Anda di halaman 1dari 36

Pengertian, Hakikat dan Cara

Bersyukur Kepada Allah SWT


Pengertian, Hakikat dan Cara Bersyukur – Dalam kehidupan kita
sehari-hari, ada dua hal berbeda yang silih berganti yaitu kesenangan dan
kesusahan. Menurut beberapa orang, kalau hidup itu indah karena adanya
perbedaan tersebut.
Coba kita bayangkan andai saja seseorang selalu merasakan kesenangan
terus atau sebaliknya selalu merasakan kesusahan terus, tentu bukan
sesuatu yang baik kan?

Ketika kita merasakan kesenangan, maka kita diharapkan untuk selalu


ingat dimana kita dulu pernah merasakan susah.

Sebaliknya, ketika kita merasakan kesusahan maka ingatlah bahwa suatu


saat akan ada kesenangan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,


sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS Alam Nasyrah :
5-6)
Maka ketika kita dalam masa-masa sulit, selalu ingatlah kepada Allah
SWT.

Allah SWT berfirman:

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)


kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku” (QS Al Baqarah : 152)
Nikmat-nikmat yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia
merupakan pemberian yang terus menerus dan bermacam-macam
bentuknya, baik lahir maupun batin.

Namun, manusia saja yang kurang pandai dalam memelihara nikmat,


sehingga ia merasa seakan-akan belum pernah diberikan sesuatu apapun
oleh Allah SWT.
Mengapa orang terkadang merasa tidak mendapatkan sesuatu apapun dari
Allah? Jawabannya adalah karena dia tidak pernah bersyukur atas apa-apa
yang ada padanya.

Pengertian Bersyukur
www.selamatmorningindonesia.com
Bersyukur adalah suatu perbuatan yang bertujuan untuk berterima kasih
atas segala limpahan nikmat yang telah Allah SWT berikan.

Maka selalu bersyukur jika kita diberi suatu nikmat Allah SWT, tidak
memandang nikmat itu banyak atau sedikit. Karena orang yang selalu
bersyukur niscaya Allah SWT akan menambah kenikmatan tersebut.

Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Ibrahim : 7 yang


artinya: “Barang siapa yang bersyukur atas nikmatku kata Allah, niscaya
aku akan menambah nikmat itu. Akan tetapi barang siapa yang kufur atas
nikmat Ku kata Allah, maka azab ku sangatlah pedih.”
Hakikat Bersyukur
Rasa syukur yang hakiki di bangun di atas lima pondasi utama dan barang
siapa yang dapat merealisasikannya, maka dia adalah seseorang yang
bersyukur dengan benar. Lima pondasi tersebut adalah:

 Merendahnya orang yang bersyukur di hadapan yang dia syukuri


(Allah SWT)
 Kecintaan terhadap Sang Pemberi nikmat (Allah SWT)
 Mengakui seluruh kenikmatan yang Dia berikan
 Senantiasa memuji-Nya atas segala nikmat tersebut
 Tidak menggunakan nikmat tersebut untuk sesuatu yang dibenci oleh
Allah SWT
Dengan demikian syukur merupakan bentuk pengakuan atas nikmat Allah
dengan penuh sikap kerendahan serta menyandarkan nikmat tersebut
kepada-Nya, memuji Nya dan menyebut-nyebut nikmat itu, kemudian hati
senantiasa mencintai Nya, anggota badan taat kepada-Nya serta lisan tak
henti-henti menyebut nama-Nya.
Kenalilah Nikmat Allah
Dalam bersyukur ada sesuatu yang penting yaitu mengenali nikmat Allah.
Sesungguhnya mengetahui dan mengenal nikmat, merupakan di antara
rukun terbesar dalam bersyukur.

Karena tidak mungkin seseorang dapat bersyukur, jika dia merasa tidak
mendapatkan nikmat. Maka mengenal nikmat merupakan jalan untuk
mengenal Sang Pemberi Nikmat, dan kalau seseorang tahu siapa yang
memberikan nikmat, maka dia akan mencintainya, sehingga cinta itu akan
melahirkan kesyukuran dan terima kasih.

Nikmat Allah tidaklah terbatas pada makanan dan minuman belaka,


namun seluruh gerak dan desah nafas kita adalah nikmat yang tak
terhingga yang tidak kita ketahui nilainya.

