
Suffah.

Kuttab

Kuttab didirikan oleh bangsa Arab sebelum kedatangan Islam dan bertujuan memberi pendidikan
kepada anak-anak. Namun demikian, lembaga pendidikan tersebut tidak mendapat perhatian dari
masyarakat Arab, terbukti karena sebelum kedatangan Islam, hanya 17 orang Quraisy yang tahu
membaca dan menulis. Mengajar keterampilan membaca dan menulis dilakukan oleh guru-guru
yang mengajar secara sukarela.

Rasulullah Saw juga tidak membuang-buang kesempatan untuk mencerdaskan masyarakat


Madinah. Beliau sangat menyadari pentingnya kemampuan membaca dan menulis. Ketika
perang Badar usai, terdapat sekitar 70 orang Quraisy Makkah menjadi tawanan. Rasulullah
meminta masing-masing mereka mengajari 10 orang anak-anak dan orang dewasa Madinah
dalam membaca dan menulis sebagai salah satu syarat pembebasan mereka. Dengan demikian,
dalam kesempatan ini 700 orang penduduk Madinah berhasil dientaskan dari buta huruf. Angka
ini kemudian terus membesar ketika masing-masing mereka mengajarkan kemampuan tersebut
kepada yang lain.

Rasulullah Saw sebagai Pengembang Staf (Staffing)

Pengembangan staf (staffing) ini meliputi juga pengkaderan dan pendelegasian wewenang.
Pengkaderan ini Rasulullah Saw lakukan terhadap beberapa orang sahabat yang beliau didik
dalam keagamaan. Beliau juga mendelegasikan wewenang kepada beberapa orang sahabat yang
telah diberinya ilmu yang mencukupi untuk menyampaikan dan mengajarkan ajaran Islam
kepada mereka yang belum atau baru saja memeluk agama Islam.

Rasulullah Saw pernah mendelegasikan atau mengutus beberapa orang sebagai delegasi.
Misalnya: Ja’far bin Abu Thalib diutus untuk memimpin kaum muslim yang hijrah ke Etiopia
(Habasyah) dan menghadap kepada raja Negus.

Selain mengutus Ja’far bin Abu Thalib, Rasulullah Saw juga pernah mendelegasikan Mus’ab bin
Umair ke Madinah (Yastrib) sebelum kaum muslim Mekkah hijrah ke Madinah, dengan tugas
mengajarkan al Qur’an kepada mereka dan berbagai pengetahuan lainnya mengenai agama
Islam. Pembinaan dan pendelegasian wewenang ini cukup efektif karena pada gilirannya mereka
juga akan membentuk kader mereka sendiri-sendiri sehingga ajaran Islam semakin luas syiarnya.

Ketika Rasulullah Saw mengutus Ja’far bin Abu Thalib sebagai ketua delegasi umat Islam untuk
menyampaikan dakwah kepada raja Najasi di Habasyah dan Mus’ab bin Umair sebagai ‘guru’ di
Madinah. Bukan tanpa alasan Rasulullah Saw memilih Ja’far bin Abu Thalib dan Mus’ab bin
Umair. Karena setelah dianalisis, keduanya adalah orang yang tepat untuk mengemban amanah
tersebut.

Dikisahkan bahwa Rasulullah Saw mengkoordinasikan dan mendelegasikan berbagai tugas


kepada beberapa sahabat sebelum pelaksanaan hijrah ke Madinah, di antaranya: Abu Bakar
ditugaskan untuk menemani Rasulullah Saw, Ali bin Abu Thalib untuk tidur di kamar Rasulullah
Saw, Abdullah bin Abu Bakar untuk menyampaikan berita dari Mekkah, Asma’ binti Abu Bakar
ditugaskan untuk membawa bekal makanan saat beliau dan Abu Bakar berada di gua Tsur,
Abdullah bin Uraiqat Al Laithi untuk penunjuk jalan, dan golongan Ansor juga ditugaskan untuk
menyambut dan menjaga keselamatan golongan Muhajirin yang ikut hijrah ke Madinah.

Bukti lain, kecakapan Rasulullah Saw dalam mensinergikan berbagai potensi yang dimiliki oleh
para pengikut beliau dalam mencapai suatu tujuan. Sebagai contoh dalam mengatur strategi
perang Uhud, beliau menempatkan pasukan pemanah di puncak bukit untuk melindungi pasukan
invantri. Beliau juga mempersaudarakan kaum Anshor dan Muhajirin dalam membangun
masyarakat Madinah.

Rasulullah Saw sebagai Pemimpin (Leading)

Salah satu faktor kejayaan pendidikan Rasulullah Saw adalah karena beliau menjadikan dirinya
sebagai model dan teladan bagi umatnya. Rasulullah Saw adalah al Qur’an yang hidup (the
living Qur’an). Artinya, pada diri Rasulullah Saw tercermin semua ajaran Al-Qur’an dalam
bentuk nyata. Beliau adalah pelaksana pertama semua perintah Allah dan meninggalkan semua
larangan-Nya. Oleh karena itu, para sahabat dimudahkan dalam mengamalkan ajaran Islam yaitu
dengan meniru perilaku Rasulullah Saw.

Sekolah atau sistem pendidikan Rasulullah Saw belum mengeluarkan pengakuan kelulusan
melalui gelar atau ijazah. Nilai tertinggi murid-murid Rasulullah Saw terletak pada tingkat
ketakwaan. Ukuran takwa terletak pada akhlak dan amal shaleh yang dilakukan oleh masing-
masing sahabat. Dengan demikian, output sistem pendidikan Rasulullah Saw adalah orang yang
langsung beramal dan berbuat dengan ilmu yang didapat karena Allah. Dengan sistem
pendidikan yang demikian dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para sahabat maka
lahirlah generasi yang dikenal sebagai salafusshalih yang disebut-sebut sebagai generasi Islam
terbaik.

Berbagai teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh para guru leadership ditemukan para
pribadi dan kepemimpinan Rasulullah Saw. Salah satu teori dikemukakan oleh Kets de Vries
yang menyimpulkan dari penelitian klinisnya terhadap para pemimpin bahwa sebanyak
prosentase tertentu dari para pemimpin itu mengembangkan kepemimpinan mereka karena
dipengaruhi oleh trauma pada masa kecil mereka.

