Anda di halaman 1dari 3

KULTUM MENGENAI PEMUDA PEMUDI YG MENELADANI AKHLAK NABI

MUHAMMAD DI ERA GLOBALISASI

Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrohmanirrohiim. Alhamdulillaahi robbil 'aalamiin, was-sholaatu
wassalaamu 'alaa asyrofil anbiyaa-i wal mursaliin, sayyidina
muhammadin, wa'ala alihi wa'ashabihi aj'ma'iin, Amma ba'du.
Kaum muslimin muslimat Rahimakumullah, marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan puji
syukur kepada Allah. Karena dengan nikmat-Nya, Allah masih memberikan kita kesempatan
untuk hadir dalam acara mulia ini.

Yang saya hormati yaitu bapak kepala sekolah. Yang saya hormati yaitu
Ibu dan bapak guru.serta yang saya sayangi dan saya banggakan yaitu
teman-teman siswa sekolah SMAS kartika 1-2 medan.

Izin memperkenalkan diri : Saya Muhammad Rifli Ammarullah Syahputra


dari kelas X IPA 1
Berdiri nya saya disini akan membawakan kultum mengenai pemuda
pemudi yg meneladani akhlak NABI MUHAMMAD SAW di era globalisasi.

ERA Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memang sudah jauh berlalu


sebelum generasi milenial ada saat ini yang disebut juga Generasi Y, yaitu
mereka yang lahir di atas tahun 1980-an hingga 1997. Namun keteladanan
Rasulullah masih bisa dijadikan panutan hingga saat ini. Segala ucapan
dan perilaku Nabi masih relevan dengan yang terjadi di era yang jauh lebih
modern seperti sekarang ini. Karena risalah Islam diturunkan untuk hingga
akhir zaman. Generasi milenial ini juga disebut sebagai generasi emas
yang sangat potensial menjadi generasi bagi kebangkitan Islam, meskipun
dalam mengelola masa muda agar memiliki karakter kuat dalam
keagamaan, merupakan suatu perjuangan yang tidak mudah dan
sederhana.

Sebab pertentangan yang paling berat dan sulit serta menantang dalam
fase kehidupan kita adalah menundukkan masa muda untuk tumbuh dalam
beribadah dan menyembah kepada Allah (syaabun nasya-a fi ‘ibadatillah)
sesuai tujuan penciptaan manusia itu sendiri.

