Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 5 : Alif Al Aqsha (220201004)

Syibran Malisi
Zayyan
Materi Akidah Akhlak MI/SD, Kelas 3 Semester 1.

Bab I : Bersyukur
A. Pengertian Syukur Nikmat.
Ragib al-Isfahani yang menyatakan bahwa syukur berarti menggambarkan
nikmat dan menampakkannya (tasawwur an-ni'mah wa izharuha) yang merupakan
lawan dari kufur (kufr) yang berarti melupakan nikmat dan menutupinya (nisyan an-
ni'mah wa satruha). Syukur, kata al-Ragib, ada tiga macam: syukurnya hati (syukr al-
qalb) berupa penggambaran nikmat, syukurnya lisan (syukr al-lisan) berupa pujian
kepada sang pemberi nikmat dan syukurnya anggota tubuh yang lain (syukr sair al-
jawarih) dengan mengimbangi nikmat itu menurut kadar kepantasannya.1

Syukur terhadap nikmat yang telah Allah berikan adalah suatu perkara yang
wajib dilakukan hamba, begitu banyak nikmat-nikmat dalam kehidupan sehari-hari
kita, dari semua nikmat-nikmat tersebut perlu oleh seorang hamba untuk
mensyukurinya terlebih nikmat iman dan Islam, sungguh patut kita bersyukur dengan
nikmat ini, salah satu caranya yaitu betul-betul beriman kepada Allah, dan
menjalankan segala perintah-Nya dan juga meninggalkan semua larangan dari Allah
SWT.

Kembali kepada pengertian syukur manusia kepada Allah, tampak kepada kita
bahwa syukur tidaklah sesederhana yang dibayangkan dan dipraktekkan oleh
sebagian orang. Pengertian syukur sangatlah komprehensif, mencakup sikap hati,
lisan dan perbuatan. Untuk itu, dapat dipahami apabila al-Qur'an berulang-ulang
menyebut tentang sedikitnya jumlah orang yang bersyukur, antara lain dalam firman-
Nya:

‫َو َقِلْيٌل ِّمْن ِع َب اِدَي الَّشُك ْو ُر‬

1
A.Malik Madani, Syukur dalam Perspektif al-Qur’an, Az Zarqa , Vol. 7 No. 1, 2015, h. 7.
“…Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Q.S as-Saba’ : 13)

B. Macam-macam nikmat Allah dan cara mensyukurinya

1. Nikmat jasmani

Allah Swt telah meberikan kepada kita kenikmatan pada jasad, dengan
kenikmatan jasmani inilah manusia dapat beraktivitas dengan leluasa tanpa hambatan
diantara banyaknya kenikmatan jasmani adalah :

1. Lengkap anggota tubuh, sehingga dapat beraktivitas dengan baik


2. Tangan digunakan untuk memegang
3. Kaki untuk berjalan
4. Mata untuk melihat
5. Telinga untuk mendengar dan masih banyak lagi.

Jika salah satu saja dari nikmat jasmani ini tidak berfungsi dengan baik maka
berpengaruh terhadap bagian-bagian tubuh yang lain.

Adapun cara untuk mensyukuri nikmat jasmani ini adalah

1. Menggunakan anggota tubuh pada hal-hal yang diridhai Allah Swt


2. Menjaga tubuh tidak merusaknya
3. Selalu memperhatikan asupan makanan yang dibutuhkan, dan tidak
mengonsumsi makanan yang berbahaya bagi tubuh, tidak pula berlebihan
dalam makan
4. Dengan anggota tubuh yang sehat sudah sepatutnya untuk memaksimalkan
ibadah kepada Allah Swt.
5. Selalu bersyukur atas apa yang Allah swt berikan, diantaranya mengucap
kalimat-kalimat tayyibah seperti Alhamdulillah.
2. Nikmat Ruhani

Nikmat ruhani adalah nikmat yang tak tampak dengan penglihatan, antara lain
adalah :

1. Nikmat iman
2. Nikmat akal sehingga dapat berpikir.
3. Nikmat belajar Ilmu agama.
4. Nikmat terhindar dari mara bahaya
5. Nikmat rasa tenang.

