Antara Nikmat dan Syukur, Begini Penjelasan Quraish Shihab
Oleh: Salman Akif Faylasuf *
Alangkah banyaknya anugerah yang telah Allah Swt. berikan, namun seringkali terlupakan oleh manusia. Yaitu, berupa nikmat dan juga rasa untuk bersyukur atas nikmat tersebut. Syukur manusia terhadap nikmat seringkali belum mencapai tahap “bersyukur” yang benar, sehingga tidak merasakan kelezatan atas nikmat yang didapatkannya. Lalu bagaimana cara bersyukur yang benar? Apa saja yang dapat disebut nikmat? Nikmat syukur bisa juga kita berkata syukur nikmat. Adalah dua istilah atau dua kata makna yang berbeda. Pertama, jika seseorang berkata nikmat syukur itu bisa diartikan bahwa, seorang yang mampu untuk bersyukur sebenarnya telah memperoleh karunia Tuhan, karena kita tidak dapat melakukan kebajikan kecuali kalau kita berkehendak untuk melakukan itu, serta direstui oleh Tuhan. Itulah nikmat syukur. Kedua, makna dari nikmat syukur adalah kelezatan yang dirasakan oleh seseorang ketika dia bersyukur. Memang, nikmat itu dari segi bahasa mempunyai tiga makna. Pertama, kelezatan. Artinya, kalau kita makan enak, kita berkata “nikmat betul makanan itu”. Kedua, nikmat juga berarti kepuasan. Ketiga, nikmat berarti anugerah Tuhan. Nah, kalau kita berkata nikmat syukur, maka kita bisa mengartikannya yang pertama bahwa, orang yang bersyukur itu merasakan kelezatan bersyukur. Dari sini jelas, bahwa sebenarnya manusia dapat mengalami tiga macam kelezatan. Pertama, kelezatan jasmani. Kalau Anda haus terus diberikan seteguk air dingin, maka itu lezat sekali. Ini kelezatannya bersifat jasmani. Kedua, yaitu kelezatan nafsu (nafsani). Kelezatan ini bisa mengalahkan kelezatan jasmani. Buktinya, ada orang yang sedang asyik bermain lupa makan. Ada orang yang sedang asyik menonton dia bersedia untuk bangun malam mengorbankan kelezatan jasmaninya. Sebab, kelezatan nafsu lebih tinggi derajatnya daripada kelezatan jasmani. Ketiga, yaitu kelezatan rohani. Misalnya, seorang anak sedang bermain layangan di luar, kemudian dia lari tengah-tengah kehausan. Pada saat itu, juga sang ayah sedang di depan kulkas ingin mengambil minuman karena dia juga kehausan. Namun, ketika dia melihat anaknya kehausan, maka dia berikan minuman itu kepada anaknya. Karena, dilihatnya anaknya minum dengan sangat segar dan puas, ketika itu dia merasakan kelezatan rohani jauh melebihi kelezatan jasmani dan nafsu seandainya dia yang minum. Dalam hal ini, nikmat syukur itu kalau dilaksanakan syukurnya dengan baik dan sempurna, maka ketika itu Anda akan merasakan kelezatan rohani. Syahdan. Ada hal dikalangan pakar-pakar Psikologi dipertanyakan, mengapa anak- anak walaupun sudah dilarang berpuasa masih mau puasa? Mengapa kita bergembira waktu berbuka puasa? Maka jawabannya karena kita mengalami kelezatan rohani pada saat kita berbuka. Kita mengalami kelezatan rohani pada saat kita mampu mengalahkan dorongan nafsu. Itu sebabnya, sebagai dari mereka berkata, jauh lebih banyak orang yang berpuasa daripada yang salat. Sebab, karena kelezatan rohani yang dirasakan pada saat berbuka puasa itu jauh melebihi kelezatan jasmani. Nikmat kesyukuran itu Anda akan rasakan