Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di
bumi Indonesia sebagai Negara yang memiliki banyak pulau. Keanekaragaman
atau yang sering disebut dengan multikulturalisme adalah istilah yang digunakan
untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia,ataupun
kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap
adanyakeragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam
kehidupanmasyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik
yang mereka anut.Keanekaragaman bangsa Indonesia dilatarbelakangi oleh jumlah
suku-suku bangsa diIndonesia yang sangat banyak, dimana setiap suku bangsa
tersebut mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial maupun
budaya. Suatu semboyan yang sejak dahulu dikenal dan melekat dengan jati diri
bangsa Indonesia adalah “Bhinneka Tunggal Ika ”. Semboyan tersebut terukir kokoh
dalam cengkraman Burung Garuda yang merupakan lambang bangsa Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bhineka Tunggal Ika menunjukan bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang heterogen, yaitu bangsa yang mempunyai
keanekaragaman, baik dalam aspek suku bangsa, budaya, ras dan agama.
Sudah berlangsung cukup lama. Tanpa adanya persatuan dan kesatuan visi
dan misi dari seluruh bangsa Indonesia mustahil kita dapat keluar dari krisis
tersebut.Kebhinnekaan berupa sifat nyata bangsa Indonesia yang sering kita
banggakan namun sekaligus juga sering kita prihatinkan. Hal ini dikarenakan
mengatur masyarakat yangheterogen jauh lebih sulit dibandingkan dengan mengatur
masyarakat homogen. Masyarakat yang heterogen tentu mempunyai cita-cita,
keinginan dan harapan yang jauh lebih bervariasi dibandingkan dengan masyarakat
homogen.Kebhinnekaan dapat menjadi tantangan atau ancaman, karena dengan
adanya kebhinnekaan tersebut mudah membuat orang menjadi berbeda pendapat yang
pada akhirnya dapat lepas kendali, memiliki rasa kedaerahan atau kesukuan yang

1
sewaktu-waktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi atau persatuan
dan kesatuan bangsa

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Apa itu keberagaman social budaya ?


2. Apa saja Jenis-jenis keberagaman social budaya?
3. Apa saja keterampilan yang harus dimiliki untuk berpartisipasi baik
dimasyarakat?
4. Apa saja konflik-konflik yang pernah terjadi di indonesia?
5. Apa saja tipe-tioe social budaya yang dimiliki bangsa Indonesia menurut
Kencana Ningrat?
6. Bagaimana Aspek dalam menganalisis suku bangsa dan golongan ?
7. Apa saja sumber-sumber konflik?

C. Manfaat penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui apa itu keberagaman social budaya


2. Mengetahui apa saja Jenis-jenis keberagaman social budaya
3. Mengetahui apa saja keterampilan yang harus dimiliki untuk berpartisipasi
baik dimasyarakat
4. Mengetahui apa saja konflik-konflik yang pernah terjadi di indonesia
5. Mengetahui apa saja tipe-tioe social budaya yang dimiliki bangsa Indonesia
menurut Kencana Ningrat
6. Mengetahui bagaimana Aspek dalam menganalisis suku bangsa dan
golongan
7. Mengetahui apa saja sumber-sumber konflik

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian
kebudayaan di artikan sebagai hal hal yang bersankutan dengan budi dan akal. Kata
kebudayaan dalam bahasa inggris diterjemhkan dengan istilah culture. Dalam bahasa
Belanda di sebut cultuur. Kedua bahasa ini di ambil dari bahasa latin colore yg berarti
mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah.
Dengan demikian culture atau cultuur diartikan sebagai segala kegiatan
manusiauntuk mengolah dan mengubah alam. Clyde Kluckhohn menyebutkan
terdapat 7 unsur kebudayaan, yakni sebagai berikut:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah
tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi, dan sebagainya)
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi(pertanian, perternakan, sistem
produksi, sistem distribusi, dan sebagainya)
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hokum,
sistem perkawinan, dan seterusnya)
4. Bahasa (lisan maupun tertulis)
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan seebagainya)
6. Sistem pengetahuan
7. Sistem kepercayaan (religi)
Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebardi lebih
dari 13 ribu pulau. Setiap suku bangsa memiliki identitas social, politik, dan budaya
yang berbeda-beda, seperti bahasa, adat istiadat serta tradisi, sistem kepercayaan dan
sebagainya. Dangan idaentitas yang berbeda beda ini, kita dapat mengatakan bahwa
Indonesia memiliki kebudayaan local yang sangat beragam.
Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan atau motto bangsa Indonesia yang
terdapat dalam lambang Negara “Burung Garuda”. Istilah tersebut diambil dari