Rasulullah Saw mengalami masa-masa sulit di waktu kecilnya. Di usia dini beliau sudah menjadi
yatim piatu. Pada usia kanak-kanak itu pula beliau harus mengembala ternak penduduk Mekkah.
Di awal usia remaja beliau sudah mulai belajar berdagang dengan mengikuti pamannya Abu
Thalib ke daerah-daerah sekitar Jazirah Arab.

Salah satu bukti kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ‘guru’ kepemimpinan dan
manajemen modern terdapat pada diri Rasulullah Saw. Misalnya, sifat-sifat dasar kepemimpinan
menurut Warren Bennis, sebagai berikut:

1. Guiding Visoner (visioner). Rasulullah Saw sering memberikan berita gembira mengenai
kemenangan dan keberhasilan yang akan diraih pengikutnya dikemudian hari. Visi yang jelas ini
mampu membuat para sahabat tetap sabar dan tabah meskipun perjuangan dan rintangan
begitu berat.
2. Passion (berkemampuan kuat). Berbagai cara yang dilakukan musuh-musuh Rasulullah Saw
untuk menghentikan perjuangan beliau tidak berhasil. Beliau tetap sabar, tabah, dan sungguh-
sungguh.
3. Integrity (integritas). Rasulullah Saw dikenal memiliki integritas yang tinggi, berkomitmen
terhadap apa yang dikatakan dan diputuskannya, dan mampu membangun tim yang tangguh.
4. Trust (amanah). Rasulullah Saw dikenal sebagai orang yang sangat dipercaya (al Amin) dan ini
diakui oleh sahabat-sahabat bahkan musuh-musuh beliau, seperti Abu Sufyan ketika ditanya
Hiraklius (kaisar Romawi) tentang perilaku Rasulullah Saw.
5. Curiosity (rasa ingin tahu). Hal ini terbukti bahwa wahyu pertama yang diturunkan adalah
perintah untuk belajar (iqra’).
6. Courage (berani). Kesanggupan memikul tugas kerasulan dengan segala resiko adalah
keberanian yang luar biasa.

Rasulullah Saw sebagai Pengawas (Controlling)

Controlling atau pengawasan adalah proses pengawasan kinerja sebuah organisasi. Caranya,
dengan mengevaluasi rencana awal dan kenyataan yang terjadi. Kalau ditemukan masalah,
langkah-langkah perbaikan bisa dilakukan dengan cepat dan tepat. Oleh karena itu, dalam setiap
pengawasan harus dibarengi dengan proses pemilihan solusi penyelesaian masalah (problem
solving) yang terbaik. Dengan kata lain, pengawasan bersifat membimbing dan membantu
mengatasi kesulitan dan bukan mencari kesalahan.

Sebagai salah satu bukti pengendalian Rasulullah Saw dan cara penyelesaian masalah, seperti
dalam kisah berikut ini:

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa ada seorang lelaki yang
mempunyai masalah datang menghadap Rasulullah Saw. Ia berkata, “Ya Rasulullah, aku telah
binasa.” Rasulullah Saw bertanya, “Apa yang terjadi?” Orang itu menjawab, “Saya mendatangi
isteri saya di pagi hari bulan Ramadhan dan saya berpuasa.”
Memang benar ini masalah besar. Orang itu telah melakukan dosa yang sangat besar. Ia
bersetubuh dengan isteri secara sengaja sewaktu berpuasa di bulan Ramadhan. Namun orang itu
sungguh hebat. Ia berani mengakui kesalahannya itu di hadapan Rasulullah Saw. Lalu apa yang
dilakukan Rasulullah Saw kepada orang itu?

Rasulullah Saw tidak bermuka masam atau marah. Beliau tidak memarahinya. Lelaki itu datang
dengan rasa penyesalan dan ingin bertobat. Ia tidak datang dengan sikap membangkang. Ia
datang berharap mendapat penyelesaian atas masalahnya.

Maka Rasulullah Saw bertanya, “Apakah kamu punya budak yang bisa dimerdekakan sebagai
kafarat atas apa yang telah kamu lakukan?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Rasulullah Saw
bertanya lagi, “Apakah kamu mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Lelaki itu menjawab,
“Tidak.” Rasulullah Saw bertanya lagi, “Apakah engkau mampu memberi makan 60 orang fakir
miskin?” Lelaki itu sekali lagi menjawab, “Tidak.”

Tiba-tiba terjadi kebuntuan. Lelaki itu tidak punya apapun yang bisa digunakan untuk membayar
kafarat atas perbuatan dosanya itu. Ia terduduk pasrah atas keputusan yang akan ditetapkan
Rasulullah Saw atasnya.

Tak lama kemudian, datang seseorang membawa sebakul kurma. Orang ini memberi kurma itu
kepada Rasulullah Saw. Beliau memanggil lelaki yang melanggar aturan Allah itu. Kepada
orang-orang yang berpuasa. Kepadanya Rasulullah Saw menyerahkan kurma itu. “Ambillah ini.
Sedekahkan.” Orang itu malah bertanya, “Ya Rasulullah, apakah saya harus bersedekah kepada
orang yang lebih miskin daripada saya? Demi Allah, tidak ada orang yang lebih miskin dari saya
di Madinah ini.”

Mendengar itu Rasulullah Saw tertawa, beliau berkata, “Kalau begitu, berikan kurma itu untuk
makan keluargamu.” Sungguh, betapa lebar senyum lelaki itu. Kafarat dosanya tertebus,
keluarganya mendapat makanan.

