Anda di halaman 1dari 3

Muhammad Iqra Nurdin

XII MIPA 4 / 181 073

“Bersyukur Kepada Allah SWT”

A. Bersyukur Kepada Allah SWT


Syukur berasal berasal dari kata "Syakara"-"Yasykuru" yang maknanya
"Tsana'";yaitu "Memuji" atau "Menghargai". Jadi, mensyukuri nikmat artinya menghargai
nikmat" tidak menghinanya. Nabi saw memberi petunjuk yang jelas dalam hal ini, sabda
Beliau: "Man Lam Yasykuril-Qalil Lam Yasykuril-Katsir". Artinya:"Siapa-saja yang tidak
bisa menghargai nikmat yg sedikit, maka ia tidak akan bisa menghargai nikmat yang
banyak". Ini merupakan pelajaran bersyukur, yaitu dimulai dari belajar menghargai nikmat
yang sedikit.
Disamping bersyukur kepada Allah, kita juga diperintah untuk bersyukur kepada
manusia; yaitu menghargai jasa atau perbuatan oranglain terhadap kita. Sabda Nabi saw.:
"Man Lam Yasykurin-Nasa Lam Yasykuril-Laha"; artinya: "Siapa-saja yang tidak bersyukur
menghargai manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah".
Mensyukuri atau menghargai nikmat, akan membuat nikmat semangkin bertambah,
sebagaimana firman Allah dalam Qur’an Surat Ibrahim Ayat 7:
‫َوإِ ْذ تَأ َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِن َشكَرْ تُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَئِن َكفَرْ تُ ْم إِ َّن َع َذابِى لَ َش ِدي ٌد‬
Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Rasa syukur yang hakiki di bangun di atas lima pondasi utama dan barang siapa
yang dapat merealisasikannya, maka dia adalah seseorang yang bersyukur dengan benar.
Lima pondasi tersebut adalah:
a. Merendahnya orang yang bersyukur di hadapan yang dia syukuri (Allah SWT)
b. Kecintaan terhadap Sang Pemberi nikmat (Allah SWT)
c. Mengakui seluruh kenikmatan yang Dia berikan
d. Senantiasa memuji-Nya atas segala nikmat tersebut
e. Tidak menggunakan nikmat tersebut untuk sesuatu yang dibenci oleh Allah SWT.
Imam Asy-Syaukani berkata bahwa sumber untuk mensyukuri nikmat Allah SWT
itu ada 3 (tiga);
(1) Hati
(2) Lisan /Ucapan
(3) Perbuatan.
Jadi, Allah SWT baru akan menambah kenikmatan kepada seseorang, jika ia
mensyukuri (menghargai) nikmat itu dengan ucapan, hati dan perbuatan.
1. Bersyukur (menghargai nikmat) dengan hati.
Imam Ibnul-Qayyim mengistilahkannya dengan "Al-I'tirafu Biha Bathinan";
artinya: "Mengakui nikmat tersebut secara batin". Maksudnya, hatinya benar-benar
mengakui bahwa nikmat itu se-mata-mata pemberian Allah. Bersyukur dengan hati lebih
sulit daripada bersyukur dengan lisan/ucapan.
2. Bersyukur (menghargai nikmat) dengan lisan/ucapan:
Pada dasarnya, manusia tidak akan mampu mensyukuri nikmat Allah yang
begitu banyak, dan tak terhitung, sebagaimana firman-Nya: "WA In Ta'uddu Ni'matallahi
La Tuhshuha"; artinya: "Jika kalian --mencoba--menghitung nikmat Allah, pasti kalian
tidak bisa menghitungnya" (Surah Ibrahim (14) ayat 34).
Karena itu Allah memberikan kalimat yang luar -biasa; yaitu: Al-Hamdulillah.
Ibnu 'Abbas mengatakan: "Al-Hamdulillah Kalimatusy-Syukri"; artinya:"Al-Hamdulillah
adalah kalimat untuk bersyukur". Yaitu, dengan ucapan Al-Hamdulillah, seseorang sudah
dapat disebut bersyukur atau mensyukuri/menghargai nikmat Allah.
Dan inilah yang disebut bersyukur dengan lisan/ucapan. Nabi saw bersabda:
"Ma An'amallahu 'ala 'Abdin...Artinya: "Tidaklah Allah memberi suatu kenikmatan
kepada seseorang, lalu ia mengucapkan Al-Hamdulillah, melainkan ucapan hamdalahnya
itu lebih istimewa (afdhal) dari nikmat tsb".(H.R.Ath-Thabrani).
3. Bersyukur (menghargai nikmat) dengan perbuatan;
Ibnul-Qayyim mengatakan ada 2 cara menghargai nikmat dgn perbuatan;
pertama: menceritakan nikmat tersebut, dan kedua: menggunakan nikmat tersebut dalam
hal yang diridhai Allah. Yang pertama dalilnya surah Adh-Dhuha ayat 11: Wa Amma
Bini'mati Rabbika Fahaddits;artinya: "Adapun dengan nikmat Rabb-mu, maka
ceritakanlah".
B. Berbuat Baik (Ihsan)
1. Pengertian Ihsan
a. Arti Ihsan ( ‫ )اإلحْ َسان‬berasal dari kata Ahsana ( َ‫ )أحسن‬yang secara bahasa berarti: berbuat
baik, memberikan yang terbaik, dan melaksanakan sesuatu dengan seluruh potensi
kemampuan (tekun). Adapun pelaku ihsan disebut dengan Muhsin, yang jama’
(pluralnya) adalah Muhsinun atau Muhsinin
b. Arti Ihsan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala ialah seseorang melaksanakan ibadah
kepada Allah Ta’ala seolah-olah ia melihat Nya, sekalipun ia tidak dapat melihat Nya
(di dunia) maka sungguh Ia melihatmu.
c. Arti Ihsan yang berkaitan dengan hak-hak sesama makhluk ialah mengerahkan
seluruh kemampuan untuk memberi manfaat apa saja kepada sesama makhluk ciptaan
Allah siapapun mereka.
d. Arti ihsan secara umum adalah mengerahkan seluruh kemampuan, kesungguhan dan
ketekunan dalam melaksanakan sesuatu baik itu ibadah maupun muamalah dengan
penuh keikhlasan dan ketulusan di dalam hati.
2. Dalil Tentang Ihsan
Ihsan adalah Perintah Allah (QS. AN-Nahl : 90)
َ‫َر َو ْالبَ ْغ ِي ۚ يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬ ِ ‫إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل ِ حْ َس‬
ِ ‫ء َو ْال ُمنك‬qِ ‫ان َوإِيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َويَ ْنهَ ٰى ع َِن ْالفَحْ شَا‬

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat


kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran. [QS. An-Nahl : 90]
3. Hikmah Perilaku Ihsan
a. Mendapatkan ridho Allah Ta’ala.
b. Mendapatkan balasan (pahala) dari Allah Ta’ala.
c. Disayangi oleh kedua orang tua.
d. Mendapatkan hormat dari orang lain.
e. Dihormati atau dihargai orang-orang sekitar.

Anda mungkin juga menyukai