Anda di halaman 1dari 5

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kita kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya kepada kita semua sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini. Juga senantiasa
kita selalu bersyukur atas limpahan nikmat tak terhitung yang telah kita terima hingga saat ini.

Kedua kalinya shalawat serta diiringi salam tidak bosan – bosannya kita haturkan kepada junjungan Nabi
besar kita Nabi Muhammad SAW. Semoga dengan kita perbanyak shalawat maka kita akan mendapatkan
safaatnya diyaimul akhir nanti. Amin

Kemudian marilah kita senantiasa mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT semata. Allah telah
melimpahkan kepada kita sedemikian banyak ni’mat. Jauh lebih banyak nikmat yang telah kita terima
dibandingkan kesadaran dan kesanggupan kita untuk bersyukur.

Bersyukur merupakan suatu perbuatan yang bermaksud berterima kasih atas limapanan nikmat yang
telah Allah berikan. Maka jika kita diberi suatu nikmat, tidak memandang nikmat itu banyak atau sedikit,
karena orang yang bersyukur niscaya Allah akan menambah kenikmatan tersebut.

Syukur mempunyai makna yaitu berterima kasih dan menerima dengan sepenuh hati akan anugerah
atau nikmat yang allah berikan kepada kita. Kita tidak akan bisa menghitung, mengira berapa banyak
nikmat yang Allah berikan, mulai dari nikmat kesehatan, nikmat iman, nikmat masih bisa berfikir dan
berbagai nikmat lagi yang tak bisa kita hitung satu persatu.

Syukur merupakan perbuatan yang amat utama dan mulia, oleh karena itu Allah SWT memerintahkan
kita semua untuk bersyukur kepada-Nya, mengakui segala keutamaan yang telah Dia berikan,
sebagaimana dalam Q.S Al-Baqarah ayat 152 :

þ’ÎTrãä.øŒ$$sù öNä.öä.øŒr& (#rãà6ô©$#ur ’Í< Ÿwur Èbr㠍àÿõ3s? ÇÊÎËÈ


Artinya : “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah :152)

Allah SWT juga memberitahukan, bahwa Allah tidak akan menyiksa siapa saja yang mau bersyukur,
sebagaimana dalam Q.S An-Nisaa ayat 147 :

$¨B ã@yèøÿt ƒ ª!$# öNà6Î/#x ‹yèÎ/ bÎ) óOè?ö s3x© öNçGYtB#uäur 4 tb%x.ur ª!$# #· Å2$x© $VJ ŠÎ=tã
ÇÊÍÐÈ

Yang artinya : “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman, dan Allah adalah
Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (An-Nisaa :147)

Allah juga menegaskan, bahwa syukur merupakan sebab dari kelangsungan sebuah nikmat, sehingga
tidak lenyap dan bahkan malah semakin bertambah, sebagaimana dalam Q.S Ibrahim ayat 7 :

øŒÎ)ur šc©Œr’s? öNä3š/u‘ ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯Ry‰ƒÎ—V{ ( ûÈõs9ur ÷Länö xÿ Ÿ2 ¨bÎ) ’Î1#x ‹tã
ӉƒÏ‰t±s9 ÇÐÈ

Yang artinya : Dan (ingatlah juga), takala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Ibrahim : 7)

Ada banyak cara yang dapat dilakukan manusia untuk mensyukuri nikmat Allah swt. Secara garis besar,
mensyukuri nikmat ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
Mensyukuri dengan hati, dengan mengakui, mengimani dan meyakini bahwa segala bentuk kenikmatan
ini datangnya dari Allah semata. Syukur dengan hati dapat mengantar seseorang untuk menerima
anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan, betapa pun kecilnya nikmat
tersebut. Syukur ini akan melahirkan betapa besarnya kemurahan da kasih sayang Allah sehingga terucap
kalimat tsana’ (pujian) kepada Allah.

Mensyukuri dengan lisan, dengan memperbanyak ucapan alhamdulillah (segala puji milik Allah)
wasysyukru lillah (dan segala bentuk syukur juga milik Allah). Syukur dengan lisan juga dapat diartikan
selalu memuji yang memberi nikmat, menyebut nikmat itu, mengulang-ulangnya serta menampakkan
nikmat tersebut.

Allah SWT berfirman dalam Q.S Adh-Dhuhaa ayat 11 :

$¨Br&ur ÏpyJ÷èÏZÎ/ y7În/u‘ ô^Ïd‰yÛsù ÇÊÊÈ

Yang artinya : “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutNya (dengan
bersyukur)”. (QS. Adh-Dhuhaa : 11)

Oleh karena itu, kita harus mengembalikan segala pujian kepada Allah. Pada saat kita memuji seseorang
karena kebaikannya, hakikat pujian tersebut harus ditujukan kepada Allah SWT. Sebab, Allah adalah
Pemilik Segala Kebaikan.

