Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KONSEP KEBUTUHAN SPIRITUAL TERHADAP MENGGUGAT

AGAMA / ALLAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah asuhan kebutuhan spiritual
muslim

Disusun oleh :

Dewi Rasmita Saragih

Ineu Rustani Astuti 312018006

Widya

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

BANDUNG

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia, merupakan pemberian yang terus
menerus, dengan bermacam-macam bentuk lahir dan batin. Hanya manusia sajalah yang
kurang pandai memelihara nikmat, sehingga ia merasa seolah-olah belum diberikan
sesuatupun oleh Allah. Disebabkan ia tidak bersyukur kepada Allah dan tidak merasakan
bahwa Allah telah memberi kepadanya sangat banyak dari permintannya. Mereka yang
mengeluhkan takdir Allah kepada seseorang itu bermakna bahwa mereka sedang mengadili
Allah dan menjadikan seseorang itu sebagai hakim. Apa salah saya kepada Allah, saya
kurang beribadah bagaimana, kok masih terus saja diterpa masalah. Bagaimana ini Allah?"
Demikian salah satu contoh mau mengadili Allah. Sungguh tak sopan. Lebih tak sopan lagi
jika mau menjadi hakim.
Nikmat yang sangat besar bagi manusia adalah nikmat iman. Termasuk orang yang
menyia-nyiakan nikmat Allah adalah orang yang menggunakan nikmat Allah tidak pada
tempatnya, atau menggunakan nikmat Allah untuk kemaksiatan. Termasuk sifat yang angkuh
terhadap Allah Swt jika ia merasa bahwa semua yang ada padanya adalah karena kepandaian
dan keistimewaan diri manusia itu sendiri. Perasaan seperti ini memudarkan Tauhid dari
dalam jiwanya. Oleh karena itu, kita sebagai makhluk Allah yang senantiasa mengharapkan
keridhoan-Nya diharapkan diberi kesadaran dalam mensyukuri nikmat yang sungguh besar
yang telah Allah berikan kepada kita.
Lalu bagaimana cara terbaik menyikapi musibah? Diam, tafakkur, bersabar, teruslah
berbuat baik dan pasrahkan kepada Allah. Hilangkan arogansi mendeklarasikan diri mengatur
segalanya. Gantilah dengan kesantunan memohon pilihan yang terbaik kepada Allah dalam
segala hal. Lalu jalani semuanya dengan penuh kepercayaan kepada kebaikan dan keadilan
Allah. Ulama psikologi berkata: Salah satu kunci utama kebahagiaan adalah senantiasa
memohon pilihan terbaik kepada Allah untuk semua takdir yang akan dilaluinya, lalu
menjalaninya dengan penuh ridla.

B.  Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Bersyukur kepada Allah pada hakikatnya adalah mengakui bahwasannya segala
kenikmatan yang ada pada diri kita dan semua makhluk ciptaanNya adalah berasal dari Allah
Ta'ala. Dalam bahasa mudahnya bersyukur adalah berterima kasih. Kita seringkali berterima
kasih kepada sesama manusia, tetapi melupakan satu hal yang justru harus kita lakukan yaitu
mensyukuri nikmat Allah yang ada pada diri kita semuanya.

dalam agama pengertian bersyukur bahwa syukur adalah menunjukkan adanya nikmat
Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran
diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan
kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah". Ini
adalah pengertian syukur menurut Ibnul Qayyim. Dan 3 hal di atas adalah cara mensyukuri
nikmat Allah atas diri kita.

Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan atau tidak mau untuk menyadari atau
bahkan mengingkari bahwa nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah Ta’ala. Kita
berlindung kepada Allah dari sifat kufur nikmat ini aamiin. Bila kita pandai dalam
mensyukuri nikmat Allah maka hal ini akan mendatangkan nikmat-nikmat Allah lainnya.
B.     tanda-tanda orang yang bersyukur
a.       Mengakui, memahami, serta menyadari bahwa Allah-lah yang telah memberikan nikmat.
Pengertiannya di sini adalah bahwa segala nikmat pada dasarnya Allah yang memberikan
kepada kita. Manusia adalah juga merupakan perantara dari Pemberi Nikmat yang
sesungguhnya yaitu Allah. Orang yang bersyukur senantiasa menisbatkan setiap nikmat yang
didapatnya kepada Allah Ta’ala, bukan kepada makhluk atau pun lainnya.
b.      Orang bersyukur akan menunjukkan dalam bentuk ketaatan kepada Allah. Jadi tanda
mensyukuri nikmat Allah adalah menggunakan nikmat tersebut dengan beribadah dan taat
menjalankan ajaran agama. Keanehan bila orang mengakui nikmat Allah, tetapi tidak mau
menjalankan ajaran agama seperti halnya sholat, enggan belajar agama dan sejenisnya.
C.    Bentuk atau wujud rasa syukur itu dapat dilakukan antara lain dengan beberapa cara
:
1. Bersyukur dengan hati dan perasaan
2. Bersyukur dengan lisan
3. Bersyukur dengan perbuatan
4. Bersyukur dengan harta benda

Dengan mensyukuri nikmat Allah SWT manusia akan mendapat berkah dan karunia yang
lebih banyak lagi dariNYA, sebagaimana QS Ad-Dhuha ayat 11 : "Dan terhadap Nikmat
Tuhanmua, maka hendaklah kamu menyebutNYA (dengan bersyukur)".Demikian pula QS.
Ar-Rahman berkali-kali menyebutkan : "maka Nikmat Rabb yang manalagi yang kamu
dustakan". Bila masih ada Pertanyaan tentang adanya keraguan kita untuk tidak mensyukuri
nikmat Allah, baiknya anda berhenti sejenak dari kesibukan dunia untuk menyadari segeralah
bersyukur. Semoga Allah senantiasa meridhoi langkah hidup kita semua

D.    cara mensyukuri nikmat Allah:


1.   Mensyukuri nikmat Allah dengan melalui hati. Cara bersyukur kepada Allah dengan hati ini
maksudnya adalah dengan mengakui, mengimani dan meyakini bahwa segala bentuk
kenikmatan ini datangnya hanya dari Allah SWT semata.
2. Mensyukuri nikmat Allah dengan melalui lisan kita. Caranya adalah dengan kita
memperbanyak ucapan alhamdulillah (segala puji milik Allah) wasysyukru lillah (dan segala
bentuk syukur juga milik Allah).
3. Mensyukuri nikmat Allah dengan perbuatan kita. Yaitu perbuatan dalam bentuk ketaatan kita
menjalankan segala apa yang diperintah dan menjauhi segala apa yang dilarangNya.
PerintahNya termasuk segala hal yang yang berhubungan dalam rangka menunaikan
perintah-perintah Allah, baik perintah itu yang bersifat wajib, sunnah maupun mubah.

Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk senantisa mensukuri nikmat yang telah
diberikanNya dan menggunakan nikmat tersebut dalam rangka mencari keridhoan Allah yang
diwujudkan dalam bentuk ketaatan kita

E.         Kajian Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya


Sungguh betapa besar dan banyak nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada kita.
Setiap hari silih berganti kita merasakan satu nikmat kemudian beralih kepada nikmat yang
lain. Di mana kita terkadang tidak membayangkan sebelumnya akan terjadi dan
mendapatkannya. Sangat besar dan banyak karena tidak bisa untuk dibatasi atau dihitung
dengan alat secanggih apapun di masa kini.
Semua ini tentunya mengundang kita untuk menyimpulkan betapa besar karunia dan
kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dalam realita kehidupan, kita menemukan
keadaan yang memprihatinkan. Yaitu mayoritas manusia dalam keingkaran dan kekufuran
kepada Pemberi Nikmat. Puncaknya adalah menyamakan pemberi nikmat dengan makhluk,
yang keadaan makhluk itu sendiri sangat butuh kepada Allah.
Syukur berarti ucapan sikap, dan perbuatan terimakasih kepada allah swt, dan
penggakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikannya. Nikmat yang diberikan
sangat banyak dan bentuknya bermacam2,  disetiap detik yang dilalui maninusia tidak pernah
lepas dari nikmat allah, nikmatnya sanggat besar. Sehingga mausia tidak akan dapat
menghitungnya.