SUMBER RUJUKAN:

Al Bukhari. Shahih Bukhari, Beirut, Libanon: Dar al-Fikr.1991

Al Ghazali, Muhammad. Fiqhus Sirah: Menghayati Nilai-nilai Riwayat Hidup Muhammad Saw.
Abu Laila dan M. Thohir (terj.). Bandung: Al Ma’arif

Al Husaini, H.M.H. Al Hamid. Membangun Peradaban Sejarah Muhammad Saw, Sejak


Sebelum Diutus Menjadi Nabi. Bandung: Pustaka Hidayah. 2000

_ _ _ _ _ _. Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad Saw. Bandung: Pustaka Hidayah. 2009

Al Jazairi, Abu Bakar Jabir. Muhammad, My Beloved Prophet. Jakarta: Qisthi Press. 2007
Al Mubarraqfury, Shafiyyurrahman. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka Al Kautsar. 2007

Al Qaradlawi, Yusuf. Al-Rasūl wa al-`Ilm. Kairo: Dar al-Şahwah. t.th

Antonio, Muhammad Syafi’i. Muhammad Saw: The Super Leader Super Manager. Jakarta:
Tazkia Publising. 2009

Bennis, Warren. 1994. On Becoming a Leader. Addison Wesley: New York

Cholil, Munawwar. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw. Jakarta: Gema Insani Press.
2001

Fairchild, Henry Pratt. Dictionary of Sociology and Related Sciences. New Jersey: Littlefield
Adam & Co. Peterson

Ghadlban, Munir Muhamad. Fiqh al-Sirah al-Nabawiyah. Makkah: Umm al-Qura University,
1419 H

Haekal, Muhammad Husain. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Pustaka Jaya. 2008

Muslim, Shahih Muslim, Beirut, Libanon: Dar hya al-Turats. 1972

Shabban, Muhammad Ali. Teladan Suci Keluarga Nabi, Akhlak dan Keajaiban-keajaibannya.
Bandung: Mizan Pustaka. 2005

Syalabi, Mahmud. Kepribadian Rasulullah. Abdul Kadir Mahdami (terj.). Solo: Pustaka Mantiq.
1997

Syariati, Ali. Rasulullah Saw, Sejak Hijrah Hingga Wafat: Tinjauan Kritis Sejarah Nabi Periode
Madinah. Bandung: Pustaka Hidayah. 1996

Karakteristik manajemen Rasulullah Presentation Transcript

 1. "Sekiranya Fathimah bin Muhammad mencuri maka saya akan potong tangannya" Al Maidah:
8 An Nisaa: 58 kompetensi berkeadilan kapasitas sesuai dengan: didasarkan nilai-nilai Ilahiyah
kapabilitas visi Islam di muka bumi menjadi Khairul Ummah (Al hak dan kewajiban Ke-Tuhan-an
(As-shaf:9) Imran: 110) Al Baqoroh: 185 pengajaran tauhid, akidah Al Baqoroh: 178 An-Nasyrah:
5-6 waktu Kapan saja Al Maidah: 6 "Mudahkanlah jangan perks, sederhana buatlah orang
gembira dan Mudah jangan buat mereka lari" guru wara "Permudahlah wahai tawadhu
Saudaraku, jangan engkau tempat Ilmuwan persulit" Karakteristik Universal dimana saja dan
oleh siapa saja kepala rumah tangga Manajemen negarawan 62 peperangan selama 10
Rasulullah pengusaha tahun (120 bulan) --> 2 bulan sekali perang dll Madinah tetap aman, stabil
dan terkendali sesuai dan selaras dengan mendidik dan membina istri, menghadapi 1001
masalah riil kehidupan manusia menantu dan para sahabat mengurus pendidikan dari berbagai
sisi kehidupan Dinamis Rasulullah melakukan mengurus anak yatim Humanis akativitas seperti
kita pada umumnya membangun ekonomi membangun masyarakat Islam asbabun Nuzul
sebagai bentuk realitas sejarah asbabu wurud serasi memadukan semua unsur Realistis
berkaitan dengan kehidupan seimbang manajemen riil Rasulullah selaras optimal efektif
Harmonis hasil: efisien EkonomisKarakteristik Manajemen Rasulullah.mmap - 3/1/2009 -

SUKSES BISNIS MELALUI MANAJEMEN RASULULLAH SAW (Bagian 2)

MANAJEMEN BISNIS MUHAMMAD SAW

Rasulullah Muhammad saw adalah seorang pebisnis tangguh. Dari mulai kedudukannya sebagai
seorang pedagang biasa, sampai dengan mengendalikan usaha nya sendiri. Bisnis yang
dijalankan beliau cukup stabil dan semakin berkembang dengan sangat pesat. Apa sebenarnya
rahasia dan bagaimanakah beliau memanage bisnis nya tersebut? Gabungan antara niatan hanya
mencari ridha Allah dan multiple intelligence yang dimiliki Muhammad saw., akan dibahas
tuntas berikut ini.

A. Meluruskan Niat

Seperti telah sedikit kita bahas pada bab sebelumnya bahwa Muhammad saw., sudah mendapat
pelajaran tentang berdagang pada usia 12 tahun. Paman yang mengasuh beliau, Abu Thalib
adalah seorang pedagang yang membawa dagangannya ke negeri Syam. Dalam usia yang masih
belum remaja, Muhammad sudah belajar tentang seluk beluk berdagang. Ditangan pemuka
Quraisy seperti Abu Thalib pelajaran tersebut tentu sarat dengan nilai-nilai komitmen dan
kejujuran.

Muhammad remaja juga menyaksikan perjanjian hilful fudhul yang bertepatan dengan bulan
Zulkaidah. Perjanjian tersebut dicanangkan oleh beberapa kabilah Quraisy yaitu bani hasyim,
bani al muthalib, Asad bin Abdul Uzza, Zuhrah bin Kilab, dan Taim bin Murah. Para kabilah
yang berkumpul dirumah Abdullah bin Jud’an At Taimy tersebut berikrar bahwa mereka akan
melindungi para pedagang. Mereka tidak akan membiarkan adanya orang teraniaya dan tidak
pula membiarkan adanya tindakan zalim di Mekah.

Begitulah Muhammad saw., ditempa oleh keadaan dan lingkungannya. Beliau adalah anak yatim
piatu yang tidak pernah merasakan hangatnya kasih sayang sang ayah, sebentar pula dipeluk
kasih seorang ibu. Disinilah letak kekuatan yang mung-kin tidak akan dimiliki oleh orang lain.
Perasaan tahu diri, merasa bahwa dirinya tidak hidup bersama kedua orang tuanya yang
membuat perilaku Muhammad sangat santun.

