DISUSUN OLEH :
Dosen Pengampu :
2019
A. Syukur
1. Pengertian Syukur
Secara bahasa kata syukur berasal dari kata”syakara”yang berarti
berterima kasih. Sedangkan menurut istilah syara’ syukur adalah
pengakuan terhadap nikmat yang dikaruniakan Allah yang disertai
dengan ketundukan kepadaNya dan mempergunakan nikmat tersebut
sesuai dengan kehendak Allah.
Menurut Imam al-Qusyairi (al-Asyqar, 2006) mengatakan hakikat
syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang telah diberikan Allah
yang di buktikan dengan ketundukan kepada-Nya.
Imam Al-Ghazali (2012) mengatakan syukur ada tiga perkara;
a. Pengetahuan tentang nikmat.
b. Sikap jiwa yang tetap dan tidak berubah
c. Menghindari perbuatan maksiat kepada Allah.
2. Hakikat Syukur
Imam Ghazali (2012) menjelaskan bahwa syukur tersusun atas tiga
perkara, yakni:
a. Ilmu, yaitu pengetahuan tentang nikmat dan pemberinya, serta
meyakini bahwa semua nikmat berasal dari Allah SWT.
b. Hal (kondisi spiritual), yaitu karena pengetahuan dan keyakinan tadi
melahirkan jiwa yang tentram.
c. Amal perbuatan, berkaitan dengan hati, lisan, dan anggota badan.
Al Kharraz yang dikutip oleh Amir An-Najjar mengatakan syukur
itu terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Syukur dengan hati adalah mengetahui bahwa nikmat-nikmat itu
berasal dari Allah swt bukan selain dari-Nya.
b. Syukur dengan lisan adalah dengan mengucapkan al-Hamdulillah
dan memuji-Nya.
c. Syukur dengan jasmani adalah dengan tidak mempergunakan setiap
anggota badan dalam kemaksiatan tetapi untuk ketaatan kepada-Nya.
4. Keutamaan Syukur
Muhammad Syafi’ie el-Bantanie menyebutkan lima keutamaan
syukur, yakni sebagai berikut:
a) Menghilangkan Kesusahan
Allah swt berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 152, sebagai
berikut
Artinya : “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat
(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu
mengingkari nikmat-Ku.”.
b) Mendatangkan Rezeki
Dengan bersyukur maka Allah swt akan membukakan pintu
rezeki dari segala penjuru. Dalam surat Ibrahim ayat 7, disebutkan
bahwa Allah swt akan menambah nikmat bagi orang yang bersyukur.
c) Mendatangkan Kesembuhan
Orang-orang yang tetap ber-syukur dalam kondisi sakit akan
mendapatkan balasan yang luar biasa, yakni Allah swt akan
menyembuhkan penyakitnya dan akan memberikan nikmat yang
jauh lebih baik dari sebelumnya, seperti halnya dalam kisah nabi
Ayub as.
d) Mengantar ke Surga
5. Implementasi Syukur
Implementasi syukur dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut :
a. Melaksanakan ibadah yang telah diperintahkan Allah swt kepada
kita.
b. Berterima kasih kepada orang yang telah membantu ataupun
menolong kita sekecil apapun.
c. Menjalani hidup ini dengan melakukan perbuatan kebaikan.
d. Mengucapkan hamdalah ketika mendapatkan kenikmatan.
e. Berdoa sebelum dan ketika bangun tidur.
f. Menggunakan kenikmatan yang diberikan Allah Swt untuk
perbuatan kebaikan untuk kemaslahatan bersama.
g. Selalu meningkatkan ketaatan, keimanan dan selalu mengingkat
Allah Swt dengan cara selalu berzikir dan beribadah hanya untuk-
Nya.
h. Ketika mendapatkan kenikmatan yang sangat membahagiakan,
hendaknya melakukan sujud syukur.
i. Selalu berzikir dan berdoa ketika selesai Sholat..
B. Kufur
1. Pengertian Kufur
Secara bahasa kufur berarti menutupi. Sedangkan menurut syara’
kufur adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan
mendustakannya atau tidak mendustakannya.Kufur berawal dari
pengingkaran kebenaran dalam hati yang tidak mengakui akan kebesaran
nikmat Allah yang tidak terbatas.
Menurut Takdir (2018), makna asal kata kufur adalah menolak
sesuatu yang berasal dari Tuhan dan mengingkari apa yang diberikan.
Orang yang tidak bersyukur berarti orang yang menyembunyikan
kebaikan yang dilakukan dengan tidak mau menyebutkan dan mengakui
kebaikan tersebut.
Menurut Dinsi (2011), kufur adalah penolakan seseorang untuk
menggunakan apa yang sudah ada atau apa yang sudah dimiliki untuk
memperbaiki dirinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kufur adalah penolakan sesuatu yang
berasal dari tuhan.
2. Dalil Kufur
a. Surah al-Baqarah ayat 126
Abdul Rahman Abdul Khalid. 1996. Garis Pemisah Antara Kufur dan Iman.
Jakarta : Bumi Aksara.
M. Quraish Shihab. 2002. Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.