Itulah sebabnya Rasulullah menyebutkan di antara tujuh golongan yang


memperoleh naungan pada saat tiada naungan kecuali naungan dari Allah
pada hari kiamat adalah pemuda yang tumbuh dalam rangka beribadah
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. "Pemuda sukses yang pandai
memanfaatkan peluang masa mudanya untuk selalu ingat apa tujuan ia
diciptakan Allah. Ia menyadari peluang itu tidak akan berulang. Ia
memanfaatkan masa muda sebelum datang masa lemahnya (tua), masa
sehat sebelum sakitnya, masa lapang sebelum sempitnya, dan masa hidup
sebelum datang kematiaannya," ungkap Ustaz Nurkhalis Mukhtar yang juga
Pembina Lajnah Dakwah Dayah Raudhatul Quran Darussalam.
Dikatakannya, para pemuda juga harus menyadari dan mengetahui banyak
program dari luar Islam yang diarahkan kepada pemuda dengan lima
program Ghazwul Fikri. Karena orang di luar Islam tahu persis, kalau ingin
hancurkan suatu masyarakat dan peradaban Islam, maka hancurkan dulu
para pemudanya. "Para pemuda muslim harus kuat mempersiapkan diri
dan berpacu dengan guna waktu menghadapi serangan Ghazwul Fikri
dengan perang pemikiran sekuler, pluralis dan liberalisme agama.
Waktumu sangat penting jangan dibuang sia-sia, banyak-banyaklah
menghadiri majelis ilmu, perkuat agama dan tauhid," jelasnya. Ia
menyebutkan, pada diri Rasulullah memiliki nilai keteladanan yang agung
dan mulia yang bisa dicontoh generasi milenial. Karena perjalanan
kehidupan Rasulullah sampai kepada kita sekarang dengan riwayat yang
sahih dan bisa dipertanggungjawabkan nilai keilmiahannya. Setiap sisi
kehidupan Rasulullah bisa dipelajari mulai dari sejak beliau dilahirkan
sampai Rasulullah wafat bisa diketahui dengan mendetail, bahkan ada para
ulama yang menulis segala hal yang berkenaan dengan Rasulullah.
Kehidupan beliau merupakan cermin bagi umatnya. Rasulullah adalah
seorang pemimpin yang adil, jenderal yang pemberani, guru yang menjadi
teladan, pedagang yang jujur, pengembala yang bertanggung jawab, ayah
yang penyayang, suami yang setia, teman yang baik bagi pemuda. Pada
suatu kesempatan seorang sahabat meminta wasiat kepada Rasulullah,
lalu Rasul berpesan: “Bertakwalah kepada Allah di manapun berada, dan
ikutkanlah kesalahan dengan kebaikan niscaya dosa akan terhapus, dan
berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik”. Makna “dan
ikutkanlah keburukan dengan kebaikan, niscaya dosa akan terhapus”, tentu
sebagai manusia yang memiliki kesalahan dan kekhilafan, maka hal yang
semestinya dilakukan adalah kembali ke jalan Allah dengan
memperbanyak istighfar, serta melakukan berbagai kegiatan yang posistif
yang bisa dirasakan manfaatnya baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Tentu tidak dinamakan manusia melainkan merupakan tempat lupa dan
khilaf, Namun, sebaik-baik orang yang keliru adalah orang yang bertaubat.
"Ketika seseorang mampu membangun hablum minallah dalam bentuk
yang istimewa yaitu mewujudkan ketakwaan baik dalam level pribadi,
individu masing-masing, maupun keshalihan sosial masyarakat, akan hadir
keberkahan dari langit dan bumi. Demikian juga kemampuan manusia
membangun pola interaksi dengan manusia lain yang dikenal dengan
hablum minannas," ungkap Ustaz Nurkhalis, doktor lulusan University of
Bakht Al-Ruda, Sudan ini. Kemampuan membangun hablum minallah dan
hablum minannas akan berefek positif kepada al-bi’ah yaitu lingkungan
sekitar yang terdiri dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Wujudnya interaksi
hamblum minallah, hablum minannas dan hablum ma’al bi’ah, akan
terbentuk sebuah masyarakat percontohan atau yang disebut dengan
masyarakat ideal di era milenial. "Masyarakat ideal yang beberapa abad
lalu pernah dibentuk oleh Rasulullah merupakan masyarakat yang telah
mampu mewujudkan tiga hal tersebut. Dan secara tegas kita nyatakan, kita
belum menemukan masyarakat yang sama dengan mereka dan mampu
mentransfer nilai kebaikan seperti yang mereka lakukan untuk kita yaitu
cahaya Islam yang sampai ke negeri kita," sebutnya. Kehadiran umat Islam
dalam wujud masyarakat ideal di era milenial yang berakhlaqul karimah
diharapkan membawa perubahan bagi umat manusia. Umat Islam harus
siap menjadi pelopor dari setiap kebaikan. Sebagaimana Islam adalah
agama yang memberi solusi, dan Rasulullah adalah figur pembawa solusi,
maka sepatutnya umat Islam adalah pembawa pencerahan, menjadi
pembawa rahmat bagi semesta alam, sumber inspiratif, berkontribusi
positif bagi kemanusiaan, dan membimbing manusia mewujudkan
kebahagiaan dunia dan akhirat.

Demikian kiranya yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya saya mohon
maaf jika ada salah kata yang terucap, dan atas perhatiannya saya
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Akhir kata, saya ucapkan
Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.”

Anda mungkin juga menyukai