Rabu, 07 April 04
Syukur merupakan perbuatan yang amat utama dan mulia, oleh karena itu Allah Subhannahu wa Ta'ala memerintahkan kita semua untuk
bersyukur kepada-Nya, mengakui segala keutamaan yang telah Dia berikan, sebagaimana dalam firman Nya, yang artinya,
"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-
Ku.” (Al-Baqarah :152)
Allah SWT juga memberitahukan, bahwa Dia tidak akan menyiksa siapa saja yang mau bersyukur, sebagaimana yang difirmankan, artinya,
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman, dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (An-Nisaa :147)
Orang yang mau bersyukur merupakan kelompok orang yang khusus di hadapan Allah, Dia mencintai kesyukuran dan para pelakunya serta
membenci kekufuran dan pelakunya. Dia telah berfirman, yang artinya,
“Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu
bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyu-kuranmu itu” (QS Az Zumar:7)
Allah juga menegaskan, bahwa syukur merupakan sebab dari kelang-sungan sebuah nikmat, sehingga tidak lenyap dan bahkan malah semakin
bertambah, sebagaimana firman-Nya, yang artinya,
“Dan (ingatlah juga), takala Rabbmu mema'lumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrahim : 7)
Dan masih banyak lagi, tentunya keutamaan dan manfaat dari syukur kepada Allah, maka tak heran jika Allah menyatakan, bahwa amat sedikit dari
hamba-hamba-Nya yang bersyu-kur (dengan sebenarnya).
Hakikat Syukur
Kesyukuran yang hakiki di bangun di atas lima pondasi utama. Barang siapa merealisasikannya, maka dia adalah seorang yang bersyukur dengan
benar. Lima asas tersebut adalah:
Maka dengan demikian syukur adalah merupakan bentuk pengakuan atas nikmat Allah dengan penuh sikap kerendahan serta menyandarkan
nikmat tersebut kepada-Nya, memuji Nya dan menyebut-nyebut nikmat itu, kemudian hati senantiasa mencintai Nya, anggota badan taat kepada-
Nya serta lisan tak henti-henti menyebut Nya.
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ketika pagi dan sore mengucapkan pujian (dzikir) sebagai berikut, yang artinya,
"Ya Allah tak satu pun kenikmatan yang menyertaiku di pagi /sore ini atau yang tercurah kepada salah satu dari makhluk Mu, maka itu adalah
semata dari Mu, tiada sekutu bagi Mu, untuk Mu lah segala puji dan untuk Mu pula segenap syukur."
Nabi memberitahukan, bahwa siapa yang membaca dzikir ini di waktu pagi, maka ia telah melakukan syukur sepanjang siang harinya, dan barang
siapa membacanya ketika sore, maka dia telah melaksanakan syukurnya sepanjang malamnya. (HR. Abu Dawud, dinyatakan hasan oleh Ibnu
Hajar dan An-Nawawi)
Macam-Macam Syukur
Imam Ibnu Rajab berkata, "Syukur itu dengan hati, lisan dan anggota badan”.
Syukur dengan hati adalah mengakui nikmat tersebut dari Sang Pemberi nikmat, berasal dari-Nya dan atas keutamaan-Nya.
Syukur dengan lisan yaitu selalu memuji Yang Memberi nikmat, menyebut nikmat itu, mengulang-ulangnya serta menampakkan nikmat
tersebut, Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya,“Dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutNya
(dengan bersyukur)”.(QS. 93:11)
Syukur dengan anggota badan yaitu tidak menggunakan nikmat tersebut, kecuali dalam rangka ketaatan kepada Allah Subhannahu wa
Ta'ala, berhati hati dari menggunakan nikmat untuk kemak-siatan kepada-Nya.
Setelah kita tahu hakekat dan macam-macam syukur, maka marilah kita bertanya kepada diri sendiri, apakah kita telah bersyukur dengan benar,
apakah kita telah sejujurnya mencintai Allah, telah tunduk dan mengakui nikmat dan keutamaan yang diberikan Allah? Lalu apakah kita telah
benar-benar memuji Allah, adakah kesyukuran itu telah mempengaruhi hati kita, lisan kita dan seluruh tindak tanduk, akhlak dan pergaulan kita?
Apakah termasuk orang syukur kalau meremehkan puasa Ramadhan, tidak mau pergi haji padahal mampu, tidak mau membayar zakat
dan berinfak?
Apakah merupakan bentuk syukur jika senang bergelut dengan riba, menghamburkan harta untuk berfoya-foya, minum-minuman keras,
narkoba dan sejenisnya?
Apakah cerminan syukur apabila seorang pemuda senang kebut-kebutan, ugal-ugalan di jalan umum, ikut program obrolan via telepon
yang tak berguna, membuang makanan dan meremehkan nikmat yang dia terima?
Sesungguhnya mengetahui dan mengenal nikmat, merupakan di antara rukun terbesar dalam bersyukur. Karena tidak mungkin seseorang dapat
bersyukur, jika dia merasa tidak mendapatkan nikmat. Maka mengenal nikmat merupakan jalan untuk mengenal Sang Pemberi Nikmat, dan kalau
seseorang tahu siapa yang memberikan nikmat, maka dia akan mencintainya, sehingga cinta itu akan melahirkan kesyukuran dan terima
kasih.Nikmat Allah tidaklah terbatas pada makanan dan minuman belaka, namun seluruh gerak dan desah nafas kita adalah nikmat yang tak
terhingga yang tidak kita ketahui nilainya.
Abu Darda' mengatakan, "Barang siapa yang tidak mengetahui nikmat Allah selain makan dan minumnya, maka berarti pengetahuannya picik dan
azabnya telah menimpa.
Maka dikatakan, bahwa syukur yang bersifat umum adalah syukur terhadap nikmat makanan, minuman, pakaian, perumahan, kesehatan dan
kekuatan. Dan syukur yang bersifat khusus adalah syukur atas tauhid, keimanan dan kekuatan hati.
Pokok-Pokok Nikmat
Nikmat Allah amatlah banyak, tidak terhingga dan tak berbilang, namun ada di antaranya yang sangat besar dan pokok yang perlu untuk kita
ketahui, yaitu:
Nikmat Peringatan
Peringatan adalah termasuk nikmat yang besar, dan ini merupakan salah satu ketelitian Allah agar hamba-Nya tidak terlena. Tanpa kita
duga terkadang ada seseorang yang datang meminta makan atau sesuatu kepada kita, yang dengan perantaraan orang yang sedang
kesusahan tersebut akan membuat kita ingat terhadap nikmat yang diberikan Allah.