3
buku Sutasoma karangan Mpu Tantular yang ditulis dengan bahasa Sansekerta.
Bhineka Tunggal Ika menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
memiliki keanekaragaman baik dalam aspek agama, budaya, ras maupun suku
bangsa. Kebhinekaan sangat berpengaruh terhadap bangsa Indonesia, karena Bhineka
Tunggal Ika merupakan perekat atau patri bagi bangsa Indonesia dari awal-awal
kemerdekaan bahkan sejak tumbuhnya kesadaran kehidupan berbangsa dan
bernegara, yaitu pada tahun 1908 dalam melawan dan mengisi serta mempertahankan
kemerdekaan bangsa. Keadaan yang demikian sedikit demi sedikit menyadarkan para
pemimpin perjuangan bangsa sehingga pada tahun 1908 telah dirintis perjuangan
yang bersifat nasional, dengan dipelopori oleh Dr. wahidin Sudirohusodo berdirilah
suatu organisasi modern yang diberi nama “Budi Utomo”.

Selain Budi Utomo, masih banyak lagi organisasi nasional yang bergerak untuk
membebaskan bangsa Indonesia dari penjajah. Terutama setelah dicetuskannya
“Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928)”. Dengan demikian jelaslah bahwa kebhinekan
merupakan kekuatan dari kekayaan sekaligus juga merupakan tantangan bagi bangsa
Indonesia. Dengan keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, maka
diperlukan sifat kesatuan dan persatuan yang kuat demi mewujudkan semangat dan
cita-cita bangsa. Untuk memenuhi cita-cita tersebut maka diperlukan perencanaan
yang matang dan waktu untuk memenuhi serta proses untuk melaksanakan berbagai
tindakan kebijakan. Hal yang tidak jauh berbeda juga terjadi di luar negeri, seperti
Jepang, India, Filipina. Di Negara mereka, untuk mencapai kesepakatan dan
persatuan juga sangat sulit dilaksanakan. Hal ini dikarenakan oleh masih terganggu
oleh keanekagaraman yang terdapat di Negara tersebut. Oleh karena itu MPR
mengeluarkan ketetapan yang mengatur tentang kesatuan yaitu, Ketetapan Nomor
V/MPR/2000 tentang “Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional” yang dalam
salah satu kalimatnya menyatakan bahwa: Konflik sosial budaya telah terjadi karena
kemajemukan suku, kebudayaan dan agama yang tidak dikelola dengan baik dan adil
oleh pemerintah maupun masyarakat.

4
Keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia utamanya disebabkan
oleh jumlah suku-suku bangsa Indonesia yang mendiamai wilayah Indonesia sangat
banyak, dan tersebar dimana suku bangsa tersebut mempunyai ciri atau karakter
tersendiri, baik alam aspek sosial maupun budaya. Menurut para ahli (Depdikbud,
1984: 194) jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia mencapai 300 suku bangsa.
Dengan demikian, apabila masing-masing suku bangsa tersebut memiliki tradisi
sosial budayanya masing-masing, berarti di Indonesia telah ada dan berkembang 300
keanekaragaman budaya. Keanakaragaman tersebut dapat dilihat dari tarian, pakaian,
bahasa daerah, serta masih banyak lagi aspek-aspek lainnya yang terdapat di masing-
masing wilayah di Indonesia. Tidak hanya terdapat perbedaan dalam hal budaya saja,
namun dalam mata pencaharian pun setiap lingkungan daerah memiliki jenis
pencaharian yang berbeda. Masyarakat yang sebagian besar tinggal di daerah
pedesaan yang bermata pencaharian sebagai petani, masyarakat di daerah pantai
sebagai nelayan, yang tinggal di perkotaan sebagian besar berprofesi sebagai pejabat,
pedagang, buruh, penjual jasa, dan lain sebagainya.