Abu Darda’ mengatakan, “Barang siapa yang tidak mengetahui nikmat


Allah selain makan dan minumnya, maka berarti pengetahuannya picik
dan azabnya telah menimpa.”

Maka dikatakan, bahwa syukur yang bersifat umum adalah syukur


terhadap nikmat makanan, minuman, pakaian, perumahan, kesehatan dan
kekuatan. Dan syukur yang bersifat khusus adalah syukur atas tauhid,
keimanan dan kekuatan hati.

Pokok-pokok Nikmat
Nikmat Allah amatlah banyak, tidak terhingga dan tak berbilang, namun
ada di antaranya yang sangat besar dan pokok yang perlu untuk kita
ketahui, yaitu:

 Nikmat Islam dan Iman


Demi Allah, inilah nikmat yang terbesar, di mana Allah menjadikan kita
sebagai muslim yang bertauhid, bukan Yahudi yang dimurkai dan Nashara
yang tersesat, yang mengatakan Allah mempunyai anak, yakni Uzair
Ibnullah dan Isa Ibnullah, Maha Suci Allah dari sifat yang tak layak ini.
Ibnu Uyainah (Sufyan) berkata, “Tidak ada satu nikmat pun dari Allah
untuk hamba-Nya yang lebih utama, daripada diajarkannya kalimat la
ilaha illAllah.”

 Penangguhan dan Tutup Dosa


Ini juga merupakan nikmat yang sangat besar, karena jika setiap kita
melakukan dosa lalu Allah langsung membalasnya, maka tentu seluruh
alam ini telah binasa.

Akan tetapi Allah memberikan kesempatan dan penangguhan kepada kita


untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Allah SWT berfirman,

“Dan (Dia) menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin” (QS


Luqman : 20)
Berkata Muqatil, “Adapun (nikmat) yang lahir (nampak) adalah Islam,
sedangkan yang batin adalah tutup dari Allah atas kemaksiatan kalian.”

 Nikmat Peringatan
Peringatan adalah termasuk nikmat yang besar, dan ini merupakan salah
satu ketelitian Allah agar hamba-Nya tidak terlena.

Tanpa kita duga terkadang ada seseorang yang datang meminta makan
atau sesuatu kepada kita, yang dengan perantaraan orang yang sedang
kesusahan tersebut akan membuat kita ingat terhadap nikmat yang
diberikan Allah.

 Terbukanya Pintu Taubat


Merupakan nikmat yang sangat besar dari Allah adalah terbukanya pintu
taubat, sebanyak apa pun dosa dan kemaksiatan seorang hamba.

Selagi nafas belum sampai tenggorokan dan selagi matahari belum terbit
dari barat, maka pintu taubat selalu terbentang untuk dimasuki oleh siapa
saja.

 Menjadi Orang Terpilih


Nikmat ini hanya dapat dirasakan oleh orang yang beristiqamah, wara’,
dan selalu menghadapkan diri kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala serta
tidak menoleh kepada yang lain.
Maka Allah menguatkan hatinya ketika fitnah tersebar di sana-sini,
meneguhkannya di atas ketaatan ketika orang berpaling darinya.

Allah hiasi hatinya dengan iman dan dijadikan cinta kepadanya, lalu dia
benci terhadap kefasikan dan kemaksiatan. Ini termasuk nikmat paling
besar yang harus disyukuri dengan sepenuhnya dan dengan sanjungan
sebanyak banyaknya.

 Kesehatan, Kesejahteraan dan Keselamatan Anggota


Badan
Kesehatan, sebagaimana dikata-kan Abu Darda’ Radhiallaahu anhu adalah
ibarat raja. Sementara itu Salman al Farisi mengisahkan tentang seorang
yang diberi harta melimpah lalu kenikmatan tersebut dicabut, sehingga dia
jatuh miskin, namun orang tersebut justru memuji Allah dan menyanjung-
Nya.

Maka ada orang kaya lain yang bertanya, “Aku tak tahu, atas apa engkau
memuji Allah? Dia menjawab, “Aku memuji-Nya atas sesuatu yang
andaikan aku diberi seluruh yang diberikan kepada manusia, maka aku
tidak mau menukarnya. Si kaya bertanya, “Apa itu? Dia menjawab,
“Apakah engkau tidak memperhatikan penglihatanmu, lisanmu, kedua
tangan dan kakimu (kesehatannya)?