Cara mensyukuri nikmat ruhani :

1. Rajin dalam beribadah


2. Bertutur kata dengan sopan dan santun.
3. Berinteraksi dengan cara-cara yang baik.
4. Selalu mengucapkan kalimat “Alhamdulillah”

3. Nikmat rezeki

Rezeki adalah pemberian dan anugrah dari Allah kepada Makhluknya, rezeki
ini tidak hanya terbatas pada materi saja seperti uang, akan tetapi cakupannya lebih
luas. Adapun contoh-contoh dari nikmat rezeki adalah : rezeki seperti Kesehatan,
waktu luang, dan juga uang, rumah yang bagus, kendaraan, pasangan yang berada
dalam keta’atan kepada Allah swt, anak-anak yang soleh-solehah dll.

Cara mensyukuri nikmat rezeki :

1. Mengeluarkan zakat apabila sudah mencapai ketentuan-ketentuannya.


2. Membantu orang yang sedang membutuhkan.
3. Bersedekah dengan harta yang telah dimiliki.
4. Tidak menggunakan harta pada perkara-perkara terlarang.

Allah berfirman dalam Q.S Ibrahim ayat 7


‫َو ِاْذ َت َاَّذ َن َر ُّب ُك ْم َلِٕىْن َشَك ْر ُت ْم َاَلِز ْيَد َّنُك ْم َو َلِٕىْن َكَفْر ُت ْم ِاَّن َع َذ اِبْي َلَش ِدْي ٌد‬

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu


bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”

Bab II : Asmaul Husna

A. Al-Wahhaab (Maha pemberi karunia )

Dalam alam semesta , banyak sekali ciptaan Allah SWT yang tidak sanggup
untuk dihitung dari manusia, hewan, tumbuhan, benda-benda langit dan lain
sebagainya. Semua makhluk tersebut telah Allah Atur kehidupannya.

Misalnya untuk manusia bernafas, Allah Swt. menyediakan udara yang


mengandung gas oksigen dan karbondioksida. Untuk manusia minum, Allah Swt.
telah menyediakan air. Untuk manusia makan, Allah Swt. menyediakan bahan
makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Untuk manusia melihat,
mendengar, dan merasakan makanan, Allah Swt. melengkapi manusia dengan panca
indera. Untuk keperluan menulis, manusia diberi tangan. Hal inilah yang
membuktikan bahwa Allah Swt. Maha Pemberi Karunia. Sesuai dengan firman- Nya
dalam al-Qur’an Surah Ṣad ayat 9:

‫َاْم ِع ْن َد ُه ْم َخ َز ۤا ِٕىُن َر ْح َمِة َر ِّب َك اْلَع ِز ْي ِز اْلَو َّهاِۚب‬

Artinya: “Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu yang
Maha Perkasa lagi Maha Pemberi?”. (QS. Ṣad [38]:9)

Melihat keteraturan yang luar biasa ini sudah sepatutnya bagi manusia untuk
bertafakkur, bersyukur, merenung bagaimana keagungan Allah SWT, sudah
sepatutnya bagi manusia untuk mengikuti segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya agar dalam berkehidupan tidak ada rasa takut dan juga rasa sedih,
diakhirat kita selamat dari Api neraka dan pada akhirnya kita berharap agar dapat
memasuki surga .

Allah diantaranya senantiasa akan memberi apapun yang dibutuhkan oleh


hamba-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Jika seorang anak meminta agar menjadi
pandai, maka Allah Swt. akan mengabulkannya. Asalkan ia rajin dan bersungguh-
sungguh dalam belajar. Begitu pula jika seseorang menginginkan agar usahanya
berhasil, Allah Swt. akan memberinya kesuksesan asalkan ia rajin bekerja tanpa putus
asa, insyaallah.

Cara meneladani sifat Allah Swt. al-Wahhaab adalah dengan berbagi sebagian
kelebihan yang kita punyai. Bagi yang punya ilmu, kita bisa mengajari teman yang
belum paham tentang suatu hal. Tangan kita manfaatkan untuk membantu teman
yang membutuhkan bantuan. Orang yang suka membantu orang yang memerlukan
bantuan, Allah akan senantiasa membantunya. Keridhaan Allah Swt. dan
kebahagiaan di akhirat juga akan menantinya

B. Ar-Razzaaq (Allah Maha Pemberi Rezeki)

Perhatikan firman Allah Swt. dalam al-Qur’an Surah az-Zariyat ayat 58:

‫ِاَّن َهّٰللا ُهَو الَّر َّز اُق ُذ و اْلُقَّو ِة اْلَم ِتْيُن‬

yang artinya: “Sungguh Allah, Dialah pemberi rezeki Yang Mempunyai


Kekuatan lagi Sangat Kokoh”. (QS. az-Zariyat [51]:58)

Kita menyadari bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan, baik


kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah
kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang sangat
diperlukan oleh manusia untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan
kebutuhan sekunder bukan kebutuhan pokok, seperti mobil, perhiasan,
rekreasi
Rezeki adalah suatu perkara yang pasti didapatkan oleh manusia
selama ia hidup, maka oleh sebab itu persoalan mengenai rezeki tidaklah
perlu dikhawatirkan, karena itu suatu perkara yang pasti, yang perlu
diusahakan adalah bagaimana menjemput rezeki tersebut, perlu adanya
usaha yang maksimal untuk menjemput rezeki, dengan berusaha secara
maksimal dan bekerja.

Terhadap rezeki yang telah Allah berikan maka perlu selalu untuk
bersyukur, di dalam Islam sesorang tidak pernah diharuskan untuk berada
dalam kondisi tertentu. Islam tidak mengharuskan Kaya atau Miskin, Islam
juga tidak mengharuskan orang untuk pintar atau bodoh, akan tetapi yang
islam perintah adalah bagaimana tanggapan kita terhadap kondisi tersebut,
sebagai contoh apabila seseorang mempunyai banyak harta bagaimana ia
merespon keadaan tersebut, apakah ia mau besyukur, bersedekah atau pelit.
Begitu pula apabila ada seseorang dalam keadaan bodoh bagaimana ia
merespon keadaannya itu, apakah ia mau belajar dengan giat, berusaha,
berikhtiyar, atau hanya leha-leha.

Cara meneladani sifat Allah ar-Razzaaq adalah dengan cara


berbagi harta yang kita miliki. Ketika kita punya kelebihan rezeki, maka
kita bisa membantu orang- orang yang memerlukan bantuan kita. Baik itu
diminta atau tidak diminta. Kita juga harus yakin bahwa harta kita yang
sesungguhnya adalah yang telah kita infaqkan di jalan yang diridhai Allah
Swt

BAB V
A. KISAH NABI ISMAIL

Nabi Ismail Alaihissalam (AS) merupakan anak dari Nabi Ibrahim AS yang
menikah dengan Sayyidah Hajar, sebelumnya Nabi Ibrahim telah memiliki
istri bernama Sayyidah Sarah namun, di umur pernikahannya yang
terbilang tua, ia tak dikaruniai anak.

Nabi Ismail kecil lahir dan tumbuh menjadi anak yang berbakti kepada
orang tuanya, membantu keduanya, dan menaati perintah-perintahnya. Nabi
Ismail juga diketahui sering membantu ibunya menggembala ternak yang
jumlahnya tidak sedikit.

Suatu hari ketika Nabi Ismail telah pada umur dewasa, selama tiga kali,
Nabi Ibrahim selalu bermimpi diperintahkan untuk menyembelih anaknya
yakni Nabi Ismail. Ia sempat tak percaya dan mengira mimpi terebut datang
dari setan.

Nabi Ibrahim pun menceritakan mimpinya itu kepada Nabi Ismail. Nabi
Ibrahim percaya bahwa mimpi itu datang dari Allah SWT. Sebagai nabi,
dan taat kepada Allah SWT, ia harus melaksanakannya.

Kemudian ia menceritakan mimpi ini kepada anaknya, Nabi Ismail. Setelah


diceritakan, Nabi Ismail berkata bahwa hal tersebut merupaka perintah
Allah SWT yang memang benar harus dilaksanakan, sebagai tanda orang
beriman, ia mengaku tabah dan sabar.
Tiba hari saat Nabi Ibrahim ingin melaksanakan perintah tersebut, Nabi
Ismail tetap tidak ada penolakan dan ingin menuruti apa yang akan
dilakukan ayahnya atas perintah Allah SWT. Saat Nabi Ismail akan
disembelih, kemudian digantikan dengan seekor domba besar oleh Malaikat
Jibril.

Kisah ini menjadi asal mula pelaksanaan ibadah kurban pada Hari Raya
Idul Adha yang jatuh setiap tanggal 10 Dzulhijjah dan dirayakan oleh setiap
Muslim di seluruh dunia.

Dari ketabahan, ketaatan, dan kesabaran Nabi Ismail, dapat diteladani


bagaimana seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, membantu
pekerjaan orang tua, dan berbaktinya kepada orang tuanya dengan
pengorbanan tersebut, sebagai bentuk keimanannya kepada Allah SWT.

Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan
anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami
panggil dia, Wahai Ibrahim! sungguh, engkau telah membenarkan mimpi
itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Dan Kami
abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang
kemudian, Selamat sejahtera bagi Ibrahim. ”Demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh, dia termasuk
hamba-hamba Kami yang beriman. (QS As-Saffat 103-111).
B. HIKMAH KISAH NABI ISMAIL

Melalui peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim AS. dan Nabi Ismail AS.,
Ismail ada tiga poin utama yang dapat dijadikan contoh untuk dapat
menciptakan spirit idul adha. Yang pertama disingkat dengan 3I+1S, I yang
pertama adalah iman. iman bisa dikuatkan dengan cara melaksanakan
perintah Allah Swt. I yang kedua adalah ikhlas, yang berarti ikhlas dengan
hubungan kita kepada Allah. Dengan begitu, kita akan terhindar dari sifat
riya atau pamer. I yang ketiga adalah ilmu, karena dengan terus mencari
ilmu maka hidup kita serta ibadah kita dapat bernilai. Sedangkan S adalah
sabar.

Poin kedua adalah cinta orang tua kepada anaknya, serta hormatnya anak
kepada orang tua. Terbentuknya sikap baik dari Nabi Ismail tidak luput dari
peran Nabi Ibrahim dan Siti Hajar sebagai orang tuanya. Sedangkan yang
bisa membalas cintanya orang tua kepada anaknya adalah birrul walidain.
Doa orang tua adalah doa yang mustajab, “Akan datang suatu masa di mana
mulut kita dikunci, tangan kaki menjadi saksi. Artinya sikap kita kepada
orang tua pun akan diperlihatkan di hari akhir, dan dimintai
pertanggungjawaban.

Oleh karenanya kita perlu menghormati mereka dengan membahagiakan


mereka selagi masih bersama kita, dan doakan beliau, serta jaga lah
cucunya kelak”, terang Ismail Hermana.Point terakhir adalah membangun
keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah. Melalui Nabi Ibrahim
kita dapat melihat satu keluarga yang saling asah, asih, dan asuh.
C. MENELADANI PERILAKU NABI ISMAIL AS

a. Nabi Ismail a.s. selalu patuh dan taat kepada Allah Swt. la melaksanakan
semua perintah Allah.

b. Nabi Ismail a.s. selalu patuh dan taat kepada orang tua. Kebaikan apa
pun yang diperintahkan orang tuanya, akan dilaksanakan dengan senang
hati.

C. Nabi Ismail a.s. selalu sabar menjalankan perintah Allah Swt

D. MENGHORMATI ORANG TUA

Menghormati orang tua merupakan salah satu tindakan baik yang


dianjurkan dalam agama dan norma susila.koordinasiAlasan mengapa kita
harus menghormati orang tua adalah untuk mendapat berkah dari Tuhan.
Menghormati orang tua menjadi salah satu upaya yang dianjurkan untuk
memperoleh keberkahan dari Tuhan. Dalam berbagai agama, restu orangtua
menjadi jalan menuju pintu surga.
Pengorbanan yang dilakukan oleh orangtua selama merawat dan mendidik
anak juga menjadi salah satu alasan mengapa kita harus menghormati orang
tua. Seperti seorang ibu mengandung dengan susah payah, kemudian
berjuang melahirkan antara hidup dan mati. Tak hanya itu ibu juga tanpa
pernah lelah terus menyusui sang buah hati selama dua tahun dengan ikhlas
dan penuh kasih sayang. Begitupula dengan ayah yang mencari nafkah
untuk kebutuhan hidup kita, kita harus menyanyangi, menghargai serta
menghormati mereka seperti layaknya nabi ismail menghormati keputusan
ayahnya dan beliau tidak pernah ragu akan perintah orang tuanya walaupun
nabi ismail harus mengorbankan nyawa nya.

Anda mungkin juga menyukai