F.          Hakikat bersyukur


Manusia adalah makhluk  ALLAH SWT yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-
baiknya dan diciptakan  untuk menyembah hanya kepada-Nya seraya bersyukur atas hidup
untuk mencapai kedudukan yang tertinggi di akhirat kelak. Jika kita fikir dahulunya kita
tercipta dengan ilmu pengetahuan yang sedikit dan hanya bisa sedikit berbuat, kini kita
memiliki banyak ilmu pengetahuan serta nikmat yang banyak. Lantas bagaimana kita tidak
bersyukur? Sementara balasan yang dijanjikan ALLAH SWT apabila hambanya mensyukuri
nikmat-Nya, adalah kenikmaatannya akan ditambah dan dilipat gandakan nikmat–nikmatnya
yang lain. Sebagaimana ALLAH SWT berfirman  dalam (Q.S. Ibrahim : 7) yang berbunyi:
‫َوِإ ْذ تََأ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَِئ ْن َشكَرْ تُ ْم َأَل ِزي َدنَّ ُك ْم َولَِئ ْن َكفَرْ تُ ْم ِإ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد‬
Artinya :Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (Qs. Ibrahim:7)
Nikmat  atau rezeki yang diterima adalah barokah Allah SWT, meskipun hanya kecil
dan sedikit tetapi cukup dan menentramkan hati. Karena orang yang selalu bersyukur akan
diberikan keidupan terasa menjadi tentram, damai, tenang, dan bahagia serta terhindar dari
fitnah dan azab dunia serta akhirat

G.    Hadits Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya


      Hadits Tentang Cara Mensyukuri Nikmat
a.       Teks Hadits
‫ر بْنُ َأبِي‬aِ a‫و بَ ْك‬aaُ‫ َّدثَنَا َأب‬a‫ ح َو َح‬،َ‫ة‬a َ‫اوي‬
ِ ‫ َح َّدثَنَا َأبُو ُم َع‬،‫ب‬
ٍ ‫ ح َو َح َّدثَنَا َأبُو ُك َر ْي‬،ٌ‫ َح َّدثَنَا َج ِرير‬،‫ب‬ٍ ْ‫وح َّدثَنِي ُزهَ ْي ُر بْنُ َحر‬ َ
‫ا َل‬aaَ‫ ق‬:‫ا َل‬aaَ‫ ق‬،َ‫ َرة‬a‫ ع َْن َأبِي ه َُر ْي‬،‫ح‬ٍ ِ‫ال‬a‫ص‬َ ‫ ع َْن َأبِي‬،‫ش‬ ِ ‫ َع ِن اَأْل ْع َم‬،ٌ‫ع‬a‫ َو َو ِكي‬،َ‫ة‬aَ‫اوي‬
ِ ‫و ُم َع‬aaُ‫ َّدثَنَا َأب‬a‫ َح‬- ُ‫ه‬aَ‫ َواللَّ ْفظُ ل‬- َ‫َش ْيبَة‬
‫ َد ُر َأ ْن‬aْ‫ َو َأج‬aُ‫ فَه‬،‫وْ قَ ُك ْم‬aaَ‫ َواَل تَ ْنظُرُوا ِإلَى َم ْن هُ َو ف‬،‫ «ا ْنظُرُوا ِإلَى َم ْن َأ ْسفَ َل ِم ْن ُك ْم‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫َرسُو ُل هللا‬
]15[‫اَل ت َْز َدرُوا نِ ْع َمةَ هللاِ َعلَ ْي ُك ْم‬

