Anda di halaman 1dari 3

Urgensi Mengkaji Sirah Nabawiyah

Oleh: Drs. DH Al Yusni

Sirah Nabawiyah merupakan seri perjalanan hidup seorang manusia pilihan yang menjadi
parameter hakiki dalam membangun potensi umat. Sehingga, mempelajarinya bukan sekadar
untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa itu. Melainkan, mengkajinya
untuk menarik pelajaran dan menemukan rumusan kesuksesan generasi masa lalu untuk
diulang di kehidupan kiwari.

Melalui pemahaman sirah nabawiyah yang tepat, setiap muslim akan mendapatkan gambaran
yang utuh dan paripurna tentang hakikat Islam dan terbangun semangatnya untuk
merealisasikan nilai-nilai yang didapat dalam kehidupannya saat ini. Apalagi sasaran utama
dari kajian sirah adalah mengembalikan semangat juang untuk merebut kembali kejayaan
yang pernah dimiliki umat Islam. Secara umum kepentingan kita mengkaji sirah nabawiyah,
adalah:

Memahami pribadi Rasulullah saw. sebagai utusan Allah (fahmu syakhshiyah ar-rasul)

Dengan mengkaji sirah kita dapat memahami celah kehidupan Rasulullah saw. sebagai
individu maupun sebagai utusan Allah swt. Sehingga, kita tidak keliru mengenal pribadinya
sebagaimana kaum orientalis memandang pribadi Nabi Muhammad saw. sebagai pribadi
manusia biasa.

“Hai nabi, sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira
dan pemberi peringatan, Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan
untuk jadi cahaya yang menerangi. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang
mukmin bahwa Sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.” (Al-Ahzab: 45-
47).

Mengetahui contoh teladan terbaik dalam menjalani kehidupan ini (ma’rifatush shurati
lil mutsulil a’la)

Contoh teladan merupakan sesuatu yang penting dalam hidup ini sebagai patokan atau model
ideal. Model hidup tersebut akan mudah kita dapati dalam kajian sirah nabawiyah yang
menguraikan kepribadian Rasulullah saw. yang penuh pesona dalam semua sisi.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).

Dapat memahami turunnya ayat-ayat Allah swt. (al-fahmu ‘an-nuzuli aayatillah)

Mengkaji sirah dapat membantu kita untuk memahami kronologis ayat-ayat yang diturunkan
Allah swt. Karena, banyak ayat baru dapat kita mengerti maksudnya setelah mengetahui
peristiwa-peristiwa yang pernah dialami Rasulullah saw. atau sikap Rasulullah atas sebuah
kejadian. Melalui kajian sirah nabawiyah itu kita dapat menyelami maksud dan suasana saat
diturunkan suatu ayat.
Memahami metodologi dakwah dan tarbiyah (fahmu uslubid da’wah wat-tarbiyah)

Kajian sirah juga dapat memperkaya pemahaman dan pengetahuan tentang metodologi
pembinaan dan dakwah yang sangat berguna bagi para dai. Rasulullah saw. dalam hidupnya
telah berhasil mengarahkan manusia memperoleh kejayaan dengan metode yang beragam
yang dapat dipakai dalam rumusan dakwah dan tarbiyah.

Mengetahui peradaban umat Islam masa lalu (ma’rifatul hadharatil islamiyatil


madliyah)

Sirah nabawiyah juga dapat menambah khazanah tsaqafah Islamiyah tentang peradaban masa
lalu kaum muslimin dalam berbagai aspek. Sebagai gambaran konkret dari sejumlah prinsip
dasar Islam yang pernah dialami generasi masa lalu.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Ali Imran: 110).

Menambah keimanan dan komitmen pada ajaran Islam (tazwidul iman wal intima’i lil
islam)

Sebagai salah satu ilmu Islam, diharapkan kajian sirah ini dapat menambah kualitas iman.
Dengan mempelajari secara intens perjalanan hidup Rasulullah, diharapkan keyakinan dan
komitmen akan nilai-nilai islam orang-orang yang mempelajarinya semakin kuat. Bahkan,
mereka mau mengikuti jejak dakwah Rasulullah saw.