B. Kuat, Cerdas, dan Cekatan

Menjalankan sebuah usaha bisnis dan perdagangan membutuhkan sebuah kepribadian yang kuat,
cerdas, dan cekatan. Hal ini sangat dimaklumi oleh Muham-mad saw., dan beliau selalu berusaha
menjalani nya dengan sebaik mungkin.
Muhammad saw., adalah seorang laki-laki yang kuat, itu pasti. Penampakan fisiknya yang
sedang, perawakannya bagus, kepala dan tulang sendi nya besar, mata nya lebar dengan bulu
mata yang panjang, kulitnya bersih, dan yang pasti beliau begitu berani. Tidak ada yang ditakuti
oleh beliau kecuali Allah Swt. Bahkan semenjak kecil meskipun beliau adalah seorang yatim
piatu, namun beliau tidak pernah sedikitpun meratapi nasibnya. Beliau sangat tegar dan
menyenangkan bagi semua orang disekitarnya. Inilah yang menumbuhkan sebuah kekuatan tak
terbendung dalam diri Muhammad saw.

Itulah penggambaran fisik dan kepribadian Muhammad saw., yang kuat. Beliau bahkan tidak
takut apapun kecuali Allah Swt. Kuat dan berani membela kebe-naran dan ajaran ketauhidan.
Bukan kuat untuk menginjak yang lemah. Kekuatan yang begitu bermakna dari seorang
Rasulullah. Muhammad saw., yang rajin menggembalakan ternak, tekun membawa dagangan,
dan kemudian membuat beli-au punya bisnis sendiri dengan sukses.

 Kecerdasan Intelektual Muhammad saw

Siapa yang dapat memungkiri kecerdasan intelektual dari Rasulullah? Se-orang nabi yang buta
huruf, tidak pernah mengenyam pendidikan formil, namun memiliki intelektuas di atas rata-rata.
Kemampuan beliau menghafal dan mengerti suatu hal patut di acungi dua buah jempol.
Bagaimana mungkin anak yang buta huruf dapat memahami prinsip dalam berdagang yang
diajarkan oleh pamannya? Hal ini tidak lain karena tingkat kecerdasan intelektual beliau yang
sangat tinggi. Mengingat berbagai barang dagangan serta harga masing-masing sungguh merupa-
kan hal mustahil dilakukan oleh mereka yang kurang cerdas.

 Kecerdasan Emosional Muhammad saw

Kecerdasan emosional Muhammad saw., tidak bisa dipungkiri lagi, begitu besar dan cermat.
Dimulai dari masa kecil yang berada bukan dalam asuhan ayah dan ibunya. Muhammad kecil
harus diasuh kakek kemudian pamannya karena telah yatim piatu. Semenjak kecil Muhammad
saw., memiliki daya pikat terhadap orang lain yang melihat beliau. Disamping wajah nya yang
tampan berseri, perilaku nya juga sopan dan selalu mengerti apa yang diinginkan dan disukai
oleh orang lain. Muhammad kecil pandai mengambil hati. Perangai nya yang sopan sejalan
dengan wajah tampannya. Kejujuran dan kepribadiannya sangat menarik sehingga dijuluki
dengan Al Amin, yaitu orang yang dapat dipercaya. Muhammad muda menyaksikan perjanjian
Hilful Fudhul, yaitu perjanjian yang melibatkan para pembesar Quraisy.

 Kecerdasan Spiritual

Rasulullah Muhammad saw., merupakan seorang manusia dengan kecerda-san spiritual diatas
rata-rata, tentu saja. Nabi yang dipilih oleh Allah untuk menyebar-kan ajaran islam kepada
seluruh umat manusia tersebut merupakan seorang nabi yang sangat tahu siapa diri beliau.
Muhammad saw., mampu menghadapi persoalan makna

kita seakan telah di-charge sehingga selalu penuh dan tidak kerontang. dan menempatkan
perilaku hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Beliau adalah seorang yang
memiliki konsep diri dengan jelas, mampu menjabarkan segala makna dalam kehidupan,
menjalani nilai-nilai yang dianutnya dengan penuh konsistensi, dan memiliki keutuhan diri. Utuh
karena niat yang ikhlas hanya mencari ridha Allah Swt., hal tersebut membuat Muhammad saw.,
tak pernah resah terhadap apapun.

C. Keseimbangan Hati, Pikiran, dan Tindakan Nyata

Muhammad saw., sekali lagi, seorang pemimpin umat yang tangguh dan terpercaya. Beliau
bukan hanya menyampaikan risalah dari Allah Swt., dengan cara mengumbar ceramah diatas
mimbar. Berbagai ketentuan dan hukum Allah beliau manifestasikan dalam kehidupan nyata.

Keseimbangan dan keterkaitan antara ketiga hal tersebut sangat sulit untuk dilakukan apalagi
kalau kita masih punya prasangka buruk terhadap lingkungan, atau bahkan malah prasangka
buruk kepada Sang Maha Pencipta. Oleh karena itu kembali meluruskan niat dan berbaik sangka
menjadi pijakan yang kuat untuk kita terus melangkah menuju kesuksesan bisnis yang tengah
dirintis.

Seperti halnya Muhammad saw., hatinya tentu tidak dapat diragukan lagi kesuciannya. Ketika
beliau masih balita, malaikat Jibril datang untuk membelah dada dan mencuci hati beliau dengan
air Zam zam. Hati kanak-kanak itu disucikan, dibuang segala sifat buruk yang berkemungkinan
dapat mengganggu jalannya syiar dan dakwah yang akan dijalankan sebagai seorang Rasul
kelak. Hal yang bisa kita lakukan saat ini untuk menjernihkan hati adalah:

