Anda di halaman 1dari 11

Secara Bahasa (etimologi): Daya tarik, daya pukau, mantra, guna-guna, sihir.

Secara Istilah (Terminologi):


1.

2.

3.

Secara (bahasa) etimologi, sabar berarti: pencegahan dan pengekangan (al manu wa al habsu ) ; mencegah jiwa supaya tidak gundah, dan menahan lidah supaya tidak suka mengadu. Tegar dan kuat: shubru, dimana kata shad-nya didammahkan, berarti tanah yang sangat tegar dan subur. Obat yang dikenal sangat pahit di sebut shabir, sedangkan pohonnya adalah shabar. Menghimpun dan dan menggabungkan (al jamu wa al dhamm: orang yang bersabar adalah orang yang mampu menghimpun potensi dirinya dan tidak mudah berkeluh kesah.

Ibn Al Qayyim: dalam kata sabar itu dikandung 3 makna; menahan, tegar dan menggabungkan Sabar itu seperti namanya, pahit rasanya tetapi akibatnya lebih manis dari pada madu. (penyair)

1.

Sabar terhadap perintah dan ketaatan sehingga seseorang menunaikannya. Sabar terhadap larangan-larangan dan apa saja yang bertentangan dengan syariat sehingga ia tidak

2.

terjerumus ke dalamnya.
3.

Sabar terhadap takdir dan qadha Allah sehingga ia tidak membencinya.

1.

Wajib, yaitu sabar dari perkara-perkara yang diharamkan, sabar dalam menunaikan kewajiban, dan
sabar terhadap musibah. Sunnah, yaitu sabar terhadap perkara-perkara yang makruh dan sunah, serta sabar dari membalas kejahatan dengan perbuatan yang serupa misalnya sabar dalam menerima fitnah dan matinya kaum muslimin.

2.

3.

Haram, yaitu sabar terhadap makanan dan minuman sehingga ia mati, sabar seorang hamba
terhadap sesuatu yang ingin mencelakainya seperti binatang liar dan buas, kebakaran, atau orang kafir yang ingin membunuhnya.

4.

Makruh, yaitu sabar terhadap perkara yang dibenci (makruh), sabar dari melakukan perkara sunnah, sabar terhadap makanan, minuman, pakaian, dan berhubungan intim dengan istri sehingga

hal itu membahayakan tubuhnya.


5.

Mubah, yaitu sabar dari setiap perbuatan yang memiliki dua opsi yang sama baiknya; antara melakukan dan meninggalkannya.

1.

Agar tidak cenderung dan tertipu oleh yang didapatkan dan tidak
mendorongnya menjadi sombong, bertindak tidak baik, serta gembira yang tercela dan tidak disukai Allah.

2.

Tidak terlalu asik dan berlebihan dalam mendapatkannya karena bisa berubah menjadi kebalikannya. Sabar dalam menunaikan hak Allah atas nikmat yang diperoleh, tidak menyia-nyiakan sehingga Allah akan mengambilnya kembali.

3.

4.

Sabar dengan menahan diri agar nikmat yang diperoleh tidak


dipergunakan dalam keharaman.

Syukur adalah pujian kepada Zat Pemberi nikmat atas kebaikan yang diberikan-Nya.

Allah selalu menyatukan syukur dengan iman (An Nisa: 147).


Orang-orang yang bersyukur adalah orang-orang yang Allah khususkan dengan anugrah-Nya kepada mereka di antara hambahamba-Nya yang lain. (Al-Anam: 53).

Allah menggantungkan tambahan nikmat kepada syukur (Ibrahim: 7). Tambahan nikmat dari Allah tidak pernah berhenti seperti tiada hentinya ungkapan syukur hamba kepada-Nya. Allah akan meridhai

hamba jika hamba tersebut mau bersyukur (Az-Zumar: 7).

Dijelaskan dalam Ash-Shahihain yang diriwayatkan


dari Nabi SAW bahwa beliau melaksanakan shalat malam sampai kedua kaki beliau bengkak. Ketika ditanyakan, Mengapa baginda mengerjakan ini, padahal Allah telah mengampuni dosa baginda baik

yang telah lalu maupun yang akan datang? beliau


bersabda, Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur? (H.R. Bukhari)

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,


Ucapan alhamdulillah adalah nikmat di antara beberapa nikmat Allah. Nikmat yang membuahkan pujian kepada Allah juga termasuk nikmat-nikmat Allah. Sebagian nikmat lebih agung dari

sebagiannya, sedangkan nikmat syukur lebih agung


daripada pangkat, anak, istri, dan sebagainya. Wallahu alam.

Anda mungkin juga menyukai