Anda di halaman 1dari 13

AKHLAK KEPADA

ALLAH SWT

PAI 4
DEFINISI AKHLAK KEPADA ALLAH
SWT
Akhlak kepada Allah Swt artinya, etika dan adab ◼
dalam berubudiyah dan menjalankan amanah yang
diembankan-Nya kepada kita. Atau adab dan etika
dalam berhubungan dengan Allah Swt, baik yang
bersifat ibadah maupun muamalah.
◼ Akhlaq kepada Allah Swt.
merupakan pondasi atau dasar
dalam berakhlak kepada siapapun
di muka bumi ini. Karena Akhlak
kepada Allah pijakannya adalah
aqidah yang mengakar dalam diri
seseorang.
◼ Akhlak kepada Allah merupakan pintu
gerbang dalam berkhlak karimah pada
siapapun di muka bumi. Seseorang tidak
mungkin memiliki akhlak karimah terhadap
sesama insan, jika tidak dapat berakhlak
karimah dengan Allah Swt.
◼ Akhlak kepada Allah menjadi prioritas bagi
seorang mukmin, karena dia sadar, bahwa
segala kenikmatan yang diterimanya, adalah
anugerah dan pemberian Allah kepadanya.
SASARAN AKHLAK KEPADA ALLAH

No. Al-Jazairi Hamzah Ya’kub (1982) Aceng Zakaria (2003)

1 Syukur nikmat-Nya Beriman kepada-Nya Beribadah kepada Allah

Tentang Perbedaan Sudut Pandang Mengenai Sasaran Akhlak.


2 Tawakkal Taat Bersyukur atas nikmat-Nya

3 Husnuzzan Ikhlas Bertaubat dan Istighfar

4 Rasa Malu (al-Haya’) Tadharru’ dan Khusyuk

5 Taubat Raja dan do’a

6 Khauf dan Raja’ Husnuzzan

7 Tawakkal

8 Tasyakur dan Qana’ah

9 Malu

10 Taubat dan Istighfar


pada umumnya para ahli menjelaskan ◼
beberapa sasaran akhlak manusia kepada
Allah Swt sebagai berikut:
1. Bersyukur atas nikmat Allah Swt

Syukur ditinjau dari segi bahasa adalah menampakkan; ◼


sedangkan kebalikannya adalah kufur yang artinya
menutup-nutupi. Petani yang menutup benih yang
ditanam di atas tanah disebut kuffar, berasal dari kata
dasar kafara-yakfuru-kufran. (lihat QS Al-Hadid [57]: 20)
Adapun pengertian syukur dari segi istilah adalah ◼
menerima nikmat Allah dengan hati yang gembira,
menyebut-nyebut pemberinya dengan lisan, dan
memanfaatkan nikmat tersebut dengan anggota
badannya sesuai dengan kehendak pemberinya. (Al-
Ghazali, tt: 209)
Syukur kepada Allah terdiri dari tiga unsur:
1. syukur dengan hati,

2. syukur dengan lisan, dan

3. syukur dengan perbuatan (anggota badan).


2. Bertawakal kepada Allah.

◼ Seorang muslim, senantiasa bertakwal terhadap


segala sesuatunya kepada Allah SWT. Karena
ia meyakini, bahwa tiada daya dan tiada
kekuatan melainkan dari Allah SWT.
◼ Bertawakal bukan berararti menafikan ikhtiyar,
namun tawakal adalah ba’da ikhtiyar dengan
penuh kesungguhan.
Tawakal juga dapat berarti menumpahkan ◼
segala tumpuan, dan kegundahan hati hanya
kepada Allah. Kepada Allah lah tempat
mengadu, tempat meminta, dan tempat
mengungkapkan segala perasaan. Karena ia
yakin, bahwa Allah lah yang dapat
menjadikan hati yang gelisah, menjadi hati
yang tenang, hati yang gundah menjadi hati
yang tentram…
◼ Dalam sebuah hadits
Dari Umar ra berkata, aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, “Sekiranya kalian
bertawakal kepada Allah SAW dengan tawakal
yang sebenar-benarnya, maka sungguh kalian
akan diberi rizki sebagaimana diberi rizkinya
seekor burung. Ia berangkat pada pagi hari
dengan perut kosong, dan pulang sore hari
dengan perut kenyang.” (HR. Ibnu Majah)
3. Taubat dan Istigfar kepada Allah
Swt
Taubat Nasuha, menurut Ulama (dalam Al-
Zuhaili, tt., 28: 315) adalah melepaskan diri
dan berhenti dari dosa, menyesal atas
perbuatan dosa tersebut, dan berjanji dengan
kuat untuk tidak mengulanginya lagi di masa
yang akan datang.
Kata Nasuha memiliki makna: ikhlas atau
memurnikan taubat kepada Allah, kosong dari
hal-hal lain selain-Nya.
Sayyidina Ali ra ditanya orang tentang taubat. Dia
menjawab, taubat itu di dalamnya harus mengandung 6
(enam) hal:
1. Menyesal atas dosanya yang telah dikerjakannya di
masa lalu.
2. Mengulang terhadap yang fardlu,

3. mengembalikan kezalimannya kepada orang yang


menjadi sasaran kezalimannya.
4. Meminta dibebaskan dari dosa terhadap teman/lawan
atau musuhnya.
5. Berjanji untuk tidak mengulangi dosa tersebut.

6. Mendidik jiwanya dalam taat kepada Allah, yang selama


ini terdidik dengan kemaksiatan.

Anda mungkin juga menyukai