 Memelihara lisan, tidak berkata buruk, kasar, atau dengan nada tinggi. Men-coba
menjadi orang yang dapat menggunakan bahasa dan makna tepat pada waktu dan
tempatnya. Tidak suka menggunjing, mencemooh, atau berkata kotor. Bentuk-bentuk
menjaga lisan inilah yang bisa dilakukan untuk menjernihkan hati dan pikiran kita.
 Berbaik sangka kepada orang lain, husnuzan kepada orang lain sebelum kita mengetahui
dengan pasti keburukannya. Apabila kita sudah mengetahui sendiri keburukan
seseorang, maka simpanlah untuk diri kita sendiri. Simpanlah sebagai pembelajaran
untuk lebih waspada. Namun jangan mengumbar keburukan orang lain tersebut kepada
semua orang. Seringkali kita melihat status-status mengerikan di facebook, mengobral
keburukan orang lain dengan bebasnya. Sungguh, jangan pernah lakukan hal tersebut,
oleh karena dalam berbisnis bisa saja rekanan nanti nya menjadi kompetitor dan bisa
juga kompetitor menjadi rekanan.
 Mencermati setiap kesalahan diri untuk tidak diulang kembali, itulah cara yang bisa kita
lakukan untuk menjernihkan hati. Terlebih dahulu berkaca, apa yang sebenarnya terjadi
dengan diri kita. Adakah kita telah menyakiti orang lain, membuat mereka tidak
nyaman, atau mungkin absen melaksanakan kewajiban. Dengan selalu berkaca dan
mencermati kesalahan diri maka kita akan menjadi pebisnis tangguh yang sabar.
Kemurnian hati
Beberapa cara menghilangkan hati dan pikiran yang kotor:

 Ikhlas

Keikhlasan hati dan pikiran membuat diri kita terhindar dari segala pikiran dan hati yang buruk.
Coba jalani hidup yang penuh keikhlasan, tidak suka mengumpat, dan tidak menyalahkan orang
lain atas segala yang menimpa kita. Ikhlas bukan berarti tidak berbuat apapun, namun ikhlas
adalah menerima konsekuensi atas apa yang kita perbuat sebelumnya.

 Zikir

Mengingat Allah dengan menyebut nama-nama-Nya dan memuji diri-Nya. Membuat batin kita
penuh akan rahmat dan hidayah-Nya sehingga lupa untuk berpikir buruk, lupa untuk bertindak
yang tidak sesuai hukum-Nya. Berzikir bisa dilakukan kapan saja dan dimanapun kita berada.
Pebisnis yang mengikuti majelis zikir mera-sakan adanya perbedaan didalam penerimaan mereka
tentang hakikat kebahagiaan. Mereka merasa justru dengan aktif berzikir maka bisnis nya
menjadi lancar karena hatinya selalu jernih.

 Shalat Malam

Shalat malam merupakan sarana mendekatkan diri kepada Allah Swt., yang bisa kita lakukan
setiap hari. Dengan mencoba selalu ingat pada-Nya maka kita sangat berharap agar Dia juga mau
membimbing jalan kita supaya tetap dalam kebaikan. Membimbing hati dan pikiran kita supaya
penuh dengan kejernihan dalam berpikir, berbicara, dan bertindak.

Kalau kita telaah dari tindakan yang diambil oleh Muhammad saw., dalam menghadapi para
kaum munafik, maka kita bisa mencontohnya untuk bertindak sebagai berikut:

 Membiarkan kaum munafik tersebut, membiarkan berarti tidak terlalu dekat dengan
mereka dan tidak mempercayai apa yang mereka katakan. Mengetahui bahwa mereka
munafik atau tidak bisa dilihat dari tindakan yang dilakukan. Apabila seseorang
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan perkataannya maka dapat dipastikan dia
sedikit banyak tergolong mereka yang munafik.
 Berhati-hati terhadap pujian yang terlalu manis. Kalau kebetulan ada seseorang yang
terlalu manis dan berlebih-lebihan dalam memuji kita, bukan berarti kita menjadi
terlena. Coba berhati-hatilah terhadap segala sesuatu yang berlebihan tersebut. Dengan
tidak berburuk sangka, sebaiknya kita tidak terlalu percaya apabila mereka sudah
memperbincangkan tentang orang lain. Pembicaraan yang mengarah pada ghibah atau
menggunjing sebaiknya segera kita jauhi agar tidak menjadi ikut terseret kedalamnya.
 Mendekati mereka yang amanah. Ada pepatah mengatakan “anjing meng-gonggong
kafilah tetap berlalu”. Hal tersebut sesuai dengan contoh yang diberikan oleh
Muhammad saw., bahwa ketika ada seseorang yang munafik maka dekatilah mereka
yang amanah. Dekatilah para sahabat dan rekan kerja yang memiliki niat serta kesolidan
dalam membantu kita. Berikanlah bonus dan perkataan yang lembut serta bersahaja.
Jangan biarkan mereka menganggap bahwa kita yang bersalah atas keterangan dari si
munafik tersebut. Dengan menunjukkan ahlak yang terpuji maka para sahabat atau
rekan akan tetap mempercayai diri kita dan bukannya si munafik.
 Menjaga perkataan, berarti menjaga lidah dan segala yang keluar dari bibir kita.
Muhammad saw., telah mencontohkan hanya berkata baik atau diam saja tidak usah
berkata-kata. Perkataan yang baik dan sopan membuat diri kita disukai oleh rekan kerja,
atasan, bawahan, bahkan oleh kompetitor sekalipun. Dengan tidak men-cemooh,
menggunjing, dan menyalahkan orang lain justru kita menjadi seseorang yang amanah.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan kesantunan dalam berbisnis:

 Menghormati rekan kerja

Menghormati rekan kerja bukan berarti kita harus selalu memberikan penghormatan seperti
dalam korps tentara. Hormat kepada rekan kerja adalah saling memahami tugas masing-masing.
Berkomitmen terhadap tugas yang telah dibagi, dan membantu sebisa mungkin ketika mereka
memerlukan. Awalnya hormat kepada rekan kerja ini bisa dilandasi adanya niat yang tulus dan
ikhlas demi mencapai ridha Allah Swt. Dengan niat yang begitu teguh, maka kita tidak akan
terperosok ke dalam keinginan buruk untuk curang terhadap mereka, atau mungkin hanya
memanfaatkan tenaga dan pikiran mereka saja tanpa ada timbal balik yang sesuai.

 Menghargai anak buah

Disinilah rasa empati kita sebagai seorang manusia benar-benar diuji. Contoh dari akhlak
Rasulullah yang begitu sempurna jarang bisa terjangkau oleh akal kita sebagai manusia biasa.
Mana mungkin kita tidak menegur anak buah yang tidak melakukan pekerjaannya? Bagaimana
kita bisa menjaga sikap dan nada bicara untuk tetap baik padahal di belakang sudah banyak
customer dan pesaing lainnya mengejar-ngejar?