b.      Terjemah Hadits


Rasulullah saw. bersabda lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari pada kamu dan
janganlah kamu melihat orang yang di atasmu. Maka hal itu lebih baik untuk tidak
meremehkan nikmat Allah atasmu. (Muutafaq ‘Alaih)1[1][10]
c.       Penjelasan Hadits
Dalam hadits di atas, nabi menyuruh kaum muslimin agar memandang orang memandang
orang yang berada di bawah mereka, baik mengenai bentuk dan rupa tubuhnya, kesehatan
dan kesejahteraannya, harta dan kekayaannya maupun yang lain-lainnya. Dengan cara
demikian, mereka akan merasa beruntung dan lebih baik keadaan mereka dibandingkan
dengan yang dibawah standar nasib mereka. Sebaliknya nabi saw. melarang kaum muslimin
memandang orang yang di atas mereka sebab dapat menimbulkan rasa kecil hati dan rendah
diri dan bahkan bukan mustahil dapat menimbulkan rasa kecewa, menyesal diri dan mungkin
timbul persangkaan yang buruk kepada Allah swt. bahwa Dia tidak memperhatikan keadaan
dirinya atau pilih kasih dalam pemberian nikmat. Kaum muslimin dibenarkan melihat orang
yang lebih tinggi derajatnya, khusus dalam masalah ketaatan kenjalankan agama (dalam hal
kebaikan yang bernilai agama) atau dalam menuntut ilmu pengetahuan khususnya ilmu
pengetahuan yang bernilai agama.  

H.    Dalil Syukur Nikmat


‫َوِإ ْذ تََأ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَِئن َشكَرْ تُ ْم َأل ِزي َدنَّ ُك ْم‬

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu


bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim

I.      Kisah Orang Yang Mensyukuri dan Tidak Mensyukuri Nikmat Allah
Kisah Orang Yang Mensyukuri dan Tidak Mensyukuri Nikmat Allah,

1[1][10] )2275 /4( ‫صحيح مسلم‬


Ada tiga orang Bani Israil yang telah diuji oleh Allah SWT. Ketiga orang tersebut masing -
masing menderita penyakit, ada yang menderita penyakit kusta, ada yang menderita penyakit
gundul (tidak berambut), dan yang terakhir menderita penyakit buta.
Ketika itu Allah mengutus malaikat untuk menemui mereka.
Pertama, malaikat bertanya kepada orang yang sakit kusta, "Apa yang engkau inginkan?"
"Aku ingin rupa yang bagus dan kulit yang halus, sehingga orang tidak jijik kepadaku",
jawab orang yang berpenyakit kusta.
Malaikat mengusap tubuh orang itu. seketika lenyaplah penyakit yang menjijikkan dari tubuh
orang itu. Malaikat bertanya lagi, "harta apa yang engkau inginkan?"
"unta", jawab orang itu. Lalu diberi unta yang sedang mengandung kepada orang itu.

Selanjutnya malaikat bertanya kepada orang yang berpenyakit gundul, "Apa yang engkau
inginkan?"
"Rambut", jawab orang gundul itu. Malaikat menyapu kepala orang itu. seketika tumbuhlah
rambut di kepala orang yang gundul itu. Malaikat bertanya pula, "harta apa yang engkau
inginkan?" "Aku menginginkan sapi", jawab orang itu. Maka diberikan kepada orang itu
seekor sapi yang sedang mengandung.

Setelah itu malaikat datang kepada orang yang buta dan bertanya, "Apa yang engkau
inginkan?"
Orang buta itu menjawab, "Saya ingin melihat kembali."
Malaikat pun mengusap muka orang buta itu. seketika itu pula orang buta itu dapat melihat
kembali. Kemudian malaikat bertanya lagi, "Harta apa yang engkau inginkan?" "Kambing",
jawab orang itu, Maka diberi kepada orang itu seekor kambing yang sedang mengandung.

Beberapa tahun kemudian unta, sapi, dan kambing yang telah diberikan kepada orang miskin
yang sakit kusta, gundul, dan buta telah berkembang biak. Dari hari kehari binatang ternak itu
selalu bertambah. Orang yang semula berpenyakit kusta, sekarang telah menjadi orang kaya
yang memiliki peternakan unta. Orang yang semula berpenyakit gundul, telah menjadi
seorang peternak sapi yang kaya raya. Sedangkan orang yang semula buta telah menjadi
peternak kambing yang sukses.