 Nikmat Harta (Makan, Minum dan Pakaian)


Bakar al Muzani berkata, “Demi Allah aku tidak tahu, mana di antara dua
nikmat yang lebih utama atasku dan kalian, apakah nikmat ketika masuk
(menelan) ataukah ketika keluar dari kita (membuang)? Berkata Al-Hasan,
“Itu adalah kenikmatan makan.”

Aisyah Radhiallaahu anha berkata, “Tidaklah seorang hamba yang


meminum air bening, lalu masuk perut dengan lancar tanpa ada gangguan
dan keluar lagi dengan lancar, kecuali wajib baginya bersyukur.”

Cara bersyukur
Ada banyak cara yang dapat dilakukan manusia untuk mensyukuri nikmat
Allah swt. Secara garis besar, mensyukuri nikmat ini dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Syukur dengan Hati
Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa
nikmat yang kita peroleh, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit
semata-mata karena anugerah dan kemurahan Allah SWT. Allah SWT
berfirman:

“Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari Allah.” (QS. An-Nahl :
53)
Syukur dengan hati dapat mengantar seseorang untuk menerima anugerah
dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan, betapa pun
kecilnya nikmat tersebut.

Syukur ini akan melahirkan betapa besarnya kemurahan da kasih sayang


Allah sehingga terucap kalimat tsana’ (pujian) kepada-Nya.

2. Syukur dengan Lisan


Ketika hati seseorang sangat yakin bahwa segala nikmat yang ia peroleh
bersumber dari Allah, spontan ia akan mengucapkan “Alhamdulillah”
(segala puji bagi Allah) Wasysyukru lillah (dan segala bentuk syukur juga
milik Allah).

Karenanya, apabila ia memperoleh nikmat dari seseorang, lisannya tetap


memuji Allah SWT. Sebab ia yakin dan sadar bahwa orang tersebut
hanyalah perantara yang Allah SWT kehendaki untuk “menyampaikan”
nikmat itu kepadanya.

Al pada kalimat Alhamdulillah berfungsi sebagi istighraq, yang


mengandung arti keseluruhan. Sehingga kata alhamdulillah mengandung
arti bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah Allah SWT,
bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya.

Oleh karena itu, kita harus mengembalikan segala pujian kepada Allah
SWT. Pada saat kita memuji seseorang karena kebaikannya, hakikat pujian
tersebut harus ditujukan kepada Allah SWT. Sebab, Allah adalah pemilik
segala kebaikan.

3. Syukur dengan Perbuatan


Syukur dengan perbuatan mengandung arti bahwa segala nikmat dan
kebaikan yang kita terima harus dipergunakan di jalan yang diridhoi-Nya.
Misalnya untuk beribadah kepada Allah, membantu orang lain dari
kesulitan, dan perbuatan baik lainnya. Nikmat Allah harus kita pergunakan
secara proporsional dan tidak berlebihan untuk berbuat kebaikan.

Rasulullah saw menjelaskan bahwa Allah sangat senang melihat nikmat


yang diberikan kepada hamba-Nya itu dipergunakan dengan sebaik-
baiknya. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-Nya


pada hamba-Nya.” [HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr]
Maksud dari hadits di atas adalah bahwa Allah menyukai hamba yang
menampakkan dan mengakui segala nikmat yang dianugerahkan
kepadanya.

Misalnya, orang yang kaya hendaknya menampakkan hartanya untuk


zakat, sedekah dan sejenisnya. Orang yang berilmu menampakkan
ilmunya dengan mengajarkannya kepada sesama manusia, memberi
nasihat dan sebagainya.

Maksud menampakkan di sini bukanlah pamer, namun sebagai wujud


syukur yang didasaari karena-Nya. Allah SWT berfirman:

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan


bersyukur).”(QS. Adh-Dhuha : 11)
4. Menjaga Nikmat dari Kerusakan
Ketika nikmat dan karunia didapatkan, cobalah untuk dipergunakan
dengan sebaik-baiknya. Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu
dari kerusakan.

Misalnya, ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan, kewajiban kita adalah


menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar dari sakit.

Demikian pula dengan halnya dengan nikmat iman dan Islam. Kita wajib
menjaganya dari “kepunahan” yang disebabkan pengingkaran, pemurtadan
dan lemahnya iman.