Anak buah juga seorang manusia, sama seperti kita. Apabila kita ingin mereka menghargai kita
maka sebaliknya kita juga berusaha semaksimal mungkin untuk menghargai mereka.
Memberikan contoh yang baik, memberikan pengarahan yang mendidik, justru akan membuat
mereka nyaman.

 Melayani pelanggan

Melayani di sini tentu harus diartikan sebagai suatu hal yang positif. Memberikan barang yang
sesuai dengan keterangan awal, merupakan salah satu jenis pelayanan yang baik kepada para
pelanggan tersebut. Jujurlah, dan tunjukkan semua hal positif dan negatif dari barang atau jasa
yang kita tawarkan. Jangan pernah merasa pelanggan tidak tahu apa-apa. Mereka kan tinggal
menikmati saja dan tidak perlu tahu proses yang sebenarnya, bukan demikian. Memberikan
layanan purna jual yang baik juga merupakan salah satu cara terbaik memikat hati para
pelanggan. Mereka tidak lagi merasa segan memilih barang yang kita jual tentunya.

Ada tiga hal yang diinginkan Rasulullah untuk kita tinggalkan, sebagaimana beliau juga
meninggalkannya. Ketiga hal tersebut adalah:
 Tidak mencela seseorang

Rasulullah menyarankan agar kita tidak suka mencela orang lain. Mencela berarti berkata kasar,
bertindak kasar, dan menjatuhkan kewibawaan seseorang dihadapan orang lain. Bukan hanya
dalam berbisnis, dalam rumah tangga yang merupakan skala kehidupan kecilpun jangan sampai
hal ini dilakukan. Istri yang mencela suami atau suami yang mencela istri justru akan
menimbulkan ketidakhar-monisan secara instan. Begitu pula dalam berbisnis, ketika kita cela
bawahan kita maka dia akan bernyali ciut. Celaan kedua yang diterima oleh mereka akan menye-
babkan kemalasan melakukan tugasnya. Dan celaan ketiga, bisa saja menggiring mereka untuk
memusuhi kita. Selagi bisa berbicara baik-baik, bisa mempertemukan ide dan tindakan nyata
dalam pekerjaan maka hindarilah untuk saling mencela.

 Tidak menghina seseorang

Petuah kedua nabi adalah tidak menghina orang lain. Hal tersebut sesuai dengan contoh yang
ditunjukkan oleh Muhammad saw., bahwa beliau suka duduk-duduk bersama orang miskin,
mendatangi undangan hamba sahaya, dan menjenguk mereka ketika sakit. Tidak ada alasan bagi
kita menghina orang lain hanya karena mereka miskin, jelek, atau mungkin karena bodoh. Semua
manusia diciptakan sesempurna mungkin oleh Allah Swt., dan semua juga sama dihadapan-Nya.
Yang membedakan kita dengan orang lain bukan masalah kaya atau miskin, pandai atau bodoh,
jelek atau cakap. Nantinya yang dinilai oleh Allah adalah amal perbuatan kita, amal ibadah kita
ketika diberikan kesempatan hidup didunia ini.

 Tidak mencari-cari kesalahan seseorang

Memang mudah untuk melempar batu sembunyi tangan alias menyalahkan orang lain apabila
ada hal yang tidak sesuai. Pekerjaan tidak beres salahkan anak buah, dikejar-kejar customer
salahkan keluarga yang tidak bisa mendukung. Mung-kin ada seribu satu alasan yang bisa dibuat
untuk menutupi kekurangan diri kita sendiri. Alasan dengan cara menyalahkan orang lain,
bahkan mencari-cari salah yang belum tentu dibuat oleh mereka.

D. Kejujuran, Tanggung Jawab, dan Komitmen

Dalam menjalankan bisnis dan usaha apapun, perlu kiranya kita memperhati-kan hal-hal yang
berhubungan dengan kejujuran. Kejujuran merupakan kunci pokok bahwa seseorang tersebut
dinilai dapat dipercaya oleh orang lain. Rasulullah Muhammad saw., adalah seorang yang jujur,
itu tidak bisa dipungkiri. Bahkan bukan hanya kaum muslimin saja yang mengakui bahwa beliau
adalah seorang yang jujur, kaum kafir juga mengakui bahwa tidak pernah satu kalipun
Muhammad berdusta.

 Belajar bertanggung jawab

Muhammad saw., sudah belajar dan mencontoh tentang tanggung jawab yang harus diemban
oleh kakek, paman, dan orang-orang disekitarnya. Kakek nya yang menjadi pemelihara air dan
makanan di ka’bah menunjukkan bagaimana cara membagikan roti, memelihara air zam zam,
dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diamanahkan.
Dengan adanya pembiasaan yang ditunjukkan oleh kakek dan paman yang mengasuh beliau,
maka Muhammad saw., tumbuh menjadi seorang yang penuh tanggung jawab. Rasulullah biasa
bertanggung jawab atas segala tugas dan pekerjaan yang diemban oleh beliau. Bertanggung
jawab terhadap hewan ternak, barang dagangan, dan yang pasti bertanggung jawab untuk syi’ar
ketauhidan dalam rangkuman islam. Muhammad saw., tidak pernah lari dari tanggung jawab
yang diemban. Rasul juga tidak pernah mundur sedikitpun dari ketentuan Allah Swt., bahwa
beliau harus berdakwah menyampaikan semua wahyu yang diturunkan.

 Belajar berdisiplin

Rasulullah memiliki tingkat disiplin yang sangat tinggi, keuletan beliau dalam menggembala
ternaknya sungguh tidak dapat disamakan dengan siapapun. Bahkan ketika suatu hari
Muhammad saw., ingin menikmati keindahan kota mekah sebagai seorang pemuda, justru beliau
tertidur. Allah Swt., selalu menjaga beliau agar tidak melakukan perbuatan yang sia-sia.