B. Jenis-Jenis Keragaman Sosial Budaya

Kebudayaan dibagi menjadi dua yakni kebudayaan jasmani dan kebudayaan


rohani. Kebudayaan jasmani dapat dirasakan, dilihat, dan diraba sebagai contoh alat
music tradisional, pakaian adat dan arsitektur bangunan. Sedangkan kebudayaan
rohani adalah kebudayaan yang hanya bisa dirasakan namun tidak dapat diraba dan
dilihat contonya kepercayaan dan ideology. Keragaman sosial dan budaya Indonesia
dikatagorikan sebagai berikut:

1. Keragaman suku bangsa

Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan sosial
lainnya karena memiliki ciri paling mendasar dan umum berkaitan dengan asal-usul
dan tempat asal dan kebudayaannya. Ciri suku bangsa, antara lain bersifat tertutup

5
dari kelompok lain, memiliki nilai-nilai dasar yang tercermin dalam kebudayaan,
memiliki komunikasi dan interaksi.

Suku bangsa yang terkenal di Indonesia adalah Suku Jawa (Pulau Jawa),
Batak dan Nias (Sumatera Utara), Minangkabau (Sumatara Barat), Sunda (Jabar),
Betawi (DKI Jakarta), Suku Madura dan Tengger (Jatim), Dayak (Kalimantan), Sasak
dan Sumbawa (NTB), Bugis dan Toraja (Sulsel), Sentani dan Asmat (Papua). Selain
itu di Indonesia juga terdapat etnis Cina yang terbagi menjadi Cina Peranakan dan
Cina Totok.

2. Keragaman Bahasa

Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi baik


lewat tulisan, lisan atapun gerakan. Fungsi budaya secara umum adalah alat
berekspresi, komunikasi dan adaptasi sosial. Contoh bahasaAceh(Aceh), Batak
(Sumut), Minangkabau(Sumbar), Betawi (DKI Jakarta), Sunda (Banten dan Jabar),
Jawa (Jateng, jatim dan DIY).

3. Rumah Adat

Setiap suku di Indonesia memiliki rumah adat yang berbeda dengan suku
yang lainnya. Seperti contoh Rumah adat Bolon (Sumut), Gadang (Sumbar), Joglo
(Jawa), Lamin (Kaltim), Tongkonan (Sulsel dan Sulbar), dan Honai (Papua)

4. Pakaian Tradisional

Pakaian adat dipakai pada acara khusus. Contoh pakaian adat antara lain:
Blangkong dan Baju Beskap (Jawa Tengah), Baju Surjan dan balngkon (Yogyakarta),
baju teluk belangan dan daster (Riau), Ulos dan Sabe-sabe (Sumut).

6
5. Senjata Tradisional

Saat ini senjata tradisional dipakai sebagai pelengkap dalam pakaian adat.
Contoh Rencong (Aceh), Keris (Jawa), Mandau (Kalimantan), Badik (Betawi), Clurit
(Madura) Badik (Sulsel), Jenawi (Riau) dan Trisula (Sumsel).

6. Makanan Khas

Contoh; Gudeg (Yogyakarta), Rendang (Padang), Pempek (Palembang),


Rujak Cingur (Surabaya), Ayam Betutu (Bali), Pepeda (Maluku dan Papua).

7. Upacara Adat

Uapacara adat berhubungan dengan adat istiadat dan kepercayaan suatu


masyarakat. Contoh: Upacara Kasodo(Tengger), Lompat batu (Nias), Grebeg Suro
(Solo), Ngaben (Bali).

8. Kesenian

Bentuk-bentuk kesenian antara lain: Tarian Tradisional, contoh tarian


tradisional: Saudati dan Saman (Aceh), Serampang dua belas dan Tor-tor (Sumut),
Piring dan Payung (Sumbar), Gending Sriwijaya (Sumsel), Topeng, Ondel-ondel dan
Ronggeng (DKI Jakarta), Jaipon dan Merak (Jabar), Serimpi, Bambangan Cakil dan
Gandrung (Jateng), Jaran Kepang, Jejer Remong, Ketek Ogleng (Jatim), Kecak dan
Pendet (Bali) Alat Musik Tradisional, Contoh Tambo (Aceh), Anglung (Jabar),
Gamelan (Jawa), Sasando (NTT dan NTB), Kolintang ( Sulut dan Gorontalo), Tifa
(Papua), Babun (Kalsel). Seni Pertunjukan contoh: Ketoprak dan Wayang (Jateng),
Ludrok (Jatim), Lenong (DKI Jakarta) dan Mamanda (Kalsel) Lagu Daerah Contoh:
Bungong Jeumpa (Aceh), Ayam den lapeh (Sumbar), Soleram (Riau), Injit-injit
semut (Jambi), Jali-jali (DKI), Bubuy Bulan dan Dadali (Jabar), Gundul Pacul,
Gambang Suling dan Lir-ilir (Jateng), Pitik Tukung (Yogyakarta), Karapan Sapid an
Tanduk Majeng (Jatim), Desaku, Potong bebek, anak kambing saya (NTT), Indung-

7
indung (Kaltim), Ampar-ampar pisang (Kalsel), O ina ni keke (Sulut), burung kaka
tua (Maluku) dan Apuse (Papua) Cerita Rakyat contoh: Malinkundang
(Minangkabau), Sangkuriang (Jabar), Kleting Kuning dan Keong Mas (Jateng).

9. Keragaman Relegi

Di Indonesia terdapat enam agama yang diakui oleh negera yakni Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Setiap agama memiliki hari raya
masing-masing seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha (Islam), Natal (Kristen),
Paskah (Katolik), Nyepi (Hindhu), Waisak (Budha) dan Copgome (Konghuchu).
Setiap agama memiliki lembaga keagaaman sendiri yaitu MUI (Islam), PGI (Kristen),
KWI (Katolik), PHDI (Hindu), Walubi (Budha) dan Matakin (Konghuchu).

C. Keteramplan yang Dimiliki untuk Berpartisipasi baik di Masyarakat

Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991) sebagai berikut:


pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa
masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa
dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih
mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap
proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat
dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.

Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya


kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak
langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam
pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang
lebih panjang. Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana tertuang

8
dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Department
for International Development (DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004) adalah:

a) Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena
dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.

b) Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang


mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk
menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog
tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.

c) Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan


iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.

d) Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak yang


terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk
menghindari terjadinya dominasi.

e) Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak mempunyai


tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan
(sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan
langkah-langkah selanjutnya.

f) Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala


kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan
aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling
memberdayakan satu sama lain.

g) Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk
saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya
yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.

9
Bentuk dan Tipe Partisipasi

Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu
program pembangunan, yaitu partisipasi uang, partisipasi harta benda, partisipasi
tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi
dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif.

Dengan berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas, maka bentuk
partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang
diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi yang
diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya
uang, harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak
nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan dan
partisipasi representatif.

Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha


bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan Partisipasi harta
benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa
alat-alat kerja atau perkakas. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan
dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang
keberhasilan suatu program. Sedangkan partisipasi keterampilan, yaitu memberikan
dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain
yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan
kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide,


pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk
memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan
memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang
diikutinya. Partisipasi sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban.
Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan

10
perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk
berpartisipasi. Pada partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, masyarakat
terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang
terkait dengan kepentingan bersama. Sedangkan partisipasi representatif dilakukan
dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam
organisasi atau panitia

D. Konflik-Konflik yang Pernah Terjadi di Masyarakat Indonesia

Konflik adalah proses sosial disosiatif yang dapat menyebabkan perpecahan


dalam masyarakat karena ketidakselarasan dan ketidakseimbangan dalam suatu
hubungan masyarakat. Berdasarkan tingkatannya konflik dapat dibagi menjadi
konflik horisontal dan vertikal.
(1) Konflik Horisontal
Konflik horisontal adalah konflik yang terjadi diantara kelompok-kelompok
sosial yang sifatnya sederajat. Konflik sosial horisontal dapat berupa konflik antar
suku, antar ras, agama, maupun konflik antar golongan.
(a) Konflik antar suku
Konflik antar suku pada umumnya disebabkan oleh primordialisme yang
berkembang menjadi etnosentrisme. Contoh : konflik antara suku Dayak dan suku
Madura yang terjadi di Sampit, konflik antara suku-suku kecil di Papua.
(b) Konflik antar ras
5 Konflik antar ras pada umumnya disebabkan oleh primordialisme yang
berkembang menjadi stereotipe. Contoh : Kekerasan terhadap etnis Tionghoa pada
Mei 1998, termasuk pemerkosaan dan pembunuhan terhadap lebih dari 100 wanita
etnis Tionghoa.
(c) Konflik agama
Konflik masalah agama pada umumnya disebabkan oleh primordialisme yang
berkembang menjadi fanatisme. Konflik agama dapat berupa konflik internal umat
beragama misalnya konflik antar golongan pemeluk Islam murni dengan golongan

11
Ahmadiyah, maupun konflik antar umat beragama (konflik eksternal) misalnya
konflik masyarakat Ambon pemeluk Islam dengan masyarakat Ambon pemeluk
Kristen.

(d) Konflik antar golongan


Konflik antar golongan pada umumnya disebabkan oleh semangat in group yang
kuat sehingga dengan kelompok out group akan menimbulkan antipati. Contoh :
Peristiwa Kudatuli, dimana ada konflik antar pendukung Partai PDI versi Megawati
Soekarno putrid dan pendukung Partai PDI versi lainnya.
(2) Konflik Vertikal Konflik

vertikal adalah konflik yang terjadi diantara lapisan-lapisan di dalam masyarakat.


Contoh konflik vertikal :

(a) Konflik antar kelas atas dengan kelas bawah, konflik antar kelas atas dengan
kelas bawah dapat berupa konflik kolektif dan individual. Konflik kolektif misalnya
konflik antara buruh dengan pimpinan perusahaan untuk menuntut kenaikan gaji.
Konflik individual misalnya konflik antara pembantu dengan majikan yang berakibat
pada kekerasan.

(b) Konflik antara pemerintah pusat dengan daerah, misalnya pemberontakan dan
gerakan seporadis seperti OPM, GAM, dll. Selain itu konflik vertikal bisa
diterjemahkan sebagai konflik antar pihak yang berkuasa dan penentangnya, misalnya
kasus penculikan aktivis ’98 , yang merupakan kasus pelanggaran HAM tidak pernah
selesai sampai saa tini.

(c) Konflik antara orang tua dan anak, konflik antara orang tua dan anak akan
menimbulkan hambatan dalam sosialisasi nilai dan norma dan terkadang
menimbulkan kenakalan remaja.

b. Integrasi Karena Keterpaksaan (Coersif)

Integrasi karena keterpaksaan terjadi karena suatu ketergantungan dan mau tidak
mau antar lapisan masyarakat harus saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan.
Namun dalam integrasi yang terjadi karena paksaan biasanya ada upaya antar

12
kelompok untuk mendominasi satu sama lain. Indonesia merupakan negara
multikultural yang terdiri dari bermacam-macam etnis, ras, agama, dan suku bangsa
yang masing-masing membawa bendera primordialismenya masing-masing. Apabila
masing-masing kelompok tidak bisa saling menghargai dan mengurangi
etnosentrisme, stereotype, dan fanatisme maka akan menimbulkan konflik SARA.
Integrasi karena keterpaksaan dilihat dari segi historis juga dapat dicontohkan pada
masa feodal. Dimana antara golongan pemerintah kolonial, golongan Asia Timur,
golongan kerabat kerajaan, dan bumiputera hidup dalam satu wilayah namun tidak
dapat membaur. Terdapat batas-batas yang tegas dan adanya upaya dari pemerintah
kolonial untuk terus menerus mendominasi dan menjajah. Contoh lain integrasi
karena keterpaksaan (coersif) dalam kehidupan sehari-hari terjadi pada saat
demonstrasi atau unjuk rasa yang ricuh, kemudian polisi akan memberikan peringatan
dengan gas air mata dengan tujuan mengatur para demonstran untuk menyampaikan
aspirasi secara tertib dan sesuai hukum.

c. Disintegrasi

Disintegrasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-
bagian dari suatu kesatuan masyarakat. Disintegrasi atau kesenjangan merupakan
akibat dari adanya pembangunan dimana kelas atas menguasai pembangunan yang
berperan sebagai subjek sekaligus objek pembangunan, namun disisi lain kelas
tengah dan bawah hanya berperan sebagai objek pembangunan. Akibatnya kelas
tengah dan bawah akan mengalamai eksploitasi dan diskriminasi di bidang sosial,
ekonomi, dan politik. Kesenjangan inilah yang akan mempengaruhi pola hidup dan
pola hubungan antar kelompok.

(1) Pola Hidup Pola hidup adalah cara-cara dan kebiasaan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan. Cara dan kebiasaan hidup tersebut dapat dibedakan sebagai
berikut.

a. Konsumtif
b. Materialistis
c. Hedonisme

13
d. Westernisasi
e. Sekulerisasi

(2) Pola Hubungan antar Kelompok Pola hubungan antar kelompok adalah suatu
bentuk dan sistem hubungan dalam interaksi diantara anggota masyarakat. Berikut
beberapa contoh permasalahan yang berkaitan dengan pola hubungan antar
kelompok.

a. Aksi protes/demonstrasi yang anarkis dan tidak terkendali, yaitu aksi


penyampaian pendapat dengan cara-cara yang melanggar hukum dan
menyebabkan kerusuhan. Contoh : Kerusuhan Mei 1998 yang disertai
aksi anarkis oleh mahasiswa dan dihalau dengan tembakan oleh aparat.
b. Kenakalan remaja, kenakalan remaja ini yang disebabkan karena
pertengkaran dengan orang tua akan membuat pelarian anak kepada hal-
hal negatif, bahkan melanggar hukum contohnya minuman keras,
narkoba, dan lain-lain.
c. Kriminalitas, merupakan suatu bentuk penyimpangan sosial akibat dari
adanya tekanan lingkungan sekitarnya. Kurangnya skill dan ketrampilan
merupakan faktor utama semakin tingginya angka kriminalitas di kota-
kota. Contoh : urbanisasi dari desa ke kota tanpa mempersiapkan
ketrampillan akan menambah pengangguran akhirnya akan memilih
melakukan tindakan kriminal.
d. Gejolak daerah, merupakan suatu bentuk reaksi masyarakat yang semakin
kritis menuntut hak-haknya kepada pemerintah. Rasa ketertindasan oleh
kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada masyarakat
menyebabkan masyarakat melakukan pemberontakan. Adanya gangguan
stabilitas disetiap daerah sekarang ini apabila tidak segera diatasi akan
menyebabkan perpecahan bangsa Indonesia. Contoh : konflik yang terjadi
di Mesuji merupakan suatu bentuk upaya pembelaan masyarakat terhadap
hak-haknya akibat dari monopoli atas tanah dan pengelolaan sumber daya
agraria.

14
e. Terorisme, merupakan serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan
membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Namun
sekarang terorisme sering dikaitkan dengan masalah agama. Padahal
agama manapun tidak ada yang mengajarkan untuk saling membunuh.
Terorisme merupakan salah satu upaya adu domba dan penyudutan
terhadap kelompok atau agama tertentu kepada kelompok atau agama lain
untuk memecahkan integrasi bangsa dengan cara-cara yang separatis.
Contoh : bom Bali I dan II, bom hotel JW Marriot, bom GBIS Kepunton
Solo, dan lain-lain.