Untuk itu, kita harus senantiasa memupuk iman dan Islam kita dengan
sholat, membaca Al-Qur’an, menghadiri majelis-majelis taklim, berdzikir
dan berdoa.
Kita pun harus membentengi diri dari perbuatan yang merusak iman
seperti munafik, ingkar dan kemungkaran. Intinya setiap nikmat yang
Allah berikan harus dijaga dengan sebaik-baiknya.

Teks Hadits

‫ ح َو َحدَّثَنَا أَبُو‬،َ‫ َحدَّث َنَا أَبُو ُمعَا ِويَة‬،‫ب‬ ٍ ‫ ح َو َحدَّثَنَا أَبُو ُك َر ْي‬،‫ير‬ ٌ ‫ َحدَّثَنَا َج ِر‬،‫ب‬ ٍ ‫و َحدَّثَنِي ُز َهي ُْر ب ُْن َح ْر‬
‫ع ْن‬ َ ،ٍ‫صا ِلح‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبي‬ َ ،‫ع ِن ْاْل َ ْع َم ِش‬ َ ،‫ َو َو ِكي ٌع‬،َ‫ظ لَهُ – َحدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ِويَة‬ ُ ‫ش ْيبَةَ – َواللَّ ْف‬
َ ‫بَ ْك ِر ب ُْن أ َ ِبي‬
‫ظ ُروا‬ ُ ‫ َو ََل ت َ ْن‬،‫ظ ُروا ِإلَى َم ْن أ َ ْسفَ َل ِم ْن ُك ْم‬
ُ ‫ «ا ْن‬:‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬،َ ‫أ َ ِبي ُه َري َْرة‬
‫علَ ْي ُك ْم‬َ ِ‫ َف ُه َو أَجْ دَ ُر أ َ ْن ََل ت َْزدَ ُروا نِ ْع َمةَ هللا‬،‫[إِلَى َم ْن ُه َو فَ ْو َق ُك ْم‬15]

Terjemah Hadits

Rasulullah SAW bersabda: “lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari
pada kamu dan janganlah kamu melihat orang yang di atasmu. Maka hal
itu lebih baik untuk tidak meremehkan nikmat Allah atasmu.” (Muutafaq
‘Alaih)
Penjelasan Hadits

Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW menyuruh kaum muslimin agar


memandang orang memandang orang yang berada di bawah mereka, baik
mengenai bentuk dan rupa tubuhnya, kesehatan dan kesejahteraannya,
harta dan kekayaannya maupun yang lain-lainnya.

Dengan cara demikian, mereka akan merasa beruntung dan lebih baik
keadaan mereka dibandingkan dengan yang dibawah standar nasib mereka.

Sebaliknya Rasulullah SAW melarang kaum muslimin memandang orang


yang di atas mereka sebab dapat menimbulkan rasa kecil hati dan rendah
diri dan bahkan bukan mustahil dapat menimbulkan rasa kecewa,
menyesal diri dan mungkin timbul persangkaan yang buruk kepada Allah
SWT bahwa Dia tidak memperhatikan keadaan dirinya atau pilih kasih
dalam pemberian nikmat.

Kaum muslimin dibenarkan melihat orang yang lebih tinggi derajatnya,


khusus dalam masalah ketaatan dalam menjalankan agama (dalam hal
kebaikan yang bernilai agama) atau dalam menuntut ilmu pengetahuan
khususnya ilmu pengetahuan yang bernilai agama.
Contoh Perilaku Bersyukur Kepada Tuhan Allah SWT1. Bersyukur
dengan Hati dan Perasaan

- Menghindari perilaku buruk yang dibenci manusia dan Allah SWT


seperti kikir, ria, fasik, mungkar, keji, dendam, sombong, takabur,
munafik, dan sebagainya.

- Selalu ingat kepada Allah SWT dan juga mengingat mati.

- Memiliki perasaan cinta kepada Allah SWT dan Rasulnya melebihi


apapun juga.