Disiplin membuat Muhammad saw., tertempa menjadi seorang pemuda yang amanah, jujur, dan
dapat dipercaya. Dengan berdisiplin, rasul tidak hanya menjadi seorang pemimpin umat islam di
kala itu, namun telah menjadi pemimpin umat islam diseluruh dunia. Sampai sekarang berabad-
abad semenjak wafatnya beliau, maka jiwa kepemimpinan dan kasih sayang beliau masih dapat
kita rasakan keberadaan-nya.

 Jujur

Siapapun yang pernah bertemu dan berhubungan langsung dengan Muhammad saw., akan
mengatakan bahwa beliau adalah seorang yang jujur. Beliau membawa barang dagangan milik
orang lain sampai keluar negeri. Semua teratur, tiddak ada satupun yang tercecer dan tidak beres.
Keuntungan yang didapat ditunjukkan secara terus terang kepada saudagar yang telah
mempercayai nya. Inilah mengapa Siti Khadijah rela melamar beliau untuk dijadikan suami nya.

Kejujuran merupakan sifat Rasulullah yang begitu terpatri pada diri beliau bahkan semenjak
kecil. Dengan kejujuran tersebut maka beliau diserahi berbagai tanggung jawab dalam
menggembala ternak, membawa barang dagangan, sampai dengan memimpin umat. Kejujuran
yang berarti adanya rasa takut untuk melanggar amanah karena Allah selalu melihat segala
perilaku kita. Jujur berarti bisa dipercaya untuk menjaga rahasia, menyembunyikan aib saudara
nya, berkata benar, dan ber-tindak yang sesuai.

 Sederhana

Muhammad dapat menjalani kehidupannya dengan sederhana, padahal beliau bukanlah orang
miskin. Beliau lebih rela kekurangan makanan atau tidak membeli pakaian asalkan rakyatnya
makmur. Beliau tanggap terhadap bawahan dan memperlakukan mereka dengan baik. Tidak
pernah mengungguli para budak dan mau bergaul juga dengan mereka. Inilah konsep sederhana
yang sesungguhnya, berani untuk mensejajarkan diri dengan orang-orang miskin. Tidak
memandang hina rendah kepada mereka. Bahkan membantu mereka sekuat tenaga agar tidak ada
lagi kesenjangan sosial yang mengganggu dalam proses bermasyarakat.
Kesederhanaan yang dicontohkan oleh Rasulullah tersebut bisa kita lakukan pada masa sekarang.
Baik apapun profesi dan latar belakang kita, tidaklah perlu kita bertindak yang berlebih-lebihan.
Kesederhanaan bukan lantas menyukai kemiski-nan, namun kesederhanaan berarti berbagi
dengan orang miskin. Tidak memandang rendah dan hina kepada mereka. Selalu mawas diri, dan
menempatkan sesuatu dengan adil.

 Kerja keras

Muhammad saw., adalah pekerja keras, komitmennya tidak dapat diragukan lagi. Dia menjalani
semua pekerjaannya dengan baik dan penuh tanggung jawab. Tidak ada kata bermalas-malasan
dalam kamus kehidupan beliau. Bangun di malam hari untuk beribadah kepada Allah Swt.,
sampai subuh menjelang. Begitu selesai shalat subuh, Muhammad saw., tidak lantas tidur lagi.
Beliau bekerja sesuai dengan bisnis yang sedang dijalaninya, beliau menggembala, beliau
berdagang, dan beliau berdakwah. Inilah yang membuat Muhammad saw., sukses sebagai rasul
akhir zaman, karena contoh yang ditunjukkannya begitu lengkap dan siap untuk kita tiru.
Keberhasilan rasul bukan hanya dalam hal mengatur keluarganya saja, namun keberhasilan
mengatur umat muslim hingga gaungnya masih saja terasa sampai sekarang setelah beribu tahun
setelah beliau wafat.

 Mandiri

Rasulullah merupakan seseorang yang sangat mandiri. Bagaimana tidak, dia adalah seorang
yatim piatu yang tidak pernah merasakan kemanjaan pada kedua orang tuanya. Muhammad saw.,
cukup tahu diri untuk diasuh oleh kakek dan kemudian pamannya. Beliau bukan anak yang
cengeng, menyebalkan, atau melakukan permintaan yang tidak masuk di akal. Muhammad kecil
sangat menyenangkan, begitupun setelah beranjak remaja. Rasulullah bukanlah orang yang suka
bertengkar, mengumbar amarah, dan kata umpatan. Kemandiriannya yang lugas, berani, dan
selalu berpasrah diri kepada Allah Swt., membuat nya berbeda dari orang lain-nya. Bukan
manusia memang tempat kita menyandarkan diri dan berharap pada sesuatu kenikmatan dunia
akhirat, namun hanya pada Allah Swt., semata hal itu bisa dilakukan.

 Adil

Muhammad saw., belajar mengenai hal-hal mana yang adil dan mana yang tidak semenjak beliau
kecil. Ada suatu peristiwa bernama Hilful Fudhul, yaitu perjanjian setelah peperangan Fijar.
Dalam perjanjian dimana Muhammad saw., ikut serta menghadirinya tersebut disebutkan bahwa
tidak akan dibiarkan seseorang teraniaya di tanah Mekkah. Siapapun dan dari golongan manapun
harus mendapatkan keadilan, terutama dalam hal berdagang. Perjanjian yang diadakan dirumah
Abdullah bin Jud’an ini memiliki fungsi untuk melindungi orang-orang yang berdagang di
Mekkah. Barang siapa yang berdagang maka diharuskan jujur, tidak seenaknya mengambil
barang musafir tanpa membayarnya terlebih dahulu. Sungguh pelajaran keadilan yang bermakna
pada diri Muhammad saw.
 Berani

Rasulullah saw., adalah seseorang yang sangat berani, berani membela kebenaran dan
menghempaskan kebathilan. Keberanian beliau bukan hanya ditunjukkan ketika terjadi
peperangan semata. Sebagai seorang pemimpin kaum musli-min, maka Muhammad saw., kerap
kali memimpin sendiri pasukannya untuk meng-halau serangan lawan. Muhammad tak akan
risau hanya karena tubuhnya terluka.

