Pengertian Syukur
Kata syukur diambil dari kata syakara, syukuran, dan wa syukuran yang berarti berterima
kasih kepada-Nya. Bila disebut kata asy-syukru, maka artinya ucapan terimakasih,
syukranlaka artinya berterima kasih bagimu, asy-syukru artinya berterima kasih, asy-syakir artinya
yang banyak berterima kasih. Menurut Kamus Arab – Indonesia, kata syukur diambil dari
kata syakara, yaskuru, syukran dan tasyakkara yang berarti mensyukuri-Nya, memuji-Nya.
Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa bersyukur adalah mengucapkan atau mengungkapkan
rasa terima kasih kepada Allah atas nikmat hidup yang telah diberikan.
Macam-Macam Syukur
1. Syukur Hati (Syukr al-Qalb)
Syukur hati, yaitu syukur dengan cara mengingat-ingat nikmat. Dilakukan dengan
mengingat-ingat nikmat atau menggambarkan ni’mat yang telah diberikan Allah dengan perasaan
hati. Misalnya dulu tidak punya apa-apa sekarang punya kekayaan, dulu tidak bekerja sekarang
dapat pekerjaan, dulu sakit-sakitan sekarang ada dalam kesehatan, kita cukup sandang dan pangan
sementara orang lain hidup dalam kesulitan. Dengan demikian akan muncul perasaan hati untuk
lebih bersyukur kepada pemberi nikmat. Al-Maraghi menyebutkan, syukur dengan hati itu dengan
melahirkan ketulusan, kemurnian hati dan rasa cinta kita pada Allah. Dengan detak hati yang
paling dalam, kita sebenarnya mampu menyadari seluruh nikmat yang kita peroleh setiap detik
hidup kita tidak lain berasal dari Allah. Hanya Allah yang mampu menganugerahkan nikmat-Nya.
2. Syukur Lidah.
Yaitu bentuk syukur yang diucapkan dengan lisan, baik kepada Allah, juga kepada sesama
manusia. Syukur lisan kepada Allah antara lain kita mengucapkan kalimat al-Hamdulillah.
Jalaludin al-Suyuthi mengutip riwayat Ibnu Jarir dan al-Hâkim, menyebutkan hadits Nabi Saw,
“Rasulullah Saw bersabda, apabila kalian mengucapkan “al-Hamdulillahi Rabbil ‘Alamin”
dengan demikian engkau telah bersyukur kepada Allâh dan Dia akan menambah ni’mat-Nya” Dan
syukur lisan kepada sesama manusia dilakukan dengan mengucapkan kata-kata pujian, kata yang
baik terhadap orang yang berbuat ihsan (baik), sebagai ungkapan rasa syukur.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa mengucapkan subhanAllah, maka
baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca La ilaha illallah, maka baginya 20 kebaikan. Dan,
barangsiapa membaca Alhamdulillah, maka baginya 30 kebaikan.
Selain itu, Syukur Jawarih kepada Allâh, dilakukan dengan membalas ni’mat Allâh dengan
ibadah kepada Allâh. Untuk itu Ibnu al-Mundzir dalam al-Suyuthi menyebutkan, “Shalat itu
adalah syukur, shaum juga syukur, seluruh kebaikan yang dilakukan atas dasar karena Allâh itu
adalah syukur.”
Syukur bisa dikatakan sempurna bila telah memenuhi 3 kriteria , yaitu:
1. Mengetahui semua nikmat yang Allah berikan, seperti nikmat Iman, Islam dan ketaatan dalam
menjalankan perintah-Nya sehingga benar-benar menjadikan Allah sebagai pelindung dan
senantiasa hadir dalam hatinya, dengan meyakini bahwa kesuksesan dan segala bentuk
kemewahan semua berasal dari Allah, kita hanya di beri pinjaman sementara di dunia.
2. Mengungkapkan rasa syukurnya dalam bentuk puji seperti alhamdulillah, asy-Syukrulillah atau
ucapan lainnya yang memiliki arti yang sama.