- Mengejar kenikmatan akhirat untuk mesuk surga.2. Beryukur dengan


Mulut / Ucapan

- Terbiasa Membaca Al-Quran atau tadarus

- Menyebarkan dan mengajarkan ilmu yang dimiliki

- Selalu ingat Allah dengan berzikir di manapun dan kapanpun kita berada
seperti tahlil, tahmid, istigfar, hauqalah, takbir, ta'awudz, dan lain
sebagainya

- Senantiasa berdoa kepada Allah untuk mendoakan diri sendiri, keluarga,


kerabat, musuh, dan lain sebagainya.3. Bersyukur dengan Amal Perbuatan

- Melakukan ibadah sholat lima waktu

- Melaksanakan ibadah puasa wajib dan sunat

- Melaksanakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua


larangannya

- Berperang dan berjihad di jalan Allah SWT

- Belajar dan mengajarkan ilmu yang telah didapat

- Tolong-menolong sesama manusia


- Melaksanakan ibadah zakat dan haji jika mampu dan memenuhi syarat4.
Bersyukur dengan Harta Benda

- Membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan finansial

- Menabung di bank syariah yang jauh dari praktek riba

- Membangun mushala, masjid, sekolah, jembatan, dan sebagainya

- Menyumbang dana untuk membiayai perang jihad

- Membuat rumah sakit umum

- Mendirikan panti asuhan dan panti jompo islam

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id -


https://brainly.co.id/tugas/4033668#readmore
Empat cara bersyukur
kepada Allah SWT
Senin, 19 Juni 2017 16:00Reporter : Desi Aditia Ningrum


165
SHARES

Allah SWT. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Umat muslim wajib bersyukur atas nikmat Allah


SWT telah diberikan, dari nikmat harta hingga nikmat bernapas.
Sebab bersyukur disebutkan sekitar 70 ayat di dalam Alquran.
Salah satu dari ayat tersebut yakni pada surah Al Baqarah ayat
172. "Hai orang-orang yang beriman! Makanlah di antara rezeki
yang baik yang Kami berikan kepadamu. Dan bersyukurlah kepada
Allah jika memang hanya Dia yang kamu sembah."

Imam Al Ghazali menerangkan bahwa bersyukur kepada Allah


dapat dilakukan dengan empat cara yaitu seperti dikutip dari buku
Amalan Pembuka Rezeki tulisan Karya Haris Priyatna, Lisdy
Rahayu.

1. Bersyukur dengan hati


Bersyukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya
bahwa segala nikmat dan rezeki yang didapatkan semata-mata
merupakan karunia dan kemurahan Allah.

"Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari Allah." (QS An-
Nahl [16]:53).

Bersyukur dengan hati bisa membawa seseorang pada sikap


menerima karunia Allah, dengan penuh keikhlasan tanpa kecewa
atau keberatan betapa pun kecilnya nikmat tersebut.

2. Bersyukur dengan lisan

Bila hati seseorang telah sangat yakin bahwa segala nikmat yang
didapatkan berasal dari Allah SWT. Dia pasti akan mengucapkan
Alhamdulillah (segala puji bagi Allah). Oleh karena itu, jika
mendapatkan nikmat dari seseorang lisannya tetap memuji Allah.
Karena mesti disadari bahwa orang itu sekedar perantara Allah.

3. Bersyukur dengan tindakan

Bersyukur dengan tindakan bermakna bahwa semua nikmat yang


diperoleh harus dimanfaatkan di jalan yang diridhaiNya.

Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Allah SWT sangat suka


melihat nikmat yang diberikan kepada hambaNya dengan cara
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
"Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud)
nikmatNya pada hambaNya," sabda Rasulullah.

Maksud dari hadis ini ialah Allah sangat suka pada hamba-
hambaNya yang memperlihatkan dan mengakui segala nikmat
yang dilimpahkan kepadanya. Misalnya, orang kaya hendaklah
membagi hartanya untuk zakat sedekah dan sebagainya.

4. Merawat kenikmatan

Apabila mendapatkan nikmat dari Allah SWT usahakan untuk


merawatnya agar tidak rusak. Hal ini seperti menjaga amanah dari
Allah. Contohnya kita memiliki tubuh yang sehat wajib menjaga
agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari penyakit. Caranya tentu
saja makan makanan yang halal dan b [ded]
Baca Juga:
Rumah orang seperti ini tidak akan dimasuki oleh malaikatIni tiga
amalan mulia di sepuluh akhir RamadanKisah pemimpin sederhana
yang gajinya habis diberi ke fakir miskinTak salat tanpa sebab akan
dikumpulkan bersama Firaun di hari KiamatOrang-orang sabar
akan masuk surga tanpa dihisab

Anda mungkin juga menyukai