Dia selalu memimpin pasukannya dan berada di depan mereka. Itulah rasul kita yang telah
dipilih oleh Allah Swt., sebagai nabi akhir zaman. Berani karena benar, dan harus selalu benar.
Mungkin kata-kata tersebut yang mampu menghilangkan perasaan bisa minta maaf apabila salah.
Minta maaf setelah melakukan kesalahan memang suatu hal yang baik. Namun apa salahnya
apabila kita mencegah agar jangan sampai melakukan kesalahan kepada siapapun agar tetap
memiliki kejernihan hati.

 Peduli

Sebuah nilai kemanusiaan yang sangat jarang di miliki oleh seorang pebisnis sukses. Mungkin
saat bisnis nya masih berada dibawah, seseorang menjadi sangat dermawan karena
mengharapkan bisnis tersebut akan berkembang dengan sangat pesat. Namun ketika bisnisnya
sudah mencapai kesuksesan, kadangkala kita lupa menyisihkan sedikit hasil tersebut untuk
kemanusiaan. Padahal yang dicontohkan oleh Rasulullah sudah jelas. Kita perlu untuk
membiasakan diri mengulurkan tangan justru pada saat kita sendiri juga tidak berlebihan. Indah,
kebersamaan yang membuat bertambahnya keimanan dan kekaguman kita terhadap Allah Swt.,
dan Rasulullah Muhammad saw.

E. Bisnis-Bisnis Nabi

Telah banyak kita ulas pada pembahasan sebelumnya bahwa perlu adanya sifat-sifat luhur yang
kita contoh dari Rasulullah Muhammad saw., agar tercapai keseimbangan hidup. Dalam hal ini
tentu saja juga berarti tercapainya kesuksesan dalam berbisnis yang akan, sedang, maupun
tengah kita rintis dan jalani bersama pasangan, rekan, dan berbagai komponen lainnya.

Rasulullah tidak memproduksi barang, beliau membeli barang atau hasil bumi produksi
penduduk Mekah untuk didagangkan diluar negeri. Setelah beliau sampai di negara tujuan,
kemudian dibeli nya barang dan hasil bumi negara setempat untuk dijual kembali di Mekah.

Sebelum menjadi seorang pedagang, Muhammad sempat merasakan menjadi penggembala


ternak. Disinilah nyali dan kepribadian beliau diuji. Kesabaran, ketelatenan, dan kredibilitas
beliau sungguh terbentuk dan membuat kepribadian tangguh yang siap menghadapi perdagangan
secara umum.
Berikut beberapa poin sukses dari bisnis Muhammad saw:

Ikhlas dan jujur seringkali kedua kata tersebut kita kumandangkan dalam pembahasan tentang
bisnis nabi Muhammad saw. Namun sesungguhnya kedua hal tersebut memang merupakan
kesatuan utuh yang mutlak diperlukan dalam memulai dan menjalani bisnis apapun.

Usaha perdagangan Muhammad saw., dijalankan dengan penuh keikhlasan dan kejujuran. Ikhlas
berdagang dengan niatan utuh hanya mencari ridha Allah Swt., dan beribadah kepada-Nya.
Ikhlas harus berbisnis demi kelangsungan hidup keluarganya, demi kelangsungan hidup orang-
orang yang memerlukan bantuan beliau. Ikhlas memang merupakan kata yang mudah untuk
diucapkan bibir seseorang, namun sangat sulit untuk dijalankan terutama oleh mereka yang
kurang sabar.

Keikhlasan yang dimiliki oleh rasul membuat beliau tidak terbersit sedikitpun menunjukkan
kekuasaan nya di depan orang lain, padahal beliau adalah seorang pemimpin negara dan
pemimpin umat islam. Ikhlas ini yang sulit dilakukan oleh mereka yang tidak pernah punya
kerelaan hati, yang masih senang membicarakan kebaikannya sendiri, dan orang-orang yang
masih suka mengungkit-ungkit keburukan orang lain.

Manifestasi sikap ikhlas serta jujur dalam perdagangan yang dilakukan Rasullullah Muhammad
saw., yaitu:

a) Mengutamakan adanya kejujuran dalam berdagang

Menunjukkan barang dagangan kita dengan sesungguhnya merupakan salah satu cara bersikap
jujur dalam berbisnis. Kita katakan hal yang sebenarnya, segala kebaikan barang dagangan kita
dan juga lengkap dengan kelemahannya. Semua nya agar terjadi rasa ikhlas pada diri pelanggan
apabila dikemudian hari ada cacat atau ketidaksempurnaan barang yang kita tawarkan.

b) Tidak melakukan sumpah palsu

Kadangkala kita melihat seorang pebisnis bersumpah kepada rekanannya bahwa apa yang
dilakukan sudah transparan. Bahkan sumpah tersebut kadang-kadang menggunakan kata-kata
Demi Allah, sebuah kata yang tidak sembarangan. Perkataan sumpah tersebut penuh dengan
risiko, risiko kalau apa yang kita kata-kan berbeda dari yang sebenarnya terjadi. Apalagi ketika
kita bersumpah, kemudian lupa untuk melaksanakan sumpah kita, sungguh Rasulullah tidak
pernah mengajar-kan apalagi mencontohkan hal buruk seperti itu.

c) Tidak melakukan Najsya

Yang dimaksud dengan najsya adalah bersekongkol dengan pembeli lainnya untuk menawar
harga dengan tinggi agar ada pembeli lainnya lagi yang mau benar-benar membeli dengan harga
yang tinggi tadi. Misalnya saja kita memiliki toko komputer. Ada seorang pelanggan menawar
harga laptop terbaru di toko kita, kemudian datanglah teman kita yang berpura pura sebagai
pembeli juga. Teman tersebut menawar dengan harga yang jauh lebih tinggi sehingga penawar
pertama akhirnya ikut membeli dengan harga yang telah disepakati antara kita dengan teman kita
yang menyamar tadi. Sungguh jangan pernah dilakukan persekongkolan seperti ini, berdaganglah
dengan wajar seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam setiap tindak tanduk beliau.
Jangan membohongi pelanggan karena bisa jadi kalau dia puas maka dirinya akan datang
kembali dilain waktu. Meskipun pelanggan tidak mengerti tentang akal licik persekongkolan kita
namun percayalah Allah Swt., maha mengetahui semua yang dilakukan oleh makhluknya.

Anda mungkin juga menyukai