Yang paling penting dalam memahami sirah nabawiyah adalah upaya untuk merebut kembali
model kepemimpinan umat yang hilang. Kepemimpinan yang dapat memberdayakan umat
dan untuk kemajuan mereka. Nabi Musa a.s. membangkitkan kaumnya atas kelesuan berbuat
bagi kemajuan bangsa dan negerinya. Sehingga beliau mengingatkan kaumnya atas anugerah
nikmat yang diberikan Allah swt. pada mereka tentang tiga model kepemimpinan umat yang
pernah ada pada sejarah mereka.

Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah
atasmu ketika dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang
merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada
seorang pun di antara umat-umat yang lain.” (Al-Maa-idah: 20).

Jadi, nilai utama yang hendak dibangun kembali dengan kajian sirah nabawiyah adalah
semangat berbuat untuk kemajuan bangsa dan umat meraih harga dirinya di hadapan umat-
umat yang lain. Lebih dari itu, juga untuk mengembalikan hak kepemimpinan kepada umat
Islam, umat nabi pilihan.

Tiga Model Kepemimpinan

Model kepemimpinan umat sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan kemunduran sebuah
bangsa. Karenanya Islam mengajak umatnya untuk memilikinya kembali agar anugerah
nikmat dari Allah swt. dapat berfungsi lagi dan bertambah. Anugerah nikmat tersebut adalah
model kepemimpinan umat. Kepemimpinan yang mesti dimiliki umat agar mereka
mendapatkan hidup yang lebih baik, adil, sejahtera, dan sentosa. Model kepemimpinan itu
ialah:

Kepemimpinan spiritual (zi’amah diiniyah)

Kepemimpinan moral spiritual yang akan memberikan contoh pada umat tentang apa yang
perlu diperbuat dan dilakukan pada kehidupan bermasyarakat. Sehingga masyarakat tidak
terjerumus pada jurang kehancuran moral yang akan membawa kesengsaraan kehidupan
bangsa. Kepemimpinan ini menjadi patokan dalam masyarakat yang dicontohkan langsung
oleh pimpinan masyarakat untuk menjadi panutan dalam akhlak, ibadah, kesantunan,
kedermawanan, perilaku keluhuran, dan lainnya. Kemudian menyerukan pada masyarakat
dengan penuh kesabaran agar dapat mengikuti jejak dan langkah perbuatannya. Serta
memberikan kesadaran akan pentingnya moral bagi kehidupan berbangsa. Dengan begitu
masyarakat tidak lagi mencontoh perilaku kepribadiannya kepada figur-figur yang keliru.

Kepemimpinan politik (zi’amah siyasiyah)

Kepemimpinan politik yang mengatur birokrasi dan administrasi masyarakat dengan


mengedepankan pelayanan dan pengabdian. Bukan sebagai pemeras rakyat dan penyengsara
umat. Hal ini akan terjadi bila kepemimpinan struktural dipimpin oleh orang-orang shalih
yang punya kredibilitas. Kredibilitas mereka diakui untuk memimpin umat lantaran
kemampuannya menjalankan fungsi kepemimpinan dengan benar.

Kepemimpinan intelektual (zi’amah ilmiyah)

Kepemimpinan intelektual dapat mencerdaskan kehidupan umat. Kepemimpinan ini dapat


diraih bila semangat intelektual kembali menggeliat. Sehingga, menciptakan kecerdasan umat
secara massal. Seluruh elemen masyarakat dapat memahami perkembangan zaman serta
dapat mengerti alur kehidupan. Dengan itu tidak ada lagi unsur masyarakat yang menjadi
obyek penderita dan terus dibodohi atas kebijakan dan sikap orang lain. Dari sana umat ini
akan menjadi sokoguru dunia dalam ilmu pengetahuan. Setiap hari selalu muncul hal-hal
baru. Setiap waktu ada penemuan baru

“Bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.” (Al-Baqarah: 282).

Oleh karena itu, kajian sirah harus menghantarkan orang-orang yang mempelajarinya kepada
bangkitnya semangat juang untuk merebut kembali model kepemimpinan umat. Sehingga,
umat dapat merasakan kenikmatan dalam hidup yang penuh anugerah. Kehidupan mereka
tidak terzhalimi sedikit pun. Bahkan mereka dapat dengan jelas melihat harapan dan
obsesinya ke depan. Wallahu ‘alam bishshawaab.

Anda mungkin juga menyukai