jika Anda bersyukur sesuai dengan tuntunan agama, maka Anda akan merasakan kelezatan rohani. Nikmat adalah kepuasan hati Alkisah, salah seorang Milioner, kata Quraish Shihab, sering memberi bantuan kepada orang-orang dan organisasi-organisasi, tetapi dia tidak merasakan kelezatan rohani ketika itu. Mengapa? Karena dia terpaksa dan ada maksud. Akan tetapi, suatu ketika dia berjalan dengan mobilnya, lalu menemukan seorang tua memikul pisang dihentikan mobilnya, lalu diberikan pada yang bersangkutan 100 ribu. Sontak tiba-tiba saja dia merasakan kelezatan rohani yang luar biasa, karena dia melaksanakan tuntunan syukur, sehingga dia merasakan kelezatan rohani jauh melebihi seandainya dia memberikan bantuan secara tidak tulus. Tak hanya itu, nikmat juga bisa diartikan dengan puas hati. Kalau Anda menginginkan sesuatu dan mencapai sesuatu itu, maka Anda puas. Dan kepuasan itu dinamai nikmat. Dalam tuntunan agama, dalam tuntunan bisnis, dan dalam meraih sukses, kita dianjurkan untuk tidak pernah puas. Mengapa? Karena kalau Anda puas, maka Anda akan mandek. Anda tidak akan mencapai tingkat yang lebih tinggi. Karena itu, jangan puas dan jangan menganggur. Allah Swt. berfirman: َو ِاٰل ى َر ِّبَك َفاْر َغْب. َفِاَذ ا َفَر ْغ َت َفاْنَص ْب Artinya: “Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al- Insyirah [94]: 7-8). Intinya, jangan pernah merasa puas. Hanya saja, tidak puas bekerja, tidak puas mencapai sukses yang lebih tinggi. Namun, kepuasan itu lahir setelah Anda mendapatkan apa yang Anda dapatkan itu. Lalu, memberi sebagian dari Anda yang didapatkan itu sebagai tanda syukuran kepada pihak lain. Ketika itulah Anda sebenarnya mendapatkan kepuasan, tapi bukan kepuasan dalam arti dalam usaha mandek, melainkan kepuasan dalam arti Anda mengorbankan sedikit dari hasil, untuk Anda berikan kepada orang sebagai tanda syukur kepada Tuhan. Syukur nikmat itu apa artinya? Allah Swt. berfirman: َو ِاْذ َتَاَّذ َن َر ُّبُك ْم َلِئْن َشَكْر ُتْم َاَلِزْيَد َّنـُك ْم َو َلِئْن َكَفْر ُتْم ِاَّن َع َذ اِبْي َلَش ِد ْيٌد Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim [14]: 7). Sebenarnya, syukur itu mempunyai banyak makna. Bisa diartikan menampakkan sesuatu. Karena itu, syukur dipertentangkan atau diperhadapkan dengan kikir, karena orang kikir tidak ingin menampakkan miliknya, tapi berbeda dengan syukur yang ditampakkan sehingga disedekahkan. Termasuk dari makan syukur adalah, menerima yang sedikit dan menganggapnya banyak, dan menganggap banyak apa yang Anda terima walau sedikit. Jadi, ketika Anda memberi, maka Anda menganggap itu baru sedikit. Namun, jika Anda menerima, maka Anda menerima itu dan menganggapnya banyak. Itulah arti syukur. Masih tentang syukur. Quraish Shihab mengatakan, bahwa syukur ini punya tiga aspek. Pertama, merasakan dengan hati bahwa, Anda telah menerima suatu kebaikan. Anugerah Tuhan itu nikmat. Jadi, kalau Anda merasakan dalam hatinya bahwa, nikmat ini adalah anugerah Tuhan, maka perasaan itu mendorong Anda untuk berucap segala puji bagi Tuhan. Itulah kedua. Kemudian aspek kedua, Anda melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan penganugerahan