E. Tipe-tipe Sosial Budaya Menurut Kencana Ningrat

Koentjaraningrat (1993:32-33) mengelompokkan 15 kebudayaan yang dimiliki


daerah-daerah Indonesia ke dalam 6 tipe sosial budaya yang dimiliki bangsa
Indonesia, yaitu berikut ini:

a. Tipe masyarakat berkebun yang amat sederhana dengan keladi dan ubi jalar
sebagai tanaman pokoknya dalam kombinasi dengan berburu atau meramu;
penanaman padi tidak dirasakan; sistem dasar kemasyarakatannya berupa desa
terpencil tanpa deferensiasi dan stratifikasi yang berarti; gelombang pengaruh
kebudayaan menanam padi, kebudayaan perunggu, kebudayaan agama hindu dan
islam tidak dialami; isolasi dibuka oleh Zending atau Missie. Contoh kebudayaan
Mentawai di pantai Utara Irian Jaya.

b. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocoktanam di ladang atau di sawah


dengan padi sebagai tanaman pokok; sistem dasar kemasyarakatannya berupa
komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial yang sedang dan yang
merasakan diri bagian bawah dari suatu kebudayaan yang lebih besar, dengan suatu
bagian atas yang dianggap lebih halus dan beradab di masyarakat kota. Contohnya:
Kebudayaan Nias, Batak, Kalimantan Tengah, Minahasa, Flores, dan Ambon.

15
c. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau di sawah
dengan padi sebagai tanaman pokoknya; sistem dasar kemasyarakatnya berupa desa
komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial yang sedang; masyarakat
kota yang menjadi arah orientasinya mewujudkan suatu peradaban bekas kerajaan
berdagang dengan pengaruh kuat dari agama islam, yang bercampur dengan
peradaban yang dibawa oleh pemerintahan koloni. Contohnya: kebudayaan Aceh,
Minangkabau, dan Makasar.

d. Tipe masyarakat pedesaan yang bercocok tanam dengan padi sebagai tanaman
pokok, sistem dasar kemasyarakatan berupa komunitas petani dengan deferensiasi
dan stratifikasi sosial yang agak komplek; masyarakat kota sebagai arah orientasi
mewujudkan suatu peradaban bekas kerajaan pertanian bercampur dengan peradaban
kepegawaian yang dibawa oleh pemerintahan koloni; semua gelombang pengaruh
kebudayaan asing dialami. Contohnya: kebudayaan Sunda, Bali,dan Jawa.

e. Tipe masyarakat perkotaan yang mempunyai ciri-ciri pusat pemerintahan dengan


sektor perdagangan dan industri lemah. Contohnya: kebudayaan kota-kota besar,
seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan.

f. Tipe masyarakat metropolitan yang mulai mengembangkan suatu sektor


perdagangan dan industri yang agak berarti, tetapi yang masih didominasi oleh
aktivitas kehidupan pemerintah, dengan suatu sektor kepegawaian yang luas dan
dengan kesibukan politik di tingkat daerah maupun nasional. Contohnya: kebudayaan
kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung,Semarang, Surabaya, Medan.

Awan Mutqin (1992: 49-50) menyatakan bahwa kontruksi keragaman kebudayaan


bangsa Indonesia dapat dirumuskan berdasarkan nilai adaptasi ekologis, system
kemasyarakatan dan berbagai unsure lainnya, adapun perinciannya sebagai berikut:

1. Budaya berkebun sederhana.

2. Budaya berladang dan bersawah.

16
3. Budaya bersawah.

4. Budaya masyarakat kota.

5. Budaya metropolitan.

F. Aspek dalam Menganalisis Hubungan Antar Suku Bangsa dan Golongan

Koentjoroningrat (1967) menyatakan bahwa dalam menganalisis pola


hubungan antar suku bangsa dan golongan, terdapat beberapa aspek penting, yakni:

1. Sumber-sumber konflik antar suku bangsa

Konflik berasal dari kata kerja bahasa latin yang berarti saling memikul.
Secara sosiologis konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam


suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepanduan, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya.

