AGAMA / ALLAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah asuhan kebutuhan spiritual
muslim
Disusun oleh :
Widya
BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bersyukur kepada Allah pada hakikatnya adalah mengakui bahwasannya segala
kenikmatan yang ada pada diri kita dan semua makhluk ciptaanNya adalah berasal dari Allah
Ta'ala. Dalam bahasa mudahnya bersyukur adalah berterima kasih. Kita seringkali berterima
kasih kepada sesama manusia, tetapi melupakan satu hal yang justru harus kita lakukan yaitu
mensyukuri nikmat Allah yang ada pada diri kita semuanya.
dalam agama pengertian bersyukur bahwa syukur adalah menunjukkan adanya nikmat
Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran
diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan
kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah". Ini
adalah pengertian syukur menurut Ibnul Qayyim. Dan 3 hal di atas adalah cara mensyukuri
nikmat Allah atas diri kita.
Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan atau tidak mau untuk menyadari atau
bahkan mengingkari bahwa nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah Ta’ala. Kita
berlindung kepada Allah dari sifat kufur nikmat ini aamiin. Bila kita pandai dalam
mensyukuri nikmat Allah maka hal ini akan mendatangkan nikmat-nikmat Allah lainnya.
B. tanda-tanda orang yang bersyukur
a. Mengakui, memahami, serta menyadari bahwa Allah-lah yang telah memberikan nikmat.
Pengertiannya di sini adalah bahwa segala nikmat pada dasarnya Allah yang memberikan
kepada kita. Manusia adalah juga merupakan perantara dari Pemberi Nikmat yang
sesungguhnya yaitu Allah. Orang yang bersyukur senantiasa menisbatkan setiap nikmat yang
didapatnya kepada Allah Ta’ala, bukan kepada makhluk atau pun lainnya.
b. Orang bersyukur akan menunjukkan dalam bentuk ketaatan kepada Allah. Jadi tanda
mensyukuri nikmat Allah adalah menggunakan nikmat tersebut dengan beribadah dan taat
menjalankan ajaran agama. Keanehan bila orang mengakui nikmat Allah, tetapi tidak mau
menjalankan ajaran agama seperti halnya sholat, enggan belajar agama dan sejenisnya.
C. Bentuk atau wujud rasa syukur itu dapat dilakukan antara lain dengan beberapa cara
:
1. Bersyukur dengan hati dan perasaan
2. Bersyukur dengan lisan
3. Bersyukur dengan perbuatan
4. Bersyukur dengan harta benda
Dengan mensyukuri nikmat Allah SWT manusia akan mendapat berkah dan karunia yang
lebih banyak lagi dariNYA, sebagaimana QS Ad-Dhuha ayat 11 : "Dan terhadap Nikmat
Tuhanmua, maka hendaklah kamu menyebutNYA (dengan bersyukur)".Demikian pula QS.
Ar-Rahman berkali-kali menyebutkan : "maka Nikmat Rabb yang manalagi yang kamu
dustakan". Bila masih ada Pertanyaan tentang adanya keraguan kita untuk tidak mensyukuri
nikmat Allah, baiknya anda berhenti sejenak dari kesibukan dunia untuk menyadari segeralah
bersyukur. Semoga Allah senantiasa meridhoi langkah hidup kita semua
Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk senantisa mensukuri nikmat yang telah
diberikanNya dan menggunakan nikmat tersebut dalam rangka mencari keridhoan Allah yang
diwujudkan dalam bentuk ketaatan kita
I. Kisah Orang Yang Mensyukuri dan Tidak Mensyukuri Nikmat Allah
Kisah Orang Yang Mensyukuri dan Tidak Mensyukuri Nikmat Allah,
Selanjutnya malaikat bertanya kepada orang yang berpenyakit gundul, "Apa yang engkau
inginkan?"
"Rambut", jawab orang gundul itu. Malaikat menyapu kepala orang itu. seketika tumbuhlah
rambut di kepala orang yang gundul itu. Malaikat bertanya pula, "harta apa yang engkau
inginkan?" "Aku menginginkan sapi", jawab orang itu. Maka diberikan kepada orang itu
seekor sapi yang sedang mengandung.
Setelah itu malaikat datang kepada orang yang buta dan bertanya, "Apa yang engkau
inginkan?"
Orang buta itu menjawab, "Saya ingin melihat kembali."