anugerah itu. Misalnya, ada orang memberi Anda peci. Tentu maksudnya, supaya Anda pakai. Ketika Anda menganggap bahwa peci itu adalah sesuatu yang baik buat Anda, maka pasti akan terdorong di dalam hati Anda untuk berterima kasih. Aspek ketiga adalah, menggunakan anugerah Tuhan itu sesuai dengan tujuan dia memberi Anda. Jika suatu waktu peci digunakan untuk lap sepatu, maka itu bukan kategori syukur. Melainkan, saya bersyukur kalau saya menggunakan peci itu dan meletakkannya di kepala saya. Contoh lain adalah baju. Syukuri baju itu dan gunakan dia. Kalau Anda sudah tidak bisa menggunakannya karena sempit atau tidak sesuai lagi dengan selera Anda, maka berikan kepada orang lain. Itulah tanda syukur Anda memiliki baju itu. Dengan demikian, sekali-kali, jangan pernah berkata bahwa, Anda tidak mendapatkan nikmat. Ada seorang sahabat Nabi pernah berkata “Saya tidak ada nikmat dan saya miskin.” Kemudian Nabi bertanya “Bukankah kamu pernah menikmati air yang sejuk? Bukankah kamu menghirup oksigen? Itulah sebenarnya nikmat yang harus disyukuri.” Sebagai bangsa Indonesia, kita harus mensyukuri nikmat Allah Swt. Persada bumi ini. Untuk apa Allah Swt. menciptakan laut? Dinyatakannya supaya kapal-kapal berlayar, ikannya dapat diambil dan mutiaranya dapat menjadi hiasan. Jadi, sederhananya, syukur kalau sekedar ucapan, maka hal itu belum dianggap syukur yang sempurna. Sebab, syukur itu harus disadari bahwa itu adalah sesuatu yang baik, disadari bahwa dia adalah anugerah Tuhan, yang mendorong seseorang untuk mengucapkan kalimat syukur “Terima kasih Tuhan”. Makna lain dari syukur Makna lain dari syukur adalah, menganggap apa yang Anda berikan itu sedikit. Jadi jangan pernah menganggap apa yang Anda berikan itu banyak. Jika demikian yang terjadi, maka Anda namanya tidak bersyukur. Tetapi, kalau Anda menerima sesuatu, walau sedikit, maka Anda harus menganggapnya banyak. Bagaimana tidak bersyukur. Tuhan melukiskan dirinya sebagai Maha Bersyukur. Bagaimana dia bersyukur sebiji benih yang Anda tanam bisa menghasilkan 7 tangkai, dan setiap tangkai menghasilkan 10 biji. Itulah syukur Tuhan kepada manusia. Manusia juga harus bersyukur. Jangan pernah mengatakan dan merasa bahwa “ini terlalu sedikit”. Sekali lagi, sedikit, jika Anda memberi, maka anggaplah yang sedikit itu. Tetapi, kalau Anda menerima sesuatu, maka terimalah dia dengan logo dan suka hati walau sedikit, tapi menganggapnya itu banyak. Kenapa? Karena ada suatu hal yang kita harus garis bawahi, bahwa terkadang satu nikmat itu berkaitan dengan nikmat-nikmat lain. Walaupun sedikit, tetapi menganggapnya banyak. Itulah arti syukur Allah Swt. َو ٰا ٰت ٮُك ْم ِّم ْن ُك ِّل َم ا َس َاْلـُتُم ْو ُهۗ َو ِاْن َتُع ُّد ْو ا ِنْع َم َت ِهّٰللا اَل ُتْح ُصْو َهاۗ ِاَّن اِاْل ْنَس اَن َلـَظُلْو ٌم َك َّفاٌر Artinya: “Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim [14]: 34). َو ِاْن َتُع ُّد ْو ا ِنْع َم َة ِهّٰللا اَل ُتْح ُصْو َهاۗ ِاَّن َهّٰللا َلـَغ ُفْو ٌر َّر ِح ْيٌم Artinya: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl [16]: 18). Wallahu a’lam bisshawab.
*) Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Sekarang Nyantri di PP Nurul