Mensyukuri dengan perbuatan :

Mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah untuk menunaikan perintah-perintah Allah, baik
perintah wajib, sunnah maupun mubah.

Mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah dengan cara menghindari, menjauhi dan meninggalkan
segala bentuk larangan Allah, baik larangan yang haram maupun yang makruh.
Rasulullah saw menjelaskan bahwa Allah sangat senang melihat nikmat yang diberikan kepada hamba-
NYA itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah saw bersabda,

Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-NYA pada hamba-NYA. (HR. Tirmidzi dari
Abdullah bin Amr).

Maksud dari hadits di atas adalah bahwa Allah menyukai hamba yang menampakkan dan mengakui
segala nikmat yang dianugerahkan kepadanya. Misalnya, orang yang kaya hendaknya menampakkan
hartanya untuk zakat, sedekah dan sejenisnya. Orang yang berilmu menampakkan ilmunya dengan
mengajarkannya kepada sesama manusia, memberi nasihat.

Rasulullah SAW bersabda lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari pada kamu dan janganlah kamu
melihat orang yang di atasmu. Maka hal itu lebih baik untuk tidak meremehkan nikmat Allah atasmu.
(Muutafaq ‘Alaih)

Dalam hadits dijelaskan, Nabi menyuruh kaum muslimin agar memandang orang memandang orang
yang berada di bawah mereka, baik mengenai bentuk dan rupa tubuhnya, kesehatan dan
kesejahteraannya, harta dan kekayaannya maupun yang lain-lainnya. Dengan cara demikian, mereka
akan merasa beruntung dan lebih baik keadaan mereka dibandingkan dengan yang dibawah standar
nasib mereka.

Sebaliknya Nabi SAW melarang kaum muslimin memandang orang yang di atas mereka sebab dapat
menimbulkan rasa kecil hati dan rendah diri dan bahkan bukan mustahil dapat menimbulkan rasa
kecewa, menyesal diri dan mungkin timbul persangkaan yang buruk kepada Allah swt. bahwa Dia tidak
memperhatikan keadaan dirinya atau pilih kasih dalam pemberian nikmat. Kaum muslimin dibenarkan
melihat orang yang lebih tinggi derajatnya, khusus dalam masalah ketaatan kenjalankan agama (dalam
hal kebaikan yang bernilai agama) atau dalam menuntut ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan
yang bernilai agama.
Kesyukuran yang hakiki di bangun di atas lima pondasi utama. Barang siapa merealisasikannya, maka dia
adalah seorang yang bersyukur dengan benar. Lima asas tersebut adalah:

Merendahnya orang yang bersyukur di hadapan yang dia syukuri (Allah).

Kecintaan terhadap Sang Pemberi nikmat (Allah).

Mengakui seluruh kenik-matan yang Dia berikan.

Senantiasa memuji-Nya, atas nikmat tersebut.

Tidak menggunakan nikmat untuk sesuatu yang dibenci oleh Allah.

Maka dengan demikian syukur adalah merupakan bentuk pengakuan atas nikmat Allah dengan penuh
sikap kerendahan serta menyandarkan nikmat tersebut kepada-Nya, memuji Nya dan menyebut-nyebut
nikmat itu, kemudian hati senantiasa mencintai Nya, anggota badan taat kepada-Nya serta lisan tak
henti-henti menyebut Nya.

Pujian yang Diajarkan Nabi SAW :

Nabi SAW ketika pagi dan sore mengucapkan pujian (dzikir) sebagai berikut, yang artinya : “Ya Allah tak
satu pun kenikmatan yang menyertaiku di pagi /sore ini atau yang tercurah kepada salah satu dari
makhluk Mu, maka itu adalah semata dari Mu, tiada sekutu bagi Mu, untuk Mu lah segala puji dan untuk
Mu pula segenap syukur.”

Nabi memberitahukan, bahwa siapa yang membaca dzikir ini di waktu pagi, maka ia telah melakukan
syukur sepanjang siang harinya, dan barang siapa membacanya ketika sore, maka dia telah
melaksanakan syukurnya sepanjang malamnya.

Oleh karena itu, mudah-mudahan kita sebagai makhluk Allah yang senantiasa mengharapkan keridhoan-
Nya diharapkan diberi kesadaran dalam mensyukuri nikmat yang sungguh besar yang telah Allah berikan
kepada kita. Amin

Anda mungkin juga menyukai