PENDAHULUAN
1
sewaktu-waktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi atau persatuan
dan kesatuan bangsa
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah :
C. Manfaat penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian
kebudayaan di artikan sebagai hal hal yang bersankutan dengan budi dan akal. Kata
kebudayaan dalam bahasa inggris diterjemhkan dengan istilah culture. Dalam bahasa
Belanda di sebut cultuur. Kedua bahasa ini di ambil dari bahasa latin colore yg berarti
mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah.
Dengan demikian culture atau cultuur diartikan sebagai segala kegiatan
manusiauntuk mengolah dan mengubah alam. Clyde Kluckhohn menyebutkan
terdapat 7 unsur kebudayaan, yakni sebagai berikut:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah
tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi, dan sebagainya)
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi(pertanian, perternakan, sistem
produksi, sistem distribusi, dan sebagainya)
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hokum,
sistem perkawinan, dan seterusnya)
4. Bahasa (lisan maupun tertulis)
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan seebagainya)
6. Sistem pengetahuan
7. Sistem kepercayaan (religi)
Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebardi lebih
dari 13 ribu pulau. Setiap suku bangsa memiliki identitas social, politik, dan budaya
yang berbeda-beda, seperti bahasa, adat istiadat serta tradisi, sistem kepercayaan dan
sebagainya. Dangan idaentitas yang berbeda beda ini, kita dapat mengatakan bahwa
Indonesia memiliki kebudayaan local yang sangat beragam.
Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan atau motto bangsa Indonesia yang
terdapat dalam lambang Negara “Burung Garuda”. Istilah tersebut diambil dari
3
buku Sutasoma karangan Mpu Tantular yang ditulis dengan bahasa Sansekerta.
Bhineka Tunggal Ika menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
memiliki keanekaragaman baik dalam aspek agama, budaya, ras maupun suku
bangsa. Kebhinekaan sangat berpengaruh terhadap bangsa Indonesia, karena Bhineka
Tunggal Ika merupakan perekat atau patri bagi bangsa Indonesia dari awal-awal
kemerdekaan bahkan sejak tumbuhnya kesadaran kehidupan berbangsa dan
bernegara, yaitu pada tahun 1908 dalam melawan dan mengisi serta mempertahankan
kemerdekaan bangsa. Keadaan yang demikian sedikit demi sedikit menyadarkan para
pemimpin perjuangan bangsa sehingga pada tahun 1908 telah dirintis perjuangan
yang bersifat nasional, dengan dipelopori oleh Dr. wahidin Sudirohusodo berdirilah
suatu organisasi modern yang diberi nama “Budi Utomo”.
Selain Budi Utomo, masih banyak lagi organisasi nasional yang bergerak untuk
membebaskan bangsa Indonesia dari penjajah. Terutama setelah dicetuskannya
“Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928)”. Dengan demikian jelaslah bahwa kebhinekan
merupakan kekuatan dari kekayaan sekaligus juga merupakan tantangan bagi bangsa
Indonesia. Dengan keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, maka
diperlukan sifat kesatuan dan persatuan yang kuat demi mewujudkan semangat dan
cita-cita bangsa. Untuk memenuhi cita-cita tersebut maka diperlukan perencanaan
yang matang dan waktu untuk memenuhi serta proses untuk melaksanakan berbagai
tindakan kebijakan. Hal yang tidak jauh berbeda juga terjadi di luar negeri, seperti
Jepang, India, Filipina. Di Negara mereka, untuk mencapai kesepakatan dan
persatuan juga sangat sulit dilaksanakan. Hal ini dikarenakan oleh masih terganggu
oleh keanekagaraman yang terdapat di Negara tersebut. Oleh karena itu MPR
mengeluarkan ketetapan yang mengatur tentang kesatuan yaitu, Ketetapan Nomor
V/MPR/2000 tentang “Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional” yang dalam
salah satu kalimatnya menyatakan bahwa: Konflik sosial budaya telah terjadi karena
kemajemukan suku, kebudayaan dan agama yang tidak dikelola dengan baik dan adil
oleh pemerintah maupun masyarakat.