Malaikat pun mengusap muka orang buta itu. seketika itu pula orang buta itu dapat melihat
kembali. Kemudian malaikat bertanya lagi, "Harta apa yang engkau inginkan?" "Kambing",
jawab orang itu, Maka diberi kepada orang itu seekor kambing yang sedang mengandung.
Beberapa tahun kemudian unta, sapi, dan kambing yang telah diberikan kepada orang miskin
yang sakit kusta, gundul, dan buta telah berkembang biak. Dari hari kehari binatang ternak itu
selalu bertambah. Orang yang semula berpenyakit kusta, sekarang telah menjadi orang kaya
yang memiliki peternakan unta. Orang yang semula berpenyakit gundul, telah menjadi
seorang peternak sapi yang kaya raya. Sedangkan orang yang semula buta telah menjadi
peternak kambing yang sukses.
Pada suatu hari datanglah seorang malaikat yang menjelma menjadi orang yang berpenyakit
kusta. malaikat itu berkata, "Tuan saya ini orang miskin yang kehabisan bekal di jalan.
Tolonglah saya, tuan...!! Berikanlah saya bekal untuk melanjutkan perjalanan!" Orang kaya
yang dulunya berpenyakit kusta itu menjawab, "Maaf saya sedang tidak bisa membantu, saya
sedang banyak utang." Malaikat itu berkata pula, "Rasa-rasanya saya pernah kenal tuan.
Bukankah dulu tuan orang miskin yang berpenyakit kusta menjijikkan?" Orang itu
menyangkal, "Tidak! itu tidak benar! Harta ini semata-mata dari ayah dan kakekku."
Malaikat pun berkata, "Apabila tuan berdusta, semoga Allah menjadikan tuan seperti
semula."
Setelah itu malaikat mendatangi orang kaya yang dulunya orang miskin yang berpenyakit
gundul. Kepadanya malaikat berpura - pura memohon bantuan sebagaimana dikatakan
kepada orang kaya yang pertama tadi. Jawaban yang diterima malaikat, sama dengan orang
yang pertama, yaitu penolakan dan ingkar. Malaikat pun berkata, "Apabila tuan berdusta dan
ingkar, semoga Allah menjadikan tuan seperti keadaan tuan semula."
Terakhir, malaikat datang kepada orang kaya yang dulunya ia miskin dan menderita penyakit
buta. malaikat pun mengutarakan maksudnya sebagaimana diutarakan kepada orang kaya
yang pertama dan kedua. Orang yang dulunya buta menjawab, "Betul, dulunya saya ini buta,
kemudian Allah mengembalikan penglihatan saya. Untuk itu saya bersyukur kepada Allah.
Ambillah harta saya ini sekehendakmu. Sisakanlah untuk saya sekehendakmu pula. Saya
ikhlas memberikannya." Malaikat berkata, "Peliharalah hartamu, saya tidak akan
mengambilnya. Saya hanya menguji. Ternyata kamu lulus ujian ini. dengan demikian kamu
diridhai Allah dan kedua temanmu dibenci-Nya."
Demikianlah kisah tiga orang yang sama - sama menderita, sama-sama berjanji akan berbuat
baik manakala penderitaannya sudah berganti dengan kesenangan. Akan tetapi, ternyata yang
dua orang tidak bersyukur terhadap nikmat yang diberikan Allah. Allah membenci kedua
orang yang ingkar atau kufur nikmat itu dan mengembalikannya seperti keadaan semula.
Sebaliknya, orang yang mensyukuri nikmat Allah akan mendapat Ridha-Nya dan
ditambahkan rizkinya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bersyukur berarti kita mensyukuri apa yang diberikan ALLAH SWT kepada kita
dengan kekuatan iman dan meyakini bahwa segala sesuatu tidak ada yang sia- sia. Kita dapat
mensyukuri nikmat dengan cara berdzikir, dengan lisan kita dapat mengucapkan
alhamdulilla, dengan hati yaitu meyakini bahwa segala bentuk nikmat & berkah datangnya
semata hanya dari ALLAH SWT dan kita dapat mensyukuri nikmat ALLAH SWT dengan
perbuatan kita dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Segala bentuk syukur kita merupakan rasa terimakasih kita kepada ALLAH SWT,
dan manusia yang tidak mau bersyukur maka ia akan rugi karena ALLAH SWT tidak
membutuhkan rasa syukurpun dia tidak akan dirugikan yang pada dasarnya ALLAH SWT
maha kaya akan sesuatu melainkan orang yang bersyukur ia mensyukuri untuk dirinya
sendiri.