“SYUKUR”
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Kelas A
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
A. Pembahasan “Syukur”
Pengertian Syukur
Kata “Syukur” adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab. Namun
perkembangan selanjutnya, kata ini sudah menjadi ungkapan ke dalam bahasa Indonesia,
sehingga memberikan dua makna, yaitu; pertama, rasa terima kasih kepada Allah, kedua,
untung (menyatakan lega, senang, dan sebagainya) (W. J. S. Poerwadarminta, 1976: 986).
Pengertian kebahasaan ini sepertinya tidak sama dengan pengertian menurut asal
katanya (Arab-red), maupun penggunaannya dalam al-Qur’an. Kata “syukur” mempunyai
empat makna dasar yaitu:
Keempat makna tersebut pada dasarnya memiliki keterkaitan antara satu dengan yang
lainnya. Makna ketiga sejalan dengan makna pertama yang menggambarkan kepuasan
meskipun sedikit. Sedang makna keempat dan kedua, yaitu dengan pernikahan dapat
melahirkan banyak anak (lebat). Quraish Shihab menjelaskan lebih jauh hubungan
makna-makna dasar tersebut sebagai dampak dan penyebab, sehingga kata syukritu
menyiratkan makna “siapa yang merasa puas dengan yang sedikit, maka ia akan memperoleh
banyak, lebat dan subur”(Quraish Shihab, 1996: 216).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa syukur itu paling tidak ada tiga bentuk, yaitu:
Hakikat Syukur
Imam Ghazali menjelaskan bahwa syukur tersusun atas tiga perkara, yakni:
a. Ilmu, yaitu pengetahuan tentang nikmat dan pemberinya, serta meyakini bahwa
semua nikmat berasal dari Allah swt dan yang lain hanya sebagai perantara
untuk sampainya nikmat, sehingga akan selalu memuji Allah swt dan tidak
akan muncul keinginan memuji yang lain. Sedangkan gerak lidah dalam
memuji-Nya hanya sebagai tanda keyakinan.
b. Hal (kondisi spiritual), yaitu karena pengetahuan dan keyakinan tadi melahirkan
jiwa yang tentram. Membuatnya senantiasa senang dan mencintai yang
memberi nikmat, dalam bentuk ketundukan, kepatuhan. Men-syukur-i nikmat
bukan hanya dengan menyenangi nikmat tersebut melainkan juga dengan
mencintai yang memberi nikmat yaitu Allah swt.
c. Amal perbuatan, ini berkaitan dengan hati, lisan, dan anggota badan, yaitu hati
yang berkeinginan untuk melakukan kebaikan, lisan yang menampakkan rasa
syukur dengan pujian kepada Allah swt dan anggota badan yang menggunakan
nikmat-nikmat Allah swt dengan melaksanakan perintah Allah swt dan
menjauhi larangan-Nya.
Al Kharraz yang dikutip oleh Amir An-Najjar mengatakan syukur itu terbagi menjadi tiga
bagian yaitu:
a. Syukur dengan hati adalah mengetahui bahwa nikmat-nikmat itu berasal dari
Allah swt bukan selain dari-Nya.
Termasuk juga mempergunakan apa yang diberikan oleh Allah swt berupa
kenikmatan dunia untuk menambah ketaatan kepada-Nya bukan untuk kebatilan.
Muhammad Quraish Shihab menyebutkan bahwa syukur mencakup tiga sisi, yaitu:
a. Syukur dengan hati yakni menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh
semata-mata karena anugerah dan kemurahan dari ilahi, yang akan mengantarkan
diri untuk menerima dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan
betapapun kecilnya nikmat tersebut.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat syukur adalah mempergunakan
nikmat yang dikaruniakan Allah swt untuk berbuat ketaatan kepada Allah swt guna
mendekatkan diri kepada Allah swt.
Manfaat Syukur
Manfaat syukur itu kembali pada orang yang ber-syukur, kebaikan yang ada kembali
pada mereka yang ber-syukur, sebagaimana dalam surat An-Naml ayat 40.
Sayyid Quthb yang dikutip oleh Ahmad Yani, menyatakan empat manfaat ber-syukur, yakni:
a. Menyucikan Jiwa
Ber-syukur dapat menjaga kesucian jiwa, sebab menjadikan orang dekat dan
terhindar dari sifat buruk, seperti sombong atas apa yang diperolehnya.
Ber-syukur yang harus ditunjukkan dengan amal saleh membuat seseorang selalu
terdorong untuk memanfaatkan apa yang diperolehnya untuk berbagi kebaikan.
Semakin banyak kenikmatan yang diperoleh semakin banyak pula amal saleh yang
dilakukan.
Dengan ber-syukur, apa yang diperolehnya akan berguna bagi orang lain dan
membuat orang lain ridha kepadanya. Karena menyadari bahwa nikmat yang
diperoleh tidak harus dinikmati sendiri tapi juga harus dinikmati oleh orang lain
sehingga hubungan dengan orang lain pun menjadi baik.
a. Menuntun hati untuk ikhlas Karena syukur menuntun kita untuk tetap berbaik
sangka pada Allah swt dalam segala hal yang terjadi dalam kehidupan ini maka
syukur mampu menggerakkan hati untuk ikhlas menerima ketetapan Allah swt.
Menurut Abu Bakar Abdullah bin Muhammad, berikut cara-cara menyatakan syukur:
a. Ber-tasbih.
b. Ber-dzikir.
Berdzikir merupakan sebagian dari cara ber-syukur. Abdullah bin Salam menyatakan
bahwa nabi Musa as pernah bertanya pada Allah swt: “Ya Allah, syukur manakah yang
patut dilakukan untuk Mu? Maka Allah berfirman: ‘Bukankah lidahmu senantiasa basah
karena ber-dzikir kepadaKu?”.
d. Berdoa.
Rasulullah saw bersabda: “Doa yang paling utama ialah La ilaha illallah, sedangkan
dzikir yang paling utama adalah Alhamdulillah”.
B. Definisi Konseptual
C. Definisi Operasional
a. Syukur Al Qalb (Syukur dengan Hati)
1. Intensity
Seseorang dengan sifat syukur dalam mengalami kejadian positif akan merasakan
intensitas yukur yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang kurang cenderung
bersyukur.
2. Frequency
Seseorang yang memiliki sifat syukur akan merasakan peristiwa yang patut disyukuri
lebih sering dalam sehari, menyadari bahkan dalam peristiwa sederhana seperti
sebuah pemberian kecil atau perlakuan sopan.
3. Span
Seseorang yang memiliki sifat syukur akan memiliki jumlah jangkauan syukur yang
luas dalam berbagai peristiwa di kehidupannya. Misalnya, merasa bersyukur terhadap
keluarga, pekerjaan, kesehaan, bahkan terhadap kehidupan itu sendiri, bersamaan
dengan berbagai jenis manfaat dari hal-hal lain.
4. Density
Seseorang yang memiliki sifat syukur akan memiliki pengetahuan mengenai jumlah
orang-orang yang berkontribuasi dalam suatu peristiwa baik. Misalnya, dalam
perisiwa mendapatkan pekerjaan yang baik, seseorang yang memiliki sifat syukur
akan menyebutkan sejumlah orang seperti orangtua, teman-teman, keluarga dan
mentor.
Sedangkan seseorang yang sifat syukurnya kurang hanya menyebutkan beberapa saja
dari satu peristiwa yang sama. Watkins, Woodward, Stone dan Kolts (2003)
mengungkapkan bahwa sifat syukur, merupakan sebuah predisposisi dalam
pengalaman syukur. Hal tersbut berarti, bahwa seseorang dengan sifat syukur
memiliki kecenderungan yang lebih mudah menemukan pengalaman syukur dalam
beberapa situasi dalam kehidupan.
Indikator bersyukur
Memandang oranglain
secara positif
Membalas kebaikan
oranglain sebagai wujud
apresiasi
DAFTAR PUSTAKA
McCullough, M. E., Emmons, R. A., & Tsang, J. A. (2002). The grateful disposition: A
conceptual and empirical topography. Journal of personality and social psychology, 82(1),
112.