3. Nikmat Allah yang ada, bukan untuk dirasakan sendiri melainkan untuk berbagi dengan orang
lain, seperti sedekah, infaq dan menolong fakir miskin, itu semua kita lakukan agar kita
selamat dari ujian dan amanah yang kita hadapi di dunia sehingga kelak harta, tahta dan
kekayaan kita menjadi penolong besok pada hari penghitungan amal di yaum mahsyar nanti.
Keutamaan Bersyukur
Tidak perlu diragukan lagi akan keutamaan syukur dan ketinggian derajatnya, yakni syukur
kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang datang terus beruntung dan tiada habis-habisnya. Di
dalam Al-Quran Allah menyuruh bersyukur dan melarang kebalikannya. Allah memuji orang-orang
yang mau bersyukur dan menyebut mereka sebagai makhluk-makhluk-Nya yang istimewa. Allah
menjadikan syukur sebagai tujuan penciptaan-Nya, dan menjanjikan orang-orang yang mau
melakukannya dengan balasan yang sangat baik. Allah menjadikan syukur sebagai sebab untuk
menambahkan karunia dan pemberian-Nya, dan sebagai sesuatu yang memelihara nikmat-Nya. Allah
memberitahukan bahwa orang-orang yang mau bersyukur adalah orang-orang yang dapat
memanfaatkan tanda-tanda kebesaran-Nya.
Syukur memiliki berbagai macam manfaat yaitu: 1. Kita dapat dijauhkan dari azab Allah SWT
2. Dengan bersyukur Allah SWT dapat memberikan ridhonya kepada kita 3. Dengan bersyukur kita
dapat mendapatkan pahala dari Allah SWT
Allah memerintahkan untuk bersyukur pada beberapa ayat Al-Qur’an. Allah, seperti:
An-Nahl:114 yang artinya “dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah.”
Al-Baqarah: 152 yang artinya “Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.”
Ibrahim:7 yang artinya “Dan (ingatlah juga) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika
kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”
Cara Bersyukur
Rasulullah SAW dikenal sebagai abdan syakuura (hamba Allah yang banyak bersyukur).
Setiap langkah dan tindakan beliau merupakan perwujudan rasa syukurnya kepada Allah. Suatu
ketika Nabi memengang tangan Muadz bin Jabal dengan mesra seraya berkata :
“Hai Muadz, demi Allah sesungguhnya aku amat menyayangimu”. Beliau melanjutkan sabdanya,
“Wahai Muadz, aku berpesan, janganlah kamu tinggalkan pada tiap-tiap sehabis shalat berdoa:
“Allahumma a’innii alaa dzikrika wa syukrika wa husni ibaadatika”
Yang artinya: Ya Allah, tolonglah aku agar senantiasa ingat kepada-Mu, mensyukuri nikmat-Mu,
dan baik dalam beribadah kepada-Mu.
Mengapa kita perlu memohon pertolongan Allah dalam berdzikir dan bersyukur ? Tanpa
pertolongan dan bimbingan Allah amal perbuatan kita akan sia-sia. Sebab kita tidak akan sanggup
membalas kebaikan Allah kendati banyak menyebut asma Allah; Menyanjung, memuja dan
mengaungkan-Nya. Lagi pula, hakikat syukur bukanlah dalam mengucapkan kalimat tersebut,
kendati ucapan tersebut wajib dilakukan sebanyak-banyaknya.
Ketika kita menerima pemberian Allah kita memuji-Nya, tetapi ini sama sekali belum
mewakili kesyukuran kita. Pujian yang indah dan syahdu saja belum cukup, dia baru dikatakan
bersyukur bila diwujudkan dalam bentuk amal saleh yang diridhai Allah.
Abu Hazim Salamah bin Dinar berkata, “Perumpamaan orang yang bersyukur kepada Allah
hanya dengan lidah, namun belum bersyukur dengan ketaatannya, sama halnya dengan orang yang
berpakaian hanya mampu menutup kepala dan kakinya, tetapi tidak cukup menutupi seluruh
tubuhnya. Syukur sejatinya terungkap dalam seluruh sikap dan perbuatan, dalam amal perbuatan dan
kerja Nyata.
Sebab-Sebab Kurangnya Rasa Syukur
Sumber:
https://www.academia.edu/36214192/Makalah_Syukur_doc