Pada suatu hari datanglah seorang malaikat yang menjelma menjadi orang yang berpenyakit
kusta. malaikat itu berkata, "Tuan saya ini orang miskin yang kehabisan bekal di jalan.
Tolonglah saya, tuan...!! Berikanlah saya bekal untuk melanjutkan perjalanan!" Orang kaya
yang dulunya berpenyakit kusta itu menjawab, "Maaf saya sedang tidak bisa membantu, saya
sedang banyak utang." Malaikat itu berkata pula, "Rasa-rasanya saya pernah kenal tuan.
Bukankah dulu tuan orang miskin yang berpenyakit kusta menjijikkan?" Orang itu
menyangkal, "Tidak! itu tidak benar! Harta ini semata-mata dari ayah dan kakekku."
Malaikat pun berkata, "Apabila tuan berdusta, semoga Allah menjadikan tuan seperti
semula."

Setelah itu malaikat mendatangi orang kaya yang dulunya orang miskin yang berpenyakit
gundul. Kepadanya malaikat berpura - pura memohon bantuan sebagaimana dikatakan
kepada orang kaya yang pertama tadi. Jawaban yang diterima malaikat, sama dengan orang
yang pertama, yaitu penolakan dan ingkar. Malaikat pun berkata, "Apabila tuan berdusta dan
ingkar, semoga Allah menjadikan tuan seperti keadaan tuan semula."

Terakhir, malaikat datang kepada orang kaya yang dulunya ia miskin dan menderita penyakit
buta. malaikat pun mengutarakan maksudnya sebagaimana diutarakan kepada orang kaya
yang pertama dan kedua. Orang yang dulunya buta menjawab, "Betul, dulunya saya ini buta,
kemudian Allah mengembalikan penglihatan saya. Untuk itu saya bersyukur kepada Allah.
Ambillah harta saya ini sekehendakmu. Sisakanlah untuk saya sekehendakmu pula. Saya
ikhlas memberikannya." Malaikat berkata, "Peliharalah hartamu, saya tidak akan
mengambilnya. Saya hanya menguji. Ternyata kamu lulus ujian ini. dengan demikian kamu
diridhai Allah dan kedua temanmu dibenci-Nya."

Demikianlah kisah tiga orang yang sama - sama menderita, sama-sama berjanji akan berbuat
baik manakala penderitaannya sudah berganti dengan kesenangan. Akan tetapi, ternyata yang
dua orang tidak bersyukur terhadap nikmat yang diberikan Allah. Allah membenci kedua
orang yang ingkar atau kufur nikmat itu dan mengembalikannya seperti keadaan semula.
Sebaliknya, orang yang mensyukuri nikmat Allah akan mendapat Ridha-Nya dan
ditambahkan rizkinya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan 
Bersyukur berarti kita mensyukuri apa yang diberikan ALLAH SWT kepada kita
dengan kekuatan iman dan meyakini bahwa segala sesuatu tidak ada yang sia- sia. Kita dapat
mensyukuri nikmat dengan cara berdzikir, dengan lisan kita dapat mengucapkan
alhamdulilla, dengan hati yaitu meyakini bahwa segala bentuk nikmat & berkah datangnya
semata hanya dari ALLAH SWT dan kita dapat mensyukuri nikmat ALLAH SWT dengan
perbuatan kita dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Segala bentuk syukur kita merupakan rasa terimakasih kita kepada ALLAH SWT, 
dan manusia yang tidak mau bersyukur  maka ia akan rugi karena ALLAH SWT tidak
membutuhkan rasa syukurpun dia tidak akan dirugikan yang pada dasarnya ALLAH SWT
maha kaya akan sesuatu melainkan orang yang bersyukur ia mensyukuri untuk dirinya
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai