Syibran Malisi
Zayyan
Materi Akidah Akhlak MI/SD, Kelas 3 Semester 1.
Bab I : Bersyukur
A. Pengertian Syukur Nikmat.
Ragib al-Isfahani yang menyatakan bahwa syukur berarti menggambarkan
nikmat dan menampakkannya (tasawwur an-ni'mah wa izharuha) yang merupakan
lawan dari kufur (kufr) yang berarti melupakan nikmat dan menutupinya (nisyan an-
ni'mah wa satruha). Syukur, kata al-Ragib, ada tiga macam: syukurnya hati (syukr al-
qalb) berupa penggambaran nikmat, syukurnya lisan (syukr al-lisan) berupa pujian
kepada sang pemberi nikmat dan syukurnya anggota tubuh yang lain (syukr sair al-
jawarih) dengan mengimbangi nikmat itu menurut kadar kepantasannya.1
Syukur terhadap nikmat yang telah Allah berikan adalah suatu perkara yang
wajib dilakukan hamba, begitu banyak nikmat-nikmat dalam kehidupan sehari-hari
kita, dari semua nikmat-nikmat tersebut perlu oleh seorang hamba untuk
mensyukurinya terlebih nikmat iman dan Islam, sungguh patut kita bersyukur dengan
nikmat ini, salah satu caranya yaitu betul-betul beriman kepada Allah, dan
menjalankan segala perintah-Nya dan juga meninggalkan semua larangan dari Allah
SWT.
Kembali kepada pengertian syukur manusia kepada Allah, tampak kepada kita
bahwa syukur tidaklah sesederhana yang dibayangkan dan dipraktekkan oleh
sebagian orang. Pengertian syukur sangatlah komprehensif, mencakup sikap hati,
lisan dan perbuatan. Untuk itu, dapat dipahami apabila al-Qur'an berulang-ulang
menyebut tentang sedikitnya jumlah orang yang bersyukur, antara lain dalam firman-
Nya:
1
A.Malik Madani, Syukur dalam Perspektif al-Qur’an, Az Zarqa , Vol. 7 No. 1, 2015, h. 7.
“…Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Q.S as-Saba’ : 13)
1. Nikmat jasmani
Allah Swt telah meberikan kepada kita kenikmatan pada jasad, dengan
kenikmatan jasmani inilah manusia dapat beraktivitas dengan leluasa tanpa hambatan
diantara banyaknya kenikmatan jasmani adalah :
Jika salah satu saja dari nikmat jasmani ini tidak berfungsi dengan baik maka
berpengaruh terhadap bagian-bagian tubuh yang lain.
Nikmat ruhani adalah nikmat yang tak tampak dengan penglihatan, antara lain
adalah :
1. Nikmat iman
2. Nikmat akal sehingga dapat berpikir.
3. Nikmat belajar Ilmu agama.
4. Nikmat terhindar dari mara bahaya
5. Nikmat rasa tenang.
3. Nikmat rezeki
Rezeki adalah pemberian dan anugrah dari Allah kepada Makhluknya, rezeki
ini tidak hanya terbatas pada materi saja seperti uang, akan tetapi cakupannya lebih
luas. Adapun contoh-contoh dari nikmat rezeki adalah : rezeki seperti Kesehatan,
waktu luang, dan juga uang, rumah yang bagus, kendaraan, pasangan yang berada
dalam keta’atan kepada Allah swt, anak-anak yang soleh-solehah dll.
Dalam alam semesta , banyak sekali ciptaan Allah SWT yang tidak sanggup
untuk dihitung dari manusia, hewan, tumbuhan, benda-benda langit dan lain
sebagainya. Semua makhluk tersebut telah Allah Atur kehidupannya.
Artinya: “Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu yang
Maha Perkasa lagi Maha Pemberi?”. (QS. Ṣad [38]:9)
Melihat keteraturan yang luar biasa ini sudah sepatutnya bagi manusia untuk
bertafakkur, bersyukur, merenung bagaimana keagungan Allah SWT, sudah
sepatutnya bagi manusia untuk mengikuti segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya agar dalam berkehidupan tidak ada rasa takut dan juga rasa sedih,
diakhirat kita selamat dari Api neraka dan pada akhirnya kita berharap agar dapat
memasuki surga .
Cara meneladani sifat Allah Swt. al-Wahhaab adalah dengan berbagi sebagian
kelebihan yang kita punyai. Bagi yang punya ilmu, kita bisa mengajari teman yang
belum paham tentang suatu hal. Tangan kita manfaatkan untuk membantu teman
yang membutuhkan bantuan. Orang yang suka membantu orang yang memerlukan
bantuan, Allah akan senantiasa membantunya. Keridhaan Allah Swt. dan
kebahagiaan di akhirat juga akan menantinya
Perhatikan firman Allah Swt. dalam al-Qur’an Surah az-Zariyat ayat 58:
Terhadap rezeki yang telah Allah berikan maka perlu selalu untuk
bersyukur, di dalam Islam sesorang tidak pernah diharuskan untuk berada
dalam kondisi tertentu. Islam tidak mengharuskan Kaya atau Miskin, Islam
juga tidak mengharuskan orang untuk pintar atau bodoh, akan tetapi yang
islam perintah adalah bagaimana tanggapan kita terhadap kondisi tersebut,
sebagai contoh apabila seseorang mempunyai banyak harta bagaimana ia
merespon keadaan tersebut, apakah ia mau besyukur, bersedekah atau pelit.
Begitu pula apabila ada seseorang dalam keadaan bodoh bagaimana ia
merespon keadaannya itu, apakah ia mau belajar dengan giat, berusaha,
berikhtiyar, atau hanya leha-leha.
BAB V
A. KISAH NABI ISMAIL
Nabi Ismail Alaihissalam (AS) merupakan anak dari Nabi Ibrahim AS yang
menikah dengan Sayyidah Hajar, sebelumnya Nabi Ibrahim telah memiliki
istri bernama Sayyidah Sarah namun, di umur pernikahannya yang
terbilang tua, ia tak dikaruniai anak.
Nabi Ismail kecil lahir dan tumbuh menjadi anak yang berbakti kepada
orang tuanya, membantu keduanya, dan menaati perintah-perintahnya. Nabi
Ismail juga diketahui sering membantu ibunya menggembala ternak yang
jumlahnya tidak sedikit.
Suatu hari ketika Nabi Ismail telah pada umur dewasa, selama tiga kali,
Nabi Ibrahim selalu bermimpi diperintahkan untuk menyembelih anaknya
yakni Nabi Ismail. Ia sempat tak percaya dan mengira mimpi terebut datang
dari setan.
Nabi Ibrahim pun menceritakan mimpinya itu kepada Nabi Ismail. Nabi
Ibrahim percaya bahwa mimpi itu datang dari Allah SWT. Sebagai nabi,
dan taat kepada Allah SWT, ia harus melaksanakannya.
Kisah ini menjadi asal mula pelaksanaan ibadah kurban pada Hari Raya
Idul Adha yang jatuh setiap tanggal 10 Dzulhijjah dan dirayakan oleh setiap
Muslim di seluruh dunia.
Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan
anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami
panggil dia, Wahai Ibrahim! sungguh, engkau telah membenarkan mimpi
itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Dan Kami
abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang
kemudian, Selamat sejahtera bagi Ibrahim. ”Demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh, dia termasuk
hamba-hamba Kami yang beriman. (QS As-Saffat 103-111).
B. HIKMAH KISAH NABI ISMAIL
Melalui peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim AS. dan Nabi Ismail AS.,
Ismail ada tiga poin utama yang dapat dijadikan contoh untuk dapat
menciptakan spirit idul adha. Yang pertama disingkat dengan 3I+1S, I yang
pertama adalah iman. iman bisa dikuatkan dengan cara melaksanakan
perintah Allah Swt. I yang kedua adalah ikhlas, yang berarti ikhlas dengan
hubungan kita kepada Allah. Dengan begitu, kita akan terhindar dari sifat
riya atau pamer. I yang ketiga adalah ilmu, karena dengan terus mencari
ilmu maka hidup kita serta ibadah kita dapat bernilai. Sedangkan S adalah
sabar.
Poin kedua adalah cinta orang tua kepada anaknya, serta hormatnya anak
kepada orang tua. Terbentuknya sikap baik dari Nabi Ismail tidak luput dari
peran Nabi Ibrahim dan Siti Hajar sebagai orang tuanya. Sedangkan yang
bisa membalas cintanya orang tua kepada anaknya adalah birrul walidain.
Doa orang tua adalah doa yang mustajab, “Akan datang suatu masa di mana
mulut kita dikunci, tangan kaki menjadi saksi. Artinya sikap kita kepada
orang tua pun akan diperlihatkan di hari akhir, dan dimintai
pertanggungjawaban.
a. Nabi Ismail a.s. selalu patuh dan taat kepada Allah Swt. la melaksanakan
semua perintah Allah.
b. Nabi Ismail a.s. selalu patuh dan taat kepada orang tua. Kebaikan apa
pun yang diperintahkan orang tuanya, akan dilaksanakan dengan senang
hati.