4
Keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia utamanya disebabkan
oleh jumlah suku-suku bangsa Indonesia yang mendiamai wilayah Indonesia sangat
banyak, dan tersebar dimana suku bangsa tersebut mempunyai ciri atau karakter
tersendiri, baik alam aspek sosial maupun budaya. Menurut para ahli (Depdikbud,
1984: 194) jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia mencapai 300 suku bangsa.
Dengan demikian, apabila masing-masing suku bangsa tersebut memiliki tradisi
sosial budayanya masing-masing, berarti di Indonesia telah ada dan berkembang 300
keanekaragaman budaya. Keanakaragaman tersebut dapat dilihat dari tarian, pakaian,
bahasa daerah, serta masih banyak lagi aspek-aspek lainnya yang terdapat di masing-
masing wilayah di Indonesia. Tidak hanya terdapat perbedaan dalam hal budaya saja,
namun dalam mata pencaharian pun setiap lingkungan daerah memiliki jenis
pencaharian yang berbeda. Masyarakat yang sebagian besar tinggal di daerah
pedesaan yang bermata pencaharian sebagai petani, masyarakat di daerah pantai
sebagai nelayan, yang tinggal di perkotaan sebagian besar berprofesi sebagai pejabat,
pedagang, buruh, penjual jasa, dan lain sebagainya.
Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan sosial
lainnya karena memiliki ciri paling mendasar dan umum berkaitan dengan asal-usul
dan tempat asal dan kebudayaannya. Ciri suku bangsa, antara lain bersifat tertutup
5
dari kelompok lain, memiliki nilai-nilai dasar yang tercermin dalam kebudayaan,
memiliki komunikasi dan interaksi.
Suku bangsa yang terkenal di Indonesia adalah Suku Jawa (Pulau Jawa),
Batak dan Nias (Sumatera Utara), Minangkabau (Sumatara Barat), Sunda (Jabar),
Betawi (DKI Jakarta), Suku Madura dan Tengger (Jatim), Dayak (Kalimantan), Sasak
dan Sumbawa (NTB), Bugis dan Toraja (Sulsel), Sentani dan Asmat (Papua). Selain
itu di Indonesia juga terdapat etnis Cina yang terbagi menjadi Cina Peranakan dan
Cina Totok.
2. Keragaman Bahasa
3. Rumah Adat
Setiap suku di Indonesia memiliki rumah adat yang berbeda dengan suku
yang lainnya. Seperti contoh Rumah adat Bolon (Sumut), Gadang (Sumbar), Joglo
(Jawa), Lamin (Kaltim), Tongkonan (Sulsel dan Sulbar), dan Honai (Papua)
4. Pakaian Tradisional
Pakaian adat dipakai pada acara khusus. Contoh pakaian adat antara lain:
Blangkong dan Baju Beskap (Jawa Tengah), Baju Surjan dan balngkon (Yogyakarta),
baju teluk belangan dan daster (Riau), Ulos dan Sabe-sabe (Sumut).
6
5. Senjata Tradisional
Saat ini senjata tradisional dipakai sebagai pelengkap dalam pakaian adat.
Contoh Rencong (Aceh), Keris (Jawa), Mandau (Kalimantan), Badik (Betawi), Clurit
(Madura) Badik (Sulsel), Jenawi (Riau) dan Trisula (Sumsel).
6. Makanan Khas
7. Upacara Adat
8. Kesenian
7
indung (Kaltim), Ampar-ampar pisang (Kalsel), O ina ni keke (Sulut), burung kaka
tua (Maluku) dan Apuse (Papua) Cerita Rakyat contoh: Malinkundang
(Minangkabau), Sangkuriang (Jabar), Kleting Kuning dan Keong Mas (Jateng).
9. Keragaman Relegi
Di Indonesia terdapat enam agama yang diakui oleh negera yakni Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Setiap agama memiliki hari raya
masing-masing seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha (Islam), Natal (Kristen),
Paskah (Katolik), Nyepi (Hindhu), Waisak (Budha) dan Copgome (Konghuchu).
Setiap agama memiliki lembaga keagaaman sendiri yaitu MUI (Islam), PGI (Kristen),
KWI (Katolik), PHDI (Hindu), Walubi (Budha) dan Matakin (Konghuchu).
8
dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Department
for International Development (DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004) adalah:
a) Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena
dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.
g) Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk
saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya
yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.
9
Bentuk dan Tipe Partisipasi
Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu
program pembangunan, yaitu partisipasi uang, partisipasi harta benda, partisipasi
tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi
dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif.
Dengan berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas, maka bentuk
partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang
diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi yang
diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya
uang, harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak
nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan dan
partisipasi representatif.
10
perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk
berpartisipasi. Pada partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, masyarakat
terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang
terkait dengan kepentingan bersama. Sedangkan partisipasi representatif dilakukan
dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam
organisasi atau panitia
11
Ahmadiyah, maupun konflik antar umat beragama (konflik eksternal) misalnya
konflik masyarakat Ambon pemeluk Islam dengan masyarakat Ambon pemeluk
Kristen.
(a) Konflik antar kelas atas dengan kelas bawah, konflik antar kelas atas dengan
kelas bawah dapat berupa konflik kolektif dan individual. Konflik kolektif misalnya
konflik antara buruh dengan pimpinan perusahaan untuk menuntut kenaikan gaji.
Konflik individual misalnya konflik antara pembantu dengan majikan yang berakibat
pada kekerasan.
(b) Konflik antara pemerintah pusat dengan daerah, misalnya pemberontakan dan
gerakan seporadis seperti OPM, GAM, dll. Selain itu konflik vertikal bisa
diterjemahkan sebagai konflik antar pihak yang berkuasa dan penentangnya, misalnya
kasus penculikan aktivis ’98 , yang merupakan kasus pelanggaran HAM tidak pernah
selesai sampai saa tini.
(c) Konflik antara orang tua dan anak, konflik antara orang tua dan anak akan
menimbulkan hambatan dalam sosialisasi nilai dan norma dan terkadang
menimbulkan kenakalan remaja.
Integrasi karena keterpaksaan terjadi karena suatu ketergantungan dan mau tidak
mau antar lapisan masyarakat harus saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan.
Namun dalam integrasi yang terjadi karena paksaan biasanya ada upaya antar
12
kelompok untuk mendominasi satu sama lain. Indonesia merupakan negara
multikultural yang terdiri dari bermacam-macam etnis, ras, agama, dan suku bangsa
yang masing-masing membawa bendera primordialismenya masing-masing. Apabila
masing-masing kelompok tidak bisa saling menghargai dan mengurangi
etnosentrisme, stereotype, dan fanatisme maka akan menimbulkan konflik SARA.
Integrasi karena keterpaksaan dilihat dari segi historis juga dapat dicontohkan pada
masa feodal. Dimana antara golongan pemerintah kolonial, golongan Asia Timur,
golongan kerabat kerajaan, dan bumiputera hidup dalam satu wilayah namun tidak
dapat membaur. Terdapat batas-batas yang tegas dan adanya upaya dari pemerintah
kolonial untuk terus menerus mendominasi dan menjajah. Contoh lain integrasi
karena keterpaksaan (coersif) dalam kehidupan sehari-hari terjadi pada saat
demonstrasi atau unjuk rasa yang ricuh, kemudian polisi akan memberikan peringatan
dengan gas air mata dengan tujuan mengatur para demonstran untuk menyampaikan
aspirasi secara tertib dan sesuai hukum.
c. Disintegrasi
Disintegrasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-
bagian dari suatu kesatuan masyarakat. Disintegrasi atau kesenjangan merupakan
akibat dari adanya pembangunan dimana kelas atas menguasai pembangunan yang
berperan sebagai subjek sekaligus objek pembangunan, namun disisi lain kelas
tengah dan bawah hanya berperan sebagai objek pembangunan. Akibatnya kelas
tengah dan bawah akan mengalamai eksploitasi dan diskriminasi di bidang sosial,
ekonomi, dan politik. Kesenjangan inilah yang akan mempengaruhi pola hidup dan
pola hubungan antar kelompok.
(1) Pola Hidup Pola hidup adalah cara-cara dan kebiasaan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan. Cara dan kebiasaan hidup tersebut dapat dibedakan sebagai
berikut.
a. Konsumtif
b. Materialistis
c. Hedonisme
13
d. Westernisasi
e. Sekulerisasi
(2) Pola Hubungan antar Kelompok Pola hubungan antar kelompok adalah suatu
bentuk dan sistem hubungan dalam interaksi diantara anggota masyarakat. Berikut
beberapa contoh permasalahan yang berkaitan dengan pola hubungan antar
kelompok.
14
e. Terorisme, merupakan serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan
membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Namun
sekarang terorisme sering dikaitkan dengan masalah agama. Padahal
agama manapun tidak ada yang mengajarkan untuk saling membunuh.
Terorisme merupakan salah satu upaya adu domba dan penyudutan
terhadap kelompok atau agama tertentu kepada kelompok atau agama lain
untuk memecahkan integrasi bangsa dengan cara-cara yang separatis.
Contoh : bom Bali I dan II, bom hotel JW Marriot, bom GBIS Kepunton
Solo, dan lain-lain.
a. Tipe masyarakat berkebun yang amat sederhana dengan keladi dan ubi jalar
sebagai tanaman pokoknya dalam kombinasi dengan berburu atau meramu;
penanaman padi tidak dirasakan; sistem dasar kemasyarakatannya berupa desa
terpencil tanpa deferensiasi dan stratifikasi yang berarti; gelombang pengaruh
kebudayaan menanam padi, kebudayaan perunggu, kebudayaan agama hindu dan
islam tidak dialami; isolasi dibuka oleh Zending atau Missie. Contoh kebudayaan
Mentawai di pantai Utara Irian Jaya.
15
c. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau di sawah
dengan padi sebagai tanaman pokoknya; sistem dasar kemasyarakatnya berupa desa
komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial yang sedang; masyarakat
kota yang menjadi arah orientasinya mewujudkan suatu peradaban bekas kerajaan
berdagang dengan pengaruh kuat dari agama islam, yang bercampur dengan
peradaban yang dibawa oleh pemerintahan koloni. Contohnya: kebudayaan Aceh,
Minangkabau, dan Makasar.
d. Tipe masyarakat pedesaan yang bercocok tanam dengan padi sebagai tanaman
pokok, sistem dasar kemasyarakatan berupa komunitas petani dengan deferensiasi
dan stratifikasi sosial yang agak komplek; masyarakat kota sebagai arah orientasi
mewujudkan suatu peradaban bekas kerajaan pertanian bercampur dengan peradaban
kepegawaian yang dibawa oleh pemerintahan koloni; semua gelombang pengaruh
kebudayaan asing dialami. Contohnya: kebudayaan Sunda, Bali,dan Jawa.
16
3. Budaya bersawah.
5. Budaya metropolitan.
Konflik berasal dari kata kerja bahasa latin yang berarti saling memikul.
Secara sosiologis konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
17
2. Cara penyelesaian konflik
a. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga
dalam hal ini pemerintah dan aparat penegak hukum yang memberikan
keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak.
b. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan
keputusan yang mengikat.
c. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang
berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama.
d. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan
memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhentian pada suatu titik tidak
saling menyerang.
e. Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan dengan
mengutamakan sisi keadilan dan tidak memihak kepada siapapun.
G. Sumber-Sumber Politik
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Alam S, dan henry hidayat. 2006. Ilmu pengetahuan social, Penerbit erlangga
Hermanto.,Winarno.(2011).Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, jakarta:Penerbit Bumi
Winataputera Udin, S, dkk.2008. Materi dan Pembelajaran PKN SD. Jakarta : Universitas
Terbuka.
https://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat/
20