Sumber-sumber konflik menurut koentjoroningrat (1967), yakni :

a. Persaingan untuk memperoleh mata pencarian yang sama.


b. Warga suatu bangsa memaksakan unsur-unsur kebudayaan kepada warga
suatu suku bangsa lain.
c. Memaksakan konsep-konsep agama terhadap warga suku bangsa lain yang
berbeda agama.
d. Usaha mendominasi suatu suku bangsa lain dengan politik.
e. Potensi konflik terpendam karena permusuhan secara adat.

17
2. Cara penyelesaian konflik
a. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga
dalam hal ini pemerintah dan aparat penegak hukum yang memberikan
keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak.
b. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan
keputusan yang mengikat.
c. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang
berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama.
d. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan
memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhentian pada suatu titik tidak
saling menyerang.
e. Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan dengan
mengutamakan sisi keadilan dan tidak memihak kepada siapapun.

G. Sumber-Sumber Politik

Dikatakan oleh Koentjaraningrat bahwa sumber-sumber konflik di negara


berkembang termasuk Indonesia ada 5, yaitu berikut ini.
1. Konflik bisa terjadi kalau warga dari dua suku bangsa masing-masing bersaing
dalam hal mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama.
2. Kalau warga dari satu suku bangsa mencoba memaksakan unsur-unsur dari
kebudayaannya kepada warga dari suatu suku bangsa lain.
3. Konflik yang sama dasarnya, tetapi lebih fanatik dalam wujudnya bisa terjadi kalau
warga dari satu suku bangsa mencoba memaksakan konsep-konsep agamanya
terhadap warga dari suku bangsa lain yang berbeda agama.
4. Konflik akan tejadi kalau suku-suku bangsa berusaha mendominasi suatu suku
bangsa lain secara politis.
5. Potensi konflik terpendam ada dalam hubungan antara suku-suku suatu bangsa yang
telah bermusuhan secara adat.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia utamanya disebabkan


oleh jumlah suku-suku bangsa Indonesia yang mendiamai wilayah Indonesia sangat
banyak, dan tersebar dimana suku bangsa tersebut mempunyai ciri atau karakter
tersendiri, baik alam aspek sosial maupun budaya. Menurut para ahli jumlah suku
bangsa yang ada di Indonesia mencapai 300 suku bangsa. Dengan demikian, apabila
masing-masing suku bangsa tersebut memiliki tradisi sosial budayanya masing-
masing, berarti di Indonesia telah ada dan berkembang 300 keanekaragaman budaya.
Keanakaragaman tersebut dapat dilihat dari tarian, pakaian, bahasa daerah, serta
masih banyak lagi aspek-aspek lainnya yang terdapat di masing-masing wilayah di
Indonesia. Tidak hanya terdapat perbedaan dalam hal budaya saja, namun dalam mata
pencaharian pun setiap lingkungan daerah memiliki jenis pencaharian yang berbeda.
Masyarakat yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan yang bermata
pencaharian sebagai petani, masyarakat di daerah pantai sebagai nelayan, yang
tinggal di perkotaan sebagian besar berprofesi sebagai pejabat, pedagang, buruh,
penjual jasa, dan lain sebagainya.

B. Saran

Makalah ini di harapkan dapat menjadi referensi mengenai keberagaman


budaya di ndonesia beserta dampak dan jenisnya.

19
DAFTAR PUSTAKA
Alam S, dan henry hidayat. 2006. Ilmu pengetahuan social, Penerbit erlangga
Hermanto.,Winarno.(2011).Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, jakarta:Penerbit Bumi
Winataputera Udin, S, dkk.2008. Materi dan Pembelajaran PKN SD. Jakarta : Universitas
Terbuka.
https://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat/

20

Anda mungkin juga menyukai